Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Definisi
Gangguan pada nodus AV dan/atau system konduksi menyebabkan kegagalan transmisi gelombang
P ke ventrikel (Davey, 2005). AV block merupakan komplikasi infark miokardium yang sering terjadi
(Boswick, 1988).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa AV block adalah gangguan system konduksi AV yang
menyebabkan transmisi gelombang P ke ventrikel dan ditimbulkan sebagai bagian komplikasi IMA.
2. Klasifikasi
a. AV block derajat pertama
Pada AV block derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi semua impuls akhirnya
dikonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan mendahului tiap-tiap QRS dengan perbandingan 1:1,
interval PR konstan tetapi durasi melebihi di atas batas 0,2 detik.
b. AV block derajat kedua Mobitz I (Wenckebach)
Tipe yang kedua, blok AV derajat dua, konduksi AV diperlambat secara progresif pada masing-masing
sinus sampai akhirnya impuls ke ventrikel diblok secara komplit. Siklus kemudian berulang dengan
sendirinya.
Pada gambaran EKG, gelombang P ada dan berhubungan dengan QRS di dalam sebuah pola siklus.
Interval PR secara progresif memanjang pada tiap-tiap denyut sampai kompleks QRS tidak
dikonduksi. Kompleks QRS mempunyai bentuk yang sama seperti irama dasar. Interval antara
kompleks QRS berturut-turut memendek sampai terjadi penurunan denyut.
c. AV block derajat kedua Mobitz II
AV block tipe II digambarkan sebagai blok intermiten pada konduksi AV sebelum perpanjangan
interval PR. Ini ditandai oleh interval PR fixed jika konduksi AV ada dan gelombang P tidak
dikondusikan saat blok terjadi. Blok ini dapat terjadi kadang-kadang atau berulang dengan pola
konduksi 2 : 1, 3 : 1, atau bahkan 4 : 1, karena tidak ada gangguan pada nodus sinus, interval PP
teratur. Sering kali ada bundle branch block (BBB) atau blok cabang berkas yang menyertai sehingga
QRS akan melebar.
3. Etiologi
a. AV blok derajat I
Terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR yang memanjang lebih
dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti digitalis, blocker, penghambatan saluran
kalsium, serta penyakit arteri koroner, berbagai penyakit infeksi, dan lesi congenital.
b. AV blok derajat II
- AV blok derajat II Mobitz I (Wenckebach)
Tipe ini biasanya dihubungkan dengan blok di atas berkas His. Demikian juga beberapa obat atau
proses penyakit yang mempengaruhi nodus AV seperti digitalis atau infark dinding inferior dari
miocard dapat menghasilkan AV blok tipe ini.
- AV blok derajat II Mobitz II
Adanya pola Mobitz II menyatakan blok di bawah berkas His. Ini terlihat pada infark dinding anterior
miokard dan berbagai penyakit jaringan konduksi.
c. AV blok derajat III (komplit)
Penyebab dari tipe ini sama dengan penyebab pada AV blok pada derajat yang lebih kecil. Blok
jantung lengkap atau derajat tiga bisa terlihat setelah IMA. Dalam irama utama ini, tidak ada
koordinasi antara kontraksi atrium dan ventrikel. Karena kecepatan ventrikel sendiri sekitar 20
sampai 40 kali permenit, maka sering penderita menyajikan tanda-tanda curah jantung yang buruk
seperti hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk.
4. Manifestasi klinis
a. AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarang dibandingkan dengan kelainan
fungsi nodus SA.
b. Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas, sinkop, dan dapat menyebabkan kematian
mendadak
c. AV blok derajat I
- Sulit dideteksi secara klinis
- Bunyi jantung pertama bisa lemah
- Gambaran EKG : PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik
d. AV blok derajat II
- Denyut jantung < 40x/menit
- Pada Mobitz I tampak adanya pemanjangan interval PR hingga kompleks QRS menghilang.
- Blok Mobitz tipe II merupakan aritmia yang lebih serius karena lebih sering menyebabkan kompleks
QRS menghilang. Penderita blok Mobitz tipe II sering menderita gejala penurunan curah jantung dan
akan memerlukan atropine dalam dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
e. AV blok derajat III (komplit)
- Atrium yang berdenyut terpisah dari ventrikel, kadang-kadang kontraksi saat katup tricuspid
sedang menutup. Darah tidak bisa keluar dari atrium dan malah terdorong kembali ke vena leher,
sehingga denyut tekanan vena jugularis (JVP) nampak jelas seperti gelombang meriam (cannon)
- Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk.
f. Cara membaca gelombang EKG :
NO GELOMBANG GAMBARAN NORMAL
1 Gelombang P Depolarisasi atrium < 0.12 s dan , 0.3 mV
2 QRS kompleks Waktu depolarisasi ventrikel 0.06 0.12 s
Gel. Q = < 0.04 s & <1/3R
3 Gelombang T Repolarisasi ventrikel
4 Segmen ST Akhir depolarisasi ventrikel awal repolarisasi ventrikel Isoelektris
5 PR Interval Awal depolarisasi atrium awal depolarisasi ventrikel 0.12 0.20 s
6 QT Interval Awal depolarisasi ventrikel akhir repolarisasi ventrikel 0.38 0.42 s
Menghitung HR :
Metode Cara menghitung
KOTAK BESAR 300 / ?? KOTAK BESAR R R
KOTAK KECIL 1500 / ?? KOTAK KECIL R R
IRAMA IREGULER ?? QRS X 10 selama 6 detik
5. Patofisiologi (terlampir)
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium dan venrikel.
Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus, mengikuti jalur internodal menuju nodus
AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR normal); depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu
0,10 detik (lama QRS komplek). Terdapat tiga bentuk blok jantung yang berturut-turut makin
progresif. Pada blok jantung derajatderajat satu semua impuls dihantarkan melalui sambungan AV,
tetapi waktu hantaran memanjang. Pada blok jantung derajat dua, sebagian impuls dihantarkan ke
ventrikel tetapi beberapa impuls lainnya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung derajat dua,
yaitu Wnckebach (mobitz I) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang memanjang
progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan. Jenis kedua (mobitz II)
merupakan panghantaran sebagian impuls dengan waktu hantaran AV yang tetap dan impuls
yanglain tidak dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel, terjadi henti jantung,
kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan atrioventrikuler mulai berfungsi.
Blok berkas cabang adalah terputusnya hantaran berkas cabang yang memperpanjang waktu
depolarisasi hingga lebih dari 0,10 detik.
6. Pemeriksaan diagnostic
a. EKG
Pada EKG akan ditemukan adanya AV blok sesuai dengan derajatnya
b. Foto dada
Dapat ditunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel
dan katup
c. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.
7. Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan sesuai derajat AV blok.
a. Obat antiaritmia
Reseptor Klas Obat Cara kerja obat
Saluran Na+, K+ 1 A Procainamide, Quinidine, Amiodarone - Mencegah masuknya Na ke dalam sel
- Menghambat konduksi, memperlambat masa pemulihan (recovery) dan mengurangi kecepatan
otot jantung untuk discharge secara spontan
- Class 1A memperpanjang aksi potensial
Saluran Na+ 1 B Lidocaine, Phenitoin
-adrenergik 2 Esmolol, Metoprolol, Propanolol, Sotalol*, Amiodarone - Anti simpatetik, mencegah
efek katekolamin pada aksi potensial
- Termasuk golongan -adrenergik antagonis
Saluran K+ 3 Sotalol*, Bretylium, Ibutilide, Dofetilide Memperpanjang waktu aksi potensial
Saluran Ca+ 4 Verapamil, Diltiazem, Amiodarone - Mencegah masuknya Ca ke dalam sel otot jantung
- Mengurangi waktu plateau aksi potensial, efektif memperlambat konduksi di jaringan nodal.
b. AV blok derajat I
- Tidak ada tindakan yang diindikasikan.
- Interval PR harus dimonitor ketat terhadap kemungkinan blok lebih lanjut,
- Kemungkinan dari efek obat juga harus diketahui
c. AV blok derajat II Molitz I
- Tidak ada tindakan yang diindikasikan. Kecuali menghentikan obat jika ini merupakan agen
pengganggu
- Monitor klien terhadap berlanjutnya blok.
- Tipe ini biasanya tidak diterapi kecuali sering kompleks QRS menghilang dengan akibat gejala klinis
hipotensi dan penurunan perfusi serebrum. Bila ada gejala ini maka pada penderita bisa diberikan
0,5 sampai 1,0 mg atropine IV sampai total 2,0 mg.
d. AV blok derajat II Molitz II
- Observasi ketat terhadap perkembangan menjadi blok jantung derajat III.
- Obat seperti atropine atau isopreterenol, atau pacu jantung mungkin diperlukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala atau jika blok terjadi dalam situasi IMA akut pada dinding anterior.
Pengkajian sekunder :
Meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (Alergi,
Medikasi, Post illness, Last meal, dan Event/environment, yang berhubungan dengan kejadian
perlukaan).
DAFTAR PUSTAKA
ACC/AHA/HRS. 2008. Guidelines for Device Based Therapy of Cardiac Rhythm Abnormalities.
Circulation; 117:2820-2840.
Boyle AJ, Jaffe AS. Acute Myocardial Infarction. In: Crawford MH ed. Current Diagnosis & Treatment
Cardiology 3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2009:51-72.1.
Boswick, John A. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.
Davey. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Myocardial Infarction.http://www.emedicine.medscape.com/article/155919.htm.
Verdy. 2012. Inferior Myocardial Infarction dengan Complete Heart Block. CDK 189/vol 39 no 1.
Sinus Rhytm
ARTERIOVENTRICULAR BLOCK
Latar Belakang
Atrioventricular bloc terjadi ketika depolarisasi atrium gagal mencapai ventrikel atau ketika
terjadi keterlambatan depolarisasi atrium. Ada 3 derajat dari AV blok yang diketahui.
Derajat 1 AV Blok
Terjadi pemanjangan interval PR pada EKG (> 200/ lebih dari 5 kotak kecil msec pada
dewasa dan > 160 pada anak-anak). Pada AV blok derajat 1 semua impuls atrium mencapai
ventrikel. Namun, kunduksinya mengalami keterlambatan sampai ke AV node. Interval PR
konstan.
Derajat 2 AV Blok
Yaitu Derajat 2 AV blok Mobitz I (Wenckenbach blok), yang terdiri dari pemanjangan
interval PR yang progresif dengan diikuti single P nonkonduksi.
Episode Mobitz I blok biasanya terdiri dari 3-5 irama, dengan rasio non konduksi dengan
irama konduksi 4:3, 3:2, dan begitu seterusnya.
Mobitz II blok
PR interval konstan yang diikuti kegagalan dari konduksi gelombang P ke ventrikel, jadi
tipe konduksinya 2:1 (2konduksi dan 1 blok), 3:1 (3konduksi dan 1 blok), dan begitu
seterusnya
Derajat III AV Blok
ang QRS komplek. Komplek QRS yang muncul adalah irama escape, juga junctional atau
ventrikular. Irama escape bersumber dari junctional atau septum atas yang memiliki
karakteristik QRS komplek yang sempit dengan frekuensi 40-50 gelombang/menit, dimana
irama escape dari ventrikel bagian bawah yang memiliki karakteristik komplek QRS yang
luas denga frekuensi 30-40 gelobang/menit.
Tidak ada hubungan yang terlihat antara irama gelombang P dan irama komplek QRS di AV
blok derajat tiga. Frekuensi dari gelombang P (atrial rate) adalah lebih tinggi daripada
frekuensi komplek QRS (ventrikular rate).
Related articles
AV Block Derajat 3 atau dikenal juga sebagai Total AV Block dideskripsikan sebagai Keadaan
ketika tidak ada impuls listrik dri SA Node ( Gelombang P ) yang mampu melewati AV
Node untuk turun ke daerah ventrikel
Akibat tidak adanya impuls dari atrium yang bisa melewati AV Node, Maka Sel Jantung di
bawah AV Node harus membuat sebuah Sel Pacemaker yang baru sebagai Escape Rhytm
atau irama penyelamat agar ventrikel dapat tetap berkontraksi.
Bila Escape Rhytm atau irama penyelamat.itu berasal dari AV Node, kita sebut sebagai
Junctional Escape Rhytm. Bila Escape Rhytm atau irama penyelamat.itu berasal dari
ventrikel, kita sebut sebagai Ventricular Escape Rhytm
Dalam Total AV Block, Kita akan melihat pasien dengan Bradikardi yang berat dengan
Aktivitas listrik Atrium ( Gelombang P ) dan Aktivitas listrik Ventrikel ( Gelombang QRS ) yang
berdiri sendiri tanpa ada korelasi, yang kita kenal sebagai AV Dissociation / Disosiasi
Atrioventrikular
Infark Miokard Anterior dengan iskemik pada sistem His dan Purkinye
o Demam Reumatik
o Endokarditis Infektif
Ingat!! AV Dissociation tidak sama dengan AV Block Derajat 3 ( Ini umumnya selalu
dimisinterpretasi atau dikategorikan sama oleh sebagian besar orang ), AV Block Total Hanya satu
dari 3 keadaan yang bisa menyebabkan AV Disosiasi selain AV disosiasi karena Default dan
Usurpasi. Penyebab AV disosiasi yang lain dibahas di halaman lain di blog ini.
o Interval P-P Kurang Lebih Reguler dan Interval R-R juga Kurang lebih reguler,
adanya Interval R-R yang tidak reguler atau teratur mengindikasikan adanya
konduksi impuls listrik dari atrium melewati AV Node. sehingga definisi Total AV
Block gugur dan kemungkinan terjadi High Degree AV Block derajat 2
o Umumnya Rate Atrium lebih cepat dari Rate Ventrikel ( Interval P-P < Interval R-R ),
Bila Rate Ventrikel lebih cepat daripada Rate Atrium, kemungkinan AV Disosiasinya
bukan karena Total AV Block, tetapi karena Usurpasi atau Default AV disosiasi
o Bila Gelombang QRS Sempit berarti Escape Rhytm berasal dari Junctional
(Junctional Escape Rhytm) dan Bila Gelombang QRS Lebar berarti Escape Rhytm
berasal dari Ventrikel (Ventrikular Escape Rhytm)
o Perhatikan Strip di atas, Terdapat gelombang P yang reguler (Interval P-P sama)
dan gelombang QRS yang reguler (Interval R-R sama)
o Terdapat interval PR yang bervariasi dan tidak saling berhubungan (AV Disosiasi)
o Rate dari gelombang P berada pada kisaran 75x/menit lebih cepat daripada Rate
Ventrikel yang berada pada kisaran 20x/menit
o Kompleks QRS yang lebar menunjukkan irama penyelamat berasal dari Ventrikel
(Ventricular Escape Rhytm)
o Terdapat interval PR yang bervariasi dan tidak saling berhubungan (AV Disosiasi)
o Atrial Rate sekitar 85x/ menit dan Ventrikular Rate sekitar 38x/ menit
o Kompleks QRS yang sempit menunjukkan irama penyelamat berasal dari AV Node
(Junctional Escape Rhytm)
o Kesimpulan AV Block Total dengan Junctional Escape Rhytm dan Inferior STEMI
laporan pendahuluan AV BLOCK
LAPORAN PENDAHULUAN
AV BLOK
I. Konsep AV BLOK
1.1 Definisi AV BLOK
Merupakan gangguan pada nodus AV dan/atau system konduksi menyebabkan kegagalan transmisi
gelombang P ke ventrikel , AV block merupakan komplikasi infark miokardium yang sering terjadi
(Davey, 2005).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa AV block adalah gangguan system konduksi AV yang
menyebabkan transmisi gelombang P ke ventrikel dan ditimbulkan sebagai bagian komplikasi IMA
1.2 Klasifikasi
1.3.1 AV Blok derajat pertama
Pada AV block derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi semua impuls akhirnya
dikonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan mendahului tiap-tiap QRS dengan perbandingan 1:1,
interval PR konstan tetapi durasi melebihi di atas batas 0,2 detik
Pada gambaran EKG, gelombang P ada dan berhubungan dengan QRS di dalam sebuah pola siklus.
Interval PR secara progresif memanjang pada tiap-tiap denyut sampai kompleks QRS tidak
dikonduksi. Kompleks QRS mempunyai bentuk yang sama seperti irama dasar. Interval antara
kompleks QRS berturut-turut memendek sampai terjadi penurunan denyut.
1.3.3 AV Blok derajat ke dua Mobitz II
AV block tipe II digambarkan sebagai blok intermiten pada konduksi AV sebelum perpanjangan
interval PR. Ini ditandai oleh interval PR fixed jika konduksi AV ada dan gelombang P tidak
dikondusikan saat blok terjadi. Blok ini dapat terjadi kadang-kadang atau berulang dengan pola
konduksi 2 : 1, 3 : 1, atau bahkan 4 : 1, karena tidak ada gangguan pada nodus sinus, interval PP
teratur. Sering kali ada bundle branch block (BBB) atau blok cabang berkas yang menyertai sehingga
QRS akan melebar.
1.3 Etiologi
1.3.1 AV Blok derajat pertama
Terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR yang memanjang lebih
dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti digitalis, blocker, penghambatan saluran
kalsium, serta penyakit arteri koroner, berbagai penyakit infeksi, dan lesi congenital.
Pada Mobitz I tampak adanya pemanjangan interval PR hingga kompleks QRS menghilang.
Blok Mobitz tipe II merupakan aritmia yang lebih serius karena lebih sering menyebabkan kompleks
QRS menghilang. Penderita blok Mobitz tipe II sering menderita gejala penurunan curah jantung dan
akan memerlukan atropine dalam dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
menutup. Darah tidak bisa keluar dari atrium dan malah terdorong kembali ke vena leher, sehingga
denyut tekanan vena jugularis (JVP) nampak jelas seperti gelombang meriam (cannon)
Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel, terjadi henti jantung,
kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan atrioventrikuler mulai berfungsi.
Blok berkas cabang adalah terputusnya hantaran berkas cabang yang memperpanjang waktu
depolarisasi hingga lebih dari 0,10 detik (Price & Wilson, 2005).
Suatu pacu jantung satu bilik memiliki electrode pada ventrikel kanan atau atrium kanan. Pacu
jantung dua bilik memberikan impuls ke atrium dan ventrikel melalui dua electrode dan bisa
menghasilkan impuls yang sinkron pada ventrikel setelah tiap gelombang P yang terjadi di atrium.
Sehingga timbul impuls yang mendekati depolarisasi fisiologis pada jantung, dan memungkinkan
jantung berdenyut sesuai dengan nodus sinus.
1.8 Pathway
Hipertensi, DM, Hiperlipidemia, life style, usia, genetik
Gangguan endotel pembuluh darah Spasme pembuluh darah
Monosit menembus lapisan endotel Kerusakan miokard (Ischemic jaringan otot jantung)
Sel otot polos berploriferasi Simpul sinus (pemacu jantung utama) terganggu
ng arteri melebar Potensial aksi melalui atrium kanan da kiri menuju sim
AV terganggu
Arteriosklorosis
AV Blok Total
Resiko Infeksi
Hipertermi
Kurang pengetahuan
Kontraksi otot-otot ventrikel meningkat
Gangguan Keseimbangan
Pengkajian sekunder :
Meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (Alergi,
Medikasi, Post illness, Last meal, dan Event/environment, yang berhubungan dengan kejadian
perlukaan).
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Hipertermia (NANDA, 2012)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): Berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam Maka suhu tubuh klien mulai normal
dengan kriteria hasil :
- Warna kulit normal
- Suhu tubuh normal seperti semula
2.3.2 Intervensi Keperawatan : Berdasarkan NIC
- Monitor warna dan TTV terutama suhu kulit
- Berikan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipatan paha
- Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian tipis
- Berikan cairan parental sesuai program medis
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik
Laporan pendahuluan tentang AV-Blok ini telah dikonsultasikan oleh ners muda dan disetujui oleh
preseptor klinik.
Diagnosis Banding
a. Blok AV tingkat I
Pada tipe ini umumnya disebabkan oleh gangguan konduksi di proksismal bundle his, akibat
intoksikasi digitalis, peradangan, proses degenerasi atau variasi normal. Dengan karakteristik
Terjadi pemanjangan interval PR pada EKG (> 200/ lebih dari 5 kotak kecil msec pada
dewasa dan > 160 pada anak-anak). Pada AV blok derajat 1 semua impuls atrium mencapai
ventrikel. Namun, kunduksinya mengalami keterlambatan sampai ke AV node. Interval PR
konstan.
b. Blok AV tingakat II
Pada Mobitz tipe I, blok AV dapat disebabkan karena tonus vagus yang tidak meningkat,
keracunan digitalis dtau iskemia. Sedangkan pada Mobitz tipe II disebabkan oleh infark
miokard akut miokarditis atau proses degenerasi. Derajat 2 AV blok Mobitz I
(Wenckenbach blok), yang terdiri dari pemanjangan interval PR yang progresif dengan
diikuti single P nonkonduksi ,karakteristik mobitz 1 dan 2
Mobitz 1 :. Episode Mobitz I blok biasanya terdiri dari 3-5 irama, dengan rasio non konduksi
dengan irama konduksi 4:3, 3:2, dan begitu seterusnya.
Mobitz 2 : PR interval konstan yang diikuti kegagalan dari konduksi gelombang P ke
ventrikel, jadi tipe konduksinya 2:1 (2konduksi dan 1 blok), 3:1 (3konduksi dan 1 blok), dan
begitu seterusnya
Komplek QRS yang muncul adalah irama escape, juga junctional atau ventrikular. Irama
escape bersumber dari junctional atau septum atas yang memiliki karakteristik QRS komplek
yang sempit dengan frekuensi 40-50 gelombang/menit, dimana irama escape dari ventrikel
bagian bawah yang memiliki karakteristik komplek QRS yang luas denga frekuensi 30-40
gelobang/menit.Tidak ada hubungan yang terlihat antara irama gelombang P dan irama
komplek QRS di AV blok derajat tiga. Frekuensi dari gelombang P (atrial rate) adalah lebih
tinggi daripada frekuensi komplek QRS (ventrikular rate).
Pemeriksaan
Survey Primer
Airway : penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaanmengenai adanya
abstruksi jalan nafas, karena benda asing. Pada klien yangdapat berbicara, dapat dianggap
bahwa jalan nafas bersih. Dilakukan pulapengkajian adanya suara nafas tambahan misalnya
stridor.
Breathing : inspeksi frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantupernafasan, adanya
sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasiadanya suara nafas tambahan, seperti
ronchi, whezzing, kaji adanya traumapada dada yang dapat menyebabkan takipnea dan
dispneac.
Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan kardiak outputserta adanya
perdarahan. Setatur hemodinamik, warna kulit, tekanan darah, nadi ( menilai tanda syok).
Disability : nilai tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil.
survey Skunder
Pengkajian SekunderPengkajian sekunder meliputi anamnesis terkait dengan keluhan dan
gejala, riwayat penyakit dahulu dan keluarga yang berkaitan dan menyebabkan aritmia
aterioventrikular blok derjat 1, Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi,
Medikasi, Post Illnes, Last meal, dan Event / Environment yang berhubungan dengan
kejadian). Pemeriksaan fisik umum dimulai dari kepala hingga kaki, pemeriksaan fisik torax
berupa :
Inspeksi : apakah ada kelainan pada bentuk dinding dada
Palpasi : untuk merasakan apakah ada krepitasi pada Os. Costa, menilai tekanan vena
jugularis, menilai apex cordis.
Perkusi: menilai batas jantung, apakah ada perbesaran atau tidak
Auskultasi : menilai bunyi jantung, apakah ada suara tambahan atau tidak dan menilai bunti
di setiap katub ( katup aorta, katup pulmonalis, katup mitral, latup trikuspid)
dan dapat pula di tambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih seperti EKG dengan hasil
yang akan menunjukan apakah benar ada blokade jantung atau penyakit jantung lain, dan
juga bisa di lakukan pemeriksaan foto thorak untuk mengetahui apakah ada kelainan pada
struktur anatomi jantung ( seperti ukuran jantung ) atau ada gejala kerusakan lain pada organ
tubuh lain.
pembahasanTatalaksana
Tatalaksana pada kasus blok atrioventrikular derjat 1 padaumumnya tidak dilakukan
pengobatan. Penggunaan obat-obat biasanya hanya di berikan pada kasus blok
anterioventrikular derjat 1 yang di sertai dengan sinus bradikardi. Pasien dengan bradikardia
yang berat atau mereka dengan kemungkinan progresi penyakit ke tingkat AV blok yang
lebih tinggi , obat-obatan seperti atropin, isoproterenol dapat digunakan sebelum penggunaan
alat pacu jantung.
1. atropin IV/IM (Rx)
Atropin merupakan golongan obat cholinergic yang berfungsi meningkatkan perasangan saraf
parasimpatis, sehingga memicu kontraksi jantung. penggunaan obat golongan ini biasanya di
indikasikan untuk AV blok 1 dengan sinus bradikardi ( ACLS), dosis obat yang di gunakan
0,5-1 mg atau 0,04 mg/kg IV, tidak lebih dari 3 mg. Beberapa ahli menyarankan 2-2,5 x dosis
IV diencerkan dalam 5-10 mL aquades sebelum obat di injeksikan langsung. Aquades dapat
memfasilitasi penyerapan yang lebih baik daripada pemberian langsung atropin, tapi mungkin
menghasilkan negatif efek pada tekanan arteri oksigen, obat atrofin ini dapat di gunakan juga
sebagai Anestesi umum, kejang dengan epilepsi, radiografi GI.
2. isoproterenol
isoproterenol merupakan golongan obat beta agonis adrenergik yang berfungsi sebagai
peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi
obat ini biasa di gunakan dengan cara :
IV bolus, dengan dosis awal 0.02 0.06 mg (1-3 mL pengenceran 1: 50.000) dan dosis
tappring off 0,01-0.2 mg
Infus IV: 5 mcg/min (1.25 mL pengenceran 1:250,000), pada awalnya, kemudian dosis 2-20
mcg/min berdasarkan respon pasien
Obat isoprenol biasanya di indikasikan untuk Aritmia ventrikel karena AV blok, syok,
Adams-Stokes, bronkospasme.
Pada kegawat daruratan AV blok di sertai Bradikardi usahakan untuk meningkatkan denyut
jantung dengan langkah sebagai berikut :
1. Segera pastikan tidak ada gangguan jalan nafas
2. Berikan oksigen
3. Pasang monitor EKG , tekanan darah dan oksimetri
4. Pasang jalur IV line
Perhatikan EKG :
Jika EKG bukan AV block derajat II tipe 2 atau AV total / derajat 3 lakukan langkah
sebagai berikut:
1. Berikan sulfas Atropin 0,5 mg IV sambil perhatikan monitor EKG untuk melihat
responpeningkatan denyut jantung, jika tidak ada ulangi lagi 0,5 mg (setiap 3 5 menit),
sampai ada respon peningkatan denyut jantung atau dosis atropine telah mencapi 3 mg.
2. Jika dosis suldaf atropine telah mencapai 3 mg dan belum terjadi peningkatan denyut jantung
> 60x/menit, pertimbangkan pemberian obat yang lain seperti epinefrin 2 -10 microgram/
menit atau dopamine 2-10 microgram/kgBB/menit.
Jika gambaran EKG adalah block derajat II tipe 2 atau AV total / derajat 3, lakukan langkah
Segera pasang pacu jantung transkutan sambil menunggu pemasangan pacu jantung tranvesa(
Konsultasi ke dokter ahli jantung) ( Karo,2009)
Selain dengan cara penggunaan obat dan langkah langkah di atas, juga bisa di lakukan
penataklasanaan gawat darurat Av blok jantung derjat 1 ataupun derjat lainya yang di sertai
dengan bradikardi dengan menggunakan protokol atau olgaritma dari AHA 2011
Langkah algoritma penanganan aritmia sinus bradikardi menurut AHA 2011 sebagai berikut:
1. Lakukan kendali sesuai kondisi klinis, jika bradikardi aritmia maka HR < 50 x/menit
2. mengidentifikasi dan mengobati penyebab yang mendasari
mempertahankan jalan nafas pasien : membantu pernafasan yang di perlukan
oksigenisasi ( jika hipovolemi)
monitor irama jantung: monitoring tekanan darah dan oximetry
berikan akses intravena
pasang EKG 12 lead jika tersedia dan jangan menunda terapi
3. bradikardi presisten menyebabkan :
hipotensi, tanda syok,tidak nyaman pada dada akibat iskemi, gagal jantung akut
jika ada maka lanjutkan algoritma AHA 2011
jika tidak ada ( lakukan observasi dan monitoring)
4. injeksikan atropin sesuai dosis pada algoritma
5. jika atropin tidak beraksi dengan baik, maka dapat di ganti pengobatan farmakonya denga
menggunakan obat dopamin dan epinefrin atau juga bisa di gunakan alat pacu jantung
subkutan
6. lakukan konsultasi kepada dokter spesialis dan melakukan pemasangan pacu jantung
transversa( transvenose)
Daftar Pustaka
DASAR-DASAR EKG
I. Kelistrikan Jantung
Pencetus impuls listrik jantung muncul dari SA Node terus menjalar ka AV Node, Berkas His, Cabang
Berkas Kiri dan Kanan, Serabut Purkinje dan akhirnya sampai ke otot ventrikel jantung.
Arus listrik yang menjalar dari SA Node ke Berkas His membentuk Interval PR (lihat garis merah pada
gambar diatas), dan arus listrik dari Cabang berkas sampai serabut purkinje membentuk Kompleks
QRS (lihat garis hijau pada gambar diatas).
Durasi normal Interval tidak lebih dari 5 kotak kecil (kk), dan Kompleks QRS tidak lebih dari 3 kk.
Untuk menghitung frekwensi detak jantung digunakan rumus : 1500: Interval R-R ( jarak R satu ke R
berikutnya dalam kotak kecil).
A. Irama Sinus
Asal impuls dari SA Node, kalau diibaratkan listrik di rumah pencetus SA Node ini adalah PLN
sehingga dia mempunyai daya yang kuat mampu menghasilkan impuls 60-100x/menit. Ciri irama
sinus adalah :
1. Gelombang P (+) (membentuk gambar cembung seperti bukit)
2. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.
Bila denyutan jantung normal 60-100 x/menit disebut irama sinus ritme, lebih dari 100x/menit
disebut irama sinus takikardi, dan bila kurang dari 60x/menit disebut irama sinus bradikardi.
B. Irama Junction
Asal impuls dari area junction, impuls ini muncul bila SA Node gagal mengeluarkan impuls karena
berbagai sebab. SA Node diibaratkan Genset dia tidak bisa menghasilkan daya sekuat listrik dari PLN
hanya mampu menghasilkan impuls 40-60x/menit. Ciri irama junction adalah:
1. Gelombang P (-) (membentuk gambar cekung seperti lembah)
2. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.
C. Irama Ventrikel
Asal impuls dari area Ventrikel, ibarat lampu templok dayanya kecil sekali hampir tidak bisa
menerangi rumah, seperti itulah kira-kira irama ventrikel daya pompa jantung sudah sangat lemah,
menghasilkan impuls 20-40 x/menit.
1. Gelombang P tidak ada
2. Kompleks QRS lebar lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.
Bila denyut jantung lebih dari 40x/menit disebut Irama Ventrikel Takikardi. Bila sahabat menemui
kasus seperti ini, segera raba denyut karotis pasien. Irama Ventrikel Takikardi dengan nadi tidak
teraba perlu segera terapi kejut listrik (DC Shock).
Bila daya listrik jantung terus menurun, dia akan menunjukkan irama Ventrikel Fibrilasi seperti
gambar dibawah ini :
A. AV Blok
AV Blok terjadi bila jalur SA Node ke AV Node (yang membentuk interval PR pada EKG) terhambat,
maka Interval PR menjadi lebih panjang. Ibarat jalan tol macet, maka jarak tempuh ke tempat tujuan
menjadi lebih lama. AV Blok dibagi menjadi 3 derajat sesuai tengan tingkat keparahan.
1. AV Blok derajat I
a. Interval PR memanjang > dari 5 kotak kecil
b. Durasi Interval PR setiap beat adalah sama.
Pada contoh gambar diatas menunjukkan interval PR lebih panjang dari normal yaitu 7 kk, dan setiap
beat panjangnya sama.
a. Interval PR bisa normal, bisa panjang, tetapi tidak seperti mobitz 2 yang makin panjang.
b. Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.
Pada contoh gambar diatas interval PR normal, tetapi ada gelombang P yang tidak diikuti kompleks
QRS.
Sumber :
www.ecglibrary.com
keperawatam kardiovaskular (rsjhk)
EKG
Aktivitas elektrik dalam keadaan normal berawal dari impuls yang dibentuk oleh pacemaker di simpul
SinoAtrial (SA) Signal listrik dari SA node mengalir melalui kedua atrium, menyebabkan kedua atrium
berkontraksi mengalirkan darah ke ventrikel. Kemudian signal listrik ini mengalir melalui AV node
lalu menuju ke berkas His dan terpisah menjadi dua melewati berkas kiri dan kanan dan berakhir
pada serabut Purkinye yang mengaktifkan serabut otot ventrikel. Ini menyebabkan kedua ventrikel
berkontraksi memompa darah keseluruh tubuh dan menghasilkan denyutan (pulse). Pengaliran
listrik yang teratur ini dari SA node ke AV node menyebabkan kontraksi teratur dari otot jantung
yang dikenal dengan sebutan denyut sinus (sinus beat).
Dikatakan Bradikardi jika denyut jantung kurang dari 60x/menit dan takikardi jika lebih dari
100x/menit . setiap siklus terdiri dari gelombang P diikuti oleh komplek QRS dan T.
Elektrokardiogram adalah rekaman potensial listrik yang timbul sebagai aktivitas oto jantung , yang
dapat direkam adalah potensial potensial listrik yang timbul pada waktu otot-otot jantung
berkontraksi.
Rekaman EKG biasanya dibuat pada kertas yang berjalan dengan kecepatan standar 25mm/ detik dan
defleksi 10mm sesuai potensial 1mV. Gambaran EKG normal terdiri dari :
1. Gelombang P
Gelombang ini berukuran kecil dan merupakan hasil dari depolarisasi dari atrium kanan dan kiri .
nilai normal interval P adalah kurang dari 0,12 detik
2. Segmen PR
Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang menghubungkan gelombang P pada QRS. Lama
interval PR : 0,12 0,20 detik
Merupakan hasil depolarisasi dari ventrikel kanan dan kiri .lama interval QRS adalah 0,07 -0,10 detik.
4. Segmen ST
Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang menghubungkan gelombang QRS pada T
5. Gelombang T
6. Gelombang U
Gelombang ini berukuran kecil dan sering tidak ada , asal dari gelombang ini merupakan hasil
repolarisasi dari atria yang sering tidak dikenali karena ukurannya kecil dan terbenam pada
gelombang QRS
.
Gambar3. EKG dan Listrik Jantung.
Untuk menilai EKG digunakan 2 jenis sadapan , yaitu sadapan ektermitas dan sadapan precordial
A. Sadapan Prekordial
B. Sadapan Ektermitas
Jantung adalah organ tiga dimensi, sudah seharusnya aktivitas elektriknya pun harus dimengerti
dalam tiga dimensi pula. Setiap sadapan elektroda memandang jantung dengan sudut tertentu
dengan sensitivitas lebih tinggi dari sudut/bagian yang lain. Sadapan atau lebih dikenal dengan lead,
adalah cara penempatan pasangan elektroda berkutub positif dan negatif pada tubuh pasien guna
membaca sinyal-sinyal elektrik jantung. Semakin banyak sadapan, semakin banyak pula informasi
yang dapat diperoleh Pada rekaman EKG modern, terdapat 12 sadapan elektroda yang terbagi
menjadi enam buah sadapan pada bidang vertikal serta enam lainnya pada bidang horizontal.
Bidang Vertikal/Frontal :
a. Tiga buah bipolar standard leads atau sadapan Einthoven, yaitu Lead I, II, dan III. Sadapan ini
merekam perbedaan potensial dari dua elektroda yang digambarkan sebagai sebuah segitiga sama
sisi, segitiga Einthoven.
b. Tiga buah unipolar limb leads atau sadapan Wilson yang sering disebut juga sadapan unipolar
ekstrimitas, yaitu Lead aVR, aVL, dan aVF. Sadapan ini merekam besar potensial listrik pada satu
ekstrimitas, elektroda eksplorasi diletakkan pada ekstrimitas yang akan diukur.
Bidang Horizontal :
Enam buah unipolar chest leads atau sering disebut juga sadapan unipolar prekordial, yaitu lead V1,
V2, V3, V4, V5, dan V6.
Gambar4. Sadapan
ekstermitas
Gambar 5. Contoh bentuk sinyal yang didapat dari 12 leads (sadapan) EKG normal
Terdapat 2 macam kotak dalam EKG yaitu kotak kecil dan kotak besar . Kotak kecil dengan ukuran 1
mm x 1 mm atau 0,04 detik x 0,04 detik. Yang kedua yaitu kotak sedang/besar dengan ukuran 5 mm
x 5 mm atau 0,20 detik
1. Menghitung Frekuensi
2. Menilai Ritme
Untuk mengetahui apakan iramanya sudah teratur atau tidak teratur yaitu dengan melihat interval
R-R dan P-P.
Dikatakan regular jika intervalnya konsisten (jarak R-R sama dari satu siklus ke siklus lainnya
a. Irama sinus
Adalah irama denyut jantung yang pemacunya dominan oleh SA node .ciri utamanya adalah
gelombang P diikuti QRS
Gambar8. sinus ritme
b. Irama Atrial
Adalah irama denyut jantung yang pemacu dominanya adalah sumber implus atrium.
Cirinya gelombang P berbeda dengan irama sinus . contoh pada atrial Fluter.
c. Irama Junctional
Irama denyut jantung yang pemacunya dominan pada nodus AV. Cirinya gelombang P hilang
/inverse/ mundur.
Gambar10. irama junctional
d. Irama Ventrikuler
Zona transisi menunjukan posisi septum interventrikuler Zona transisi berada pada V3-V4 .
normalnya gelombang QRS mengalami progresifitas dari lead V1-V6, gelombang R bertambah tinggi
dan gelombang S bertambah pendek .
Zona transisi adalah area dimana panjang gelombang positip dan negative (S) tampak relative
sama.
+ - Deviasi kiri
+ + Normal
- + Deviasi kanan
2 Aritmia
2.1 Defenisi
Aritmia adalah pola dan/atau perubahan yang cepat dari denyut jantung normal. Jadi yang dapat
didefenisikan sebagai aritmia adalah :
b. irama yang tidak teratur , meskipun berasal dari nodus SA, misalnya sinus aritmia
c. frekuensi kurang dari 60x/menit ( bradikardia) atau lebih dari 100x/menit ( takikardia)
Aritmia adalah pola dan/atau perubahan yang cepat dari denyut jantung normal. Beberapa pasien
ada yang sama sekali tidak sadar adanya aritmia. Yang lain ada mengeluh tentang gejala-gejala
termasuk palpitasi, perasaan lompatan atau getaran jantung, pusing, sesak napas atau nyeri dada.
Pada tachycardias dan bradycardias dapat terjadi kekurangan aliran darah ke otak, arteri koroner dan
bagian tubuh lainnya. Aliran darah yang kurang ke otak dapat menyebabkan pusing atau hilang
kesadaran atau pingsan(syncope). Suplai darah yang kurang ke arteri koroner menyebabkan angina .
Suplai darah yang tidak memadai ke tubuh bagian lainnya menyebabkan letih dan sesak napas.
2.3 Etiologi
Penyebab aritmia disebabkan karena hal hal yang mempengaruhi kelompok sel yang
mengautomisasi dan sistem penghantarnya seperti :
b. Lingkungan seperti beratnya iskemia, Ph, dan kadar elektrolit dalam serum
c. Kelainan jantung seperti fibrosis dan sikatrik , infalamasi dan metabolic serta jaringan abnormal
dalam jantung seperti amiloidosis.
Berbagai etiologi ini saling memberatkan , artinya bila ada hipertrofi jantung misalnya , lalu terjadi
iskemia dan gangguan balans elektrolit maka aritmia akan lebih mudah timbul, dan mengontrolnya
akan lebih sulit lagi.
Pada beberapa pasien, aritmia disebabkan oleh penyakit otot jantung, klep jantung atau arteri
koroner. Pada pasien yang lainnya aritmia dapat hanya merefleksikan penyakit dari sistim listrik
jantung dimana sisa jantung lainnya sehat. Penyebab aritmia lainnya termasuk obat-obatan, alkohol
yang berlebihan, kadar hormon tiroid yang berlebihan, tingkat oksigen darah yang rendah, stres dan
merokok.
2.4 Patofisiologi
Mekanisme aritmogenik dapat dibagi menjadi : ganguan pembentukan impuls dan gangguan
konduksi
pada keadaan normal, automatisasi (depolarisasi spontan) hanya terjadi pada nodus SA. Hal ini
disebabkan karena impuls-impuls yang dicetuskan di nodus SA sedemikian cepatnya sehingga
menekan proses automatisasi di sel lain.Apabila terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat
otonom atau karena suatu penyakit di Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia
b. trigger automatisasi
dasar mekanisme trigger automatisasi ialah adanya early dan delayed after-depolarisation yaitu suatu
voltase kecil yang timbul sesudah sebuah potensial aksi,apabila suatu ketika terjadi peningkatan
tonus simpatis misalnya pada gagal jantung atau terjadi penghambatan aktivitas sodium-potassium-
ATP-ase misalnya pada penggunaan digitalis, hipokalemia atau hipomagnesemia atau terjadi
reperfusi jaringan miokard yang iskemik misalnya pada pemberian trombolitik maka keadaan-
keadaan tersebut akan mnegubah voltase kecil ini mencapai nilai ambang potensial sehingga
terbentuk sebuah potensial aksi prematur yang dinamakan trigger impuls. trigger impuls yang
pertama dapat mencetuskan sebuah trigger impuls yang kedua kemudian yang ketiga dan
seterusnya samapai terjadi suatu iramam takikardai.
a. re-entry
Bilamana konduksi di dalah satu jalur tergaggu sebagai akibat iskemia atau masa refrakter, maka
gelombang depolarisasi yang berjalan pada jalur tersebut akan berhenti, sedangkan gelombang pada
jalur B tetap berjalan sepetisemual bahkan dapat berjalan secara retrograd masuk dan terhalang di
jalur A. Apabila bebrapa saat kemudian terjadi penyembuhan pada jalur A atau masa refrakter sudah
lewat maka gelombang depolarisasi dari ajlur B akan menemus rintangan jalur A dan kembali
mengkatifkan jalur B sehingga terbentuk sebuah gerakan sirkuler atau reentri loop. Gelombang
depolarisasi yang berjalan melingkar ini bertindak seagi generator yang secara terus-menerus
mencetuskan impuls.
Reentr loop ini dapat berupa lingkaran besar melalui jalur tambahan yang disebut macroentrant
atau microentrant.
b. concealed conduction (konduksi yang tersembunyi)
impuls-impuls kecil pada janutng kadang-kadang dapat menghambat dan menganggu konduksi
impuls utama. Keadaan ini disebut concealed conduction. Contoh concealed conduction ini ialah
pada fibrilasi atrium, pada ekstrasistol ventrikel yang dikonduksi secara retrograd. Biasanya
gangguan konduksi jantung ini tidak memiliki arti klinis yang penting.
c. Blok
Blok dapat terjadi di berbagai tempat pada sistem konduksi sehingga dapat dibagi menjadi blok SA
(apabila hambatan konduksi pada perinodal zpne di nodus SA); blok AV (jika hambatan konduksi
terjadi di jalur antara nodus SA sampai berkas His); blok cabang berkas (bundle branch block=BBB)
yang dapat terjadi di right bundle branch block atau left bundle branch block.
2.5 Klasifikasi
a. Irama sinus
Aritmia yang terjadi pada keadaan bradikardia atau takikardi atau sinus aresst.
b. Irama Atrial
Dibagi menjadi :
1. Atrial Flutter
Gambaran terlihat baik pada sadapan II, III, dan aVF seperti gambaran gigi gergaji , kelaianan ini
dapat terjadi pada kelainan katub mitral atau tricuspid, cor pulmonal akut atau kronis , penyakit
jantung koroner dan dapat juga akibat intoksikasi digitalis
2. Atrial Fibrilasi
Pada EKG terlihat gelombang yang sangat tidak teratur dan cepat sekali , mencapai 300 -500 kali
permenit dan sering kali ditemukan pulsus deficit.
Pada atrial fibrillation beberapa signal listrik yang cepat dan kacau "menyala" dari daerah-daerah
yang berbeda di atria, dari pada hanya dari satu daerah pemacu jantung di SA node. Signal-signal ini
pada gilirannya menyebabkan kontraksi ventricle yang cepat dan tidak beraturan. Penyebab-
penyebab dari atrial fibrillation termasuk serangan jantung, tekanan darah tinggi, gagal jantung,
penyakit klep mitral (seperti mitral valve prolapse), tiroid yang aktif berlebihan, gumpalan darah di
paru (pulmonary embolism), alkohol yang berlebihan, emphysema, dan radang dari lapisan jantung
(pericarditis).
3. Atrial takikardi
Biasanya adalah paroksimal (PAT= paroxysmal atrial tachycardia ), disebut juga takikardi
supraventrikuler paroksimal, yaitu takikardai yang berasal dari atrium dan nodus AV. Pada gambar
terdapat ektrassistole yang berturut- turut.
Disebut juga Premature atrial beats. Hal ini timbul akibat impuls yang berasal dari atrium timbul
premature . kelainan ini biasanya tidak memiliki arti klinis penting dan biasanya tidak butuh terapi
c. Irama Junctional
Gambaran EKG menunjukan laju QRS antara 40 -60 permenit dengan irama biasanya teratur ,
gelombag { biasanya terlihat negative disadapan II , III, aVF . Gelombang P bisa mendahului atau
tumpang tindih dengan QRS.
a. AV junctional ektrasistole
b. AV junctional takikardi paroksimal seperti PAT
d. Irama Ventrikuler
b. VES multiform
c. VES Begimini
d. VES trigemini
e. VES Couplet
Artinya setelah komplek normal , muncul 2 VES sekaligus , jika muncul lebih dari 2 sekaligus disebut
Run of
Pelepasan impuls yg cepat oleh fokus ektopic di Ventricel, yang ditandai oleh sederetan denyut
Ventrikel. Terdapat 3 atau lebih komplek yang berasal dari ventrikel secara berurutan dengan laju
lebih dari 100x/ menit. Pengaruhnya terhadap jantung adalah ventrikel yang berdenyut sangat cepat
tanpa sempat mengosongkan dan mengisi darah secara sempurna, Akibatnya sirkulasi darah
menjadi tidak cukup.
Adalah gambaran bergetarnya ventrikel , yang disebabkan karena begitu banyak tempat yang
memunculkan implus, sehingga sel jantung tidak sempat berdepolarisasi dan repolarisasi sempurna.
Disini sudah tidak terlihat gelombang P, QRS dan T. hal ini biasa terjadi pada iskemiaakut atau infrak
miokard.
4. Ventrikel Flutter
Ventrikel Fluter adalah gambaran getaran ventrikel yang disebabkan oleh produksi sebuah
pacemaker diventrikel dengan frekuensi 250 350 kali permenit. Gambaran yang muncul adalah
gelombang berlekuk dan rapat.
Gangguan konduksi adalah gangguan yang terjadi pada jaringan konduksi ( jalur listrik jantung )
sehingga listrik jantung tidak berjalan lancer atau berhenti di tengah jalan.terdiri :
1. Block SA node
a. AV Block derajat 1
Umumnya disebabkan karena gangguan konduksi di proximal His bundle , sering terjadi pada
intoksitas digitalis, peradangan , proses degenerasi maupun varian normal . Gambar yang muncul
pada EKG adalah interval PR yang melebar > 0,22 detik dan interval PR tersebut kurang lebih sama
disetiap gelombang
b. AV Block derajat II
2. Mobitz tipe 2
Interval PR tetap sama tetapi didapatkan denyut ventrikel yang berkurang. Dapat terjadi pada infrak
miocard akut, miocarditis, dan proses degenerasi.
Disebut juga block jantung komplit , dimana implus dari atrium tidak bisa sampai pada ventrikel ,
sehingga ventrikel berdenyut sendiri karena implus yang berasal dari ventrikel sendiri .gambaran
EKG memperlihatkan adanya gelombang P teratur dengan kecepatan 60 90 kali permenit ,
sedangkan komplek QRS hanya 40 60 kali permenit . hal ini disebabkan oleh infrak miocard akut,
peradangan, dan proses degenerasi. Jika menentap diperlukan pemasangan pacu jantung.
Bundle Branch Block menunjukan adanya gangguan konduksi dicabang kanan atau kiri sistem
konduksi , atau divisi anterior atau posterior cabang kiri. Dimana pada EKG ditemukan komplek QRS
yang melebar lebih dari 0,11 detik disertai perubahan bentuk komplek QRS dan aksis QRS. Bila
cabang kiri yang terkena disebut sebagai Left Bundle Branch Block (LBBB) dan jika kanan yang
terkena disebut Right Bundle Branch Block (RBBB)
a. LBBB
Pada EKG akan terlihat bentuk rsR atau R di lead I, aVL, V5 dan V6 yang melebar. Gangguan
konduksi ini dapat menyebabkan aksis bergeser ke kiri yang ekstrim, yang disebut sebagai left
anterior hemiblock (jika gangguan dicabang anterior kiri ) dan left posterior hemiblock (jika
gangguan dicabang posterior kiri )
Gambar 26. LBBB
b. RBBB
Pada EKG akan terlihat kompleks QRS yang melebar lebih dari 0,12 detik dan akan tambapk
gambaran rsRatau RSR di V1, V2 , sementara itu di I, aVL , V5 didapatkan S yang melebar karena
depolarisasi ventrikel kanan yang terlambat.
Gambar 27.RBBB
2.5.3 Kelainan karena elektrolit
1. Hiperkalemia
Ditandai dengan PR memanjang , QT memendek, T tinggi .dapat berupa ventrikel aritmia (takikardi
maupun fibrilasi)
2. Hipokalemia
Ditandai dengan ST Depresi , U tinggi (>1 mm) atau lebih tinggi dari T dan komplek QRS melebar.
Gambar 29. Gambaran EKG pada Hipokalemia
3. Hiperkalsemia
4. Hipokalsemia
Secara umum gejala aritmia dapat berupa palpitasi yang diakibatkan karena brandikardi atau
takikardi , dimana gejala yang mungkin timbul pada bradikardi (denyut jantung <60 kali permenit)
dan takikardi (denyut jantung >100 kali permenit) meliputi sesak nafas, nyeri dada, pusing ,
kesadaran menurun , lemah, hamper pingsan hingga pingsan. Tanda yang dapat terjadi meliputi
hipotensi atau syok, edema paru , akral dingin dengan penurunan kondisi urin . tatalaksana yang
dilakukan adalah
a. Pada Bradikardi
Dalam menghadapi pasien dengan bradikardi yang penting adalah menentukan apakah bradikardi
sudah menimbulkan gejala dan tanda seperti diatas. Jika benar demikian usahakan untuk
meningkatkan denyut jantung dengan langkah sebagai berikut :
- Berikan oksigen
Perhatikan EKG :
Jika EKG bukan AV block derajat II tipe 2 atau AV total / derajat 3 lakukan langkah sebagai berikut:
- Berikan sulfas Atropin 0,5 mg IV sambil perhatikan monitor EKG untuk melihat responpeningkatan
denyut jantung, jika tidak ada ulangi lagi 0,5 mg (setiap 3 5 menit), sampai ada respon peningkatan
denyut jantung atau dosis atropine telah mencapi 3 mg.
- Jika dosis suldaf atropine telah mencapai 3 mg dan belum terjadi peningkatan denyut jantung >
60x/menit, pertimbangkan pemberian obat yang lain seperti epinefrin 2 -10 microgram/ menit atau
dopamine 2-10 microgram/kgBB/menit.
Jika gambaran EKG adalah block derajat II tipe 2 atau AV total / derajat 3 lakukan langkah sebagai
berikut:
- Segera pasang pacu jantung transkutan sambil menunggu pemasangan pacu jantung tranvesa(
Konsultasi ke dokter ahli jantung)
- Cari dan tangani penyebab yang dapat menyokong seperti hipoglikemia, hipokalemia, hipovolumia,
asidosis, tamponade jantung, trauma.
b. Pada Takikardi
Dalam penanganan takikardi yang paling penting adalah menetukan apakah nadi teraba atau tidak
.jika nadi teraba, tentukan apakah pasien stabi atau tidak stabil (terdapat syok , edem paru,
hipotensi). Semua takikardi tidak Stabil harus segera di kardioversi kecuali sinus takikardi. Sinus
takikardi adalah respon fisiologi untuk mempertahankan curah jantung.Jika terjadi gangguan
hemodinamik (misalnya ada tanda- tanda syok) makaharus dicari penyebabnya , bukan dilakukan
kardioversi pada sinus takikardinya.
Monitoring hasil EKG dan lakukan tatalaksana seperti pada alogaritma Bantuan
Gambaran klilniknya adalah henti nafas dan henti jantung , dimana pada kondisi ini jantung hanya
bergetar saja tidak mampu berkerja sebagai pompa, berarti terjadi kematian klinis yang dapat
berlanjut menjadi kematian biologis . penderita biasanya sudah tidak sadar dan tidak ada respon
saat dicek kesadarannya.
Tatalaksana fibrilasi ventrikel adalah sama dengan tatalaksana ventrikel takikardi tanpa nadi :
- Lakukan survey ABCD ( jika memungkinkan pasang intubasi trakea) dan lanjutkan RJP sambil
menunggu alat listrik datang. ketika alat datang , pasang sadapan tanpa menghentikan RJP , lalu lihat
irama.
- Bila terlihat gambaran VF , lakukan kejut listrik unsynchronized dengan energi 350 J( untuk
monofasik ) atau 200 J ( untuk bifasik). Lakukan RJP selama 2 menit (5 siklus) setelah itu monitoring
EKG. Bila masih VF , lakukan kejut listrik kedua ,RJP selama 2 menit (5 siklus), bila IV line telah
terpasang beri Epinefrin1mg IV yang dapat diulangi setiap 3 5 menit. Obat alternative lain adalah
lidokain 1-1,5 mg/kgbb dan amiodaron 300mg.
- lidokain dosis awal 1-1,5 mg/kgbb dan diikuti 0,5-0,75 mg / kgBB sampai maksimal dose 3 mgg/kgBB
Tes untuk aritmia termasuk EKG, 24-jam monitor ritme jantung (Holter) dan treadmill.
a. Tes EKG dalam keadaan istirahat
adalah perekaman yang singkat aktivitas listrik jantung, Tes EKG ini hanya berguna jika aritmia
yang menyebabkan palpitasi terjadi waktu tes EKG ini diadakan. Sering tes EKG ini tidak dapat
menangkap aritmia, maka monitor Holter diperlukan. Monitor 24 jam Holter adalah cassete tape
yang dipakai pasien terus menerus ketika pasien mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Pasien
bersamaan membuat catatan harian dari palpitasi atau gejala lain selama periode perekaman ini.
Gejala palpitasi kemudian dapat dikorelasikan dengan adanya atau tidak adanya aritmia pada
Holter tape. Jika kecurigaan adanya aritmia yang menyebabkan palpitasi juga masih belum bisa
ditangkap oleh 24 jam monitor Holter, maka sebuah monitor kejadian yang kecil dipakai oleh pasien
untuk waktu 1 sampai 2 minggu. Jika pasien mengalami palpitasi maka pasien akan menekan tombol
merekam ritme jantung sebelum, selama dan sesudah periode ini. Kemudian rekaman ini dapat
dievaluasi oleh dokter.
b. Treadmill
Pada beberapa pasien, treadmill digunakan untuk mendeteksi aritmia yang terjadi hanya pada
keadaan berusaha keras. Treadmill adalah perekaman EKG yang terus berlangsung tanpa henti dari
jantung ketika pasien sedang menjalankan tingkat latihan yang meningkat. Sebagai tambahan
mendeteksi aritmia, treadmill juga adalah tes screening yang berguna untuk kehadiran dari
penyempitan arteri koroner yang dapat membatasi suplai dari darah beroksigen ke otot jantung
pada waktu tes treadmill.
c. Echocardiography
Alat ini menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari kamar-kamar
jantung, klep jantung dan struktur sekitarnya. Echocardiography sangat berguna dalam mendeteksi
penyakit klep jantung, seperti mitral valve prolapse, mitral stenosis dan aortic stenosis .
Echocardiography juga berguna dalam mengevaluasi besar ukuran dari kamar-kamar jantung, begitu
juga dengan kesehatan dan kontraksi dari otot-otot ventricles. Kombinasi dari echocardiograpy
dengan stress echocardiography adalah suatu tes screening yang akurat untuk penyakit arteri
koroner yang signifikan. Bagian dari ventricle yang disuplai oleh pembuluh yang menyempit tidak
akan berkontraksi sebaik sisa bagian lainnya selama latihan.
Zat kontras yang terbuat dari Iodine disuntikan kedalam arteri ketika gambar-ganbar x-ray direkam.
Ini adalah tes yang akurat dalam mendeteksi, menggambarkan dan mendapatkan luas dan parahnya
dari penyakit arteri koroner.
e. Uji Lab
Uji Laboratorium untuk kadar dari hormon tiroid, potasium, magnesium dan obat-obatan seperti
digoxin. Hormon tiroid yang berlebihan dapat menyebabkan aritmia cepat, seperti atrial fibrillation.
Kadar darah dari potasium dan magnesium yang rendah dapat menimbulkan aritmia. Keracunan
digoxin (Lanoxin) dapat menyebabkan aritmia yang serius, seperti bradycardia dan ventricular
tachycardias. Keracunan digoxin dapat diperburuk oleh kadar darah yang rendah dari potasium dan
magnesium.