Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
( Nicholas kurniawan)
A.PENDAHULUAN.
John Stott pernah menyatakan bahwa ada dua faktor penyebab utama munculnya
pluralisme. Pertama, proses sekularisasi yang melanda gereja sehingga gereja kehilangan
pengaruhnya terhadap manusia-manusia maupun lembaga-lembaga. Kedua, sejajar dengan
kemunduran gereja ini telah terjadi kenaikan dalam alternatif-alternatif non Kristiani. Dua
alasan ini sebenarnya sudah cukup untuk memunculkan gelombang gerakan pluralisme
agama. Dan dari dua alasan ini gelombang pluralisme itu sendiri menjadi makin bertumbuh
subur khususnya di suatu wilayah atau negara yang sangat heterogen, baik dalam hal suku
bangsa maupun dalam hal agama. Dan dalam dunia yang heterogen seperti itulah tidak
mengherankan bila topik mengenai kesatuan terus diagung-agungkan dan makin
dipropagandakan secara meluas.
Berbicara mengenai kesatuan di dalam dunia agama yang pluralis pada zaman ini memang
tidak mudah, karena masing-masing agama mempunyai latar belakang dan sejarah masing-
masing yang beraneka ragam. Sehingga bukan tidak mungkin kalau kesatuan dan persatuan
itu tinggal hanya menjadi mimpi dan slogan kosong yang hanya terdengar gemanya, tetapi
tidak terlaksana dalam realitas kehidupan. Namun bukan berarti bahwa semangat
kesatuan itu sama sekali tidak diperlukan, karena justru memang hal itulah yang amat
dibutuhkan dalam konteks pluralitas. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah semangat
atau visi tentang kesatuan itu benar adanya? Apakah motivasi yang sebenarnya
melatarbelakanginya?
Dan bukan saja bicara soal motivasi, tetapi juga perlu dipertanyakan, bagaimana kesatuan
itu diperjuangkan? Apakah tetap dengan memelihara perbedaan yang ada atau malah
mengkompromikan karakteristik khas yang dimiliki oleh masing-masing anggota yang ada?
Hal-hal seputar inilah yang perlu dipikirkan dan yang akan dibahas di dalam kajian singkat
ini.
Tokoh yang dipilih untuk dipelajari dalam kajian ini adalah Paul Knitter yang terkenal
sebagai seorang tokoh pluralis yang pernah mempunyai visi tentang pluralisme yang unitif
(kemajemukan yang bersatu). Inilah yang akan dibahas dan dikaji secara kritis dan akan
dituangkan dalam tulisan ini. Kajian ini bukan sekedar ingin menghasilkan suatu studi kritis
terhadap gagasan pemikiran Paul Knitter tentang pluralisme yang unitif. Namun lebih jauh
lagi diharapkan kajian ini akan berguna bagi setiap orang Kristen yang berani menghadapi
tantangan pluralistis pada zaman sekarang ini, khususnya di Indonesia. Maksudnya
berguna, yaitu agar kajian ini dapat dijadikan suatu bahan perenungan dan pembentuk
sikap Kristen seharusnya dalam berhadapan dengan gelombang pluralisme yang makin
merajalela belakangan ini.
Kajian ini akan mempelajari pemikiran seseorang yang memang tidak mudah. Perlu adanya
kejelian dan ketelitian di dalam melakukannya. Oleh karena itu untuk menjadikan kajian
ini mencapai hasil yang diinginkan seperti tersebut di atas, akan dilakukan langkah-
langkah pembahasan. Pertama, melakukan penelitian terhadap literatur-literatur yang
memuat tentang pandangan Paul Knitter, khususnya mengenai gagasan pluralisme unitif
yang ia tuliskan dalam bagian pembukaan bukunya yang terkenal, yaitu No Other
Name.1628 Gagasan tersebut akan diteliti dasar pemikirannya dan isi pandangan itu sendiri
serta dampak yang dihasilkan dari gagasan itu, yaitu ajaran-ajaran penting dari Paul
Knitter. Kedua, melakukan analisis kritis terhadap pandangan tersebut, baik terhadap
latar belakang dan dasar pemikiran di baliknya, metode pendekatan yang digunakannya
dan dampak yang dihasilkannya. Tentu saja analisis yang dilakukan tidak jauh dari
pengamatan kacamata Injili, sesuai dengan posisi yang penulis miliki sejauh ini. Analisis ini
juga bukan sekedar melihat kelemahan dari gagasan ini, tetapi juga berusaha
memandangnya secara objektif. Ketiga, kajian ini akan ditutup dengan suatu kesimpulan
dan sedikit bahan refleksi bagi Kristen dalam menghadapi tantangan dari pluralisme
semacam ini.
B.PLURALISME AGAMA YG UNITIF.