Você está na página 1de 22

NABIL HARIZ

1102010

SKENARIO 1 : DOKTER BAGUS

LI.1. Memahami & Menjelaskan Manajemen klinik dokter keluarga

Jenis Klinik DK

Standard pelayanan

Syarat SDM dalam klinik dokter keluarga:


Dokter: 2
Bidan: 1
Asisten analis: 1 (honor)
Asisten apoteker: 1
Staf administrasi dan keuangan: 1
OB: 1

1. Ruang tunggu :
Bersih
Terang
Ventilasi baik
Lantai tidak licin
Tidak berbau
Tidak bising
Suhu nyaman
Terpisah dari pasien infeksius
2. Kerahasiaan dan privasi
Ruang konsultai terpisah dari ruang tunggu
Sistem yang menjamin kerahasiaan medik
Menjamin kerahasiaan pasien setelah pelayanan

3. Bangunan dan interior

1
NABIL HARIZ
1102010

Merupakan bangunan permanen atau semi permanen yang dirancang sesuai pelayanan
medis strata pertama yang aman dan terjangkau
Memiliki ruang :
o Ruang administrasi
o Ruang tunggu
o Ruang pemeriksaan
o Kamar kecil
o Dapat melindungi dari panas dan hujan
o Relatif mudah diberishkan
o Mempunyai ventilasi cukup atau ber ac
o Mempunyai sinar yang cukup

4. Alat komunikasi
Memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitar

5. Papan nama
Poisis papan nama mudah dibaca
Tidak ada hiasan maupun lampu warna
Ukuran minimal 40x60cm maksimal 60x90cm
Warna dasar putih dengan huruf balok warna hitam
Memuat nama dokter,sip,alamat praktek ,dan jadwal praktek.

6. Peralatan klinik
Memiliki alat alat pemeriksaan fisik sebagai berikut :
o Alat tes sensasi kulit
o Auriskop
o Lampu senter dan kepala
o Palu refleks
o Peak flow meter
o Ophtalmoscop
o Penekan lidah
o Pengukur tinggi badan
o Snellen chart
o Spekulum vagina
o Stetoskop
o Tensimeter
o Termometer
o Timbangan badan
o Memiliki alat laboratorium
o Alat monitoring gula darah
o Alat pengukur kadar hemoglobin
o Alat pemulas sediaan gram
o Alat pemulas sediaan basah
o Gelas obyek dan penutup
o Mikroskop

Memiliki alat tidanakan sebagai berikut


o Bak instrumen mental
o Benang otot dan sutra
o Forsep hemostatik
2
NABIL HARIZ
1102010

o Gunting perban
o Jarum kulit
o Jarum suntik
o Kapas,perban,plester
o Minor set
o Peralatan resusitasi

Tas dokter untuk perawatan rumah


o Alat penekan lidah forsep hemostat
o Jarum suntik
o Kapas dan alkohol
o Lampu senter
o Obat2an
o Pali refleks
o Spuit
o Stetoskop
o Tensimeter
o Termometer
o Peralatan luka
o Kasa
o Antiseptik
o Larutan irigasi
o Perangkat intravena
o Kateter

Persediaan obat
o Adrenalin
o Kortokosteroid
o Antihistamin
o Analgetik
o Anti asma
o Anti konvulsan
o Cairan infus
o Parasetamol
o Nsaid
o Obat luka
o Anti konvulsan
o Spasmolitik
o Anestesi lokal
o Metode kontrasepsi

Manajemen klinik

Peningkatan Kemampuan & Pengembangan Staf


o Bentuk: Kursus, pelatihan, pendidikan formal,dll
o Bentuk Lain: Selia Bestari (peer review) di antara sesama staf (medis dan non-medis)
Pengaturan: Bisa dibuat perjanjian tersendiri
o Proses: berdasarkan permintaan karyawan atau kebutuhan KDK
Untuk tenaga medis
o PKB (pendidikan kedokteran berkelanjutan) Seminar, Simposium, Lokakarya.
3
NABIL HARIZ
1102010

o Peer Review: Pembahasan kasus secara EBM


o Kursus singkat untuk satu ketrampilan tertentu (ATLS, ACLS, EKG, Kepemimpinan, dll)
o Pendidikan formal (S2 Aktuaria, S2 Kesehatan Kerja, dll)
Untuk paramedis
o Kursus keperawatan
o Peer Review: Diskusi kelompok
o membahas satu masalah (rutin)
o Kursus Manajemen pengelolaan
o keperawatan di klinik (asuhan keperawatan,dll)
o Pendidikan formal seperti Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan, dll
Untuk tenaga non-medis
o Kursus penggunaan alat tertentu
o Kursus Manajemen laboratorium,
o Pemeriksaan Kesehatan Berkala
o Pendidikan Formal seperti Akademi Penata Rontgen, AKK, Kursus perpajakan

Prosedur pemeriksaan standar Dokter Keluarga


1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
3. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
4. Prognosis
5. Konseling : membantu pasien (dan keluarga) untuk menentukan pilihanterbaik penatalaksanaan
untuk pasien sendiri.
6. Konsultasi : jika diperlukan, dokter keluarga dapat melakukan konsultasike dokter lain (dokter keluarga lain,
dokter keluarga konsultan, dokterspesialis, atau dinas kesehatan) yang dianggap lebih berpengalaman.
7. Rujukan
8. Tindak lanjut
9. Pengobatan rasional
10. Pembinaan keluarga : dilakukan bila dinilai bahwa penatalaksanaan pasienakan lebih baik jika adanya
partisipasi keluarga.

LI.2. Memahami & Menjelaskan peran DK serta mitra kerjanya


Bentuk komunikasi/kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya di lakukan dalam berbagai hal
seperti :
Merujuk pasien.
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan,
dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat lainnya.
Bekerjasama dengan sejawat.
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin,
ras,usia,kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat
merugikanhubungan profesional antar sejawat.
Bekerja dalam tim.
Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.
Mengatur dokter pengganti.
Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta
mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti.
Mematuhi tugas.

4
NABIL HARIZ
1102010

Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran harus
mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.
Pendelegasian wewenang.
Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis, mahasiswa
kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus
disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan
peraturan baru.

Komunikasi dokter Profesi lain :


Kolaborasi dokter perawat
Komunikasi dokter-Apoteker

Kolaborasi Prinsip : Perencanaan


Pengambilan keputusan bersama
Berbagi saran / ide
Kebersamaan
Tanggung gugat
Pendekatan Praktik Hirarkis

Dokter Registerd nurse Pemberi pelayanan lain Pasien


Menekankan komunikasi satu arah
Kontak Dokter dengan pasien terbatas
Dokter merupakan tokoh yang dominan
Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, sepert IGD
Pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktik dokter di Indonesia

Model kolaboratif tipe II :

Lebih berpusat pada pasien


PASIEN Semua pemberi pelayanan harus
bekerjasama
Ada kerja sama dengan pasien
Tidak ada pemberi pelayanan yang
mendominasi secara terus-menerus

LI.3. Memahami & Menjelaskan tentang konsultasi dan sistem rujukan


Definisi
Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional terkait penangan suatu kasus
penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter, kepada dokter lain yang lebih ahli di

5
NABIL HARIZ
1102010

bidangnya. Namun kewenangan penanganan masih berada pada dokter keluarga yang
bersangkutan.
Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus
penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.
Konsultasi dapat dilakukan mendahului rujukan, namun tidak jarang langsung melakukan
rujukan. Meskipun demikian, ada kalanya keduanya dipergunakan bersama-sama.
Rujukan dalam pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang lebih tinggi ilmu,
peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam rangka mengatasi kasus atau problem tersebut.

Karakteristik
1. Ruang lingkup kegiatan : konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ke tiga. Rujukan
melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi
kepada pihak ketiga.
2. Kemampuan dokter : konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli atau yang lebih
berpengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.
3. Wewenang dan tanggung jawab : konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter
yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.

Macam-macam Rujukan :
Rujukan medis:
o Rujukan pasien (transfer of patient)
o Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
o Rujukan bahan (transfer of specimens)
Rujukan kesehatan:
o Rujukan tenaga
o Rujukan sarana
o Rujukan operasional

Manfaat Konsultasi dan Rujukan :


1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (bila sistemnya berjalan sesuai dengan yang
seharusnya)
2. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi (terbentuk team work)

Masalah Konsultasi dan Rujukan


1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/konsultasi inisiatif dokter)
2. Rasa kurang senang pada diri dokter (bila rujukan/ konsultasi atas permintaan pasien)
3. Bila tidak ada jawaban dari konsultasi
4. Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan
5. Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi)
6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk.

Tata Laksana Konsultasi dan Rujukan


Dasarnya adalah kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama, dan
sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.

6
NABIL HARIZ
1102010

Konsultasi (McWhinney, 1981):


a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi
b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, formulir khusus, catatan di
rekam medis, formal/ informal lewat telefon)
c. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi

Tata Cara Rujukan


i. Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan rujukan.
Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka, seperti dokter ahli
tertentu.
ii. Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan dokter yang
dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang memuat informasi secara
lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan yang dilakukan oleh dokter
keluarga.
iii. Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap mungkin.
Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan diagnosis,
menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat pengobatan atau yang
lainnya.
iv. Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib memberikan
bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya, harus menasihatkan
agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai.
v. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
vi. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
vii. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab


1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita sepenuhnya kepada
dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb
tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya
untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

7
NABIL HARIZ
1102010

LI.4. Memahami & Menjelaskan sistem pembiayaan di klinik KK


Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan bersifat
transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem pembiayaan praupaya maupun
sistem pembiayaan fee for service.

BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial

Manajemen Pembiayaan Klinik Doga

8
NABIL HARIZ
1102010

Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter
keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model pembiayaan
yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya dana
yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan prasarana medis dan non medis yang
diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter keluarga yang
diselenggarakan (operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang diperlukan ini dapat dibiayai
oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa pelayanan dokter keluarga. Masalah
kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung jawab masing-masing orang atau keluarga
yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut adalah amat diharapkan
setiap orang atau keluarga bersedia membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan secara tunai
(fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya pelayanan.
Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance), dalam arti setiap kali
pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut telah
ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan asuransi.
Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk pelayanan
dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai sesuai untuk pelayanan
dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja. Mudah dipahami,
karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering menerapkan prinsip membagi risiko
(risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain
bagi penyelenggara pelayanan tersebut, kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,
dan atau mencegah para anggota keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidak sampai jatuh
sakit. Prinsip kerja yang seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.
Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya
Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saaat
ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk
pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.
Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1. Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga
yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini,
maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang
tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan
ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu jaminan.
2. Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga
yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini,
maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan
oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika
9
NABIL HARIZ
1102010

termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama.
Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis
terkait (diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.
3. Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga,
sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama
halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan
asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.
Info terbaru terkait sistem pembiayaan dalam SKN:
Salah satu solusi yang dilakukan dalam sumber pembiayaan (termasuk nantinya pembiayaan
praktek dokter keluarga) untuk menyelenggarakan Sistem Kesehatan Nasional yang baik adalah
dengan menyelenggarakan amanat Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-
Undang yang telah ditetapkan tahun 2004 ini mengalami kendala dalam realisasinya terkait
pembentukan badan penyelenggaranya (BPJS) yang seharusnya telah ditetapkan saat 2009.
Akhirnya pada hari rabu, 28 oktober 2011 sekitar pukul 20.40 WIB, RUU BPJS disahkan menjadi
UU BPJS dengan kesepakatan bahwa BPJS I yang mengurus jaminan kesehatan diselenggarakan
oleh ASKES akan mulai beroperasi pada tanggal 1 januari 2014. Sedangkan BPJS II (Jamsostek,
Taspen, dan Asabri) yang mengurus ketenagakerjaan selambat-lambatnya beroperasi 1 juli 2015.
Dengan demikian diharapkan penyelenggaraan sistem dokter keluarga dapat menjadi lebih baik.

Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu
upaya kesehatan
Terdapat 3 jenis pembiayaan kesehatan berdasarkan ideologi negara di dunia, yaitu :
1. Sosialis (welfare state). Pada negara-negara tersebut, negara mempunyai kewajiban penuh
untuk memenuhi biaya kesehatan. Bisa juga disebut tanggungan negara 100%.
2. Liberalis-kapitalis. Di sini biaya kesehatan diserahkan pada mekanisme pasar atau
pemerintah tidak menanggung biaya kesehatan) sehingga pelayanan kesehatan menjadi
berorientasi pada keuntungan semata.
3. Kombinasi antara sosialis dan kapitalis. Biaya kesehatan pada negara yang mengacu sistem
pembiayaan kombinasi ditanggung oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Berdasarkan dari jenis pembiayaan kesehatan tersebut, dapat ditentukan Indonesia
mengikuti sistem kombinasi dimana pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat sama-sama
menanggung beban pembiayaan kesehatan.
Jenis biaya kesehatan

Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan :

1) Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah pengobatan dan pemulihan dengan
sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta.

2) Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke arah peningkatan
kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor pemerintah.
10
NABIL HARIZ
1102010

Sumber biaya kesehatan

Pelayanan kesehatan dibiayai dari berbagai sumber, yaitu :

1) Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten atau
koya) dengan dana berasal dari pajak (umum dan penjualan), deficit financial (pinjaman luar
negeri) serta asuransi sosial.

2) Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta, sumbangan sosial,
pengeluaran rumah tangga serta communan self help.

Metode pembayaran di KDK

Metode pembayaran di klinik dokter keluarga :

1) Fee for service

2) Asuransi, ciri asuransi di klinik kedokteran keluarga :

1. Dokter keluarga melakukan pembinaan kesehatan pada keluarga yang menjadi kliennya.
Targetnya adalah penurunan angka kesakitan. Bentuknya berapa kunjungan secara berkala
ke rumah asien dan memberikan penyuluhan.

2. Dokter dibayar secara flat setiap bulannya, bukan berdasarkan jumlah kasus yang ditangani.

3. Bila jumlah kasus sedikit maka dokter untung, namun bila banyak maka dokter tidak akan
memperoleh keuntungan.

4. Premi ditetapkan secara kapitasi, yaitu dihitung berdasarkan faktor resiko dari setiap
individu, frekuensi terjadinya penyakit dalam setahun, dan kemungkinan biaya yang
dibutuhkan bila ia sakit

Macam-macam biaya kesehatan:


Tergantung dari jenis dan kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau
dimanfaatkan. Hanya saja disesuaikan dengan pembagian pelayanan kedokteran, maka biaya
kesehatan tersebut. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan intuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran. Yakni yang tujuan utamanya untuk mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Yakni yang tujuan utamanya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.

Biaya kesehatan dapat dilihat dari dua sudut:


1. Penyedia pelayanan kesehatan (health provider)
Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya
kesehatan dan lebih menunjuk pada seluruh biaya investasi (investment cost) dan biaya
operasional (operational cost). Ini merupakan persoalan utama dari pihak pemerintah atau
swasta yakni pihak-pihak yang menyelenggarakan upaya kesehatan.

11
NABIL HARIZ
1102010

2. Pemakai jasa kesehatan (health consumer)


Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.ini
menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan.

Unsur-unsur Pembiayaan Kesehatan


Dana
Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan sektor lain terkait, dari
masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dana yang tersedia harus mencukupi dan dapat
dipertanggung-jawabkan.
Sumber daya
Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola, standar, regulasi dan
kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam upaya
penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung
terselenggaranya pembangunan kesehatan.
Pengelolaan Dana Kesehatan
Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah seperangkat aturan yang
disepakati dan secara konsisten dijalankan oleh para pelaku subsistem pembiayaan
kesehatan, baik oleh Pemerintah secara lintas sektor, swasta, maupun masyarakat yang
mencakup mekanisme penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan.

Tujuan Pembiayaan Kesehatan


Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:


a) Mengupayakan kecukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa tingkat pusat
dan daerah
b) Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan pembiayaan
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan melalui
pengembangan jaminan
c) Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang memuat isu-
isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah dalam
area sebagai berikut:
a. Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan
b. Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan kesehatan
masyarakat miskin
c. Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan sosial
(shi)
d. Penggalian dukungan nasional dan internasional
e. Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional
f. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta ilmiah

12
NABIL HARIZ
1102010

g. Pemantauan dan evaluasi.

Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia


1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-guna, adil
dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas.
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang
terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan pemeliharaan kesehatan
baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela, yang dilaksanakan
secara bertahap.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui penghimpunan
secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau memanfaatkan dana
masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan) untuk kepentingan
kesehatan.
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di
daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan
pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan (maching grant) bagi
daerah yang kurang mampu.

Sumber Biaya Kesehatan:


Pemerintah, swasta, masyarakat, sumber lain(hibah, pinjaman dari luarnegri).
o Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah
o Tergantung dari bentuk pemerintahan yang dianut, ada ditemukan suatu negara yang
menanggung biaya kesehatan sepenuhnya (cuma-cuma), pada negara seperti ini tidak
ditemukan pelayanan kesehatan swasta.
o Sebagian ditanggung oleh masyarakat
o Masyarakat diajak berperan serta, baik dalam menyelenggarakan upaya kesehatan ataupun
pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Dapat ditemukan pelayanan
kesehatan swasta,dalam hal ini masyarakat diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkannya.

Asuransi Kesehatan
Suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok.
Dengan cara mengalihkan resiko individu menjadi resiko kelompok, beban ekonomi yang harus
dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih tetapi mengandung kepastian karena
memperoleh jaminan.

Unsur-unsur asuransi kesehatan:


ada perjanjian
ada pembelian perlindungan
ada pembayaran premi oleh masyarakat

Jenis-jenis asuransi kesehatan di Indonesia:

13
NABIL HARIZ
1102010

a) Asuransi kesehatan sosial (social health insurance) asuransi ini memegang teguh prinsipnya
bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-
mata diberikan berdasarkan status sosial masyarakat sehingga semua lapisan berhak untuk
memperoleh jaminan pelayanankesehatan. contoh: PT.askes, PT.jamsostek
Prinsip kerja:
Keikutsertaannya bersifat wajib
Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
Iuran/premi berdasarkan persentase gaji/pendapatan. Idealnya harus dihitung 5% dari
GDP
Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga kerja.
Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resikokelompok
(collective risk sharing)
Tidak diperlukan pemeriksaan awal
Jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh
(universal coverage)
Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi
kesehatansosial di Indonesia. Semua pegawai negeri diwajibkan untuk mengikuti asuransi
kesehatan
b) Asuransi kesehatan komersial perorangan (private voluntary health insurance) jenis asuransi
ini dapat dibeli preminya baik individu maupun segmen masyarakat kelas menengah keatas.
Prinsip kerja:
Kepersertaan bersifat perorangan dan sukarela
Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasarkan jenis tanggunganyang
dipilih.
Premi berdasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan faktor usia, jenis kelamin, jenis
pekerjaan.
Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
Santunan diberikan sesuai kontrak
Peranan pemerintah relatif kecil
c) Asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated private health insurance) ini merupakan
alternatif lain sistem asuransi kesehatan komersial
Prinsip-prinsip dasar:
Keikutsertaan bersifat sukarela berkelompok
Iuran/preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
Perhitugan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok masyarakat
Santunan (jaminan pemeliharaan kesehatan) diberikan sesuai dengan kontrak
Tidak diperlukan pemeriksaan awal

LI.5. Memahami & Menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan menurut syariah


Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk pengertian riayatus suun
(pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh negara atas seluruh rakyatnya, baik muslim maupun
non muslim, kaya ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara wajib di tanggung oleh Baitul

14
NABIL HARIZ
1102010

Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah (swasta) dalam pembiayaan kesehatan bukanlah hal
yang utama.
Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Nabi saw Bersabda :
Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya ( HR al-Bukhari).
Tidak terpenuhinya atau terjaminnya kesehatan dan pengobatan akan mendatangkan dharar bagi
masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan layanan kesehatan menjadi tanggung jawab dan kewajiban
negara (Khilafah). Khilafah wajib membangun berbagai rumah sakit, klinik, laboratorium medis,
apotik , pusat dan lembaga litbang kesehatan, sekolah kedokteran , apoteker, perawat, bidan dan
sekolah lainnya yang menghasilkan tenaga medis, serta berbagai sarana prasarana kesehatan dan
pengobatan lainnya.
Semua pelayanan kesehatan dan pengobatan harus dikelola sesuai dengan aturan syariah.
Juga harus memperhatikan faktor ihsan dalam pelayanan yaitu wajib memenuhi 3 (tiga) prinsip baku
yang berlaku umum untuk setiap pelayanan masyarakat dalam sistem Islam: pertama, sederhana
dalam peraturan (tidak berbelit-belit). Kedua, cepat dalam pelayanan. Ketiga, profesional dalam
pelayanan, yakni dikerjakan oleh orang yang kompeten dan amanah
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (al
birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian
transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan semua peserta
sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko, yang
kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan kepada kita
untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan
melarang taawun dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan).
Firman Allah dalam surat al-Baqarah 188, 'Dan janganlah kalian memakan harta di antara
kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim
yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal
kamu tahu." Hadist Nabi Muhammad SAW, "Mukmin terhadap mukmin yang lain seperti suatu
bangunan memperkuat satu sama lain," Dan "Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih
sayang mereka seperti satu badan. Apabila satu anggota badan menderita sakit, maka seluruh
badan merasakannya.

Sistem Pembiayaan Kesehatan Dalam Islam


Asuransi Syariah (Takaful)
1) Arti Kata Takaful
Secara bahasa, takaful ( ) berasal dari akar kata ( ) yang artinya menolong,
memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang. Dalam Al-Qur'an tidak dijumpai kata
takaful, namun ada sejumlah kata yang seakar dengan kata takaful, seperti dalam :
QS. Thoha/ 20 : 40

"(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga
Fir'aun): 'Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?"
QS. Annisa/ 04 : 85 :

"Dan barangsiapa yang memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian
(dosa) daripadanya.."
Asuransi Syariah (Ta'min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan /

15
NABIL HARIZ
1102010

atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan),
maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
2) Cikal Bakal Asuransi Syariah
a. Al-Aqila ( )
Yaitu saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika salah satu anggota
suku terbunuh oleh anggota suku yang lain, pewaris korban akan dibayar dengan uang
darah (diyat) sebagai konpensasi saudara terdekat dari terbunuh. Saudara terdekat dari
pembunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu) yang
diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan tidak sengaja.
b. Al-Muwalah ( )
Yaitu perjanjian jaminan. Penjamin menjamin seseroang yang tidak memiliki waris dan
tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang
yang dijamin tersebut melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin meninggal, maka
penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak ada ahli warisnya.

Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk pengertian riayatus


suun(pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh negara atas seluruh rakyatnya, baik muslim
maupun non muslim, kaya ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara wajib di
tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah (swasta) dalam
pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang utama.
Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Nabi saw Bersabda:
Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya ( HR al-Bukhari).

Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya adalah


sebagai berikut:
Akad (Perjanjian)
Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang melakukannya harus jelas
secara hukum ataupun non-hukum untuk mempermudah jalannya kegiatan bisnis
tersebut saat ini dan masa mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar
yang menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut
menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad antara perusahaan
dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong
(takaful).
Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian jual beli.
Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga,
dan barang yang diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan
dalam asuransi konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya penjual, pembeli dan
barang yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk harga tidak dapat dijelaskan secara
kuantitas, berapa besar premi yang harus dibayarkan oleh peserta asuransi utnuk
mendapatkan sejumlah uang pertanggungan. Karena hanya Allah yang tahu kapan kita
meninggal. Perusahaan akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai dengan
perjanjian, akan tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas
tergantung usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan untung namun
apabila peserta baru sekali membayar ditakdirkan meninggal maka perusahaan akan
16
NABIL HARIZ
1102010

rugi. Dengan demikian menurut pandangan syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan
(gharar) dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh pemegang polis (pada
produk saving) atau berapa besar yang akan diterima pemegang polis (pada produk non-
saving).

Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi
dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti.
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya
batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita
sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika baru sekali
seorang tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi
sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika tertanggung
dipanjangkan usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi secara
financial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-
masing pihak menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran
dan jumlah pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita
kenal sebagai gharar. Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli
tersebut cacat secara hukum.
Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat tolong-
menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme
ini oleh para ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah
dalam praktik muamalah yang gharar.
Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi
(transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul adalah milik
peserta (shahibul mal) dan perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim
menjadi milik perusahaan.

Tabarru dan Tabungan


Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya sumbangan atau
derma. Orang yang menyumbang disebut mutabarri (dermawan). Niat bertabbaru
bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu
satu sama lain sesama peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat
musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada
yang tertimpa musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari rekening tabarru yang
sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling menolong.
Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena musibah sangat
dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat besar di
hadapan Allah, sebagaimana digambarkan dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa
memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim
dan Abu Daud).
Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka dana yang
dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana tabarru terdapat pula unsur
dana tabungan yang digunakan sebagai dana investasi oleh perusahaan. Sementara

17
NABIL HARIZ
1102010

investasi pada asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada
unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai dengan akad
awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana tabungan beserta hasilnya akan
dikembalikan kepada peserta secara penuh.
Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional terdapat unsur
gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al
maisir. Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional
karena adanya unsur gharar, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila pemegang
polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah
membayar preminya sebagian, maka ahliwaris akan menerima sejumlah uang tertentu.
Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara perusahaan asuransi
konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena
keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan
yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila pemegang polis
mengambil asuransi itu tidak dapat disebut judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan
asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab keuntungan
perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya klaim yang
dibayarkannya.

Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan bunga,
yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat
perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan.
Investasi asuransi konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi
wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki
likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur
dalam peraturan pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga.
Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan syariat Islam dengan
sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas petunjuk
Dewan Pengawas Syariah. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai
orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu
bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan
keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk pemakaian riba, pemberi makan riba,
penulisnya dan saksinya seraya bersabda kepada mereka semua sama."(HR Muslim)

Dana Hangus
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang peserta karena
suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri sebelum masa reversing period.
Sementara ia telah beberapa kali membayar premi atau telah membayar sejumlah uang
premi. Karena kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi
hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi kerugian jika habis masa
kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayarkan akan hangus dan menjadi

18
NABIL HARIZ
1102010

milik perusahaan.
Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional akan menimbulkan
ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi terutama bagi mereka yang tidak mampu
melanjutkan karena suatu hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan,
sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan hangus. Kondisi ini
mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip muamalah melarang kita saling menzalimi,
laa dharaa wala dhirara ( tidak ada yang merugikan dan dirugikan).
Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus, karena nilai tunai
telah diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi. Bagi peserta yang baru masuk
karena satu dan lain hal mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya
dimasukkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai
dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada asuransi kerugian. Jika
selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka asuransi syariah akan
membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30
sesuai kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan pada awal
tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus). Jumlahnya sangat
tergantung dari hasil investasinya.

LI.6. Memahami & Menjelaskan adab dan tata cara dokter muslim menangani pasien

Adab-adab yang bersifat khusus diantaranya:


a. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan tanggung jawabnya dan
berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi darurat atau untuk tindakan preventif bagi
yang lainnya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :
"Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup (aibnya) pada hari
kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).

b. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya.


Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini adalah penghapus dosa",
atau meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit seraya berdo'a :
" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah, Engkau adalah penyembuh,
tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak ditimpa penyakit lagi. "
(HR. Muslim 2191 dan yang lainnya).

c. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan hanya Allah Ta'ala
sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada dokter.
Nabi sholallohu 'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter ahli) :
" Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang sakit. " (HR. Abu Dawud
4209, ash-shahiihah 1537).

d. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya.


Misalnya tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak sesuai dengan penyakitnya atau
memberikan obat yang di dalamnya terkandung bahan-bahan yang diharamkan.

e. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan manusia.


Oleh karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk
membakar potongan tubuh pasien, namun hendaknya diberikan kepada sang pasien atau
keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak diperbolehkan memperjualbelikan darah pasien,
19
NABIL HARIZ
1102010

mengadakan operasi-operasi plastik untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung dan lainnya, karena
hal itu termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam Islam. Allah Ta'ala berfirman :
(Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119).
Di samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual obat-obat penggugur
kehamilan sehingga melariskan perzinaan.

f. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan lainnya hendaknya betul-
betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam :
"Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui orang itu ahli kedokteran, maka
ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud 4586, ash-shahiihah 635).

g. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga diharapkan bagi para
dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap aktivitasnya.
Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
bagi manusia yang lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).

h. Memberikan keringanan biaya pasien yang kurang mampu.


Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Barangsiapa yang melapangkan kesusahan dunia
seorang mukmin, maka Allah akan melapangkan kesusahannya di akhirat." (HR. Muslim 2699).

Adapun adab dan akhlak yang bersifat umum yang harus dimiliki seorang dokter adalah :
1. Tidak boleh berduaan dengan pasien wanita dalam satu ruangan tanpa ditemani mahram
sang perempuan. Minimal pintu ruangan harus terbuka sehingga terlihat oleh keluarganya.
2. Seorang dokter tidak boleh menyalami perempuan yang bukan mahramnya atau
memperbanyak pembicaraan dengannya kecuali untuk kepentingan pengobatan.

3. Hendaknya tetap menjaga shalatnya, kecuali dalam kondisi genting maka tidak mengapa ia
menjama' dua shalat.

4. Hendaknya menjauhi syiar-syiar dan gaya orang kafir, seperti mencukur jenggot,
memanjangkan kumis, isbal, bebas bercakap-cakap dengan dokter atau perawat wanita.

Di samping adab-adab tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para petugas
kesehatan tentang rumah sakit, klinik, apotek maupun tempat praktiknya, yaitu :
1. Hendaknya mengkhususkan satu ruangan untuk shalat, baik bagi laki-laki maupun
perempaun, mengingat pentingnya masalah sahalat.
2. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama untuk menjadikan rumah sakit terhindar dari
ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram).

3. Tidak diperkenankan menggantung gambar makhluk bernyawa di tembok atau dinding.

4. Hendaknya tidak menyediakan asbak bagi para pengunjung rumah sakit karena itu adalah
bentuk ta'awun dalam kejelekan.

5. Hendaknya memisahkan antara ruangan pasien yang berpenyakit menular dengan yang tidak
menular, demikian pula agar para pengunjung tidak kontak langsung dengan si pasien
tersebut sehingga penyakitnya tidak menular- dengan izin Allah- kepada yang lainnya.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Jangan sekali-kali mencampur yang sakit
dengan yang sehat." (HR. al-Bukhari 5328). Hal itu dikuatkan juga dengan sabda beliau

20
NABIL HARIZ
1102010

tentang wabah penyakit menular : "Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu negeri,
maka janganlah kalian memasukinya." (HR. al-Bukhari 5287 dan Muslim 5775).

6. Hendaknya kamar mandi atau WC tidak menghadap ke arah kiblat atau membelakanginya,
sebagaimana sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasalam : "Jangan menghadap kiblat tatkala
buang air besar dan kencing dan jangan pula membelakanginya." (HR. al-Bukhari 144,
Muslim 264, at-Tirmidzi 8, Abu Dawud 9).

7. Dianjurkan untuk mengubah kantornya ke arah kiblat dan duduk menghadap kiblat,
berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwa Rowulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :
"Sesungguhnya segala sesuatu memiliki tuan, dan tuannya majelis adalah arah kiblat." (HR.
ath-Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan dihasankan Syaikh al-Haitsami 8/114, as-Sakhawi
(102) dan Syaikh al-albani dalam ash-Shahiihah (2645) dan Shahiih at-Targhib (3085) ).

Adab pemeriksaan terhadap pasien

Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter perempuan) dengan dalih mengobati
dan atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan di atas (memandang dan
menyentuh) seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil darah dan memijit, dimana dokter tidak
memiliki cara lain kecuali terpaksa memandang badan yang bukan mahramnya atau menyentuh
badannya (dan tidak memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau semacamnya, dengan
maksud menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh dan memandang tidak ada
masalah.
Akan tetapi jika dalam masalah ini dokter mampu mengobati hanya dengan memandang saja
dan atau hanya dengan menyentuh pasien yang bukan mahramnya tersebut maka dokter harus
mencukupkan dengan memandang saja atau menyentuh saja (itupun sebatas darurat) dan lebih
daripada itu tidak boleh. Dokter perempuan dalam hal memandang dan menyentuh pasien laki-laki
yang bukan mahramnya juga berlaku hukum demikian. Begitu para ulama mengatakan.
Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh kepercayaan terhadap dokter, para
terapis atau ahli medis harus memberikan pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi pesiennya.
Namun harus tetap menjaga syariat. Misalnya tidak boleh memberikan obat yang haram. Juga harus
menjaga hubungan lawan jenis. Jika pasiennya bukan muhrimnya, hendaklah ada pihak ketiga yang
menemani. Jangan hanya berdua didalam kamar pengobatan.
Telah di nukil dari Imam Musa ibnu Jafar yang mengatakan: Seorang lelaki buta dengan
lebih dahulu meminta izin telah memasuki rumah Fatimah (sepertinya dia perlu dengan Rasulullah
SAW) Fatimah mengambil kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam kerudung tersebut
(mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup dirimu sedangkan dia tidak
melihatmu? Beliau berkata: Apabila dia tidak melihat saya, tapi saya melihat dia dan dia (jika tidak
melihat dan buta) tetapi dia mencium bau wanita. Rasulullah SAW sedemikian gembiranya sambil
berkata: Saya bersaksi bahwa engkau adalah belahan jiwaku. (Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah
Hadrat Zaenab)
Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah SAW.
Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat 119:

"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu,
kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya".
Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk
menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat, seperti
untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya.

21
NABIL HARIZ
1102010

Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-
rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah keharusan,
tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah terpaksa harus bertemu dan
berobat kepada dokter yang berbeda jenis, ia harus didampingi mahramnya saat pemeriksaan. Tidak
berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa.
Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh yang
nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita,
meskipun sudah ada perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau wanita lain (selain
perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.
Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat di
dunia. Adab-adab tersebut antara lain:
1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman: Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada wanita beriman:
Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur:
30-31)
2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah saw bersabda: Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita
kecuali bersama mahromnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah
menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin).
(HR. Bukhari)
Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara
yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, Seandainya kepala seseorang ditusuk
dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.
(HR. Thabrani dengan sanad hasan)

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang Bermutu. Semarang.
Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI. 1996
Sistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 2010
Tristantoro L. Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran Dan Residen. FK
UGM.

22

Você também pode gostar