Você está na página 1de 9

I.

AYAM JANTAN YANG CERDIK DAN RUBAH YANG LICIK

Suatu senja saat matahari mulai tenggelam, seekor ayam jantan terbang ke dahan
pohon untuk bertengger. Sebelum dia beristirahat dengan santai, dia mengepakkan
sayapnya tiga kali dan berkokok dengan keras. Saat dia akan meletakkan kepalanya di
bawah sayapnya, matanya menangkap sesuatu yang berwarna merah dan sekilas
hidung yang panjang dari seekor rubah.

"Sudahkah kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang Rubah dengan cara yang
sangat menyenangkan dan bersemangat.

"Kabar apa?" tanya sang Ayam Jantan dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit aneh
dan sedikit gugup, karena sebenarnya sang Ayam takut kepada sang Rubah.

"Keluargamu dan keluarga saya dan semua hewan lainnya telah sepakat untuk
melupakan perbedaan mereka dan hidup dalam perdamaian dan persahabatan mulai
dari sekarang sampai selamanya. Cobalah pikirkan berita bagus ini! Aku menjadi
tidak sabar untuk memeluk kamu! Turunlah ke sini, teman, dan mari kita rayakan
dengan gembira."
"Bagus sekali!" kata sang Ayam Jantan. "Saya sangat senang mendengar berita ini."
Tapi sang Ayam berbicara sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat dan
menantikan kedatangan sesuatu dari kejauhan.

"Apa yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas.


"Saya melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti telah mendengar kabar
baik ini dan -"

Tapi sang Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendengar perkataan sang
Ayam dan mulai berlari menjauh.

"Tunggu," teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang anjing
adalah teman-teman kamu juga!"

"Ya,"jawab Rubah. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu. Selain
itu, saya mempunyai tugas yang sangat penting yang hampir saja saya lupakan."

Ayam jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya kembali ke bawah bulu
sayapnya dan tidur, karena ia telah berhasil memperdaya musuhnya yang sangat licik.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng ayam jantan yang cerdik dan
rubah yang licik ini adalah: Janganlah kita menipu orang lain, jadilah cerdik
tetapi tidak licik.
II. DONGENG HARIMAU, PETAPA, DAN ANJING HUTAN
YANG CERDIK

Suatu masa, seekor harimau terperangkap dalam satu perangkap kandang. Harimau
tersebut mencoba dengan sia-sia untuk lolos dari tiang-tiang besi kandang dan
berguling-guling dalam keadaan marah dan sedih ketika gagal lepas dari perangkap.
Kebetulan saat itu lewatlah seorang petapa. "Lepaskan saya dari kurungan ini, oh
petapa yang saleh!" teriak sang Harimau.

"Tidak, temanku," balas Petapa secara halus, "Kamu mungkin akan memangsa saya
jika saya melakukannya."
"Tidak akan!" sumpah sang Harimau; "sebaliknya, Saya akan sangat berterima kasih
sekali dan akan menjadi budakmu!"

Setelah sang Harimau menangis dan mengeluh sambil menggerutu, hati petapa
menjadi lunak dan akhirnya membuka pintu kandang. Melompatlah sang Harimau
keluar, menerjang petapa yang sial, lalu berteriak, "Betapa bodohnya kamu! Tak ada
yang bisa menghalangi saya untuk memangsa kamu sekarang, apalagi saya sangat
lapar sekali!"

Dongeng - Harimau, petapa dan anjing hutan yang cerdik

Dengan ketakutan sang Petapa memohon agar dibiarkan hidup; akhirnya sang Petapa
berjanji akan bertanya kepada tiga mahluk tentang keadilan dan Petapa itu juga
berjanji akan memenuhi keputusan yang diberikan oleh tiga mahluk tersebut.

Jadilah Petapa itu bertanya kepada sebuah pohon yang besar tentang hal keadilan, dan
sang Pohon menjawab dengan dingin, "Apa yang kamu keluhkan? Saya memberikan
keteduhan dan tempat bernaung bagi semua yang lewat, dan mereka membalas ku
dengan mematahkan cabang-cabangku untuk dimakankan ke ternak mereka? Jangan
cengeng, bertindaklah seperti laki-laki!"

Kemudian petapa dengan hati sedih, melihat seekor sapi yang menarik gerobak dan
bertanya tentang keadilan, "Kamu sangat bodoh karena mengharapkan terima kasih!
Lihat saja saya! Dulunya saat saya memberikan mereka susu, mereka memberikan
saya makanan yang enak, tetapi saat saya tidak lagi bisa memberikan susu, saya
dipaksa menarik gerobak dan bajak, dan tidak lagi mendapatkan makanan lezat!"
Petapa yang sedih lalu bertanya kepada sebuah jalan.

"Tuan," kata sang Jalan, "betapa bodohnya engkau mengharapkan hal-hal yang tidak
mungkin! Lihatlah saya, sangat berguna ke semua orang, kaya, miskin, besar, kecil,
tetapi mereka tidak memberikan saya apa-apa selain debu dan kotoran!"

Akhirnya petapa ini berbalik untuk kembali dan di tengah jalan dia bertemu dengan
seekor anjing hutan yang bertanya, "Ada masalah apa tuan Petapa? Anda terlihat
sangat sedih seperti ikan kehilangan air!"

Petapa lalu menceritakan segala hal yang terjadi. "Sungguh membingungkan!" kata
sang Anjing Hutan, maukah anda mengulang cerita anda kembali, karena segalanya
campur aduk?"

Lalu Petapa mengulangi ceritanya kembali, dan sang Anjing Hutan masih
menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti. "Sangat aneh," katanya, "tetapi
mari kita ke tempat kejadian, mungkin saya bisa memberikan penilaian."

Berdua mereka menuju ke tempat kejadian di mana saat itu sang Harimau sudah
menunggu. "Kamu pergi terlalu lama!" teriak sang Harimau, "tapi sekarang saya
akhirnya bisa memulai makan siangku."

Petapa menjadi ketakutan dan memohon.


"Tunggu sebentar, tuanku!" kata sang Petapa, "saya harus menjelaskan sesuatu ke
Anjing Hutan ini tentang kejadian tadi."

Sang Harimau setuju dan ikut mendengarkan penjelasan Petapa ke Anjing Hutan.
"Oh, bodohnya saya!" teriak Anjing Hutan, "Jadi sang Petapa di dalam kandang, dan
sang Harimau kebetulan lewat...."

"Puuuh!" potong sang Harimau, "bodohnya kamu! Saya yang berada dalam kandang"
"Tentu saja!" kata Anjing Hutan, berpura-pura gemetar ketakutan; "Ya! Saya berada
dalam kandang - tidak - duh, bodohnya saya? Coba saya lihat lagi - Harimau ada di
dalam Petapa, dan sebuah kandang kebetulan berjalan lewat - tidak - sepertinya tidak
begitu! duh, saya tidak akan pernah bisa mengerti!"

"Kamu bisa mengerti!" jawab sang Harimau sambil marah karena kebodohan Anjing
Hutan. "Saya yang berada dalam kandang - apakah kamu mengerti?" tanya Harimau.
"Bagaimana anda bisa berada dalam kandang, tuan Harimau?" tanya Anjing Hutan
kembali.

"Bagaimana? cara biasa saja tentunya!" jawab Harimau.


"Kepalaku mulai pusing!, Jangan marah tuanku, tetapi yang anda maksud cara biasa
itu bagaimana?" tanya Anjing Hutan.

Harimau menjadi kehilangan kesabaran dan melompat masuk ke dalam kandang, lalu
berteriak, "Cara begini! Apakah kamu mengerti sekarang?"
"Mengerti dengan jelas!" jawab Anjing Hutan sambil tersenyum dan menutup pintu
kandang rapat-rapat, "menurut saya, sebaiknya anda tetap berada di dalam kandang
itu!"

Sang Petapa saat itu berterima kasih sekali kepada Anjing Hutan atas bantuan dan
kecerdikannya.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng harimau, petapa dan anjing
hutan yang cerdik ini adalah: Gunakanlah kecerdikanmu untuk membantu orang
lain.
III. SI KANCIL DAN BUAYA

Si Kancil

Suatu hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di
pinggir hutan. Dia hanya ingin mencari udara segar dan melihat matahari yang cerah
bersinar. Di dalam hutan terlalu gelap karena pohon-pohon sangat lebat.

Si Kancil ingin berjemur di bawah terik matahari. Di sana ada sungai besar yang
airnya dalam sekali. Setelah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa ada yang
berbunyi di perutnya, kruuukkruuuuukkruuuuuk.

Wah, rupanya Si Kancil sudah lapar. Si Kancil membayangkan betapa nikmatnya


kalau ada makanan kesukaannya yaitu ketimun. Namun kebun ketimun ada di
seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Si Kancil berfikir sejenak.

Tiba-tiba Si Kancil melompat kegirangan, dan berteriak: Buaya.buaya. ayo


keluaaaaar.. Aku punya makanan untukmu!! seperti itulah si Kancil berteriak
kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sungai yang dalam itu.

Sekali lagi Kancil berteriak, Buayabuaya ayo keluar mau daging segar
tidaaaak?
Si Kancil Bicara kepada Buaya

Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, Bruaaar siapa yang
teriak siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja. Hei Kancil, diam kau.. kalau
tidak aku makan nanti kamu. Kata buaya kedua yang muncul bersamaan.

Wah. bagus kalian mau keluar, mana buaya yang lain? kata si Kancil kemudian.
Kalau cuma dua ekor masih sisa banyak nanti makanannya ini. Ayo keluar
semuaaa! si Kancil berteriak lagi.

Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan, kata buaya.


Begini buaya, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging
segar buat buaya-buaya di sungai ini, makanya kalian harus keluar semua untuk
menghabiskan daging-daging segar ini.

Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera
memanggil teman-temannya untuk keluar semua.

Hei, teman-teman semua, ada makanan gratis nih! Ayo kita keluaaaar.! pemimpin
dari buaya itu berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, bermunculanlah
buaya-buaya dari dalam air.

Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian
para buaya segera baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana, Nanti aku
akan menghitung satu persatu.

Lalu tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris
berjajar dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti
jembatan.
Oke, sekarang aku akan mulai menghitung, kata si Kancil yang segera melompat ke
punggung buaya pertama, sambil berteriak, Satuuu.. duaaaa.. tigaaaa..

begitu seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya yang satu ke buaya
lainnya. Hingga akhirnya si Kancil sampai di seberang sungai. Dan di dalam Hatinya
tertawa, Mudah sekali ternyata.

Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, Hai buaya-buaya
bodoh, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat
bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun? Sebenarnya aku hanya ingin
menyeberangi sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya
ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf kalau aku mengerjai kalian, kata
si Kancil.

Para buaya kesal karena tipuan si Kancil

Haaaa!.huaaaaaahh sialan Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Awas


kau kancil ya.. kalau ketemu lagi saya makan kamu, kata buaya-buaya itu geram.

Si Kancil segera berlari menghilang di balik pepohonan dan menuju kebun Pak Tani
untuk mencari ketimun makanan kesukaannya.
CERITA FIKSI JENIS FABEL

Oleh: Aisyah Dwi Kirana


Kelas IVB

SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI MAMPANG 1


PANCORAN MAS KOTA DEPOK, 2017

Você também pode gostar