Você está na página 1de 66

Ciri Umum

Aves merupakan vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu (asal
epidermal) sedangkan hewan lainnya tidak berbulu. Aves merupakan hewan
vertebrata yang dapat terbang, karena memiliki sayap yang merupakan modifikasi
anggota gerak anterior (Brotowidjoyo,1994). Selain itu menurut Sukiya (2001)
menyatakan bahwa ciri burung atau aves yang paling utama adalah memiliki bulu
dan paruh. Hal ini merupakan ciri umum kelas aves karena ciri itu tidak dimiliki
oleh hewan yang lainnya.

Menurut Novarino (2009) Secara umum Aves memiliki ciri-ciri umum seperti:
a) Memiliki sayap, dan tubuh dilindungi bulu.
b) Berkembang biak dengan bertelur (ovipar).
c) Suhu tubuhnya tetap, tidak berpengaruh sama suhu lingkungan
(homoiterm).
d) Bernapas dengan paru-paru dan pundi-pundi udara.
e) Memiliki Tulang yang tipis dan berlubang.
f) Mulut berbentuk paruh yang kaku dan kuat.
g) Pada sebagian besar spesies, anggota gerak atas berfungsi untuk terbang.
h) Kulit kakinya diselubungi semacam sisik yang disebut tasometatarsus.
i) Memiliki kantong udara untuk membantu pernapasan pada saat terbang.
j) Jantung beruang empat.
k) Tidak mempunyai diafragma. Sistem kantung udara yang berkembang
dengan baik sangat membantu paru-paru untuk mengedarkan udara ke
seluruh tubuh
Morfologi aves
Bulu
Struktur
Bulu (feather) adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh
vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara
filogenetik berasal dari epidermal tubuh yang pada reptile serupa dengan sisik.
Bulu merupakan struktur beban yang ringan dengan kekerasan dan kekuatan daya rentang
yang hebat. Pada umunya bulu burung merupakan tipe bulu yang bergaris luar, bulu-bulu
pada rusuk yang berfungsi untuk menutupi tubuh dan membuat tubuh menjadi lebih lurus
dan ramping. Bulu tipe ini terdiri dari bulu yang cekung (calamus), muncul dari folikel
kulit dan tangkai atau rachis yang merupakan kelanjutan dari bulu dan melahirkan banyak
barb (Hickman, 2008). Sukiya (2001) menambahkan, ujung dan sisi bawah tiap
barbule memiliki filamen kecil yang disebut barbicels berfungsi membantu
menahan barbula yang saling bersambungan. Ada beberapa burung bulunya baru
lengkap setelah pertumbuhan bulu kedua, yang muncul pada bagian dorsal shaft
dan persimpangan rachis-calamus. Bulu tambahan ini disebut aftershaft, tetapi
kebanyakan burung tidak memiliki.

Gambar. Struktur bulu pada Aves (Hickman, 2008).


Tipe-tipe bulu Aves
Berbagai jenis tipe bulu Aves memberikan fungsi yang berbeda. Menurut
Hickman (2008). Tipe-tipe bulu Aves yaitu:
1. Bulu Contour, memberikan bentuk luar burung dan
merupakan tipe bulu pada umumnya dan digunakan untuk terbang. Bulu
burung saat menetas disebut neossoptile, sedangkan teleoptile untuk bulu
burung dewasa
2. Bulu Down (Plumule) adalah bulu jumbai lembut tanpa
rachis menonjol, tersembunyi di bawah bulu kontur. Bulu ini lembut
karena barbulanya kurang kait. Banyak ditemukan pada bagian
dada dan perut burung air dan pada burung puyuh dan belibis yang masih
muda, fungsi utama untuk mengurangi panas.
3. Bulu Filoplume, bulu yang kelihatan ketiak ulu countur dicabut. Ujungnya
bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan
tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
Fungsinya belum diketahui.
4. Bulu bubuk, ditemukan pada dada burung kuntul, , elang, dan burung beo.
Secara struktural bulu bubuk hampir sama dengan umumnya bulu tetapi
barbulae-nya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu
bubuk belum jelas, hanya saja ketika burung melumasi dengan cara
menjilati bulu maka bulu bubuk dapat membantu mengisolasi panas tubuh
dan membantu menghangatkan telur selama pelumasan.
Gambar. Tipe-tipe Bulu Pada Burung (Sukiya, 2001)

Menurut (Sukiya, 2001), tipe bulu burung yang lain yaitu Semiplumae
adalah bulu-bulu yang tidak memiliki kumpulan barbula, letaknya tersembunyi
dari bulu-bulu luar. Bristle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang
melebihi bulu luar, ditemukan pada kepala burung caprimulgids dan burung
penangkap serangga dan bristle yang menutupi lubang hidung burung pelatuk.
Ada spekulasi luas tentang fungsi bristle. Bristle pada burung pelatuk memiliki
fungsi sebagai penutup lubang hidung nampaknya sebagai adaptasi agar partikel-
partikel kayu tetap di luar saluran pernapasan. Berkurangnya bulu pada kepala
burung hering hingga seperti bentuk bristle, menguntungkan bagi spesies
pemakan bangkai ini. Bristle pada burung hantu dan caprimulgids diyakini
membantu dalam mendeteksi posisi sarang, tempat bertengger dan juga benda
yang menghalangi. Fungsi bristle didukung oleh adanya getaran dan tekanan
reseptor dekat folikel bulu (kantung rambut).
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
Tectrices, bulu yang menutupi badan.
1. Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan
berfungsi sebagai kemudi.
2. Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
a. remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara
metacarpal pada metacarpalia.
b. Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
c. Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan
sekunder daerah siku.
3. Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
4. Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).

Gambar. Letak Bulu Burung (Storer et al, 2008)


Aransemen Bulu
Meskipun dari luar seekor burung nampak memiliki bulu yang tersebar rata
di seluruh tubuh, ternyata setelah dicabuti nampak bahwa bulu dirancang pada
bidang-bidang terbatas yang disebut pterilae. Di antara pterilae ada bidang kecil
pada kulit yang kosong disebut apterilae. Ada kekecualian pada Penguin dan
Kiwi, di mana bulu ditemukan hampir pada sebagian besar tubuhnya (Sukiya,
2001).
Gambar Aransemen Bulu Pada Aves (Storer et al, 2008)
Pterilosis atau studi tentang bulu dan aransemennya, telah ditetapkan nama-
nama bulu di berbagai tempat pada tubuh burung. Oleh karena luas dan bentuknya
bervariasi maka perlu diklasifikasi. Bidang utama dijelaskan sebagai berikut:
Capital tract menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus
ke pterilae berikutnya. Spinal tract memanjang dari atas leher ke punggung
kemudian ke dasar ekor dan bisa berlanjut atau mungkin terpisah di tengah.
Kadang-kadang spinal tract terbagi menjadi bagian-bagian di tengah punggung
yang menutup apterilae eliptik dan kadang bagian pangkalnya bercabang dua
hingga dasar ekor.
Ventral tract berawal di antara cabang dari rahang bawah dan memanjang
turun ke sisi ventral leher, yang biasanya bercabang menjadi dua bisang lateral
yang melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir di sekitar anus. Bagian apterilae
pada dada bawah dan perut dari beberapa burung, menjadi kaya pembuluh darah
selama masa bersarang dan merupkan brood patch (daerah mengeram). Ketika
terbentuk brood patch, kulit menjadi lebih tipis dan bulu-bulu pada area itu
rontok. Ini diyakini untuk membantu pengeraman, karena kulit yang berhubungan
dengan telur menerima lebih banyak darah daripada kulit di bagian tubuh lainnya.
Humeral tract adalah sepasang pterilae yang sejajar satu sama lain seperti
pita sempit yang meluas ke belakang pada sisik puundak. Bulu pada bidang
tersebut disebut scapular (bulu tulang belikat). Caudal tract termasuk retrices,
bulu pada ekor, biasanya panjang, kuat dan ringan.
Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Remiges
adalah bulu ringan dan kuat yang tumbuh dari batas ujung sayap, terbagi menjadi
3 golongan yaitu yang terletak antara pergelangan dan ujung disebut primer,
antara pergelangan dan siku disebut sekunder, sedangkan remiges paling dalam
yang nampak sebagai kelanjutan sekunder pada daerah siku disebut tertier. Thumb
(ibu jari) pada sayap burung diyakini merupakan sisa jari kedua, ada tiga bulu
seperti remiges yang disebut alula. Bulu yang menutupi permukaan atas dan
bawah sayap disebut covert (bulu penutup), yang meliputi covert sayap bagian
atas (bulu covert primer yang paling besar, covert sekunder), alula covert
melengkapi covert lain, dan sebagian kecil bulu permukaan atas yang menutup
batas pangkal sayap disebut marginal covert. Covert pada sisi bawah sayap
terpisah antara covert primer dan covert sekunder. Selain remiges, alula dan
covert, ada sekelompok bulu dan aksilla sayap yang dikenal sebagai aksilaria.
Femoral tract meluas sepanjang permukaan luar paha dari dekat sendi lutut
ke tubuh. Crural tract menyusun sisa bidang bulu lainnya pada kaki. Tulang
kering umumnya tidak berbulu (Sukiya, 2001).
Warna Bulu
Warna bulu dihasilkan oleh butir-butir pigmen, dengan defraksi dan refleksi
cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen-pigmen pokok adalah melanin dan
karotenoid. Karotenoid sering disebut lipokrom, tidak larut dalam air tetapi dapat
larut dengan pelarut lemak seperti methanol, eter atau karbon disulfida. Ada 2
jenis karotenoid yaitu golongan zooeritin atau animal red dan zoosantin atau
animal yellow. Pigmen melanin hanya terlarut dalam asam. Butir-butir melanin
beraneka rupa dari hitam hingga coklat gelap, dan faeomelanin hampir tanpa
warna hingga coklat kemerahan (Sukiya, 2001).
Butiran pigmen dapat ditemukan pada shaft dan barbula, dan umumnya
warna bulu merupakan produk karotin dan melanin. Adanya butir-butir melanin
bulat di dekat ujung bulu luar akan memberikan efek yang dikenal dengan sebagai
ring Newton dan menyebabkan perubahan warna-warni bulu. Warna biru, violet,
dan hijau tidak dihasilkan dari pigmen tetapi tergantung sepenuhnya pada struktur
bulu. Misalnya warna bulu pada burng Bluebird bahwa bulu-bulu biru ternyata
tidak mengandung pigmen biru, tetapi pigmen kuning yang menyerap semua
spektrum sinar selain sinar biru, kemudian dipantulkan. Warna hijau juga
dihasilkan dengan cara menyerap semua spektrum sinar kemudian dipantulkan
kembali. Burung tropis pemakan pisang (plantain-eater) memiliki pigmen
tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan warna hijau, sedangkan
warna merah gelap dihasilkan oleh turacin. Salah satu spesies ini adalah Tauraco
corythaix, mempunyai kuning telur berwarna merah terang. Analisis kimia
menunjukkan bahwa pigmen-pigen yang menghasilkan warna kuning telur yang
tidak biasa ini adalah karotenoid dan sekitar 60% terdiri dari pigmen merah yang
dikenal sebagai astasantin (Sukiya, 2001).

Gambar. Blue JayS Bird (James, 2014)


Meskipun warna burung adalah genetik, namun dapat berubah oleh faktor
internal atau eksternal. Menurut ahli aviculturist, banyak spesies burung memiliki
warna bulu merah tetap warna merah ini cenderung berganti kuning setelah
beberapa tahun di dalam kurungan. Bahkan jarang ditemukan kutilang rumahan
(Carpodacus mexicanus) dengan bulu-bulu kekuningan atau oranye di kepala
selain merah. Burung yang di kurung, perubahan ini dianggap berasal dari
makanan. Hormone juga berperan penting dalam pengendali warna bulu. Spesies
burung juga terdapat dimorfisme warna dalam seksual, pengaturan hormone
esterogen banyak berperan pada burung jantan yaitu sebelum hinga awal
pergantian bulu, sementara itu burung betina mungkin diinduksi oleh bulu burung
jantan dengan pengaturan testosterone (Sukiya, 2001)
Oksidasi dan abrasi/gesekan merupakan faktor eksternal yang berpengaruh
pada perubahan warna bulu burung. Terutama karoten, merupakan subyek pokok
pemudaran sinar matahari, dan bulu-bulu yang diiliki selama satu tahun mungkin
berbeda-beda warnanya (Sukiya, 2001).
Molting (Pergantian bulu burung)

Ketika dewasa, bulu, seperti rambut mamalia, adalah struktur mati.


Shedding, atau molting, adalah proses sangat teratur. Bulu-bulu lama akan lepas
secara periodik dan digantikan oleh bulu baru. Pelepasan dan pergantian bulu
disebut molting. Proses pergantian bulu mengikuti urutan yang pasti. Ada juga
bulu pada bagian tertentu dari tubuh burung yang mengalami pergantian awal
sebelum bulu lain, bahkan pterilae terlepas walaupun hanya satu akan segera
diganti. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam masa setahun dan
umumnya ini diselesaikan dalam satu periode (beberapa minggu) (Hickman,
2008).
Umumnya burung dewasa mengalami pergantian bulu sekali setahun,
terkecuali burung kolibri betina mempertahankan bulunya selama 2 tahun.
Pergantian bulu tahunan biasanya setelah musim perkembangbiakan, tetapi ada
juga yang mendahului musim perkembangbiakan. Di luar masa pergantian, umum
hanya pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Fakta menunjukkan oleh karena
warna bulu burung, sering membuat orang menempuh perjalanan jauh sampai
ribuan kilometer dan mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkannya.
Natal plumage (bulu saat menetas), ada beberapa burung yang sama sekali
telanjang saat menetas. Sebagian besar spesies burng memiliki jumlah bulu yang
bervariasi, hanya beberapa deret bulu pada spesies altricial (missal pada burung
merpati) atau tubuh tertutup bulu sepenuhnya pada burung pecocial muda (missal
pada ayam).
Bulu saat menetas akan rontok dan akan diganti bulu baru, sebagai berikut:
a. Juvenal plumage (bulu anak burung). Burung merupakan karakteristik dari
sebagian burung muda. Bulu lebih substansial dari natal plumage. Pada
sebagian besar burung passerine hanya bertahan beberapa minggu kemudian
sebagian atau seluruhnya akan rontok oleh pergantian bulu dan diganti
dengan first winter plumage.
b. First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun). Bulu ini diperoleh pada
akhir musim panas atau musim gugur dan bertahan hingga musim semi
berikutnya atau selama 12 bulan, tergantung pada spesies. Sebgaian besar
spesies burung, bulu akan digantikan walau hanya sebagian. Bulu pengganti
sebelum kawin pertama ialah diganti dengan first nuptial plumage.
c. First nuptial plumage (bulu kawin pertama). Bulu perkembangbiakan
pertama, yang bisa saja mirip atau berbeda dengan bulu dewasa. Bulu ini
pada beberapa spesies hanya merupakan bulu tahun pertama, ada juga bulu
nuptial diperoleh dengan pergantian bulu lengkap yang meliputi semua bulu.
Bulu ini biasanya rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin
pertama, kemudian digantikan dengan second winter plumage.
d. Second winter plumage (bulu tahun kedua). Bulu ini dapat dibedakan dengan
bulu dewasa musim dingin, kecuali untuk spesies yang memperoleh bulu
dewasa pada tahun pertama atau yang memeroleh bulu dewasa lebih dari dua
tahun. Bulu inni akan digantikan pada musim semi berikutnya dengan bulu
musim kawin kedua.

Bulu burung muda pada beberapa spesies dapat dibedakan dengan mudah
dari bulu burung dewasa. Beberapa burung pantai seperti knot dan dowitcher, dari
bulu berwarna abu-abu kemerahan dan putih digantikan warna-warna cemerlang.
Bulu putih kontras di musim dingin pada burung ptarmigan diganti dengan bulu
warna cerah pada musim kawin. Meskipun warna burung jantan dan betina identik
sama, namun warna bulu burng jantan lebih cerah disbanding dengan warna bulu
burung betina.
Pergantian bulu yang agak aneh ditemukan pada pejantan itik tertentu.
Setelah musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, burung jantan
berwarna pudar abu-abu kemerahan dan bulu pada sayap pun dilepas begitu cepat
sehingga untuk sementara burung ini tidak tidak dapat terbang. Oleh karena warna
bulu penjantan menjadi pudar, menyebabkan burung jantan tidak menarik
(Sukiya, 2001).
Fungsi Bulu
Bulu merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh kelas Aves, terdapat
beberapa fungsi bulu pada Aves diantaranya sebagai penghangat, perlindungan,
membantu untuk meningkatkan kemampuan apung, dan untuk terbang. Berbagai
fungsi tersebut diuraikan sebagai berikut.
Penghangat. Salah satu fungsi pokok bulu adalah penghemat panas tubuh
sebab burung adalah hewan endoderm. Lapisan udara yang ditahan di dalam
struktur bulu menjadi isolator hilangnya panas tubuh dan penetrasi dingin dari
luar. Kedalaman lapisan ini dapat dikendalikan dengan menegakkan atau
merebahkan bulu. Pada saat cuaca dingin, burung yang sedang istirahat bulunya
akan ditegakkan untuk meningkatkan lapisan isolator seperti halnya ketika kita
mengenakan pakaian lebih tebal untuk tujuan yang sama. Bila cuaca panas, maka
bulu akan direbahkan ditekan kuat ke tubuh untuk memperkecil lapisan isolator.
Perlindungan. Bulu memberi berbagai macam perlindungan terhadap tubuh
burung. Burung yang tidak mampu terbang atau hanya berkemampuan terbang
terbatas, tergantung pada kemampuan lari akan terlepas dari bahaya. Bulu juga
member perlindungan langsung terhadap luka. Kulit burung relative lebih tipis
disbanding dengan kulit vertebrata lainnya dan akan segera luka karena gesekan
ranting jika tidak ditutupi oleh bulu. Itik dan angsa hampir tidak tertembus air
karena rapatnya bulu-bulu tubuh. Warna bulu berperan penting terhadap banyak
spesies burung. Warna tersamar dengan tanah dari pola warna burung
Caprimulgid, misalnya elang malam tidur di tanah terbuka pada siang hari dengan
tenang. Jadi pola warna bulu dapat menjadi alat kamuflase dari pemangsanya.
Berbagai pola hitam putih di punggung burung pelatuk membuat sulit terlihat
pada latar belakang pohon-pohon kayu. Warna semacam ini dianggap sebagai
pewarnaan distruktif. Sebagaian besar warna permukaan bawah tubuh lebih cerah
bagian atas, karena secara teoritik bahwa permukaan perut yang cerah
menetralkan efek bayangan sehingga sketsa burung tidak di luar relief.
Warna berbagai burung disesuaikan dengan habitat. Burung yang mendiami
rerumputan cenderung berbelang, yang hidup di bawah semak akan bercorak
coklat, sementara yang mencari makan di antara daun-daun dan cabang-cabang
(misalnya burung pengicau) coraknya hijau atau kuning. Warna populasi burung
di daerah kering lebih pucat disbanding spesies yang hidup di daerah lembab dan
curah hujan yang tinggi dengan vegetasi yang subur.
Kemampuan apung. Fungsi penting lain dari bulu, khususnya pada burung
air adalah meningkatkan kemampuan apung. Permukaan bawah tubuh burung
perenang tertutup rapat oleh bulu-bulu, di dalam bulu tersebut terdapat kantung
udara. Burung tersebut dapat beristirahat layaknya di atas rakit sendiri.
Terbang. Apabila tidak ada bulu, maka burung tidak akan dapat terbang.
Tubuh burung berbentuk garis lurus dan secara proporsional ringan karena
struktur rangka dan berbagai ruang udara di bagian tubuh. Otot dada yang
memberikan daya dorong sayap berkembang sangat kuat. Efisiensi sistem
pernapasan sangat tinggi karena proses pertukaran gas berlangsung sangat baik
dan cepat. Efek lain dari efisiensi pertukaran gas ini adalah sistem pendinginan
tubuh berlangsung sangat baik.
Mekanika terbang burung merupakan obyek studi yang menarik berkaitan
dengan aerodinamika (Prum, 199). Prinsip mengangkat, menarik, ujung pemutar,
penyebaran tekanan dan aspek rasio yang digunakan dalam penerbangan adalah
berdasar pada terbang burung. Sayap seekor burung dan sebuah pesawat dalam
hal tertentu dapat disamakan. Keduanya bergaris lurus untuk mengurangi
resistensi udara, permukaan dada cembung sehingga tekanan dari bawah melebihi
tekanan dari atas. Setengah bagian dalam dari sayap burung berkaitan dengan
daya menganngkat, setengah bagaian luar dari pergelangan sayap hingga ujung
sayap berperan sebagai daya pendorong. Bagian distal sayap dalam posisi
setengah lingkaran digunakan untuk melayang. Sayap bagian luar, bukan saja
mampu menghasilkan dorongan ke depan tetapi juga sebaliknya. Untuk
mengangkat tubuh secara vertical atau untuk meluncur dilakukan oleh sayap
bagian dalam.
Gerakan sayap turun ke depan adalah saat bergerak turun dan ketika
bergerak naik maka sayap mengarah ke belakang dan diangkat. Saat gerakan naik,
sebagian sayap dilipat sehingga mengurangi resistensi udara. Burung pada saat
akan hinggap, memanfaatkan kepakan sayap yang sebelumnya diawali dengan
memperbesar sudut sayap secara drastic sehingga bagian punggung langsung kea
rah bawah. Akibat gerakan yang demikian itu akan memperbesar pengagkatan
sementara pada saat kecepatan berkurang dan berhenti ketika kaki menyentuh
landasan.
Burung pada saat terbang ada yang hampir selalu terbang sendiri, dan ada
yang selalu berkelompok. Ada kelompok burung yang terbang tanpa pola, ada
yang terbang terkoordinasi dalam ruang, dalam kecepatan, dalam arah dan waktu
berangkat serta mendarat. Sekawanan burung yang sedang terbang mungkin
dalam formasi baris dari berbagai bentuk baik sederhana atau campuran misalnya
pada burung pelican, burung laut, itik, dan angsa. Formasi terbang dalam bentuk
gerombolan misalnya pada burung pipit, burung jalak, merpati, dan murai.
Sekawanan burung yang terbang berasama, mungkin merupakan suatu adaptasi
perlindungan terhadap predatornya karena deteksi visual menjadi lebih.
Sekawanan burung ini mungkin juga sebagai adaptasi untuk mengusir musuh
secara bersamaan (Sukiya, 2001).
Paruh
Paruh burung merupakan merupakan modifikasi dari rahang atas dan rahang
bawah. Paruh berfungsi untuk mencari makan, pertahanan, membuat sarang, dan
menjilati bulu. Bentuk paruh pada setiap spesies berbeda yang merupakan
penyesuaian dengan kebiasaan hidup dan jenis makanannya. Kerangka bertulang
paruh atas dan bawah adalah lapisan bertanduk yang disebut ramfoteca. Bagian-
bagian paruh burung adalah sebagai berikut (Sukiya, 2003):

a. Kulmen. Merupakan bagian dorsal rahang atas yang mmanjang dari dasar
ke ujung paruh.
b. Tomia mandibular. Merupakan rahang bawah.
c. Tomia maksila. Merupakan rahang atas.
d. Sere. Adalah bagian basal dari rahang atas lembut dan berdaging.
e. Poperkulum. Yaitu daging atau lapisan tanduk penutup lubang hidung
pada beberapa spesies burung.
f. Perforate. Adalah sekat lubang hidung internal yang terpisah
g. Imperforate. Sekat lubang hidung internal yang tidak terpisah.
h. Gony. Merupakan daerah di tengah yang terbentuk oleh sambungan
rahang sebelum tersambung dengan rahang bawah.

Bentuk paruh masing-masing spesies berbeda tergantung pada jenis


makanannya. Bentuk paruh aves berdasarkan makanannya antara lain (Sukiya,
2003):

a. Paruh burung pemakan biji


Berbentuk kerucut, kokoh, dan meruncing tajam, sehingga dapat
mempermudah untuk mengumpulkan dan menguliti biji. Ujung-ujung
paruh saling menyilang dan memungkinkan burung untuk menyungkil biji
dari contong. Contohnya pada burung kutilang.

Paruh burung pemakan biji (Hickman et al., 2007).


b. Paruh burung pemakan daging
Ujung paruh burung pemakan daging berbentuk kait guna menyobek
makanan menjadi potongan kecil untuk ditelan. Contohnya pada burung
elang.

Paruh burung elang (Hickman et al., 2007).


c. Paruh burung pemakan ikan
Paruh burung pemakan ikan berbentuk tombak panjang. Contohnya
burung bangau, burung pelikan, dan kuntul. Pada burung pelikan memiliki
kantung gular di bawah dagu. Kantung ini berfungsi untuk menyimpan
ikan sementara dan membantu proses penelanan. Selain itu kantung ini
juga berperan dalam pemberian makan burung muda dengan cara
memuntahkan makanan dari tembolok ke dalam kantung. Pada spesies lain
kantung gular digunakan untuk menunjukkan jens kelamin. Selama musim
bercumbu, burung jantan membusungkan kantung gular hingga nampak
seperti sebuah balon.

Paruh burung pemakan ikan (Hickman et al., 2007).


d. Paruh burung pemakan serangga

Bentuk paruh burung gagak (Hickman et al., 2007).


Pada burung pemakan serangga contohnya burung pelatuk paruhnya kuat
seperti pahat yang mampu memotong kayu dan melubangi pohon untuk
menangkap serangga. Selain itu burung berkicau yang memunguti
serangga dari dedaunan mempunyai paruh berbentuk ramping
e. Paruh burung pemakan madu
Contoh burung pemakan madu adalah burung kolibri, paruhnya berbentuk
lonjong yang mampu menampung madu.
Alat gerak
Alat gerak pada aves dapat berupa kaki dan sayap. Pada prinsipnya
pergerakan aves dengan kaki adalah sama dengan hewan lain yang bergerak atau
berpindah te,pat dengan kaki. Namun tidak dapat dilupakan bahwa terdapat salah
satu ciri kas dari kelas aves yang menjadi khasnya yaitu kemampuan untuk
terbang. Pergerakan aves dalam terbang didukung oleh struktur tubuh dari aves itu
sendiri. Bulu aves yang berdiferensiasi sedemikian rupa sebagai sayap yang
susunannya rapat, dan didukung dengan tulang dada aves yang lebar sangat
mendukung untuk melakukan penerbangan. Menurut Hickman et al (2008) untuk
terbang, burung harus menghasilkan kekuatan angkat lebih besar dari massa
mereka sendiri untuk menjadi udara dan mereka harus memberikan dorongan
untuk bergerak. Burung menggunakan sayap mereka untuk menyediakan
keduanya.
Secara umum, bagian distal dari sayap, tulang tangan dimodifikasi dengan
primary terpasang, bertindak sebagai baling-baling untuk memberikan dorongan.
Daya angkat disediakan oleh bulu di bagian yang lebih medial dari sayap, yang
sekunder, terkait dengan lengan. Sayap ini dirampingkan penampang, dengan
sedikit permukaan cekung yang lebih rendah (melengkung), bulu rapat di mana
tepi terkemuka memenuhi udara. (Hickman et al. 2008)
Selama terbang, udara tergelincir mulus di atas sayap, menciptakan daya
angkat dengan drag minimum. Beberapa daya angkat dihasilkan oleh tekanan
positif terhadap permukaan bawah sayap. Tapi di sisi atas, di mana aliran udara
harus melakukan perjalanan jauh dan lebih cepat di atas permukaan cembung,
tekanan negatif dibuat yang menyediakan lebih dari dua-pertiga dari total daya
angkat.bawah. (Hickman. 2008)
Gambar. Aliran udara saat terbang
Sumber : Hickman et al (2008)
Sayap burung menurut bentuknya dan fungsinya dalam penerbangan
dibagi menjadi empat macam, yaitu bentuk elips, lancip, panjang sempit, dan
lebar melengkung. Sayap elips dimiliki oleh burung yang harus bermanuver di
habitat hutan atau berbulu kasar, seperti halnya burung pipit, warblers, merpati,
burung pelatuk, dan burung gagak, memiliki sayap elips. Jenis ini memiliki aspek
rasio rendah (rasio panjang dengan lebar rata-rata). sayap elips ditempatkan antara
bulu primer; pengaturan ini membantu untuk mencegah mengulur-ulur selama
tikungan tajam, penerbangan kecepatan rendah, dan sering mendarat dan lepas
landas. Setiap bulu primer dipisahkan berperan sebagai sayap sempit dengan
sudut serangan tinggi, memberikan daya angkat tinggi pada kecepatan rendah.
Bentuk sayap tipis dan runcing dimiliki burung Burung yang makan
selama penerbangan, seperti walet, Kolibri, dan swifts, atau yang membuat
migrasi panjang, seperti plovers, Sandpiper, terns, dan burung camar, memiliki
sayap yang menyapu ke belakang dan lancip ke bagian ujung yang lebih ramping.
Mereka agak datar di penampang, memiliki aspek rasio tinggi. Jenis sayap
aerodinamis yang efisien untuk penerbangan kecepatan tinggi tetapi tidak dapat
dengan mudah menyimpan burung di udara pada kecepatan rendah. Burung-
burung tercepat, seperti sandpipers, clock di 175 km (109 mil) per jam,
merupakan kelompok ini.
Sayap panjang dan sempit dimiliki burung laut, termasuk elang laut,
burung penciduk, dan gannets juga memiliki sayap aspek rasio tinggi, berbentuk
seperti mereka yang berdiversifikasi. Sayap panjang, sempit seperti kekurangan
celah dan disesuaikan untuk melonjak dinamis. Melonjak dinamis hanya dapat
dilakukan atas lautan dengan kuat, mengandalkan angin, dan mengeksploitasi
kecepatan angin yang berbeda di dekat permukaan laut (lambat) dan jauh di atas
permukaan (cepat). Seekor burung yang menggunakan dinamis melonjak dimulai
meluncur melawan arah angin dari posisi tinggi, semakin cepat saat turun. Dekat
permukaan laut, itu berubah menjadi angin dan naik ke angin kuat. Meskipun
kecepatan relatif ke laut melambat, angin yang kuat melalui sayapnya
menyediakan daya angkat untuk tetap tinggi.
Sayap lebar dan melengkung banyak dimiliki burung predator. Vultures,
Hawk, elang, burung hantu, dan ospreys - predator yang membawa beban berat-
memiliki sayap dengan slotting, alulas, dan jelas bentuk melengkung, yang
semuanya mendukung daya angkat tinggi pada kecepatan rendah. Sayap burung
ini memiliki rasio aspek peralihan antara yang dari sayap elips dan sayap aspek
rasio tinggi. Banyak dari burung ini dekat tanah, dengan luas, sayap yang
memberikan respon sensitif dan manuver diperlukan untuk statis melambung di
arus udara berubah-ubah atas tanah.(Hickman et al., 2008)

Gambar. Bentuk dasar sayap burung


Sumber : Hickman et al (2008)
Adapun burung yang tidak bisa terbang, memilih bergerak dengan cara
lain yaitu berjalan dan/atau berenang. Seekor burung tidak mampu terbang terjadi
karea Penerbangan itu adalah tindakan yang sangat spontan. burung yang lebih
besar ukurannya baik bergerak berjalan atau berenang. burung kecil biasanya
mengambil lompatan cepat dengan kaki mereka diikuti dengan kepakan sayap
mereka. Burung yang tak bisa terbang biasanya memiliki cakar yang teradaptasi
dengan lingkungannya sebagai pendukung dalam pergerakan (Kotpal, 2009).
Menurut kotpal (2009) kaki dan cakar dari burung ada berbagai macam
berdasarkan morfologinya yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Kaki berjalan atau kursorial, ada pada burung berjalan dimana kakinya
kuat dan jumlah jari-jari kaki berkurang. Kaki belakang dapat meningkat,
berkurang atau tidak ada atau biasanya tanpa kuku.
2. kaki bertengger. Mayoritas burung milik kategori burung bertengger atau
pejalan kaki, seperti burung pipit, burung gagak, kutilang, burung robin,
mynahs, dll Tiga Jari-jari kaki anterior dan ramping, sementara satu kaki
atau hallux adalah posterior, sangat dibangun dan saling berlawanan,
sehingga mereka aman dapat kencangkan kaki ke cabang atau bertengger.
3. kaki pengais. Kaki unggas, burung puyuh, burung, dll gemuk, dengan
cakar kuat-dikembangkan dan dapat beradaptasi untuk menjalankan serta
mengais tanah. Kaki burung jantan biasanya dilengkapi dengan tulang
pacu runcing untuk menyerang dan bertahan
4. kaki liar. Predator atau karnivora burung, seperti elang, layang, burung
bangkai, burung hantu, dll telah sangat mesesuaikan dengan kaki untuk
memukul dan menangkap mangsa mereka. Jari-jari kaki memiliki otot
kuat, cakar tajam dan melengkung. Besar dan berdaging bulbs, yang
disebut tylari, ditemukan pada permukaan bawah jari-jari kaki, terutama
dikembangkan di burung gereja Elang-. Dalam osprey dan Ketupa, tylari
tidak hadir tapi Duri tanduk hadir, yang membantu dalam mencengkeram
mangsa licin seperti ikan.
5. Kaki rendam. Kaki dan jari kaki yang sangat panjang dan ramping di
rendam pada burung berawa seperti bangau, Snipes, jacana, Lapwing, dll
ini berfungsi untuk berjalan di atas vegetasi air atau rawa-rawa. selaput
tidak hadir atau dengan lemah dikembangkan.
6. Kaki renang. Dalam berenang burung, jari-jari kaki berselaput, sebagian
atau seluruhnya. Pada burung menyelam, seperti Coots dan grebes. Dalam
berenang dan mendayung burung, seperti bebek dan teals, hanya anterior
tiga jari bersatu dalam sebuah selaput. Dalam pelican dan dandang, semua
empat jari kaki diapit selaput.
7. kaki panjat. Dalam beo dan burung pelatuk kaki digunakan sebagai organ
menggenggam dan terutama disesuaikan untuk memanjat permukaan
vertikal. Jari-jari kaki kedua dan ketiga titik di depan, sementara yang
pertama dan jari-jari kaki keempat titik mundur
8. kaki menempel Dalam swifts, Martinets dan Kolibri, semua empat jari
kaki menunjuk depan dan berfungsi untuk melekat pada wajah curam
tebing atau di bawah gua rumah, dll
9. modifikasi lain dari kaki. The pectinate cakar (sisir) pada ibu jari tengah
poorwill yang berfungsi untuk menggaruk bulu kepala, untuk meluruskan
bulu rictal kusut, dan mungkin untuk menyisir kutu. pinggiran berdaging
kulit berkembang di sisi jari-jari kaki snowshoe seperti dari belibis
mengacak-acak, selama musim dingin saja, untuk berjalan di salju. Cakar
belakang yang panjang dari burung-burung dan tertentu fringillids juga
dapat menanggung beberapa arti fungsional
Gambar. Macam cakar burung
Suber : Kotpal (2009)
Klasifikasi Aves
Menurut Sukiya (2001) Kelas Aves dibagi menjadi 2 subkelas yang terdiri
dari banyak ordo yang masing-masing memiliki perbedaan karakteristik. Berikut
merupakan Klasifikasi dari Kelas Aves:
1) Subkelas Archaeonithes
Berasal dari kata archaios yang artinya kuno dan ornis artinya burung.
Merupakan burung-burung bergerigi dan termasuk spesies yang telah punah.
Hidup dalam periode Jurassik. Memiliki metakarpal yang terpisah dan tidak
memiliki pigostil. Selain itu Vertebral kaudal masing-masing dengan bulu
berpasangan. Ciri-ciri lain Archaeornithes antara lain memiliki gigi pada
paruhnya, ekornya masih bertulang, serta sayapnya masih bercakar
Ordo Archaeopterygiformes
Contoh spesies : Archaeopteryx sp

Gambar dari Archaeopteryx (Hickman, 2006)

Dikenal sebagai burung tertua, Archaeopteryx, berasal dari periode


Jurassic dari era Mesozoic, sekitar 147 juta tahun yang lalu. Archaeopteryx
memiliki banyak karakteristik reptil dan hampir identik dengan dinosaurus
theropoda tertentu kecuali Archaeopteryx itu memiliki bulu.
Bulu-bulu asimetris dan furcula besar pada Archaeopteryx memberikan
dukungan yang kuat bahwa itu adalah burung terbang. Namun, dibandingkan
dengan burung modern, mungkin Archaeopteryx bukan penerbang yang kuat,
karena sternum yang terdapat pada Archaeopteryx kecil dan hanya sedikit
daerah untuk melekatnya otot terbang. Dalam Archaeopteryx, kedua rahang
yang terdapat gigi diatur dalam soket, memiliki ekor yang panjang namun jika
pada burung modern tereduksi menjadi pigostil, Rusuk pada perut
mengambang namun pada burung modern telah hilang, metatarsal sebagian
menyatu, (Hickman, 2006)

Gambar rangka dari Archaeopteryx (Hickman, 2006)

Bulu pada sayap Archopteryx tumbuh dengan baik, memiliki pola dasar
dan proporsi sayap burung masa kini. Segi bentuk dan ukuran, sayap
Archopteryx mirip dengan burung woodcock, coucals, magpies, woodpeckers,
dan merpati. Bulu pada bagian sayap dan ekornya yang cukup besar sangat
membantunya saat menukik atau terbang tinggi, seperti burung masa kini. Ini
memberikan bukti bahwa Archopteryx adalah seekor burung yang terbang.
(Carroll, R.1997) Bulu-bulu Archopteryx merupakan bulu-bulu yang asimetris.
Makna dari ciri asimetris adalah mereka menunjukkan kemampuan terbang,
burung yang tidak bisa terbang seperti burung unta dan emu punya sayap bulu
simetris. (E. Olsen and Feduccia. 1979)

Gambar bulu dari Archopteryx (Carroll, R.1997)

Geometri cakar Archopteryx cocok dengan geometri cakar dari burung


pemanjat pohon seperi burung pelatuk. Perbandingan kelengkungan cakar kaki
Archopteryx dan kelengkugan cakar burung modern telah menegaskan bahwa
mereka termasuk kategori burung bertengger. Archopteryx memiliki tulang
hallux atau ibu jari kaki yang saling berlawanan dengan tiga jari kaki lainnya,
sehingga membantu mereka untuk bertengger di pohon. Jenis kaki ini
memberikan semacam "alat penguncian" yang membantu burung agar tetap
terjaga di ranting pohon bahkan ketika tidur. (Carroll, R.1997)
Gambar Kaki Archopteryx memberikan bukti mereka adalah burung bertengger

(Carroll, R.1997)

2) Subkelas Neornithes

Berasal dari kata neos, artinya baru dan ornisnartinya burung. Neornithes
merupakan subkelas dari burung modern yang merupakan nenek moyang terbaru
dari semua burung hidup (kelas Aves) dan semua keturunannya. Ciri-ciri
Subkelas Neornithes antara lain : Tulang metacarpalia bersatu membentuk
carpometacarpus, Jari kaki keduanya merupakan jari terpanjang, Memiliki kurang
lebih 13 vertebrae caudal, mengalami perkembangan sternum yg baik dan
biasanya terdapat taju dan Ekornya berbulu dan berukuran pendek.

Ordo Hesperornithiformes

Gambar dari Hesperornis


Hesperornis (nama yang berarti "burung Barat") hidup dari sekitar 84-78
juta tahun yang lalu.Hesperornis adalah burung besar, panjangnya sekitar 6 kaki
Paruh Hesperornis ini juga disesuaikan untuk menangkap ikan, dengan gigi tajam
membentang di sepanjang rahang bawah dan di bagian belakang atas. Sehingga
Sebuah contoh yang baik dari evolusi konvergen adalah kenyataan bahwa gigi
tidak dalam soket. Ketika di bawah air, hesperornis adalah perenang yang sangat
anggun dan lincah, kaki mendorong ke bawah di bawah air, sedangkan leher
panjang akan dengan mudah memungkinkan Hesperornis mengambil ikan dari
tempat persembunyian mereka. Tetapi karena kaki dan telapak kaki yang miring
hanya memberikan propulsi maksimum di dalam air, sehingga hesperornis akan
sangat rumit berjalan di tanah. (Hoganson et al.2007). Sternum dari Hesperornis
tidak menunjukkan adanya keel, hal ini yang menyebabkan hesperornis tidak
dapat terbang.

Ordo ichtyornithiformes

Gambar dari Ichthyornis (Chinsamy, L. D. Martin & P. Dobson . 1998)

Ichthyornis adalah jenis awal burung dari zaman Kapur, 95-85juta tahun
yang lalu. Spesies ini hidup di Amerika Utara oleh pantai dan makan terutama
pada ikan dan daging. Ichthyornis adalah burung laut yang mungkin sangat mirip
dengan burung camar modern dalam hal ekologi. Struktur sayap Ichthyornis
kurang lebih sama dengan bentuk burung modern yang berarti bahwa sayap yang
mampu terbang dengan efisien. Sternum dari Ichthyornis juga menunjukkan
adanya perkembangan dari keel. Tulang ini akan menjadi titik sambungan utama
otot dada yang kuat yang akan memungkinkan mengepakkan sayap berulang kali
untuk menjaga burung di udara. Adanya metacarpal yang menyatu dan terdapat
pigostil menunjukkan bahwa Ichthyornis bisa membuat kontrol penerbangan lebih
bagus saat di udara dibandingkan dengan hewan primitive awal Cretaceous dan
Jurassic. Paruh Ichthyornis terdiri dari beberapa segmen yang membentuk satu
kesatuan. Gigi ichtyornis ini pada rahang bawah merata disisi tepi, pada rahang
atas berawal dari sisi tepi bagian tengah sampai ke belakang dan difasilitasikan
untuk menangkap mangsa seperti ikan yang berenang dipermukaan. (Chinsamy,
L. D. Martin & P. Dobson . 1998)

Gambar dari kerangka tengkorak Ichtyornis

Ordo Sphenisciformes
Contoh spesies : penguin

Penguin adalah burung akuatik yang termasuk dalam kategori burung yang
tidak dapat terbang serta secara umum hidup di belahan Bumi Selatan. Umumnya
penguin memakan krill (sejenis udang), ikan, cumi-cumi dan hewan air lainnya
yang tertangkap ketika berenang di laut dengan paruhnya. Penguin dapat
meminum air laut karena kelenjar supraorbital pada tubuhnya menyaring
kelebihan garam laut dari aliran darah. Tubuh penguin sangat sesuai untuk
berenang dan hidup di air. Sayapnya merupakan pendayung dan tidak mampu
untuk terbang. Di daratan penguin menggunakan ekor dan sayapnya untuk
menjaga keseimbangan ketika berjalan. Setiap penguin memiliki warna putih di
sebelah dalam tubuhnya dan warna gelap (biasanya hitam) di sebelah luar tubuh.
Hal ini berguna untuk kamuflase. Hewan pemangsa seperti singa laut dari dalam
air akan sulit untuk melihat penguin karena perutnya yang berwarna putih
bercampur dengan pantulan permukaan air laut. Sedangkan permukaan gelap pada
punggungnya juga menyamarkan penguin dari pandangan hewan pemangsa di
atas air. Penguin mampu berenang dengan kecepatan 6 hingga 12 km/jam bahkan
pernah tercatat hingga 27km/jam. (Tui ,D.R., et al. 2013). Beberapa spesies
penguin adalah sebagai berikut:

1) Penguin Kaisar (Aptenodytes patagonicus)

Tinggi badan mencapai lebih dari 1 meter dan bobot lebih dari 35 kg.
Penguin kaisar juga memiliki kaki yang berjaring dan bulu tebal di seluruh
tubuhnya yang kedap air, dan merupakan spesies burung yang tidak dapat terbang.
Namun ciri yang paling terlihat untuk membedakan penguin kaisar dengan jenis
penguin lain adalah garis kuning samar pada bagian lehernya. Sayap yang pendek
memungkinkan penguin jenis ini untuk berenang hingga sejauh 15 km dan
menyelam sampai pada kedalaman 900 kaki selama 18 menit. Oleh karena itu,
ikan yang dimakannya lebih besar daripada yang dimakan oleh penguin-penguin
dengan ukuran tubuh lebih kecil.

2) Penguin Raja (Aptenodytes forsteri)

Perbedaan antara penguin raja dengan penguin kaisar adalah pada garis
kuning yang terdapat pada leher penguin raja lebih mencolok dan membentuk
lengkungan tegas yang lebih telihat dibandingkan dengan penguin kaisar.
3) Penguin Gentoo (Pygoscelis papua)

Gentoo adalah spesies penguin terbesar nomer tiga setelah king penguin
dan Magellan penguin dengan tinggi antara 51 cm 90 cm dan berat antara 4,9 kg
-8,5 kg.

4) Penguin Adelie (Pygoscelis adeliae)

Secara fisik penguin ini dapat dikenali dengan melihat paruhya yang
pendek dan agak tumpul, kepala dan badan bagian belakangnya dipenuhi warna
hitam, perut berwarna putih, dan lingkaran putih disekitar mata dengan tinggi
maksimal adalah 75 cm
5) Penguin Chinstrap (Pygoscelis Antarctica)

Penguin Chinstrap lebih menghindari es di laut jika dibandingkan dengan


penguin Adelie yang sangat bergantung pada es di laut.
6) Penguin Rockhopper (Eudyptes chrysocome)

Jenis penguin ini termasuk unik dan lain daripada yang lainnya.
Keunikannya dapat dilihat dari kepalanya yang memiliki jambul berwarna
kekuningan yang memanjang dari pangkal paruh hingga kebagian belakang
kepalanya. Keunikan lainnya adalah habitat asli penguin ini berupa kawasan yang
dipenuhi tebing berbatu-batu yang terdapat di pulau-pulau kecil disekitar Benua
Antartika dan Samudra Hindia serta Atlantik bagian selatan.

7) Penguin Mata Kuning (Megadyptes antipodes)

Pinguin mata kuning (Megadyptes antipodes) adalah penguin endemik


Selandia Baru. Seperti kebanyakan penguin lainnya, penguin ini merupakan
piscivora. Penguin mata kuning adalah spesies penguin paling langka,
populasinya diperkirakan sekitar 4.000 burung
8) Penguin Magellanic (Spheniscus magellanicus)
Secara fisik, penguin Magellan dapat dikenali dengan melihat paruhnya
yang besar dan adanya garis putih besar dibagian kepala serta lehernya serta garis
hitam dibagian atas dadanya.

Ordo Struthioniformes

Contoh spesies : Struthio camelus (burung unta)

Gambar dari burung unta (Hickman, 2006)

Burung Unta merupakan burung terbesar yang masih hidup dan tidak bisa
terbang. Termasuk hewan berdarah panas. Burung Unta mempunyai sayap besar
tapi digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis dan menghangatkan telur.
tungkainya amat panjang serta kuat, dan dengan lehernya yang panjang
menentukan ketinggiannya yang dapat mencapai 2.50 m, dengan berat 135
kg.Yang jantan berwarna hitam dengan sayap dan ekor putih. Yang betina
berwarna cokelat abu-abu dan lebih kecil. Dengan lehernya yang panjang dan
matanya yang tajam, burung Unta dapat menjangkau daerah yang jauh dengan
penglihatannya, dan tungkainya yang panjang dapat dipakai untuk mencapai
kecepatan lari sekitar 70 km setiap jam atau sekali langkah mampu menjangkau 5
meter. Sayap pada burung unta berfungsi untuk mengatur arah saat berlari, dan
menarik pasangan saat masa kawin. Sayapnya jika direntangkan mencapai 2
meter. Burung unta memiliki paruh tak bergigi dan lancip. Burung unta hanya
memiliki 2 jari kaki. Ekor memiliki lebih dari 60 bulu yang tersusun berlapis-lapis
daan hanya 14 yang benar-benar termasuk bulu ekor. Tidak seperti burung
lainnya, yang memiliki 3 atau 4 jari kaki. Inilah yang memungkinkan burung unta
memiliki kecepatan beraktifitas lebih besar. (Davies., et al. 2003)

Ordo Rheiformes

Contoh spesies: Rhea americana

Gambar dari Rhea Americana

Rhea adalah burung besar yang tidak dapat terbang yang memiliki kaki
dan leher panjang, secara fisik rhea memiliki kemiripan dengan burung unta
namun rhea lebih berwarna abu-abu kecokelatan. Kepala, leher dan paha berbulu,
bulu tak bercabang, tidak memiliki ekor. Rhea memiliki sayap yang besar. Mereka
akan membentangkan sayap ketika berlari. Burung ini bisa mencapai tinggi lima
kaki (1.7 m). Tidak seperti burung lainnya, jari kaki rhea hanya berjumlah tiga
dengan cakar yang kuat, namun ini dapat membuat mereka berlari lebih leluasa.
Rhea adalah omnivora, umumnya daun pepohonan, namun rhea juga memakan
biji, akar, buah, serangga, vertebrata kecil, dan bangkai binatang. Burung ini
berasal dari Amerika Selatan. Saat ini hanya ada dua spesies: Rhea
Amerika dan Rhea Darwin. (Syerif, N. 2014)
Ordo Casuariiformes

Karakteristik dari ordo ini adalah burung memiliki ukuran yang besar, tidak
dapat terbang dan habitatnya di daratan. Memiliki telur raksasa dan menghuni
Australia serta New Guinea (Beehler & Pratt, 2016). Contoh dari spesies ini
adalah burung Kasuari (emu). Burung Kasuari tidak bisa terbang, tidak berlunas,
dan memiliki sayap kecil. Contoh lainnya adalah Dromiceius sp. yang memiliki
tinggi 1,7 m serta kepala dan leher tidak berbulu. Selain itu contoh spesies lainnya
adalah kiwi dan ostrich.

Gambar. Burung Kasuari (Beehler & Pratt, 2016).


Ordo Aepyornithiformes

Merupakan anggota yang sudah punah. Karakteristiknya tersusun atas tulang


sternum lebar dan pendek. Tingginya mencapai 3 m lebih dan telurnya 21-30 cm.
Contoh lainnya adalah Aephyornis sp. yang terdapat di Malagasi.
Aepyornis maximus (Mitchell et al., 2014)

Ordo Dinornithiformes

Contohnya adalah burung moa. Ciri-ciri dari hewan ini adalah tidak berlunas
dan merupakan spesies yang telah punah. Memiliki tulang korakoid, skapula,
sayap telah tereduksi atau hilang.

Elang yang menyerang burung Moa (Bunce et al., 2005)


Ordo Apterygiformes

Memiliki paruh yang panjang, lubang hidung di ujung paruh. Sayap


berdegenarasi (humerus vestigial, hanya ada satu jari, tidak memiliki bulu
pulmae), tida berlunas, bulu filophum seperti rambut. Kaki pendek teapi kuat dan
mempunyai 4 jari. Tiga jar depan panjang, jari belakang pendek dan agak naik.
Jari mempunyai cakar. Contoh spesies lainnya adalah Apteryx sp yang merupakan
hewan omnivora, telurnya berjumlah 1 atau 2 butir dengan ukuran 7-12 cm.
Hewan ini terdapat di Selandia Baru.

Apteryx australis
Ordo Tinamiformes

Contohnya adalah burung tinamu yang memiliki sayap yang dapat digunakan
untuk terbang, berlunas dan pigostil tereduksi. Biasanya berlarinya sedikit
terbang. Contoh: Tinamus sp., Rhynchotus sp. Terdapat di Amerika Latin.

Tinamus sp.
Ordo Gaviiformes

Anggota dari ordo ini adalah burung aquatic berukuran cukup besar yang
dapat menyelam untuk mencari makan. Paruh panjang, besar, dan runcing. Sayap
kecil dan runcing. Contohnya adalah burung Iun. Ciri-cirinya adalah memiliki
kaki yang pendek pada ujung tubuh. Memiliki jari-jari yang penuh dengan
membran kulit. Patella kecil-kecil, Terbang cepet melayang-layang, dan menukik.
Makanannya berupa ikan. Contoh spesies lainnya adalah Gavia immer yang
berada pada belahan bumi utara (Clements, 2007).

Gambar. Gavia immer (Clements, 2007)


Ordo Podicipediformes

Karakteristiknya adalah memiliki ekor berbulu kapas, kaki jauh di bagian belakang
tubuh. Dapat menyelam dengan cepat. Habitatnya dapat hidup di air laut maupun air
tawar. Merupakan hewan pemakan segala sehingga disebut omnivora. Contoh spesies
lainnya adalah Podiceps curitus, Podilymbus podiceps.

Gambar. Podilymbus podiceps (Muller, M. J., and Storer, R.W., 1999)


Ordo Procellariiformes

Ordo Procellariiformes mempunyai ciri-ciri umum burung berukuran


besar berbadan agak gempal, mempunyai rentang sayap yang lebar, ekor pendek
bulat mengerucut, tipe paruh pemakan ikan berbentuk seperti botol bulat
memanjang dengan paruh bagian atas ujungnya meruncing kebawah, kaki
pendek berselaput, warna bagian punggung gelap dan warna pada bagian
perut putih. Sering ditemukan terbang di laut lepas dan dekat pantai (Pranoto
et al. 2015).
Menurut Kindersley (2010) Ordo Procellariiformes merupakan kelompok
burung albatross. Kelompok burung ini memiliki ciri anatomi leher, ekor, dan
kaki pendek. Tiga jari kaki dipersatukan oleh selaput. Kebanyakan pada spesies
ini memiliki sayap sangat panjang. Semua anggota kelompok ini memiliki
lubang hidung bulat memanjang di paruh bagian atas, ciri unik diantara
burung. Mereka kerap dikenal sebagai burung hidung tabung atau hidung
botol. Menurut Orr (1976) dalam Sukkiya (2001) ordo Procellariiformes memiliki
ciri-ciri yaitu lubang hidung tubular, paruh berlapis beberapa papan, di dalam
hidung terdapat kelenjar, jari kaki vestigial, bulu filoplum, hidup di lautan,
bertelur di pulau-pulau, ada 4 familia, 25 genus, 92 spesies. Terdiri dari 4 famili
yaitu Procellariidae, Diomedeidae, Hydrobatidae, Pelecanoididae. Contoh genus
dari ordo Procellariiformes ini seperti albatross, petrel dan shearwater.

Gambar. Diomedea exulans


Sumber: National Geographic Society (1996)
Nostril pada albatross, patrel dan shearwater menurut ACAP Seabird Bycatch
Identification Guide (2015)
Ordo Pelecaniformes

Ordo Pelecaniformes mempunyai ciri-ciri umum burung berukuran


sedang sampai besar, peruh pemakan ikan yang kokoh, sayap yang lebar,
mempunyai selaput di keempat jarinya yang saling berhubungan, kaki agak
pendek dibandingkan dengan ukuran panjang tubuh, warna bulu kebanyakan
hanya hitam dan putih, bulu mudah basah tapi pada bagian dalam kedap air,
sering ditemukan menyelam kedalam air menangkap ikan, biasanya sering
ditemukan daerah berair tawar dan di pantai (Pranoto et al. 2015). Menurut
Kindersley (2010) Ordo Pelacaniformes merupakan kelompok burung ini
merupakan burung laut besar mencakup pelican, pecuk-padi, buntut-sate,
cikalang, gannet, darter, dan angsa batu. Satu-satunya jenis burung dengan
selaput diantara keempat jarinya, dan kebanyakan spesies bersayap lebar.
Semua kelompok burung ini memakan ikan. Kelompok ini hampir ditemukan
di kawasan laut. Menurut Orr (1976) dalam Sukkiya (2001) ordo pelecaniformes
memiliki ciri keempat jari dalam satu membran kulit, lubang hidung vestigial,
paruh besar untuk menyerok ikan di laut. Memiliki 6 famili. Contoh genus dari
ordo Pelecaniformes ini seperti burung pelikan dan pecuk padi.

Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax sulcirostris)


Jenis ini dijumpai di lokasi penelitian
dengan jumlah 27 ekor selama
penelitian. Burung pecuk berukuran
sedang, dari paruh ke ekor sekitar 61 cm.
Bulu-bulu berwarna hitam dengan kilau
hijau atau ungu. Pada musim berbiak, terdapat bercak putih pada sisi
kepala dan di belakang mata. Bulu penutup sayap berwarna abu-abu,
sisi sayap hitam dan tampak seperti bersisik. Kulit muka dan kantung
paruh abu-abu biru. Iris hijau, paruh keabu-abuan, dan kaki hitam
(Gambar 52: BKSDA Lampung, 2012). Habitat burung ini adalah di
danau, muara, tambak, dan juga di tepi laut. Pada umumnya mereka
hidup dalam kelompok yang cukup besar. Pecuk-padi hitam
ditemukan menyebar luas di Australia, Papua, Maluku, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Bali dan Jawa. Burung ini juga ditemukan di bagian utara
Selandia Baru. Burung ini merupakan penetap berbiak yang langka,
namun pengunjung yang sangat umum di seluruh dataran rendah di
Papua. Didapati secara lokal pada elevasi di atas 500 m dpl, dan ada
beberapa catatan perjumpaan di sekitar ketinggian 1.200 m dpl di
Pegunungan Tengah yang terbuka.
Pelikan

Ordo Ciconiiformes

Ordo Ciconiiformes merupakan kelompok burung mempunyai ciri-ciri


umum burung berukuran sedang sampai besar, tipe peruh pemakan ikan
panjang dan meruncing, sayap yang lebar, jenjang kaki panjang 4 jari dan
3 jari terhubung selaput jarak antara jari longgar, beberapa kelompok
family memiliki leher yang panjang, sering ditemukan menyusur di
daerah lumpur dan berair mencari ikan, kepiting dan hewan air lainnya,
terdapat yang hidup nokturnal dan diurnal (Pranoto et al. 2015). Menurut
Kindersley (2010) Ordo Ciconiiformes merupakan kelompok burung
penyusur air mencakup kuntul, kowak, bangau, ibis. Semua bertubuh
besar, kaki panjang dengan leher panjang, dan paruh kokoh. Kaki panjang
membantu mereka menyusuri air dangkal, memakan ikan, amphibi, siput, dan
kepiting. Kaki panjang menjaga bulu agar tetap kering saat leher yang
fleksibel di julurkan ke dalam air. Kaki memiliki 4 jari berjarak longgar, 3 jari
disatukan oleh selaput, kelompok ini bersayap lebar. Menurut Orr (1976)
dalam Sukkiya (2001) ordo Ciconiiformes memiliki ciri yaitu hidup di sawah ,
leher panjang, kaki panjang, bulu dekoratif, kadang-kadang kepala gundul,
paruh bengkok ditengah pada flamingo, tidak ada membran kulit di sela
jarikecuali flamingo, makanannya ikan dan hewan kecil lainnya. Terdiri dari 6
familia. Contoh spesiesnya yaitu : Kuntul karang dan bangau tong-tong.

Kuntul karang

Burung air yang


memiliki nama lain
Egretta secra ini banyak
ditemukan di blok
Satrian dan Blok
Cungur. Burung ini
sangat menyukai
aktifitas mencari mangsa di daerah atau zona pasang surut. Kuntul karang
memilii 2 warna varian yaitu hitam dan putih, tetapi yang banyak ditemui
di lapangan adalah kuntul karang dengan varian warna gelap(abu-abu).
Burung ini memiliki warna mata kuning dengan paruh kuning pucat, kaki
kehijauan dan berjambul. Keberadaanya di pantai sangat dipengaruhi oleh
waktu pasang sutur air laut, karena mereka akan lebih mudah
mendapatkan mangsa berupa ikan kecil yang terdapat pada karang disaat
air laut surut. Cara berburu kuntul karang sangat berbeda dengan jenis
kuntul karang yang lain, burung ini tidak hanya berdiam diri saja dalam
berburu seperti jenis kuntul yang lain. Tetapi akan selalu bergerak dengan
mata selalu menatap ke air (Balai Taman Nasional Alas Purwo, 2011).
Bangau tong-tong
Burug bangau tong-tog mudah sekali
ditemukan pada saat air sedang surut, sering
terlihat di segoro anak. Blok Cungur. Bagi
pemula, burung ini sangat mudah untuk
diidentifikasi, memiliki tinggi sekitar 110 cm,
berat 5 kg dan rentang sayap 210 cm, berwarna
hitam dan putih dengan paruh yang besar.
Sayap, punggung dan ekor berwarna hitam dan tubuh bagian bawah dan
kalung leher berwarn aputih dengan kepala dan leher botak dengan bulu
kapas putih halus pada mahkota serta memiliki wajah yang jelek.
Mencari makanan berupa ikan, kodok, kadal, serangga besar dan jenis
invertebrata lainnya pada saat air surut, mudah sekali didekati dengan
gerakan yang tidak terlalu agresif. Selain dapat ditemukan di permukaan
air yang surut, bangau tong-tong juga terlihat bertengger di atas pohon
untuk beristirahat. Selama pengamatan hanya ditemukan 3 individu saja
(Balai Taman Nasional Alas Purwo, 2011)
Ordo Anseriformes

Memiliki paruh lebar tertutup dengan lapisan yang banyak mengandung organ
sensori. Kaki pendek , jari dengan membran kulit, dan memiliki ekor yang
pendek. Selain itu pada hewan muda berbulu kapas. Habitatnya tersebar diseluruh
wilayah dunia dan lebih dari 200 spesies. Contohnya: Anas platyrhynchos, Anas
crecca, Anas aythya vasilineria (bebek liar), cygnus sp. (angsa). Menurut Orr
(1976) dalam Sukkiya (2001) ordo Anseriformes memiliki ciri yaitu paruh lebar
tertutup dengan lapisan yang banyak mengandung organ sensori, kaki pendek, jari
dengan membran kulit, ekor pendek, hewan muda berbulu kapas, memiliki 2
familia. Contohnya angsa, bebek, itik.

Itik benjut

Itik benjut merupakan satu-satunya jenis itik-itikan yang bisa dijumpai di


Taman Nasional Alas Purwo. Burung ini sering ditemukan berpasangan
atau dalam kelompok kecil, di derah mangrove Segoro Anak resort
Grajagan. Dari segi namanya itik in memiliki tonjolan tulang bpada
dahinya, mungkin karena hal rersebut burung ini mempunyai ukuran agak
kecil (42cm), berwarna coklat abu-abu. Bila terbang terlihat warna putih
pada ketiaknya (Balai Taman Nasional Alas Purwo, 2011)

Ordo Falconiiformes

Ordo Falconiiformes mempunyai ciri-ciri umum burung berukuran


sedang sampai besar, tipe paruh pemakan daging, bentuk paruh pangkal
kokoh melengkung dan meruncing pada ujung bagian atas, mata yang sangat
tajam, leher pendek, kepala agak besar, sayap lebar, kaki kuat dan
mempunyai cakar yang sangat kuat untuk mencengkeram mangsa, warna pada
bagian atas punggung lebih gelap dari pada bagian perut. Sering ditemukan
melakukan soaring pada daerah teritorial dan untuk mencari mangsa (Pranoto
et al. 2015). Menurut Kindersley (2010) Ordo Falconiiformes merupakan
kelompok burung pemangsa nokturnal memiliki mata yang sangat tajam, kaki
berotot, dan paruh serta cakar yang tajam. Kelompok besar ini terkadang disebut
raptor meliputi elang, burung hering, sikep, elang tiram dan alap-alap. Memakan
berbagai hewan hidup seperti cacing, siput, hingga ikan, reptile, amphibi,
mamalia, dan burung lain. Beberapa memiliki sayap lebar dan berat, sementara
yang lainnya memiliki sayap kecil dan ramping. Mayoritas memiliki kepala
besar dan leher pendek. Salah satu ciri khas kelompok ini adalah paruhnya.
Memiliki bentuk paruh yang bervariasi sesuai dengan jenis makanan. Hampir
seluruh spesies memiliki paruh kuat dan melengkung, dengan pinggiran
tajam untuk merobek daging. Pada sebagian besar spesies, bulu berwarna
suram (cokelat, abu-abu, hitam, atau biru) terkadang kombinasi putih. ).
Menurut Orr (1976) dalam Sukkiya (2001) ordo Falconiiformes miemiliki ciri
paruh kuat sekali dan ada kait diujungnya, kaki digunakan untuk menerkam
mangsa, memiliki kuku tajam, predator aktif di siang hari, sayap kuat, terbang
cepat, terdiri dari 4 familia. Contoh spesiesnya yaitu elang bondol, rajawali dan
garuda.
Elang Bondol (Haliastur indus)
Jenis burung ini terlihat sedang
terbang berputar-putar di sekitar
lokasi penelitian. Spesies dari
keluarga Accipitridae merupakan
burung yang sangat sedikit
dijumpai di lahan basah rawa
Bujung Raman dengan jumlah
sekitar 6 ekor selama penelitian
(Gambar 9: Ayat A, 2011). Burung
jenis ini sudah terancam punah, Berukuran 45 cm, berwarna putih dan
coklat pirang. Kepala, leher, dan dada putih; sayap, punggung, ekor
dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang
hitam (pada burung dewasa). Pada burung remaja, seluruh tubuh
kecoklatan dengan coretan pada dada. Iris coklat, paruh dan sera abu-
abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram. Suara: syii-iiii atau
kwiiaa. Habitat: Pesisir, sungai, rawa-rawa, dan danau sampai
ketinggian 3.000 m. Kebiasaan: Berputar-putar sendirian atau
berkelompok di atas perairan. Distribusi: Sumatera, Kalimantan, Jawa dan
Bali (Ayat A. 2011).
Ordo Galliformes

Ordo Galliformes mempunyai ciri-ciri umum burung berukuran kecil


sampai besar dengan tubuh agak bulat, kepala agak kecil beberapa spesies
mempunyai jengger dan berjambul, pada burung yang berukuran kecil leher
pendek sedangkan pada burung berukuran besar mempunyai leher sedang
sampai panjang, sayap bulat, bentuk paruh tipe pemakan biji kokoh bagian
pangkal dan pada ujung meruncing sedikit melengkung, mempunyai kaki
anisodactile yang panjang kuat digunanan untuk mengais di tanah, warna
bulu bervariasi berkilau, sering ditemukan di area terbukan dan lantai dasar hutan,
sering bersuara dan berkokok saling bersahutan (Pranoto et al. 2015). Menurut
Kindersley (2010) Ordo Galliformes merupakan kelompok burung sebangsa
ayam yang kebanyakan hidupnya di darat. Memiliki anatomi bertubuh bulat,
kepala kecil pendek, dan sayap bulat. Otot terbang yang kuat, Bentuk paruh
pendek sedikit melengkung, kaki kuat untuk menggais mencari makanan dasar
hutan. Menurut Orr (1976) dalam Sukkiya (2001) ordo Galliformes memiliki cirri
yaitu Paruh pendek, kaki untuk berlar dan mengais, makan padi-padian. Memiliki
7 familia. Contoh genus pada ordo ini meliputi kalkun, ayam, merak, burung
kuau.
Ayam
Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin
(dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran
lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu
ekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil,
berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil,
dan bulu ekor pendek. Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti
ke mana manusia membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat
dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkantersedia makanan
baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan
kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu
di tanah atau kadang-kadang di pohon. Ayam merupakan jenis unggas
yang menurunkan bangsa atau varietas yang tersebar di seluruh dunia.
Ayam yang didomestikasi saat ini berasal dari empatspesies ayam liar
yakni:
1. Gallus gallus atau Galus bankiva atau Gallus ferugenus ada pula yang
menyebut The Red Jungle Fowl;
2. Gallus lafayettei atau The Ceylon Jungle Fowl;
3. Gallus sonneratii atau The Gray Jungle Fowl;
4. Gallus varius atau The Java Jungle Fowl.
The American Standard of Perfection mencatat lebihdari 600 varietas
ayam yang ada saat ini. (Suhardi, 2014)

Merak hijau
Menurut MacKinnon et al.
(1998), merak hijau berukuran
sangat besar (jantan 210 cm,
betina 120 cm), dengan
penutup ekor yang sangat
panjang (jantan saja) dan
jambul tegak di atas kepala.
Pada jantan, warna mantel,
leher dan dada hijau mengkilap, bulu hias seperti kipas terdiri dari bulu
mengkilap dengan bintik berbentuk mata. Merak hujau betina memiliki
warna bulu kurang bagus, keputihan-putihan pada bagian bawahnya serta
tidak memiliki bulu hias.

Ordo Gruiformes

Ordo Gruiformes merupakan burung jenjang berkaki panjang.


Mempunyai ciri-ciri umum burung berukuran sedang sampai besar, kelompok ini
mempunyai morfologi yang bervariasi karena kelompok ini disatukan
berdasarkan tida k adanya tembolok, tubuh agak bulat, tipe paruh pemakan biji
dan hewan kecil di air, sayap bulat, kaki panjang tipe anisodactile dengan jari
sangat panjang, warna bulu bervariasi, sering ditemukan diarea terbuka dan
berair (Pranoto et al. 2015). Menurut Kindersley (2010) Ordo gruiformes
memiliki kaki panjang, paruh meruncing, sayap bulat, dan bulu tidak
mencolok. Terdapat banyak variasi penampilan diantara spesies, tergantung
habitat dan gaya hidup. Burung yang menyusuri tanah rawa (jenjang) atau
berjalan di tumbuhan mengapung (limkin), memiliki jemari panjang kurus
untuk menyebar berat tubuh. Jenjang ular yang hidup di darat memiliki jemari
pendek dan kaki kuat untuk berlari diatas tanah kering. Anggota kelompok yang
hidup di air memiliki kaki bercuping untuk berenang. Menurut Orr (1976) dalam
Sukkiya (2001) ordo gruiformes memiliki cirri yaitu hidup di rawa-rawa, ekor
panjang, kaki panjang, warna abu-abu, terdiri dari 12 familia. Contoh spesiesnya
yaitu whooping crane (grus americana)

Grus americana
Grus americana memiliki warna tubuh putih bersalju dan saat berdiri
tingginya hampir 1,5 m, dengan lebar sayap dewasa 2m. Ujung sayap
hitam, yang terlihat saat terbang, sepertileher panjang dan kaki melampaui
ekor. Pada musim kawin "whoopers" biasanya ditemukansebagai single
atau pasangan. Selama migrasi mereka dapat ditemukan sebagai single
atau kelompok-kelompok kecil hingga 6-7 burung.
Sumber : Nebraska Game and Parks Commission (2002)

Ordo Charadriiformes
Charadriiformes adalah kelompok beragam burung pantai yang hidup,
berkembang biak, dan mencari makan di sepanjang tepi air. Di seluruh dunia, ada
lebih dari 200 spesies di 18 famili; kerabat terdekat mereka adalah burung camar
dan dara. Kebanyakan burung pantai yang suka hidup berkelompok dan sering
terlihat di kelompok campuran dari beberapa spesies. Menurut AZA (2014) ordo
Charadriiformes terbagi menjadi beberapa famili yaitu Burnhinidae (Thick-
knees), Charadriidae (Plovers), Chionididae (Sheathbills), Dromadidae (Crab
plover), Frynchopidae (Skimmers), Glareolidae (Coursers and pratincoles),
Haematopodidae (Oystercatchers), Ibidorhynchidae (Ibisbill), Jacanidae (Jacanas),
Laridae (Gulls), Pedionomidae (Plains-wanderer), Pluvianellidae (Magellanic
plover), Recurvirostridae (Stilts and avocets), Rostratulidae (Painted snipes),
Scolopacidae (Snipes, sandpipers, and phalaropes), Stercorariidae (Skuas),
Sternidae (Terns), Thinocoridae (Seedsnipes)
Habitat sebagian besar burung pantai ditemukan di sekitar perairan seperti
pantai laut, muara, rawa garam, dan danau air tawar dan lahan basah. Burung-
burung mengandalkan habitat ini untuk pemilihan sarang, membesarkan anak, dan
untuk makan. Jenis habitat di mana burung pantai ditemukan tergantung pada
aktivitas yang dimaksudkan, seperti makan atau berkembang biak. (AZA, 2014).
Jenis ini termasuk camar, Dara Laut, plovers, Snipes, Trinil, dll
Gambar. Anggota ordo Charadriiformes
Sumber : AZA (2014)
Mereka juga dapat berkembang biak di padang rumput basah atau rawa-
rawa, kolam berhutan, dan sungai ditemukan di seluruh wilayah. Selama migrasi
dan musim dingin, burung pantai memiliki preferensi habitat yang berbeda. Pada
musim nonbreeding, mereka dapat mengumpulkan sepanjang garis pantai di
kepadatan yang lebih besar
Ordo Columbiformes
Columbiformes adalah salah satu yang paling mudah dikenali ordo avian
di seluruh dunia dan secara tradisional dibagi dalam dua famili, Columbidae dan
Raphidae. Columbidae diwakili saat ini oleh lebih dari 300 spesies yang hidup
burung dara dan merpati. Vogel et al (2013) menyabutkan bahwa Ordo
Columbiformes terdiri dari 8 famili, 67 genera dan 296 kehidupan dan 11 spesies
punah. Adapun familinya ialah Caloenadidae, Gouridae, Otidiphabidae,
Columbidae, Duculidae, Treronidae, dan Didunculidae.
Namun Pereira et al., (2007) menyatakan bahwa famili ordo ii terdiri dari
dua kelompok besar yaitu Columbidae dan Raphidae. Columbidae sendiri
umumnya dibagi menjadi beberapa subfamiliyaitu Columbinae (tipe dari burung
dara dan merpati), Treroninae (merpati buah), Gourinae (burung dara
bermahkota), dan monotypic Otidiphabinae (pheasant pigeon) dan Didunculinae
(burung dara bergigi). Pada kenyataannya, klasifikasi dari ordo Colimbiformes ini
masih menjadi perdebatan.
Secara umum anggota ordo Columbiformes memiliki ciri-ciri dimana
aggotanya bejalan di tanah atau arboreal dengan ukuran berkisar dari yang kecil
hingga besar (15-84 cm). Plumae rapat dan lembut, kriptik atau berwarna cerah,
dan bahkan ada yang berwarna metalik (Columbidae). Paruh sangat pendek, agak
lemah dan berbentuk kerucut (Pteroclididae): berukuran sedang, ramping, kuat
dan mempunyai cere berdaging di pangkalnya (merpati). Kaki pendek tetapi
kuat, mempunyai tiga jari kaki ke depan, bercakar, jari belakang ada atau tidak
ada. Sayap panjang dan runcing, dapat terbang cepat tetapi menimbulkan suara.
Sarang dibuat di dataran terbuka dari ranting-ranting (merpati) atau dengan
mencakar-cakar tanah (sandgrous). Jumlah telur 1-3 butir berwarna putih atau
perak. Palatum schizognathous. Anak-anaknya altricial atau precoccial.
Adapun ciri morfologis dari ordo ini menurut Pereira et al., (2007) Famili
Columbidae merupakan kelompok burung dengan panjang tubuh berkisar antara
15-75 cm dengan berat 30-2000 gram, memiliki kepala berukuran kecil dengan
paruh dan kaki yang pendek. Sebanyak 44% bagian tubuh terdiri dari otot terbang
sehingga memiliki kemampuan terbang yang baik dan terarah. Ciri lainnya yaitu
tubuh kokoh, leher pendek, paruh ramping, dan cere berdaging. Distribusi famili
Columbidae tersebar luas di seluruh dunia, terutama di hutan hujan tropis.
Anggota Columbidae memiliki tubuh kokoh, leher pendek, paruh ramping
pendek, dan cere berdaging. Mereka sangat bervariasi dalam ukuran tubuh, dari
merpati tanah burung gereja berukuran dari genus Columbina ke Goura unggas
berukuran dari genus Goura, serta warna, dari kusam coklat atau abu-abu hingga
oranye mengkilap atau bulu yang hijau, terutama di sekitar kepala dan sayap.
Raphidae adalah endemik ke Kepulauan Mascarene di Samudra Hindia, yang
telah punah di abad 17 dan 18. famili ini hanya berisi dua spesies Raphus dan
Pezophaps monotypic, dikenal sebagai burung dodo dan solitaires, masing-
masing. Dodo dan soliter adalah burung terbang yang sekitar satu meter tingginya,
kemungkinan hasil adaptasi untuk gaya hidup terestrial dan predator bebas yang
menyebabkan sedikit kemiripan morfologi untuk yang masih ada Columbidae.
(Pereira et al, 2007) Tipe ini jelas ditunjukkan oleh Merpati dan Pasir Belibis.
Gambar. Burung dara
Sumber : Pereira et al, (2007)
Terdapat dua jenis burung famili Columbidae berdasarkan sumber
makanannya, yaitu burung pemakan biji-bijian dan pemakan buah. Burung
pemakan biji-bijian biasanya berwarna gelap seperti abu-abu atau coklat,
sedangkan pemakan buah berwarna lebih cerah (Burgess, 2009). Warna bulu pada
umumnya memiliki gradasi pada bagian leher, dada, punggung, sayap, dan kepala.
Kelompok ini terdiri dari jenis burung monomorfik maupun dimorfik dan dapat
hampir hidup hampir di semua jenis habitat teresterial dari gurun hingga hutan
tropis dan area urban.. Umumnya herbivor.

Ordo Psittaciformes
Anggota ordo ini umumnya herbivor. Termasuk jenis betet/bayan (Eclectus
roratus), kakatua (Cacatua alba). Dikenal karena keindahan bulu dan keunikan
bentuk paruh- Di Riau, khas dengan Serindit (Loriculus sp)

Gambar. Burung Beo


Sumber: Vogel et al. (2013)
Famili ini beranggotakan burung arboreal,berukuran dari yang sangat kecil
seperti Micropsita (pygmi parrots) hingga burung makau (Ara) yang berukuran
besar (10-100cm). Plumage tidak terlalu rapat,keras dan mengkilat,biasanya
berwarna cerah,didominasi oleh warna hijau dan merah. Paruh pendek,tebal,dan
kuat melengkung,sering digunakan untuk memanjat. Kaki pendek,jari-jarinya
zygodactylous dengan cakar yang kuat untuk memegang makanan atau memanjat.
Sayap agak bundar,dapat terbang cepat dengan sayap yang melengkung. Platum
desmognathous,dan mempunyai sistem unik,sehingga maxila dapat bergerak ke
atas. Membuat sarang di lubang pohon dan tidak diberi batas; jumlah telur
bervariasi dari 1-12 butir berwarna putih. Anak-anaknya altricial,diasuh oleh
kedua induknya. Berdistribusi sangat luas,pan tropikal,banyak terdapat
dAustralasia, Contoh : Psitacus (betet) ,Ara

Ordo Cuculiformes
Umumnya ordo ini juga merupakan herbivor. Anggotanya arboreal,
berukuran dari yang kecil hingga besar (15-70 cm), biasanya berekor panjang dan
bersusun. Plumage agak longgar susunannya,mengkilat di bagian tertentu Paruh
agak besar, ujungnya melengkung, biasanya berwarna cerah. Kaki pendek,kuat,
zygodactylous atau semizygodactylous. Sayap sedang sampai panjang
(Cuculidae) atau pendek bubdar (Musophagidae). Palatum desmognathous.
Cuculinae bersifat parasit. Tidak membuat sarang, sementara anggota lainnya
membuat sarang yang baiak untuk meletakkan telur yang jumlahnya 2-4 butir.
Anaknya berbulu halus atau taak berbulu ketika baru menetas;altricial,dan diasuh
oleh kedua induknya, tau oleh orang tua asuh (Cuculinae).

Ordo Strigiformes
Sebuah kelompok yang agak homogen dari kecil ke besar, burung soft-
plumaged dengan adaptasi liar dari kaki dan tagihan, dan kebiasaan terutama
malam hari. Dua keluarga diakui: Strigidae (burung hantu khas, termasuk
boobook atau Elang-burung hantu, scopsowls, elang-burung hantu, ikan-burung
hantu, dan kerdil-burung hantu) dan Tytonidae (bam atau burung hantu
bertopeng); antara 133 dan 178 spesies di 24-29 genera. (Higgins, 1999)
Stigiformes beranggotakan burung pemangsa, contohnya burung hantu yang
juga merupakan hewan nocturnal. Anggota ordo imi ,e,iliki kaki yang kuat yang
dilengkapi oleh cakar kuat untuk membunuh mangsa dan paruh yang melengkung
yang beradaptasi untuk merobek daging. Strigi formes yang nocturnal memiliki
pendengaran yang sangat tajam untuk mendeteksi mangsanya. Di samping itu
meeka juga memilki kemampuan terbang yang tidak menimbulkan suara karena
mempunyai susunan bulu terbang khusus. Burung hantu mempunyai mata besar
yang beradaptasi dengan keadaan gelap dan penglihatan binokuler untuk
melengkapi kemampuan terbang sunyi dan pendengaran binaural

Gambar. Burung Hantu


Sumber : Vogel et al (2013)
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, secra umum anggota
Strigiformes adalah predator nokturnal,uang ukuran tubuhnya bervariasi dari yang
kecil hingga yang sangat besar.Bermata besar dan menghadap ke depan sehingga
memungkinkan penglihatan binokuler. Plumage panjang dan halus, bulu terbang
berujung lembut,sehingga dapat terbang sunyi. Berwarna kriptik kebanyakan
berwarna coklat,meskipun ada yang hitam dan putih. Paruh pendek kuat dan
uungnya melengkung,mempunyai cere. Kaki berbulu hingga ke bagian jari-
jarinya, jari terluar semyzygodactyllous (agak berlawanan arah). Palatum
schizognathous, kepala bulat Bersarang biasanya di lubang-lubang yang terdapat
di pohon. Jumlaah telur 1-11 (biasanya 4-7) bulat dan putih bersih. Sayap lebar
dan membulat,dapat terbang tak bersuara. Anak-anaknya latricial dan diasuh oleh
kedua induknya.
sebagian besar habitat, dari zona kering dan semi-kering untuk hutan hujan
tropis, daerah lpine, dan moorland Arktik dan tundra. Beberapa spesies secara
teratur di negara dibudidayakan, setidaknya ketika mencari makan. Arboreal,
terestrial atau keduanya. Banyak membutuhkan cekungan, dan pohon-pohon
karena tua, di mana untuk sarang, dan terpengaruh oleh penghapusan pohon
berlubang-bearing Lainnya bersarang di gua-gua, di gedung-gedung bekas, atau di
tanah antara peringkat vegetasi. (Higgins, 1999)
Ordo Caprilmulgiformes
Ini termasuk pemalu, nokturnal, burung pemakan serangga seperti elang
malam (Chordeiles), whippoorwills (Phaelaenoptilus), burung pengisap
(Caprimulgus) (Hickman et al., 2008). Ordo Caprimulgiformes menurut Mayr
(2002) terbagi menjadi lima famili, yaitu Caprimulgidae, Nyctibiidae,
Steatornithidae, Australian Aegothelidae, dan Podargidae. Semua anggotanya
adalah crepuscular atau nokturnal, dan kebanyakan memakan serangga terbang.
Memiliki penampilan eksternal yang terlihat serupa yang mencakup paruh lebar
dengan bukaan sangat besar, dan bulu lembut dengan pewarnaan samar.

Gambar. Anggota Ordo Caprimulgiformes


Sumber : Mayr (2002)
Anggotanya bersifat terstrial dan nokturnal, yang ukurannya berkisar dari
kecil sampai sedang (19-63 cm). Plumage lembut,mengkilat,umumnya kriptik,
meskipun beberapa diantaranya mempunyai alur putih pada sayap atau ekor yang
tampak hanya pada saat terbang. Kaki sangat pendek dan lemah, biasanya berbulu
samapai ke bagian jari-jari. Jari kaki bervariasi panjangnya, tetapi jari tengah
pektinat. Saayap panjang dan runcing. Palatum Schizognathous. Umumnya sarang
dibuat seadanya untuk meletakan telur yang berjumlah 2-5 butir berwarna putih
atau pucat,biasanya bertitik-titik. Anak-anaknya altricial dan diasuh oleh kedua
induknya
Ordo Apodiformes

Termasuk kelompok burung-burung kecil pemakan madu. Mampu


mengepakkan sayap hingga 80 kali per detik Contohnya Colibri thalassinus

Gambar. Burung kolibri


Sumber : Vogel et al. (2013)
Apodiformes menangkap insekta yang terbang dan anak-anak laba-laba
selagi terbang dengan paruhnya yang terbuka lebar dan dilengkapi bristle untuk
meningkatkan daya tangkapnya Anggotanya bersifat terstrial dan berukuran
sangat kecil atau kecil ( 6-23 cm). Plumage berwarna kusam atau mecolok
tergantung sub ordonya. Paruh sangat berbeda pada kedua sub ordo,pendek lebar
atau panjang langsing Kaki sangat pendek, jari-jari mungkin kuat atau lemah.
Sayap panjang dan sempit; mengepakan sayap sangat cepat. Palatum
aegithognathous. Sarang kecil; bertelur 1 atau 2 butir warna putih. Kondisi aanak
yang baru menetas bervariasi, tetapi semuanya altricial, induk jantan ada yang
mengasuh anak dan ada pula yang tidak.
Ordo Coliiformes
Famili Coliidae
Anggotanya berukuran kecil berekor panjang (30-36 cm). Plumage longgar dan
lembut,berwarna coklat, dengan garis-garis berwarna pada beberapa spesies.
Paruh pendek, tebal dan agak melengkung dengan cere berdaging di bagian
pangkalnya. Kaki pendek kuat, jarinya panjang dan bercakar, hallux reversibel,
sehingga keempat jarinya dapat mengarah ke muka. Sayap pendek bundar:
terbang cepat dan lurus, tetapi tidak terlalu lama. Palatum schizognathous.
Sarangnya berbentuk seperti mangkuk datar biasanya dibuat di pohon. Jumlah
telur 2-4 butir,putih, kadang-kadang berbintik coklat. Anak-anaknya altricial,
diasuh oleh kedua induknya. Anggotanya tersebar di Afrika (kecuali
Madagaskar), dan Sahara Selatan, hanya ada 6 species yang hampir sama dari satu
genus.
Contoh : Colius

Gambar. Colius striatus (Mousebird) (Sumber gambar: pinterest)

Ordo Trogoniformes
Anggotanya berukuran kecil sampai sedang. Plumage lembut dan rapat,
berwarna mencolok, hijau metalik pada beberapa bagian tubuhnya. Paruh
pendek ,lebar dan seringkali bergerigi. Kaki pendek dan lemah,jari kesatu dan
kedua mengarah ke belakang sehingga membentuk kaki yang Pseudozygo
dactylous. Sayap pendek dan bundar; terbang dengan gerakan berombak tetapi
untuk waktu pendek
Bersarang di lubang pohon,bertelur 2-4 butir berwarna putih atau kehijauan.
Anak-anaknya tak berbulu ketika menetas,altricial dan diasuh oleh kedua
induknya. Anggotanya berdistribusi luas,pantropikal,kecuali di Australasia Terdiri
atas 36 species dari 8 genus.
Contoh : Trogon. Paromachrus, Apoloderma
Gambar. Trogon violaceous (Seamen: 2016)

Ordo Coraciiformes
Semua anggotanya bersifat arboreal,ukurannya bervariasi dari sangat kecil
hingga besar (10-160 cm). Plumage berwarna cerah,meskipun ada diantaranya
berwarna hitam putih. Hanya sedikit yang berwarna suram Paruh kuat dan
berwarna cerah,tetapi berbeda dalam bentuk dan ukuran pada setiap sub ordo.
Kaki umumnya pendek dan lemah,beberapa famili memiliki jari yang
syndactylous.
Bersarang di lubang pohon atau di tepi sungai yang seringkali digali atau
diperbesar oleh burung itu sendiri. Telur berjumlah 3-4 butir berwarna putih,tetapi
ada dua famili yang memilki telur berwarna polos pucat. Anak-anaknya altricial
dan cenderung diasuh oleh kedua induknya. Terdapat 4 Sub Ordo yaitu Alcedines,
Meropes, Coracii, dan Bucerotes
1. Sub Ordo Aldines
Anggotanya berukuran dari yang sangat kecil hingga sedang. (10- 50 cm).
Paruh lurus tajam (ada pula yang agak melengkung).,dan masif untuk ukuran
tubuhnya. Ciri khas plumage, ada bagian yang berwarna biru terang, kadang-
kadang hijau dan coklat kemerahan pada beberapa spesies. Adapula berwarna
hitam putih, dengan atau tanpa coklat kemerahan Sayap pendek dan bundar; cara
terbang umumnya cepat dan lurus. Ekor ada yang sangat pendek atau ada
perpanjangan bulu ekor bagian tengah. Jari kaki syndactylous Membuat sarang di
tepi sungai arah vertickal.
Contoh: Famili,
Alcedinidae---Halcyon (raja Udang) Alcedo,Dacelo
Todidae-------Todus
Momotidae Momotus, Eumomotus

Gambar. Halcyon senegaloides (Fry K, 2000)

2. Sub Ordo Meropes


Anggotanya berukuran relatif kecil (15-35 cm) 2. Paruh panjang
langisng,pipih lateral dan agak melengkung. Plumage berwarna warni, biasanya
terdiri dari warna hijau merah tuabiru, kuning dan coklat kemerahan. Beberapa
spesies mempunyai garis hitam lebar dari paruh hingga mata. Sayap panjang dan
runcing; terbang berputar-putar dan sangat indah ketika sayapnya merentang.
Ekor panjang dengan bulu tengah memanjang pada beberapa spesies, atau
berbebtuk lurus pada spesies lainya. Jari kaki syndactylous. Membuat sarang
secara berkoloni,kadang-kadang dengan menggali tanah di tepian sungai.
Anggotanya berdistribusi luas di daerah tropik dan sub tropik dunia
lama,beberapa diantaranya dapat bermigrasi Terdapat 23 spesies dari 2 Genus.
Contoh: Merops, Nictyornis
Gambar. Merops apiaster (Source: Google image)
3. Sub Ordo Coracii
Anggotanya berukuran kecil sampai sedang (25-45 cm). Paruh tebal dan
hampir lurus,atau langsing dan melengkung. Palmage berwarna-warni,berbeda
pada setiap famili. Sayap panjang dan bundar;dengan cara terbang yang berbeda
pada setiap famili. Ekor panjang,beberapa mempunyai bulu ekor bagian tengah
memanjang. Jari kaki berbeda pada setiap famili. Sarang biasanya agak berbatas,
dibuat di lubang pohon.
Contoh, (Famili):
Coraciidae Eurystomus Coracias
Leprtosomatidae Leptosomus
Upupidae ------- Upupa
Phoeniculidae- Phoenuculus
Gambar. Coracias cyanogaster (Source: Brookfield Zoo)
4. Sub Ordo Bucerotes
Famili Bucerotidae
Anggotanya berukuran besar (lebih dari 160 cm),tetaapi beberapa
diantaranya berukuran sedang (40 cm). Paruh sangat besar,melengkung dan
berukir, biasanya berwarna kuning atau merah; mempunyai casque yang
bentuknya berbeda pada jantan dan betina. Ciri khas plumage hitam dan putih,
beberapa diantaranya hitam atau kelabu. Sayap kuat dan mengeluarkan bunyi
waktu terbang. Ekor panjang dan bersusun. Jari kaki lebar dan syndactylous.
Bersarang di lubang pohon. Betina yang sedang mengeram dijaga oleh yang
jantan di luar sarang yang berbentuk lubang kecil, dan betina maupun anak-
anaknya yang menetas diberi makan induk jantan. Anggotanya terdapat di daerah
tropik Afrika dan Asia Tenggara dan satu spesies terdapat di New Guines dan P.
Solomon.
Contoh: Buceros (rangkong), Rycticeros (julang)
Gambar. Buceros bicornis (Source: DeviantArt)

Ordo Piciformes
Anggotanya berukuran kecil hingga besar 60 cm). Plumage berbeda beda,
tetapi umumnya ada bagian tertentu yang berwarna cerah. Paruh berbeda tiap
famili, tetapi umumnya kuat dan masif. Kaki mumnya pendek tetapi kuat. Sayap
pendek bundar: cara terbang berobak-ombak. Bersarang di dalam lubang,
biasanya pohn,kadang kadang digali oleh burung tersebut, tetapi kadang-kadang
merupakan lubang yang sudah ada. Bertelur 3-6 berwarna putih bersih. Anak-
anaknya berbulu menetas, altricial, dan diasuh oleh kedua induknya (atau burung
lain bagi bersifat brood parasit). Sub Ordo ada 2 yaitu Galbulae dan Pici.
1. Sub Ordo Galbulae
Umumnya bertubuh kecil (9-30m),meskipun ada pula yang berukuran besar
(lebih dari 60 cm. Bentuk paruh berbeda untuk setiap famili,tetapi umumnya
kuat,masif dan berwarna. Hyoid tidak termodifikasi khusus, lidah tidak
terspesialisasi. Bulu ekor tidak kaku.
Contoh: Famili
Galbulidae------ Galbula
Bucconidae----- Buco
Capitonidae---- Capito
Indicatoridae--- Indicator
Ramphastidae-- Ramphastos
Gambar. Ramphastos toco (Source: Google image).
2. Sub Ordo Pici
Anggotanya umumnya berukuran kecil (dari 9 cm) tetapi beberapa spesies
berukuran besar. Paruh kuat, lurus dan seperti pahat. Hyoid melengkung ke
belakang menyangga lidah yang dapat menjulur sangat panjang. Ujung lidah
bermodifikasi membentuk alat berperekat untuk mengumpulkan insekta.
Kebanyakan menggunakan lidahnya untuk mengumpulkan larva lebah dengan
mematuk kayu. Terdapat di seluruh dunia kecuali Australasia dan Madagaskar
Contoh : Jinx, Picumnus, Caampephilus

Gambar. Picumnus cirratus (Source: Google Image)


Ordo Passeriformes
Disebut juga burung pengicau, adalah ordo terbesar dalam kelas burung atau
aves dalam kerajaan hewan atau animalia. Sekitar 5.400 spesies atau lebih dari
setengah jumlah total spesies burung (60%) adalah burung pengicau (Hickman,
2008). Spesies burung dalam ordo Burung pengicau mempunyai otot yang rumit
untuk mengatur organ suaranya dan sebagian besar burung-burung dalam ordo ini
mempunyai ukuran tubuh relatif lebih kecil dibandingkan burung-burung dalam
ordo lainnya.
Passeriformes banyak yang pandai bernyanyi karena memiliki pita suara,
sebagian besar hidup di darat dalam semua macam habitat, ada yang membuat
sarang pada pohon, telur berwarna-warni, ketika menetas anak burung ini buta,
burung kecil makan insekta dan biji-bijian. Memiliki 3 Sub Ordo yaitu Eurylaimi,
Tyraanni dan Passeres.
1. Eurylaimi (broadbills)
Eurylaimi (broadbills) adalah burung berwarna cerah yang memiliki
kepala besar, mata besar dan paruh bengkok, datar dan luas. Mereka berkisar 13-
28 cm panjangnya, dan hidup di hutan basah, yang memungkinkan mereka untuk
bersembunyi karena bulu mereka berwarna cerah (Elliot, 1991). Bulu dari
eurylaimidi remaja mirip dengan yang dewasa, berbeda dalam hal menjadi kusam
dan lebih bersayap pendek dan dalam beberapa kasus juga ekornya lebih pendek
(Hoyo et al, 2003). Contoh: Smithornis, Calyptomena, Eurylaimus.

Gambar. Eurylaimus javanicus (Source: Google Image)


2. Subordo Passeres/Oscines
Memiliki anggota 4000 species yang organ vokalnya sangat bekembang
sedemikian rupa sehingga menghsilkan beragam suara dan vokalisasi lainnya,
karena itu terkadang Oscines atau Passeri disebut pula dengan 'burung penyanyi'.
Anggota Oscines kaki-kakinya tersusun atas 3 jari yang ke depan dan satu jari ke
belakang (anisodactyl). Susunan kaki seperti ini memudahkan burung untuk
bertengger di atas permukaan vertikal, seperti pohon dan tebing. Semua burung
anggota Oscines mengembangkan 12 bulu ekor. Beberapa spesies dari Oscines
memiliki bulu ekor yang kaku yang dirancang untuk membantu keseimbangan diri
ketika bertengger di permukaan vertikal. Contoh: burung gagak, mocking bird,
dll.

Gambar. Corvus enca (Source: Google Image)


3. Sub Ordo Tyranni
Menurut Irestedt et al (2002), Subordo Tyranni pada awalnya dimasukkan
ke Subordo Oscines, namun telah diamati bahwa mereka memiliki anatomi otot
syrinx yang berbeda dari oscines sehingga dibuat subordo baru. Contoh: Biatas
nigropectus, Pyrocephalus rubinus, Psarisomus dalhousiae.

Gambar. Pyrocephalus rubinus (Lautaud P, 2007)


Peranan aves

Aves memiliki peranan dengan banyak keuntungan yang bermanfaat dalam


kehidupan manusia. Peranan Aves adalah sebagai berikut (Kistinnah dan Endang,
2009)
a. Sebagai bahan industri, misalnya bulu angsa dan entok yang digunakan untuk
membuat kok (Shuttlecock) dan pengisi bantal. Bulu ayam untuk membuat
kemoceng.
b. Sebagai bahan membuat obat, misalnya sarang burung walet dan telur itik.
c. Predator alamiah, memangsa ulat dan serangga, burung hantu sebagai
predator tikus. Dalam hal ini aves membantu manusia dalam membasmi
hama dan pengendalian hayati ilmiah.
d. Sebagai hiburan, misalnya pada burung suaranya yang merdu dan burung
yang dapat dilatih dalam permainan sirkus.
e. Telur dan dagingnya dapat dikonsumsi dan kaya akan protein. Sarang walet
dapat dibuat sop sarang burung.
f. Membuka lapangan kerja. Spesies aves contohnya ayam petelur, itik, angsa,
merpati dan walet dapat diternakkan.
g. Dibidang sains digunakan sebgai bahan praktikum para siswa dan mahasiswa.
Daftar Rujukan

ACAP Seabird Bycatch Identification Guide. 2015. Seabird Bycatch Identification


Guide. Hobart : ACAP Secretariat and National Research Institute of Far
Seas Fisheries.
Ayat, A. 2011. Burung-burung Agroforest di Sumatera. In: Mardiastuti A, eds.
Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional
Office. 112 p
Balai Taman Nasional Alas Purwo. 2011. Seri Buku Informasi Dan Potensi
Burung Air Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi : Balai Taman
Nasional Alas Purwo
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Carroll, R. 1997. Patterns and Processes of Vertebrate Evolution. Cambridge
University Press, New York, p. 314
Chinsamy, L. D. Martin & P. Dobson . 1998. Bone microstructure of the diving
Hesperornis and the volant Ichthyornis from the Niobrara Chalk of
western Kansas
Davies, S. J. J. F.; Bertram, B. C. R. 2003. "Ostrich". Di Perrins, Christopher.
Firefly Encyclopedia of Birds. Buffalo, NY: Firefly Books, Ltd. pp. 3437
E. Olsen and Feduccia. 1979. "Flight Capability and the Pectoral Girdle of
Archaeopteryx," Nature, p. 248
Fry, K & Fry, H.C. 2000. Kingfishers, Bee-eaters and Rollers. ISBN 0-691-
08780-6
Hickman, C.P., Roberts L.S., dan Larson, A., 2006, Integrated Principles of.
Zoology ed 4th, McGraw Hill, New York
Hickman, C.P., Roberts L.S., dan Larson, A., 2008. Integrated Principles of
Zoology. New York: McGraw Hill.
Hoganson, J.W., Erickson, J.M., and Holland, F.D., Jr., 2007, Amphibian,
reptilian, and avian remains from the Fox Hills Formation (Maastrichtian)
Shoreline and estuarine deposits of the Pierre Sea in south-central North
Dakota, in, Martin, J.E., and Parris, D.C., eds., The Geology and
Paleontology of the Late Cretaceous Marine Deposits of the Dakotas:
Geological Society of America Special Paper 427, p. 239-256
Hoyo, J. Elliott, A., Christie, D. 2003. Handbook of the Birds of the World.
Volume 8: Broadbills to Tapaculos. Lynx Edicions.
Irestedt, Martin; Fjelds, Jon; Johansson, Ulf S. & Ericson, Per G.P. 2002
Systematic relationships and biogeography of the tracheophone suboscines
(Aves: Passeriformes). Molecular Phylogenetics and Evolution 23(3):
499512
Jasin, M. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya: Sinar
wijaya
Kindersley. D. 2010. Ensiklpedia fauna. Jakarta: Erlangga
Kistinnah idun, endang srilestari. 2009. Biologi BSE makhluk hidup dan
lingkungannya. Departemen pendidikan nasional
Mackinnon J, Phillipps K, dan Van Balen B. 1998. Seri Panduan Lapangan:
Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali Dan Kalimantan. Bogor: Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Biologi Lipi.
McClure, H. Elliott 1991. Forshaw, Joseph, ed. Encyclopaedia of Animals: Birds.
London: Merehurst Press. pp. 158158
Nebraska Game and Parks Commission. 2002. Whooping Cranes: Description,
Habits, Reproduction, Habitat, Limiting Factors, Outlook. (Online)
(Http://Www.Ngpc.State.Ne.Us/Wildlife/Whopcran.Html) diakses pada 9
November 2016
Novarino, W, Jarulis. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata.
Universitas Andalas . Padang
Pranoto, E.C ; Susetyorini,R.E dan Prihanta, W. 2015. Identifikasi Burung Di
Kepulauan Kai Maluku Tenggara. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Biologi 2015, yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Muhammadiyah Malang 21 Maret 2015.
Prum, R. O. 1999. Development and Evolutionary Origin of Feathers. JOURNAL
OF EXPERIMENTAL ZOOLOGY (MOL DEV EVOL) 285:291306
Sandrock, James. 2014. The Scientific Nomenclature of Birds in the Upper
Midwest. University of Iowa Press. p. 48.
Syerif, N. 2014. Dunia Burung dan Serangga. Jakarta: Penerbit Bastari
Sukiya.2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Storer,R., Rand, A.L, Gill, F. 2008. Bird [online],
(https://www.britannica.com/animal/bird-animal, diakses pada tanggal 7
November 2016).
Travsky, A dan Beauvais, G. 2004. Species Assessment For The Whooping Crane
(Grus Americana) In Wyoming. Wyoming: Wyoming State Office
Cheyenne, Wyoming
Tui ,D.R., Mark, J, Julie, C . 2013. Penguins:The Ultimate Guide. Princeton NJ:
Princeton University Press

Você também pode gostar

  • Bulu (Feathers)
    Bulu (Feathers)
    Documento20 páginas
    Bulu (Feathers)
    Chairil Akmal
    Ainda não há avaliações
  • AVES MORFOLOGI
    AVES MORFOLOGI
    Documento47 páginas
    AVES MORFOLOGI
    Novita RullyFransiska Marpaung
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Hewan
    Anatomi Hewan
    Documento5 páginas
    Anatomi Hewan
    Ahmad Zuhudy
    Ainda não há avaliações
  • Makalah AVES
    Makalah AVES
    Documento14 páginas
    Makalah AVES
    Andika Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Kelas Aves
    Kelas Aves
    Documento5 páginas
    Kelas Aves
    Syavira Azzahra
    Ainda não há avaliações
  • Materi Aves
    Materi Aves
    Documento24 páginas
    Materi Aves
    'Riya Shingwa
    Ainda não há avaliações
  • Struktur Aves
    Struktur Aves
    Documento19 páginas
    Struktur Aves
    Astrid Shabrina
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Praktikum Aves Ayam
    Laporan Praktikum Aves Ayam
    Documento13 páginas
    Laporan Praktikum Aves Ayam
    Kadek Wirna Dewi Suaningsih
    Ainda não há avaliações
  • Aves
    Aves
    Documento11 páginas
    Aves
    AgusRiyanto
    Ainda não há avaliações
  • Aves Zoologi
    Aves Zoologi
    Documento8 páginas
    Aves Zoologi
    Jepfri Edward Tbn
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Bab II Bab III Dafus
    Bab I Bab II Bab III Dafus
    Documento26 páginas
    Bab I Bab II Bab III Dafus
    Betania
    Ainda não há avaliações
  • Karakteristik Bulu Burung
    Karakteristik Bulu Burung
    Documento23 páginas
    Karakteristik Bulu Burung
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Bio Remiges
    Makalah Bio Remiges
    Documento11 páginas
    Makalah Bio Remiges
    artha kurniawan
    Ainda não há avaliações
  • Struktur Tubuh Aves
    Struktur Tubuh Aves
    Documento17 páginas
    Struktur Tubuh Aves
    Astrid Shabrina
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Unggas dalam
    Anatomi Unggas dalam
    Documento8 páginas
    Anatomi Unggas dalam
    Anis Sri Andini
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Praktikum Anwan 8 - Aves Bagian Luar
    Laporan Praktikum Anwan 8 - Aves Bagian Luar
    Documento8 páginas
    Laporan Praktikum Anwan 8 - Aves Bagian Luar
    maria nendya
    Ainda não há avaliações
  • Karakteristik Jenis Burung
    Karakteristik Jenis Burung
    Documento3 páginas
    Karakteristik Jenis Burung
    etis
    Ainda não há avaliações
  • Columba Livia
    Columba Livia
    Documento60 páginas
    Columba Livia
    Yulia Wulan Prasetyanti
    Ainda não há avaliações
  • MAKROANATOMIBURUNG
    MAKROANATOMIBURUNG
    Documento12 páginas
    MAKROANATOMIBURUNG
    Santri Kepyoh
    100% (1)
  • ANATOMI MERPATI
    ANATOMI MERPATI
    Documento18 páginas
    ANATOMI MERPATI
    Novita D. Bintari
    Ainda não há avaliações
  • Aves Dan Morfologi Aves
    Aves Dan Morfologi Aves
    Documento3 páginas
    Aves Dan Morfologi Aves
    khoirunnisa purwamita
    Ainda não há avaliações
  • AVES-BULU
    AVES-BULU
    Documento122 páginas
    AVES-BULU
    Efita Karunia Harita
    Ainda não há avaliações
  • Zover Aves
    Zover Aves
    Documento37 páginas
    Zover Aves
    ida mareta
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Mrpati
    Makalah Mrpati
    Documento13 páginas
    Makalah Mrpati
    riri putra
    Ainda não há avaliações
  • AVES MORFOLOGI
    AVES MORFOLOGI
    Documento18 páginas
    AVES MORFOLOGI
    Nurfitriyani
    100% (2)
  • Anatomi Burung Merpati
    Anatomi Burung Merpati
    Documento8 páginas
    Anatomi Burung Merpati
    Aque Andy
    Ainda não há avaliações
  • Klasifikasi Burung Merpati
    Klasifikasi Burung Merpati
    Documento2 páginas
    Klasifikasi Burung Merpati
    Nurriyani 15
    100% (1)
  • Laporan SPH Merpati
    Laporan SPH Merpati
    Documento10 páginas
    Laporan SPH Merpati
    Desy
    Ainda não há avaliações
  • Burung
    Burung
    Documento51 páginas
    Burung
    Anonymous aX00jzXQ4
    Ainda não há avaliações
  • Aves
    Aves
    Documento14 páginas
    Aves
    Tris Junia Sari
    Ainda não há avaliações
  • Class Aves
    Class Aves
    Documento5 páginas
    Class Aves
    Ikhsan Pratama
    Ainda não há avaliações
  • Tetrapoda Aves 1
    Tetrapoda Aves 1
    Documento10 páginas
    Tetrapoda Aves 1
    Josua Gigir
    Ainda não há avaliações
  • Derivat Aves
    Derivat Aves
    Documento6 páginas
    Derivat Aves
    Shinta Maulidya
    Ainda não há avaliações
  • Struktur Bulu Pada Aves
    Struktur Bulu Pada Aves
    Documento1 página
    Struktur Bulu Pada Aves
    Sfabiee
    Ainda não há avaliações
  • Burung Merpati
    Burung Merpati
    Documento14 páginas
    Burung Merpati
    Bengkel Gaul
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Anatomi Aves
    Laporan Anatomi Aves
    Documento8 páginas
    Laporan Anatomi Aves
    widya okta
    Ainda não há avaliações
  • GEOPELIA
    GEOPELIA
    Documento10 páginas
    GEOPELIA
    -Dyo Laskout-
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento39 páginas
    Bab Ii
    Faiq
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Dan Mofologi Aves-1
    Anatomi Dan Mofologi Aves-1
    Documento27 páginas
    Anatomi Dan Mofologi Aves-1
    35. Tiara Ayu Ardita
    Ainda não há avaliações
  • Aves Zool Dokumen Terjemahan
    Aves Zool Dokumen Terjemahan
    Documento6 páginas
    Aves Zool Dokumen Terjemahan
    jiannuraini
    Ainda não há avaliações
  • Ayam
    Ayam
    Documento16 páginas
    Ayam
    Rizna Rosdiana
    Ainda não há avaliações
  • Kel 1 Zoologi Aves
    Kel 1 Zoologi Aves
    Documento12 páginas
    Kel 1 Zoologi Aves
    Hidayatus Sadri
    Ainda não há avaliações
  • Bulu
    Bulu
    Documento2 páginas
    Bulu
    Elsa Cenora
    Ainda não há avaliações
  • Pembahasan Kecoa
    Pembahasan Kecoa
    Documento3 páginas
    Pembahasan Kecoa
    Yuslinda Annisa
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Ragunan Aves
    Laporan Ragunan Aves
    Documento27 páginas
    Laporan Ragunan Aves
    Yolla Shara Amelia
    100% (3)
  • Aves
    Aves
    Documento36 páginas
    Aves
    akselerasi10
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Akhir Aves
    Laporan Akhir Aves
    Documento16 páginas
    Laporan Akhir Aves
    Anisyah Ayu Suryaningsih
    100% (1)
  • Makalah Aves
    Makalah Aves
    Documento5 páginas
    Makalah Aves
    marsha
    Ainda não há avaliações
  • Resume Kelas Aves
    Resume Kelas Aves
    Documento11 páginas
    Resume Kelas Aves
    farida sulviana
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Akhir Strukhe Aves
    Laporan Akhir Strukhe Aves
    Documento20 páginas
    Laporan Akhir Strukhe Aves
    Khairani Rahma Tamara
    Ainda não há avaliações
  • Klasifikasi BURUNG
    Klasifikasi BURUNG
    Documento14 páginas
    Klasifikasi BURUNG
    Fuad Albani
    Ainda não há avaliações
  • Sistem Integumen
    Sistem Integumen
    Documento3 páginas
    Sistem Integumen
    anggy apriyanti
    100% (1)
  • Makalah
    Makalah
    Documento20 páginas
    Makalah
    Yanis Kurnia
    Ainda não há avaliações
  • Adaptasi Aves
    Adaptasi Aves
    Documento16 páginas
    Adaptasi Aves
    Indri A
    Ainda não há avaliações
  • AVES
    AVES
    Documento27 páginas
    AVES
    Bella Aulia
    Ainda não há avaliações
  • AVES
    AVES
    Documento27 páginas
    AVES
    Lunaliya
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Bulu Unggas
    Anatomi Bulu Unggas
    Documento4 páginas
    Anatomi Bulu Unggas
    Har Jum
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Merpati
    Anatomi Merpati
    Documento36 páginas
    Anatomi Merpati
    mohamadbinna
    Ainda não há avaliações
  • ANATOMI AVES
    ANATOMI AVES
    Documento12 páginas
    ANATOMI AVES
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Presentasi Analisis Jurnal
    Presentasi Analisis Jurnal
    Documento8 páginas
    Presentasi Analisis Jurnal
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • METALLOTHIONEINS
    METALLOTHIONEINS
    Documento15 páginas
    METALLOTHIONEINS
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Kendaraan
    Proposal Kendaraan
    Documento5 páginas
    Proposal Kendaraan
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Potensi Ekosistem Estuari
    Potensi Ekosistem Estuari
    Documento2 páginas
    Potensi Ekosistem Estuari
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Surat Kegiatan Ambil Sabuk
    Surat Kegiatan Ambil Sabuk
    Documento1 página
    Surat Kegiatan Ambil Sabuk
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Rearing Ulat Krop
    Rearing Ulat Krop
    Documento1 página
    Rearing Ulat Krop
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • UKM PSHT UM Program Kerja 2018
    UKM PSHT UM Program Kerja 2018
    Documento3 páginas
    UKM PSHT UM Program Kerja 2018
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • EKOWISATA PULAU NOKO
    EKOWISATA PULAU NOKO
    Documento12 páginas
    EKOWISATA PULAU NOKO
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Interaksi Antara Tumbuhan Tinggi Dan Organisme Tanah
    Interaksi Antara Tumbuhan Tinggi Dan Organisme Tanah
    Documento3 páginas
    Interaksi Antara Tumbuhan Tinggi Dan Organisme Tanah
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • BURUNG HABITAT
    BURUNG HABITAT
    Documento28 páginas
    BURUNG HABITAT
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Karakteristik Bulu Burung
    Karakteristik Bulu Burung
    Documento23 páginas
    Karakteristik Bulu Burung
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Pro Kontra Nikah Muda
    Pro Kontra Nikah Muda
    Documento3 páginas
    Pro Kontra Nikah Muda
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Warisan Budaya Kita
    Warisan Budaya Kita
    Documento5 páginas
    Warisan Budaya Kita
    narto_chemz1013
    Ainda não há avaliações
  • Skoping Tpa Dan Parkiran
    Skoping Tpa Dan Parkiran
    Documento17 páginas
    Skoping Tpa Dan Parkiran
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Pro Kontra Nikah Muda
    Pro Kontra Nikah Muda
    Documento3 páginas
    Pro Kontra Nikah Muda
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • PENYAJIAN INFORMASI LINGKUNGAN SCOPING (PELINGKUPAN
    PENYAJIAN INFORMASI LINGKUNGAN SCOPING (PELINGKUPAN
    Documento8 páginas
    PENYAJIAN INFORMASI LINGKUNGAN SCOPING (PELINGKUPAN
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Pro Kontra Nikah Muda
    Pro Kontra Nikah Muda
    Documento3 páginas
    Pro Kontra Nikah Muda
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Amdal TPA Supit Urang
    Amdal TPA Supit Urang
    Documento51 páginas
    Amdal TPA Supit Urang
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Lima Spesies Manucode Manucodia
    Lima Spesies Manucode Manucodia
    Documento2 páginas
    Lima Spesies Manucode Manucodia
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Artikel Buah Tomat
    Artikel Buah Tomat
    Documento5 páginas
    Artikel Buah Tomat
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • How This Town Produces No Trash
    How This Town Produces No Trash
    Documento2 páginas
    How This Town Produces No Trash
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Macam-Macam Perbungaan Kelompok e
    Macam-Macam Perbungaan Kelompok e
    Documento8 páginas
    Macam-Macam Perbungaan Kelompok e
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • How This Town Produces No Trash
    How This Town Produces No Trash
    Documento2 páginas
    How This Town Produces No Trash
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Interaksi Antara Tumbuhan Tinggi Dan Organisme Tanah
    Interaksi Antara Tumbuhan Tinggi Dan Organisme Tanah
    Documento3 páginas
    Interaksi Antara Tumbuhan Tinggi Dan Organisme Tanah
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Cep Halo Chordata
    Cep Halo Chordata
    Documento26 páginas
    Cep Halo Chordata
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Lima Spesies Manucode Manucodia
    Lima Spesies Manucode Manucodia
    Documento2 páginas
    Lima Spesies Manucode Manucodia
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Macam-Macam Perbungaan Kelompok e
    Macam-Macam Perbungaan Kelompok e
    Documento8 páginas
    Macam-Macam Perbungaan Kelompok e
    Shin Oriflame Malang
    Ainda não há avaliações
  • Bunga Pilihan Kelompok (Bunga Pisang Pisangan)
    Bunga Pilihan Kelompok (Bunga Pisang Pisangan)
    Documento14 páginas
    Bunga Pilihan Kelompok (Bunga Pisang Pisangan)
    Shin Oriflame Malang
    0% (1)