NPM : 180210130079 Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Sastra Sunda
Jika Aku Menjadi Warga di Desa Sukadami
Desa Sukadami, adalah desa yang terletak di kecamatan Wanayasa. Kabupaten
Purwakarta. Jarak dari pusat kota Purwakarta tidak terlalu jauh kira-kira sekitar 40 menit atau. Begitu pula jarak ke kota Subang, sekitar 75 menit, walau jaraknya lumayan jauh tetapi karena jalurnya sepi yang membuat daerah ini tidak padat oleh kendaraan yang melintas. Desa Sukadami sendiri berada di jalan utama menuju kecamatan Wanayasa. Jalan besar akses menuju desa Sukadami adalah jalan Raya Wanayasa, yang juga menjadi jalur alternative dari bandung menuju kota Jakarta atau sekitarnya. Desa Sukadami ini terletak di jalur tersebut, akses menuju desa Sukadami mudah dijangkau. Secara wilayah, desa Sukadami berbatasan langsung dengan Taringgul Tonggoh di utara, Ciawi pada di selatan, Pondok Bungur di barat dan Legokhuni di timur. Desa Sukadami asalnya satu desa dengan Legokhuni, Taringgul Tonggoh dan Ciawi yaiitu desa Taringgul. Desa Sukadami memiliki tiga dusun, empat Rukun Warga, dan lima belas Rukun Tetangga. Desa ini cukup luas dengan kondisi yang baik sekali, baik itu jalannya, kondisi letak pemukimannya yang rapi dan terpusat dapat dibilang desa Sukadami tidak se kampung apa yang biasa melekat pada desa umumnya. Selama mengikuti program KKNM Univeritas Padjadjaran, selama satu bulan ini saya mendapatkan ilmu yang tidak diajarkan di kampus manapun, yakni ilmu bermasyarakat dan pengalaman yang berarti selama keberlangsungan KKNM. Saya merasa desa ini adalah desa yang sudah cukup maju dalam bisa dilihat dari pemukiman penduduknya yang sudah tidak lagi menggunakan rumah panggung. Sudah banyak rumah yang terbuat dari semen dan beton. Padahal dalam ilmu pembuatan rumah, rumah panggung adalah rumah yang paling kokoh jika pembuatannya sesuai dengan tatacara yang ada di kampong Naga, yang dominan warganya nya masih menggunakan rumah panggung. Dilihat dari bentuknya saja rumah panggung itu memiliki keseimbangan yang baik, yaitu memiliki kaki-kaki, dan badannya lalu ada kepala yang berbentuk seperti tanduk. Hal ini sudah dibuktikan dengan kekuatan rumah panggung yang bisa bertahan sampai sekitar 70 tahuanan. Rumah panggungpun unik, karena jika sedang siang hari akan terasa dingin didalam rumah dan jika malam hari akan terasa hangat. Ini disebabkan karena atap rumah yang terbuat dari ijuk yang bisa menyimpan panas matahari selama siang hari dan akan diturunkan panasnya pada malam hari. Selain itu daerah di Desa Sukadami asalnya adalah areal pesawahan yang luas, bahkan hanya ada sedikit rumah. Tapi hal itu sekarang sudah berbanding terbalik, sawah warga sudah dirubah menjadi pemukiman. Hanya tersisa sedikit sawah di desa Sukadami. Tetapi hal yang paling berkesan selama berada di desa Sukadami yaitu politiknya, dimana hasil politiknya berasal dari musyawarah. Jadi jika dengan bermusyawarah akan menghasilkan kebijakan yang lebih baik dan di setujui oleh semua warga. Jika saya menjadi warga di desa Sukadami saya akan terus melanjutkan kebiasaan bermusyawarah itu. Karena di desa tetangga biasanya tidak memakai cara musyawarah, biasa menyelesaikan masalah langsung dengan adu jotos. Selain itu yang menarik bagi saya di desa Sukadami adalah desa yang senang bermusyawarah katanya, tapi kenyataannya hal itu berbanding terbalik, kenayataan yang terlihat saat ini banyak warga dari desa lain yang menyebutkan bahwa desa Sukadami adalah desa yang tak bisa diajak basa-basi dalam menyelaesaikan masalah. Padahal pada dasarnya orang sunda memiliki pedoman Someah Hade Ka Semah yang memiliki artian ramah. Ramah disini mencakup segalanya baik kebiasaan yang dilakukan pada diri sendiri dan tetangga lainnya baik dengan pendatang baru. Di desa Sukadami hanya tersisa beberapa RT saja yang masih mengamalkan pedoman tersebut. Karena hal itu saya akan membuat satu program dimana kita dikembalikan ke Sunda jaman dulu yang masih berpegang teguh pada keramahannya Someah Hade Ka Semah. Dimana warganya diharuskan ramah dengan orang lain baik tetangganya maupun oleh pendatang.