Você está na página 1de 15

Caleg gagal, curi kotak suara hingga gantung diri

Minggu, 13 April 2014 00:11 WIB | 43.620 Views


Oleh Illa Kartila

Merasa tidak puas dengan hasil perhitungan suara, kedua


pelaku pergi ke TKP dan mengambil kotak suara secara paksa..."
Depok (ANTARA News) - Politik uang dalam Pemilu 2014 mulai menjadi bumerang setelah
membagi-bagi uang dan barang, banyak caleg tetap tidak mendapatkan cukup suara sehingga
gagal melenggang ke dewan perwakilan. Kecewa, marah dan stress membuat mereka
melakukan beragam ulah mulai dari mencuri kotak suara, memblokir perumahan bahkan
hingga bunuh diri.

Usai pencoblosan, caleg dari PKS, Muhammad Taufiq (50) misalnya kecewa dan marah
karena perolehan suaranya minim. Pria ini ditemani Asmad (50) tiba-tiba keluar dari rumah
dan mendatangi TPS 2 Dusun Cekocek, Desa Bierem, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten
Sampang.

Saat itu, petugas baru saja merampungkan penghitungan suara. Tanpa permisi, Taufiq dan
Asmad langsung mengambil paksa sebuah kotak suara di TPS tersebut.

"Merasa tidak puas dengan hasil perhitungan suara, kedua pelaku pergi ke TKP dan
mengambil kotak suara secara paksa, kemudian dibawa ke rumah saudara Taufik," kata
Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Ronny F Sompie sambil menambahkan bahwa kedua pelaku
kemudian diamankan Panwascam Tambelangan.

Ulah keterlaluan dilakukan caleg yang tidak lolos seleksi pemilu legislatif . Beberapa bantuan
yang sempat diberikan ke masyarakat mereka tarik lagi. Di Tulungagung, Jawa Timur
seorang caleg menarik kembali sumbangan material untuk pembangunan sebuah mushola,
sementara di Kolaka, Sulawesi Tenggara sebuah mushola disegel.

Pembangunan mushola di RT 2 RT 2 Desa Majan, Kecamatan Kedung Waru, Tulungagung,


bisa jadi akan terhambat. Pasalnya, material bantunan Haji Miftahul Huda, seorang caleg
Partai Hanura ditarik kembali, gara-gara dia kecewa karena perolehan suaranya pada pemilu
legislatif 9 April lalu di luar harapan.

Material berupa 2000 batu bata, 10 zak semen dan satu truk pasir memang diberikan Miftahul
Huda untuk pembangunan mushola saat masa kampanye lalu melalui salah satu tim
suksesnya. Namun Miftahul menarik kembali sumbangan ini, karena di tempat ini ia hanya
memperoleh 29 suara di RT 2 RW 2 Desa Majan.

Penarikan bantuan gara-gara caleg gagal juga terjadi di Sulawesi Tenggara. Seorang kepala
desa di Kabupaten Kolaka menyegel sebuah sekolah Taman Kanak Kanak dan Tempat
Pendidikan Anak Usia Dini. Bahkan mengancam akan mengusir seluruh guru dan kepala
sekolahnya setelah dua orang caleg titipan sang kades kalah di TPS dusun ini.

Menurut Kepala Sekolah TK, Darma, dua caleg titipan kades yakni dari Partai PKP dan PDIP
gagal memperoleh cukup suara. Akibat penyegelan ini sebanyak 27 siswa TK terpaksa
belajar di rumahnya masing-masing

Lain lagi dengan Witarsa, sehari pascapencoblosan lelaki ini dibawa anggota keluarganya ke
sebuah padepokan di Desa Sinarancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Caleg dari
Partai Demokrat untuk Dapil Jabar X ini mengalami stres akibat perolehan suaranya sangat
minim, sehingga gagal menjadi anggota DPRD Jawa Barat. Padahal, modal yang
dikeluarkannya sangat besar.

Ketika dibawa ke padepokan itu, Witarsa masih mengenakan seragam Partai Demokrat. Dia
menjalani pengobatan di padepokan dengan cara dimandikan dulu, lantas dibacakan ayat-ayat
suci Al- Quran.

Saat menjalani pengobatan dari Ustadz Ujang Bustomi Witarsa bahkan sempat menangis. Dia
mengaku stres karena perolehan suara untuknya sangat minim. Padahal, modal yang
dikeluarkan sangat besar. Ia mengaku pusing dengan tagihan utang sebesar Rp 300 juta.

Caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN), Anselmus Petrus Youw, nekat menutup jalan
masuk Perumahan Satpol PP dengan balok kayu, karena warga setempat tidak memilih
dirinya saat Pemilu 2014.

"Benar, Anselmus memblokir perumahan karena warga setempat tidak memilih dia," kata
anggota Panitia Pengawas Pemilu Distrik Nabire, Micky sambil menambahkan bahwa
mantan bupati Nabire itu merasa kecewa karena sudah memberikan tanahnya untuk
pembangunan perumahan, namun warga setempat tidak mencoblosnya.

Bersama puluhan pendukungnya, dia menutup gapura masuk perumahan di Kampung Wadio,
Kelurahan Bumi Wonorejo, Nabire, Papua. Mereka merusak pangkalan ojek dan kantor
kepala desa. Massa juga sempat mengancam petugas TPS dan ketua RT setempat agar
perolehan suara caleg yang didukungnya lebih banyak.

"Beberapa orang masuk rumah sakit," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Sulistyo
Pudjo. Warga setempat ketakutan. Mereka tak berani keluar rumah. Situasi mereda setelah
aparat keamanan bersiaga di lokasi.

Gantung Diri

Nyaris terjadi pertumpahan darah di Kabupaten Bangkalan, tepatnya di Dusun Shebuh, Desa
Tobadung, Kecamatan Klampis. Kejadian bermula ketika caleg NasDem, Abdul Azis,
mengecek TPS 3 di Dusun Shebah. Gerak-gerik Aziz dicurigai oleh H Halim yang
merupakan caleg dari Gerindra.

Perselisihan terjadi di antara kedua caleg tersebut. Halim mengeluarkan celurit yang
dibawanya dan menantang duel Abdul Azis. "Namun dapat dipisahkan oleh Kapolsek, Kasat
Narkoba, sehingga mereka bisa menahan diri dan didamaikan," kata Kadiv Humas Ronny F
Sompie.

Tindakan nekat dan tragis bahkan dilakukan seorang ibu muda dengan inisial S yang gagal
menjadi caleg. Anggota sebuah partai asal kota Banjar, Jawa Barat ini memilih bunuh diri
saat dia tidak berhasil menjadi calon anggota dewan.

Wanita itu mencalonkan diri untuk Dapil I kota Banjar dengan nomor urut 8. Namun saat
mengetahui dia gagal, depresi dan bisikan setan membuat S bunuh diri dan mayatnya
ditemukan di sebuah saung bambu di Dusun Limusnunggal, Desa Bangunjaya, Kecamatan
Langkaplancar, Kabupaten Ciamis.

Di Banda Aceh, para caleg yang gagal bersembunyi di rumah ketua partai. Eanm calon wakil
rakyat lokal tak berani pulang ke rumah. Alasannya, mereka belum bisa membayar uang
saksi yang diordernya menjaga TPS.

Salah satu caleg, Junaidi, mengaku kerap mendapat telepon dan menerima pesan singkat dari
para saksi. Ia sebenarnya ingin melunasi honor saksi. Hanya saja, ia tidak punya uang.
Apalagi, berdasarkan penghitungan suara internal, ia kalah. "Sekarang kami terpaksa harus
menginap di rumah ketua partai."

Ketua DPD Partai Hanura Banda Aceh, Abdul Jabar mengaku belum mampu membayar
honor saksi karena dana dari DPP Hanura belum dikirim. Hingga saat ini, dia berusaha
mencari solusi atas kejadian ini dan berharap ada kucuran dana.

Membagi-bagikan uang dikira menjadi salah satu cara untuk menarik simpati dan itulah yang
dilakukan salah satu caleg parpol (Y) di kota Bogor. Saat kampanye, Y meminta bantuan tim
suksesnya yakni SB untuk memberikan ratusan buku tabungan di Kampung Muara,
Kelurahan Pasirjaya, Kecamatan Bogor Barat senilai Rp50 ribu setiap buku.

Saat itu Y sangat pede bisa meraih suara. Nyatanya, ketika pemilu usai dan suara dihitung,
dari total DPT yang ada 900 suara, Y hanya meraih di bawah 10 suara. Mungkin Y akhirnya
menyadari apa arti pemberi harapan palsu (PHP). Dia kemudian menarik lagi buku tabungan
yang sempat dibagi-bagikan itu.

Tekanan saat gagal menjadi caleg memang besar, apalagi jika mengingat besarnya uang yang
harus dikeluarkan dan bingung untuk membayarnya. Banyak yang terkena stress berat seperti
dialami caleg dari Tangerang ini.

Pria dari Dapil Tangerang berusia 40 tahun langsung marah-marah saat tahu bahwa dia kalah
dalam pemilu. Bahkan sore harinya usai pencolblosan, dia langsung stress dan merangkak di
pinggir jalan sambil membawa cangkir meminta uang kepada setiap orang yang lewat.
Kalimat yang diucapkannya: "Kembalikan uang saya."

Caleg non anggota legislatif memang rentan mengalami depresi pasca Pemilu 2014. Sebab
hampir seluruh biaya kampanye sesuai dengan ketentuan pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
Pemilu Nomor 8 tahun 2012, dibebankan pada caleg yang maju.
Menurut anggota Komisi IX DPR Poempida Hidayatulloh, fenomena caleg stress karena
gagal menjadi anggota dewan akan ditanggung oleh negara sesuai dengan Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009.

Menjadi anggota dewan ternyata menjadi impian banyak orang dan mereka rela berkorban
apapun untuk mewujudkan mimpi itu. Sayangnya, mereka siap menang tetapi tidak siap
kalah. Maka stress-lah yang didapat. (*)

Editor: B Kunto Wibisono


COPYRIGHT ANTARA 2014
Istri Polisi Korban Kekerasan Terancam
Bisu
Mar 29, 2014180 ViewedYos Hasrul0 respond

Tweet

KENDARI, SUARAKENDARI. COM- Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara belum


melakukan tes kejiwaan terhadap oknum polisi Brigadir Agus Purwanto yang
menggorok leher istrinya, Farida Susanti (28), Kamis (27/3/2014) dini hari.
Kepala Subbidang (Kasubdit) Pengelolah Informasi dan Dokumentasi (PID) Polda
Sultra, Komisaris Polisi (Kompol) Dolfi Kumase mengatakan, dugaan sementara
pelaku mengidap penyakit jiwa. Namun untuk memastikan, pihaknya harus
melakukan tes kejiwaan
Pemeriksaan sementara dari dokter rumah sakit Bhayangkara pelaku terindikasi
mengalami gangguan kejiwaan, tetapi kita masih akan tes kejiwaannya lagi. Waktunya
belum bisa dipastikan, terang Dolfi, Jumat (28/3/2014).
Tak hanya itu, pihak Polda Sultra juga melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi.
Pasalnya, korban juga belum bisa dimintai keterangan karena masih menjalani
perawatan intensif di rumah sakit. Laporannya juga baru kami terima kemarin sore,
belum ada pemeriksaan sampai hari ini, ujar Dolfi,
Menurut keterangan dokter lanjut Dolfi, pelaku terkadang sehat namun dalam waktu
berbeda kadang mengalami kelainan psikologi.
Kadang sehat namun tiba-tiba kambuh lagi penyakitnya, itu terjadi setelah AP tidak
lagi mengkonsumsi obat pasca ia mengalami kelainan otak akibat kecelakaan
lalulintas tahun 2008 lalu, jelasnya.
AP lanjut Dolfi adalah anggota polisi pindahan dari Polres Konawe. Sejak peristiwa
Lakalantas, AP bertugas di bidang pelayanan markas (Yanma).
Sementara itu, farida masih mendapat perawatan di rumah sakit Bahteramas Kendari.
Rekan korban mengaku, Farida belum bisa bicara. Dia hanya bisa berkomunikasi
dengan menulis di telepon selulernya.
Farida diketahui tidak memiliki keluarga di Kendari. Keluarga yang berasal dari
Trenggalek, Jawa Timur rencananya tiba hari ini di Kendari. Petugas maupun dokter
rumah sakit belum bisa dikonfirmasi mengenai kondisi korban.
Seperti diberitakan, oknum polisi berinisial AP menggorok leher istrinya sendiri,
Farida Susanti (28) yang tengah tidur lelap bersama anak perempuanya di rumah
kontrakan mereka di lorong Arindo Jalan DI Panjaitan Kelurahan Wundudopi
Kecamatan Baruga Kota Kendari, Rabu (26/3) sekitar pukul 22.00 Wita.
Akibat perbuatan AS, istrinya mengalami luka sobek pada bagian leher depan setelah
digorok dengan menggunakan parang tumpul. Pelaku sekarang telah diamankan sel
tahanan Polda, untuk sanksinya kami belum bisa memastikannya, karena kami harus
menunggu hasil diagnosanya, apakah dia benar-benar kelainan atau tidak, ujarnya.
Terkait peristiwa penggorokan, Nur Alamsyah, tetangga korban juga membenarkan.
Kata Alamsyah saat kejadian kamis malam itu ia berada di dalam kamar kostnya,
namun sekitar pukul 00.15 ia kaget karena pintu kamarnya digedor-gedor, ketika pint
kamar dibuka rupanya Farida yang sudah dalam kondisi bersimbah darah.
Farida saat itu sudah tidak bisa berkata-kata, namun ia menunjuk-nunjuk kearah
kamarnya. Dan ketika mendapat isyarat itu, Alamsyah segera bergegas ke kamar
Farida. Di dalam kamar, Alamsyah melihat ruangan berantakan dan penuh darah. AS
menurut Alamsyah pasca menggorok tampak tengah termenung di sudut kamar.
Saya ke kamar dan lihat berantakan darah berceceran. Suaminya Agus saya lihat
duduk termenung seperti orang yang kehilangan ingatan ditemani anaknya,
tuturnya.KIKI
MAR

Potret Identitas Seksualitas dan Keberadaan Kaum Gay di Indonesia


(Melalu Situs Online)

Danu Dean Asmoro


http://sosbud.kompasiana.com/2013/08/14/potret-identitas-seksualitas-dan-keberadaan-kaum-gay-di-
indonesia-dalam-situs-jaringan-komunitas-online-583736.html

Potret Identitas Seksualitas dan Keberadaan


Kaum Gay di Indonesia dalam Mengonstruksikan
Relasi melalui Situs Jaringan Komunitas Online
Penelitian ini digunakan dalam diskusi forum group discussion mengenai
kelompok minoritas, ketika tema mengenai kaum homoseksual pria atau yang
dikenal sebagai gay. Forum diksusi ini membahas banyak hal minoritas seperti kaum
etnis, agama, budaya, seksualitas minoritas dan tidak terbatas hanya membahas
mengenai kaum homoseksual. Sebagai salah satu anggota diskusi, topik penelitian
saya adalah mengenai bagaimana memotret identitas seksualitas kaum gay dalam
berinteraksi di situs jaringan komunitas. Studi ini penelitian dilakukan selama bulan
Juli 2013, dengan metode Analisis Isi Kuantitatif. Publikasi hasil penelitian memang
disengaja tidak mencantumkan nama website jaringan komunitas, dengan berbagai
kebijaksanaan FGD. Asumsi awal penulis yaitu meragukan bahwa kaum
homoseksual jumlahnya sedikit. Untuk memahami hasil penelitian, anda bisa
menyimak hasilnya sebagai berikut. Untuk mempermudah penjabaran data akan
menggunakan tabel.
Sebagai gambaran, sebelum membaca hasil penelitian ini. Forum group
diskusi ini bernama Mekanika FGD yang telah bubar pada tahun 2013 tepatnya
bulan Juli, karena hampir semua membernya yang melanjutkan studi dan kehidupan
ke luar negeri. Forum ini resmi hanya merupakan forum diskusi. Menariknya, dalam
forum ini, selalu anggotanya melakukan riset sebelum diskusi dilakukan.
Risetnyapun berkala maksimal 1 bulan, sehingga hampir semua anggota diskusi
dalam forum ini sangat menguasai teknik dalam metodologi penelitian. Banyak
teman diluar FGD ini yang menyuruh kami untuk komersil, tapi kami memang dari
awal tidak ingin membuat diskusi ini menjadi serius.
Keikutsertaan saya dalam FGD ini juga mengasah kemampuan beradu
argumentasi, dimana saya pernah Juara I Lomba Debat SMA se DIY-Jawa Tengah
mengenai politik dan Juara III Lomba Debat SMA se-DIY mengenai ilmu kesehatan.
Hasil diskusi ini diharapkan dapat menggugah minat penelitian dalam tema
yang sama secara formal, mungkin melalui pengembangan atau dengan topik yang
sama tetapi dengan metode yang baru. Hasil diskusi ini juga sepenuhnya dijadikan
sebagai bahan untuk mengkaji apa yang dianggap tabu oleh masyarakat.
Secara umum berikut akan dijabarkan mengenai anggota dalam komunitas kaum
gay yang berada dalam internet. Persebaran kaum gay di Indonesia, berdasarkan
identitas provinsi
No. Provinsi Jumlah Prosentase
1. DKI Jakarta 33.054 43,33 %
2. Jawa Barat 11.384 14,92 %
3. Jawa Timur 7871 10,32 %
4. Jawa Tengah 3890 5,10 %
5. Bali 3878 5,08 %
6. Daerah Istimewa Yogyakarta 3538 4,64 %
7. Sumatera Utara 2897 3,80 %
8. Riau 1613 2,11 %
9. Sulawesi Selatan 1435 1,88 %
10. Kalimantan Timur 1141 1,49 %
11. Sumatera Selatan 767 1,00 %
12. Lampung 672 0,88 %
13. Sumatera Barat 624 0,82 %
14. Kalimantan Selatan 509 0,67 %
15. Kalimantan Barat 435 0,57 %
16. Sulawesi Utara 347 0,45 %
17. Kalimantan Tengah 312 0,41 %
18. Jambi 248 0,32 %
19. Nangroe Aceh Darussalam 243 0,32 %
20. Nusa Tenggara Barat 229 0,30 %
21. Kepulauan Riau 174 0,23 %
22. Nusa Tenggara Timur 159 0,21 %
23. Banten 125 0,16 %
24. Sulawesi Tengah 122 0,16 %
25. Bengkulu 113 0,15 %
26. Maluku 95 0,12 %
27. Papua Barat 87 0,11 %
28. Sulawesi Tenggara 86 0,11 %
29. Papua 82 0,11 %
30. Gorontalo 57 0,07 %
31. Bangka Belitung 54 0,07 %
32. Maluku Utara 34 0,04 %
33. Sulawesi Barat 13 0,02 %
TOTAL 76.288 100 %
Data diolah pada 2013
Jumlah tersebut menandakan bahwa semakin banyak kaum gay yang mulai berani
memunculkan identitas seksualitas mereka, minimal dalam komunitas yang memang
didalamnya terdapat kaum yang sama-sama gay. Temuan menarik pada data ini
adalah beberapa hal, yang didiskusikan sebagai berikut :
a) Secara kuantitas, jumlah gay tidak dapat dikatakan sedikit. Meskipun kita
mengatakan bahwa 76.000 member sangatlah kecil dibandingkan jumlah penduduk
di Indonesia. Bayangkan saja jika para anggota komunitas gay ini dikumpulkan
dalam sebuah kegiatan, maka perlu membutuhkan stadion seperti yang digunakan
dalam pertandingan sepakbola yang mampu menampung 76.000 penonton.
b) Kemungkinan banyak kaum gay yang mungkin tidak join ke dalam situs komunitas
tersebut, akibatnya kemungkinan jumlah gay bisa mencapau lebih banyak daripada
hitungan dalam penelitian ini.

Potret kaum gay berdasarkan peran seksualnya :


No. Role Sex Jumlah Prosentase
1. Top Only 10.563 13,85 %
2. Versatile Top 6.847 8,97 %
3. Versatile 15.226 20,01 %
4. Versatile Bottom 4.805 6,30 %
5. Bottom Only 5.341 7,00 %
6. Tidak menuliskan 33.506 43,92 %
TOTAL 76.288 100 %
Role seksualitas dalam gay tidak semata-mata menunjukkan bahwa kaum
gay mencontoh relasi yang ada dalam kaum heteroseksual. Maksudnya role seksual
kaum gay, disesuaikan dengan kebutuhan dan hasrat mereka. Hal ini menegaskan
bahwa kaum gay kemungkinan akan berproses dalam menentukan role seksnya,
misalnya seorang Top kemudian hari mungkin akan bisa saja menjadi bottom.
Banyak orang yang katanya kritis terjebak dalam penilaian bahwa kaum gay hanya
mencontoh peran seksual kaum heteroseksual. Pasti orang-orang demikian belum
khatam dalam membaca buku yang berjudul A Critical Introduction to Queer
Theory yang ditulis oleh Nikki Sullivan. Dalam buku itu disebutkan bahwa kaum gay
berproses untuk menemukan sendiri ketertarikannya ketika berperan dalam relasi
seksual.
Seseorang yang menjadi Top, bukan karena ia ikut-ikutan ingin menjadi
seperti laki-laki heteroseks. Atau role Bottom dikarenakan ikut-ikutan ingin menjadi
perempuan, sehingga gay yang Bottom akan berdandan menyerupai perempuan. Ini
sangat salah kaprah. Top atau Bottom sepenuhnya hanyalah pilihan dan peran
dalam relasi seks. Seseorang yang ingin mendominasi partner-nya maka ia akan
menjadi Top. Top ini punya kemungkinan antara ia akan mendominasi sepenuhnya
tanpa kompromi atau disebut Top Only. Sedangkan Bottom adalah gay yang
mempunyai kesukaan untuk didominasi pada saat relasi seks. Jika ia lebih suka
sepenuhnya didominasi, maka mereka akan menjadi Bottom Only.
Inilah keunikan relasi seksual dalam kaum gay. Kaum gay mempunyai peran yang
disebut Versatile. Peran ini dipakai apabila seseorang punya kebutuhan untuk
menjadi Top dan Bottom secara bersamaan. Kemudian Top yang kadang-kadang
bisa menjadi Bottom, tapi lebih sering menjadi Top, maka ia akan menjadi Versatile
Top. Sebailknya untuk Bottom yang sering menjadi Bottom, tetapi kadang atau bisa
menjadi Top, maka ia akan menjadi Versatile Bottom. Relasi inilah yang banyak
tidak dipelajari orang Indonesia, saat mereka mengkaji seksualitas mengenai gay.
Akibatnya role secara seksualitas kaum gay dapat dikatakan mereka terlibat aktif
dan tidak stagnan pada posisi tertentu. Misalnya ketika seseorang menjadi Top, di
kemudian hari ia bisa saja memilih menjadi Bottom. Sekali lagi tergantung
kebutuhan.

Potret kaum gay berdasarkan orientasi seksualnya :


No. Orientasi Seksual Jumlah Prosentase
1. Gay 34.042 44,62 %
2. Biseksual 35.631 46,70 %
3. Heteroseksual 2.994 3,92 %
4. Tidak menuliskan 3.621 4,75 %
TOTAL 76.288
Gambaran diatas juga tidak begitu mengejutkan bahwa sebagian besar
member komunitas gay didominasi oleh kaum biseksual. Sekali lagi, ini menegaskan
bahwa banyak gay yang akhirnya menikah karena adanya tekanan sosial. Karena
mereka tetap punya ketertarikan dengan lelaki, maka mereka tetap bergabung
dalam komunitas gay dan mencari partner, hanya semata-mata untuk kebutuhan
seksual. Hal yang sangat dilematis memang antara jujur tetapi beresiko atau bohong
tetapi aman. Sekali lagi, ini terjadi sudah sangat kompleks.
Gambaran diatas, pastinya tidak cukup untuk menggambarkan kaum gay di
Indonesia. Dalam diskusi ini, beberapa teman juga melakukan riset yang sangat
menarik. Salah satu teman yang akhirnya ke USA, dia menggambarkan bagaimana
kecenderungan gay dalam berinteraksi melalui situs komunitasnya. Ditemukan
kecenderungan bahwa gay lebih mencari untuk kebutuhan seksual saja. Ia
memberikan analisis dalam hasil risetnya, bahwa banyak gay yang akhirnya tidak
percaya dengan konstruksi cinta. Maka ada beberapa istilah yang digunakan seperti
one night stand, just for fun. Beberapa istilah juga digunakan untuk
menyembunyikan orientasi seksual seperti straight acting yaitu tingkah yang
menunjukkan bahwa di depan umum, mereka bukan gay, meskipun mereka
pacaran.
Dan benar saja, salah satu teman saya yang sekarang di Inggris,
memperkuat dugaan ini dengan melakukan metode PAR. Ia terjun langsung dalam
komunitas gay di salah satu spot yang ada di Surabaya. Hasilnya, memang banyak
yang mengaku hanya untuk kepentingan seks semata. Tetapi harus diingat bahwa
ada beberapa yang masih percaya dengan konstruksi cinta. Beberapa justru memilih
untuk hidup sendiri atau selibasi. Temuan tersebut juga diperkuat salah satu
anggota FGD yang melakukan riset di Jakarta, ia melakukan melalui metode
fenomenologi. Ia menemukan bahwa pola pertemuan gay di mall, juga lebih
ekstrim. Poalnya dimulai dengan menjabarkan adanya penggunaan gay radar
yang dimulai dengan adanya lirikan mata dan saling tatap. Hebatnya komuitas ini
menggunakan toilet di mall untuk mencari mangsa. Temuan lain juga menemukan
mulai banyaknya pekerja seks laki-laki yang dia bukan gay, tapi mencari uang
dengan menjadi gay. Maka tak heran, jika tamunya adalah laki-laki juga, meskipun ia
masih heteroseks.
Saya ingin menekankan dalam tulisan ini, memahami keberadaan gay
sangatlah sulit, karena sangat kompleks ketika seseorang harus memahaminya.
Kebanyakan orang disekitar kita baik yang menghakimi atau mencintai gay, melihat
kehidupan gay itu dalam sebuah akuarium. Mereka tidak pernah terjun langsung,
mereka tidak pernah berbicara dengan mereka, mereka tidak pernah punya keluarga
yang mengaku menjadi gay, mereka belum pernah punya anak yang mengaku
menjadi gay dan cara pandang inilah yang selalu menjebak dan menjadikan banyak
orang disekitar kita hanya pandai dalam menghakimi.
Satu teman saya yang melakukan studi historis biografi seorang kaum gay di
Indonesia yang masih percaya dengan cinta. Justru teman saya bisa melukiskan
bagaimana seorang gay yang akhirnya menemukan makna cinta sejatinya. Ia yang
akhirnya melepas kebahagiaannya, karena pasangannya menikah dengan orang
lain. Di saat yang bersamaan, ia akhirnya memilih untuk hidup sendiri. Karena ia
tidak ingin melukai pasangannya dengan mencoba berbohong. Dalam studi ini, gay
tersebut akhirnya lebih mendekatkan diri dengan Tuhan, dan melakukan kebaikan-
kebaikan untuk orang lain. Ketika ditanya, ia masih menjadi gay sampai riset
dilakukan.
Banyak orang yang misalnya ketika teman mereka menjadi gay atau lesbian,
selalu mengatakan : kamu harus tobat dan kembali ke jalan yang benar.
Bagaimana bisa semudah ini dalam mengatakan kepada orang lain? Sekali lagi,
setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda dalam hidup mereka. Saya
menjadi ingat dengan percakapan dengan seorang biksu, dalam sebuah topik ia
mengatakan ketika kamu berbicara dengan orang di hadapan kamu, kamu juga
harus berbicara dengan memahami perasaan dia dan apa yang ia rasakan. Karena
standar yang kamu gunakan dalam menilai dirimu, akan berbeda dengan apa yang
digunakan oleh orang lain. Jika kamu menyakiti dan menyinggung perasaan dia
sekecil apapun, kamu sudah memupuk karmanya.
Coba juga ingat! Kadang orang selalu menertawakan keberadaan waria/
transgender. Coba jika misal ada keluarga mereka yang seperti itu, atau pikirkan jika
anak anda nanti akan menjadi seperti itu. Apa yang anda akan lakukan? Well,
budaya menghargai yang berbeda di negeri ini memang sebuah hal yang sangat
mahal.
Pada beberapa diskusi sebelumnya, FGD kami juga menemukan hasil yang
mengejutkan mengenai trend perselingkuhan di kalangan heteroseksual. Dalam riset
ini ditemukan kecenderungan pasangan heteroseks yang berpacaran sebagai alat
untuk permisi atau ketuk pintu sebelum melakukan seks. Seks dijadikan goal, maka
ketika gol sudah tercapai, ia akan mengetuk pintu yang lain. Bahkan kami juga
menemukan ketika melakukan studi mengenai pelanggan pekerja seks komersial,
banyak sekali yang mereka sudah menikah.
Diposkan 1st March 2014 oleh John David Wang
Label: artikel LGBT online
Caleg Stres Lebih Pilih Ponpes daripada
RS
Stres ringan bisa sembuh dalam 5-7 hari.
15 April 2014 14:30 Retno Manuhoro Politik dibaca: 1093

Muhammad Taufik (50) tak siap kalah. Calon anggota legislatif asal Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) ini kecewa saat perolehan suaranya minim. Begitu dapat laporan suara yang
ia peroleh di tempat pemungutan suara (TPS) dekat rumahnya di Dusun Cekocek, Desa
Bierem, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, minim, ia segera mendatangi TPS
tersebut dan mengambil kotak suara.

Dibantu satu rekannya, tanpa permisi Taufik mengambil kotak suara di TPS itu dan segera
mengangkutnya ke rumah. Keruan, Taufik dan rekannya langsung diurus Panitia Pengawas
Kecamatan (Panwascam) Tambelangan.

Di Tulungagung, sebuah pembangunan musalah di Desa Majan, Kecamatan Kedung Waru,


terancam mandek gara-gara Haji Miftahul Huda, caleg Partai Hanura yang memberikan
bantuan material untuk pembangunan musala, menarik bantuan karena kalah suara dalam
pemilihan legislatif (pileg). Di TPS tempat musalah itu dibangun, Huda hanya memperoleh
29 suara.

Di Sulawesi Tenggara, seorang kepala desa (kades) di Kabupaten Kolaka menyegel sebuah
taman kanak kanak (TK) dan tempat pendidikan anak usia dini (PAUD), bahkan mengancam
mengusir semua guru dan kepala sekolahnya. Itu terjadi setelah dua caleg titipan sang kades
kalah di TPS dusun ini. Akibat penyegelan, 27 siswa TK terpaksa belajar di rumahnya
masing-masing.

Daftar caleg stres karena gagal memenangi pileg agaknya masih akan bertambah panjang.
Hampir setiap kali usai pileg, sejak pemilihan umum (pemilu) menggunakan sistem
proporsional terbuka, para caleg yang gagal lolos harus berurusan dengan kesehatan
mental-nya.

Itu sebabnya sejumlah rumah sakit bahkan telah menyediakan bangsal untuk menampung
mereka. Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dokter Soedjarwadi Klaten, misalnya, sudah
mempersiapkan ruang perawatan untuk caleg yang stres. Persiapan tersebut mulai dari
penyediaan peralatan kelas VIP, tenaga perawat, hingga pelayanan.

Direktur RSJD Dokter Soedjarwadi Klaten, Tri Kuncoro mengatakan, meski hingga hari ini
belum terdapat pasien yang berasal dari caleg gagal, pihaknya telah menyiapkan sejumlah
ruang dengan fasilitas VIP, dengan jumlah kamar pasien sebanyak 189 ruangan.
Kelas VIP dilengkapi fasilitas seperti toilet pribadi dan kamar mandi dengan air panas,
televisi, lemari pendingin, serta dua tempat tidur kelas atas. Ruang VIP memang diciptakan
kenyamanan sehingga memudahkan perawatan dan penanganan kejiwaan bagi para pasien
yang stres, ujar Tri Kuncoro. RSJD Dokter Soedjarwadi Klaten juga menerima pasien
peserta BPJS dengan pelayanan yang sama kualitasnya.

Menurut Tri Kuncoro, jika stres yang dialami caleg gagal tergolong ringan, bisa disembuhkan
dengan waktu 5-7 hari. Namun, itu harus dengan penanganan pemulihan yang ketat dan
dukungan keluarga.

RSUD Sukoharjo juga siap menangani pasien sakit jiwa termasuk, caleg stres. Namun,
jumlah ruang yang disediakan untuk perawatan pasien gangguan sakit jiwa terbatas.
Prinsipnya tidak ada perbedaan dalam pelayanan. Semua kami layani dengan baik, termasuk
jika nanti ada pasien dari caleg yang gagal menang, ujar Direktur RSUD Sukoharjo, Gani
Suharto.

Lebih lanjut Gani mengatakan, untuk menangani pasien gangguan jiwa, pihaknya
menyiapkan bangsal Cempaka dengan 65 kamar, terdiri atas bangsal kelas I, II dan III.
Sementara itu, untuk menangani pasien gangguan jiwa, saat ini pihaknya menyiapkan dua
dokter spesialis kejiwaan. Di RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, hingga saat ini belum ada caleg
gagal yang menjadi pasien. Demikian pula di RSJ Islam Klender.

Panti Sosial Bina Laras Phala Martha juga belum menerima caleg stres. Sistem di sana,
pasien yang sudah menjalani pengobatan di RSJ baru ditampung di PSBL Phala Martha.

Pemulihan Jiwa
Sementara itu di Semarang, pengasuh Pondok Pesantren Soko Tunggal, KH Nuril Arifin yang
biasa dipanggil Gus Nuril, tidak menampik hingga hari ini sudah ada beberapa caleg yang
mendatangi pesantrennya di Jalan Sendangguwo, Semarang. Beberapa di antaranya justru
berasal dari luar Jawa, seperti Medan dan wilayah Sumatera lainnya.

Kalau caleg konsultasi itu sudah biasa, baik sebelum pemilu maupun saat selesai
pemungutan suara. Pasti ada yang datang. Kalau dihitung dari pemilu yang sudah-sudah,
jumlahnya mencapai ratusan, tutur Gus Nuril.

Lebih lanjut Gus Nuril menyatakan, saat ini seluruh kamar di pondok pesantren dalam
kondisi penuh, meski tidak semuanya diisi caleg gagal. Pihaknya juga telah berpengalaman
dalam penanganan pemulihan jiwa, khususnya untuk para pejabat maupun caleg yang
depresi.

Untuk membantu pemulihan jiwa, Gus Nuril menerapkan terapi air, dengan memandikan
caleg stres tentu saja dengan dukungan doa-doa dan permohonan khusus kepada Tuhan.
Tapi, saya bukan dukun. Jika memang terdeteksi gila, saya sarankan keluarganya untuk
ditangani di RSJ saja, ucapnya.

Ia menambahkan, khusus caleg stres pascapileg 9 April, memang sudah ada salah seorang
caleg yang terkena depresi akut hingga mengalami penyimpangan perilaku sosial. Sebut saja
namanya Suro Setriko dari Kota Pati, Jawa Tengah. Sekarang ia sedang kami bantu
memulihkan jiwa karena ia sudah mulai senyum-senyum sendiri, ujarnya.

Di Pondok Pesantren Dzikrusyifa Asma Berojomusti, Desa Sendangagung, Paciran,


Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sedikitnya 40 caleg gagal menjalani terapi kejiwaan.
Pengasuh Pondok Pesantren Dzikrusyifa Asma Berojomusti, Kyai Muzakkin mengatakan,
puluhan caleg yang datang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Madura, Bali,
hingga daerah sekitarnya. Mereka datang ke tempat itu sejak Kamis (10/4) malam secara
bergantian.

Ia mengungkapkan, jumlah caleg gagal yang datang ke pondoknya tahun ini lebih banyak,
mencapai 40 orang. Pada Pileg 2009, jumlah caleg gagal yang datang 23 orang.

"Tahun ini ada sekitar 40 orang yang datang menjalani terapi di Pusat Rehabilitas dan
Narkoba Pondok Pesantren Dzikrusyifa Asma Berojomusti, terdiri atas 13 perempuan serta
27 laki-laki. Diperkirakan jumlah ini terus bertambah, mengingat belum ada keputusan resmi
hasil rekapitulasi suara," katanya.

Ia mengaku, pondok pesantrennya yang terletak di Jalan Raya Sekanor atau lebih dikenal
dengan "Ponpes Jin" telah mempunyai pusat rehabilitasi dan narkoba sejak dulu. Tempat ini
menangani beberapa pasien yang mengalami penyakit psikologi, seperti stres.

"Beberapa pasien yang datang kondisinya depresi berat karena gagal memperoleh dukungan
dari rakyat. Beberapa anggota keluarganya yang mengantar ke sini juga bercerita saudaranya
itu sering bertingkah aneh dan berbicara sendiri," tuturnya.

Ia menyiapkan beberapa ruangan khusus untuk isolasi sebab pasien tersebut sering
memberontak dan marah kepada setiap orang yang dijumpai. (Ant/CR-40)

Sumber : Sinar Harapan


Pengguna Narkoba Di Sultra Capai 21.568 Orang
Selasa, 6 Mei 2014 14:03 WIB

Suparman

Kepala Badan Nasional Narkotika (BNN) Pusat, Komjen Pol Anang Iskandar (kanan) saat melakukan penandatanganan
prasasti bersama Gubernur Sultra Nur Alam, terkait peresmian kantor baru BNN Sultra di Kawasan Bumi Praja Kantor
Gubernur Sultra, Selasa 6/5.(FOTO-ANTARA/Azis Senong).

Kendari, (Antara News) - Kepala Badan Nasional Narkotika (BNN) pusat, Komjen Pol Anang Iskandar, mengatakan
korban pengguna narkoba di Sulawesi Tenggara (Sultra) selama ini sudah mencapai angka 21.568 orang.

"Data itu berdasarkan hasil berbagai penelitian," kata Anang saat meresmikan penggunaan Kantor BNNP Sultra, di
Kendari, Selasa.

Menurutnya, data itu akan semakin bertambah jika penanganan para pengguna narkoba masih mengedepankan
dengan cara memenjarakan mereka.

Dikatakan, meskipun data itu banyak, tetapi faktanya tidak bisa dibedakan mana penggunan dan pengedar sehingga
sulit kelihatan secara nyata.

Menurut Anang, para korban pengguna narkoba tidak mudah diketahui karena para pengguna pada ngumpet, karena
secara empiris pengguna narkoba dicari-cari untuk di penjara, kalau tidak dikejar-kejar maka kemungkinan 21 ribu bisa
melaporkan diri dan direhabilitasi.

"Melalui undang-undang narkoba saat ini maka pengguna narkoba tidak harus dipenjara, tetapi harus direhabilitasi,"
katanya.

Gubernur Sultra, Nur Alam, dalam kesempatan itu mengaku jumlah kasus narkoba yang sudah tertangani di Sultra
belum sebanding dengan pengguna narkoba yang ada sesuai data dari BBN pusat.

"Berdasarkan data kasus narkoba yang saya perloleh dari kepolisian sebanyak 261 kasus. Melibatkan sekitar 300
orang," katanya.

Você também pode gostar