Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1102011130
SKENARIO 1
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer
yang komprehensif, kontinyu, menutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga,
komunitas dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan. Pelayanan Dokter
Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp)
di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja
sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diberikan kepada semua pasien
tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.
Dokter keluarga adalah dokter praktik umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang
komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga,
komunitas dan lingkungannya dilandasi ketrampilan dan keilmuan yang mapan. Dari tugasnya itu
jelaslah bahwa seorang dokter layanan primer harus mempunyai kompetensi: Keterampilan
Komunikasi efektif Seluruh keterampilan klinik layanan primer Seluruh keterampilan menerapkan
dasar-dasar lmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran
keluarga. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat
dengan cara yang komprehensif, holistik, bersinambung, terkoordinir dan bekerja sama dalam
konteks Pelayanan Kesehatan Primer. Mampu memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola
informasi. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat. Etika, moral dan
profesionalisme dalam praktik
Pelayanan dokter keluarga melibatkan Dokter Keluarga sebagai penyaring di tingkat primer
sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan dokter spesialis di
tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan rawat inap,
diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif dengan mengutamakan
pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan
kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya.
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak
tahun 1981 dengan berdirinya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun 1990 melalui kongres
yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI).
Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga
di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari
pemerintah. Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka
pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal dengan nama
World of National College and Academic Association of General Practitioners / Family Physicians
(WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga
Indonesia. Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk
mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam
rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:
Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang saat ini ada
di masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter keluargaharus dilakukan
dengan cara mengikuti pelatihan secara terprogram dan bekesinambungan. Dalam beberapa tahun
terakhir telah banyak dilakukan program dan upaya konversi dari dokter umum menjadi dokter
keluarga yang bersertifikat dan diakui melalui pelatihan-pelatihan. Kurikulum yang telah disepakati
dari hasil rumusan kerjasama tripartid pengembangan dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes)
meliputi empat paket, yaitu :
IDI (1982)
Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
Pelayanan menyeluruh dan maksimal
1) Skala kecil :
Mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga
Mewujudkan keluarga sehat sejahtera
2) Skala besar :
Pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi seluruh
rakyat Indonesia
1) Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, efektif dan efisien, sesuai ketentuan yang
berlaku
2) Meningkatkan peranserta keluarga dan masyarakat peserta agar berperilaku hidup sehat
3) Menjalin kerjasama dengan semua fasilitas kesehatan dalam rangka rujukan
4) Menjaga agar sumberdaya yang terbatas digunakan seefisien mungkin
5) Menjaga hubungan baik dan terbuka dengan para pelaku jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat lainnya
Menurut Handaja tahun 2005 sungguhnya apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan
dengan baik, akan banyak manfaatnya yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud adalah :
Hak Dan Tanggung Jawab Dokter Keluarga dalam Sistem jaminan Pemeliharaan Kesehatan
LI.2. Memahami & Menjelaskan Prinsip,Standar dan Jenis Pelayanan Kedokteran Keluarga
A. PRINSIP PELAYANAN
Pada dasarnya ada enam prinsip menurut Wonodirekso tahun 2004 yang harus diterapkan pada
dokter keluarga yaitu :
Dokter keluarga menggunakan segenap ilmunya serta saran dan prasarana medis yang tersedia
sebesar-besarnya untuk kepentingan pasien. Dokter keluarga tidak hanya menyembuhkan pasien dari
sakitnya tetapi juga menyehatkannya serta menjadi mitra, konsultan, atau penasehat di kala sakit
dan sehat. Jika masalahnya dinilai memerlukan pendapat atau penanganan spesialistik, dokter
keluarga akan mengkonsultasikan atau bahkan merujuk pasien ke dokter spesialis yang tepat.
Pelayanan yang kontinyu berarti pasien harus dipantau secara terus menerus. Wujud kontinuitas
pelayanannya itu berupa pemantauan bersinambung, antara lain melalui penyelenggaraan rekam
medis yang handal dan kerjasama profesional dengan paramedik lainnya.
Seiring dengan pelayanan paripurna, dokter keluarga akan mengkoordinasikan keperluan pasien
dengan dokter keluarga yang lain, dengan para spesialis yang diperlukan, dengan paramedis, dengan
fasilitas kesehatan yang diperlukan dan bahkan dengan keluarganya. Koordinasi inipun merupakan
salah satu bentuk kesinambungan pelayananya. Dengan koordinasi yang baik, dapat dihindari
tumpang tindih penggunaan obat, duplikasi pemeriksaan penunjang atau perbedaan pendapat
mengenai manajemen pasien. Kerjasama dengan para spesialis yang dikoordinasikan oleh dokter
keluarga ini akan menjadikan kolaborasi saintifik yang handal untuk meningkatkan kepercayaan
pasien kepada pelayanan medik yang disediakan. Dengan demikian terjadi saling kontrol sehingga
efektivitas pengobatan dan efisiensi biaya dapat terwujud.
4) Mengutamakan Pencegahan
Dokter keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan misalnya melalui penyuluhan kesehatan.
Jika pasien datang dalam keadaan sakit, dokter keluarga harus membuat diagnosis dini dan
memberikan pengobatan yang cepat dan tepat agar penyakit tidak semakin parah.dan jika penyakit
sudah parah, dokter keluarga harus segera bertindak cepat misalnya dengan segera merujuk ke
fasilitas pelayanan yang lebih tinggi dengan persiapan yang memadai agar jangan sampai terjadi
cacat yang permanen. Seandainya terjadi kecacatan, dokter keluarga harus berusaha agar jangan
sampai kecacatan menjadi penghalang besar bagi pasien nantinya.
5) Mempertimbangkan keluarganya.
Pekerjaan dokter keluarga berawal dari keluhan individu steiap pasien, namun demikian dokter
keluarga tidak bolehmengabaikan bahwa pasien adalah bagian dari keluarganya. Saling interaksi
antara pasien dan keluarganya merupakan salah satu fokus perhatian dokter keluarga.
6) Mempertimbangkan komunitasnya
Seperti juga keluarga, dokter keluarga juga harus mengingat bahwa pasien merupakan dari
komunitasnya baik di lingkungan tempat tinggal maupun kerjanya. Lingkungan tempat tinggal
maupun kerjanya dapat mempengaruhi penyakitnya. Demikian pula penyakit pasien dapat
berdampak pada lingkungan.
Pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga pada umumnya :
B. STANDAR PELAYANAN
Menurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), standar pelayanan dokter keluarga
meliputi:
b. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (standard of partners relationship in practive)
Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai pimpinan
manajemen untuk mengelola klinik secara profesional
2. Hubungan profesional dalam klinik
Dokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan satu atau beberapa tenaga
kesehatan dan tenaga lainnya berdasarkan atas hubungan kerja yang profesional dalam
suasana kekeluargaan
3. Bekerja dalam tim
Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam peningkatan derajat kesehatan
pasien dan keluarga, pelayanan dokter keluarga merupakan sebuah tim.
4. Pemimpin klinik
Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter keluarga atau bila terdiri dari
beberapa dokter keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang manajemen yang
berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan
Perkumpulan profesi
Dokter keluarga dalam pelayanan dokter keluarga adalah anggota perkumpulan
profesi yang sekaligus menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia dan
berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang ada
Penulisan ilmiah
Dokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga berpartisipasi secara aktif
dan/atau pasif pada jurnal ilmiah kedokteran
Pembagian kerja
Semua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya masing-masing
Program pelatihan
Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik diadakan pelatihan kerja (job
training) terlebih dahulu
Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti prosedur K3 (kesehatan dan
keselamatan kerja) untuk pusat pelayanan kesehatan
Pembahasan administrasi klinik
Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan
administrasi klinik
Terdapat tiga tahap pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat. Ketiga tahap
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1) Pelayanan Tingkat Primer : Pelayanan di sini diselenggarakan oleh Dokter Praktik Umum atau
yang selama ini dikenal dengan sebutan Dokter Umum. Tahap ini disebut tahap awal atau
kontak pertama pasien dengan dokter yang biasanya bertempat di Klinik Pribadi, Klinik
Dokter Bersama, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Perusahaan, atau Poliklinik Umum di
rumah sakit. Setiap pasien semestinya harus ke dokter praktik umum dulu untuk semua
masalah kesehatan yang dihadapinya. Pengecualian tentu saja untuk kasus kedaruratan,
pasien bisa langsung ke unit gawat darurat terdekat di manapun. Walaupun demikian kasus
kedaruratan pun dapat ditangani pada tahap awal di Klinik dokter keluarga agar dipersiapkan
untuk transportasi yang aman ke unit gawat darurat di rumah sakit.
2) Pelayanan Tingkat Sekunder : Jika diangap perlu, pasien akan dirujuk ke Pelayanan Tingkat
Sekunder. Untuk itu dokter praktik umum akan menulis surat konsultasi atau rujukan yang
menjelaskan masalah medis dan kendala yang dihadapi oleh seorang pasien. Di sini pasien
akan dilayani oleh Dokter Spesialis yang sebagian besar praktik di rumah sakit, sebagian yang
lain di Klinik Spesialis atau Klinik Pribadi. Jika masalah kesehatan yang sulit telah diselesaikan
pasien akan dikirim balik ke dokter praktik umum yang mengirimnya dengan bekal surat
rujuk balik yang berisi ajuran kelanjutan pengobatannya.
3) Pelayanan Tingkat Tersier : Jika masalahnya juga tidak dapat atau tidak mungkin diselesaikan
oleh dokter spesialis di tingkat sekunder maka pasien tersebut akan dikirim ke tingkat yang
lebih tinggi, yaitu pelayanan Tingkat Tersier (top referral). Di sini pasien akan dilayani oleh
para dokter superspesialis atau spesialis Konsultan yang biasanya bertempat di Rumah Sakit
Pendidikan atau rumah sakit besar yang mempunyai berbagai pusat riset yang maju. Rujuk
balik pun tetap berlaku di sini dan bukan tidak mungkin berisi ajuran untuk kembali ke dokter
praktik umum-nya jika masalah telah diatasi. Jika masalahnya tidak mungkin dapat diatasi
lagi (stadium terminal), sehingga diputuskan untuk dilanjutkan dengan perawatan di rumah
agar dekat dengan keluarganya, maka yang terakhir ini pun menjadi tugas dokter praktik
umum.
C. JENIS PELAYANAN
Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara umum
dapat dibedakan atas tiga macam :
1) DK melayani penderita tidak hanya sebagai individu tetapi sebagai anggota satu keluarga
bakan anggota masyarakatnya
2) DK memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberikan perhatian kepada
penderitanya secara lengkap dan sempurna,jauh melebihi apa yang dikeluhkannya
3) Dk memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan utama meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobatinya penyekit sedini mungkin
4) DK mengutamakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan berusaha
memenuhi kebutuhan itu sebaik-baiknya
5) DK menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan tingkat pertama dan ikut bertanggung
jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan
Secara ringkas, yang dimaksud dengan dokter keluarga ialah dokter yang memberikan pelayanan
kesehatan dengan ciri-ciri utama sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan lini pertama Artinya memberikan pelayanan pada strata primer, yaitu
ditengah-tengah pemukiman masyarakat sehingga mudah dicapai. Setiap keluarga sebaiknya
mempunyai dokter keluarga yang dapat mereka hubungi bila memerlukan pertolongan
kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan/medis yang bersifat umum Artinya memberikan pelayanan untuk
masalah kesehatan atau penyakit yang tergolong umum dan bukan spesialistik. Pelayanan
dokter yang bersifat umum juga dikenal dengan istilah berobat jalan walaupun kadang-
kadang dapat pula diberikan di rumah untuk kasus tertentu misalnya pasien yang sulit
berjalan.
3. Bersifat holistik dan komprehensif Holistik artinya tidak dibatasi pada masalah biomedis
pasien saja, tetapi juga dengan melihat latar belakang sosial-budaya pasien yang mungkin
berkaitan dengan penyakitnya. Misalnya, banyak penyakit didapat dari pekerjaannya seperti
nyeri otot dan tulang, radang saluran napas, radang kulit atau kelelahan. Jika penyakit
tersebut tidak ditangani secara holistik dan hanya terfokus pada gejala atau penyakitnya saja,
maka tidak akan benar- benar berhasil disembuhkan.
Komprehensif artinya tidak hanya terbatas pada pelayanan pengobatan atau kuratif saja,
tetapi meliputi aspek lainnya mulai dari promotif-preventif hingga rehabilitatif. Misalnya,
konseling, edukasi kesehatan, imunisasi, KB, medical check-up, perawatan pasca RS dan
rehabilitasi medik.
4. Pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan Artinya, pelayanan kesehatan dilakukan
terus menerus kepada pasien maupun keluarganya guna memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka. Dengan kata lain, hubungan dokter-pasien yang lebih kontinu atau
sebagai dokter langganan. Hubungan yang berke- sinambungan itu menguntungkan karena
menjadi lebih saling kenal dan lebih akrab sehingga memudahkan dalam mengatasi berbagai
masalah kesehatan pasien/keluarga tersebut.
5. Pendekatan Keluarga Artinya, lebih menekankan keluarga sebagai unit sasaran pelayanan
kesehatan daripada perorangan. Pasien umumnya merupakan anggota sebuah keluarga yaitu
sebagai suami, isteri atau anak. Pendekatan keluarga. mempunyai berbagai keuntungan
terutama untuk dukungan yang diperlukan guna mengatasi masalah kesehatan. Misalnya
seorang anak akan banyak memerlukan pengertian dan dukungan orang tuanya. Suami yang
menderita hipertensi perlu dukungan isteri dan anaknya. Isteri yang sedang hamil, perlu
dukungan suaminya dan banyak lagi contoh lain.
LI.3. Memahami & Menjelaskan Kompetensi dan Peranan Dokter Keluarga pada Pelayanan
Kesehatan Primer
A. KOMPETENSI
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas
kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program
perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter
Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan
pelatihan,
Pada dasarnya kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter keluarga selain harus memiliki kompetensi
dokter menurut Konsil Kedokteran Indonesia, juga harus memiliki tambahan kompetensi untuk
dokter keluarga, diantaranya :
B. PERANAN
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai bagian
integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam
jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling
menghargai dan mempercayai. Juga sebagai pelayanan komprehensif yang manusiawi namun
tetap dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkan
b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga
memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatannya
sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan
komunitasnya
c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran
berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan harapan pasien, nilai
etika, cost effectiveness untuk kepentingan pasien sepenuhnya dan membuat keputusan
klinis yang ilmiah dan empatik
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di luar
sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya berdasarkan
data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan
bijaksana
e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan
kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok
penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan masyarakat
Tabel ini menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan dokter keluarga
(Qomariah, 2000) :
Cara Pelayanan Kasus per kasus dengan Kasus per kasus dengan
pengamatan sesaat berkesinambungan
sepanjang hayat
DAFTAR PUSTAKA
Trisna DV,et al.Standar Pelayanan Dokter Keluarga. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI).
Jakarta : 2007