Você está na página 1de 15

1.

TINJAUAN TEORI
1.1 DEFINISI
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup.
(Bobak,1995: 649)
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan
kurang dari 28 minggu. (Manuaba. 1998: 214)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari
20 minggu dan berat janin kurang dari 500gram. (Mitayani.2009: 22)

1.2 KLASIFIKASI
Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1.2.1 Berdasarkan kejadiannya :
1) Abortus spontan, yaitu abortus yang terjadi tanpa ada unsur tindakan
dari luar dan dengan kekuatan sendiri.
2) Abortus buatan, yaitu abortus yang dilakukan dengan sengaja sehingga
kehamilan dapat diakhiri. Upaya untuk menghilangkan hasil konsepsi
dapat dilakukan berdasarkan :
1. Indikasi medis
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi ibu agar dapat
menyelamatkan jiwanya, karena disebabkan oleh beberapa
penyakit seperti penyakit jantung, ginjal, dan hati yang berat,
adanya gangguan jiwa pada ibu, adanya kelainan kelainan bawaan
berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, dan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan dalam lahir.
2. Indikasi social
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan atas dasar aspek
social seperti menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin
punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk
hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan.

1.2.2 Berdasarkan pelaksanaannya


Dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keguguran buatan terapeutik, dilakukan oleh tenaga medis secara
legal berdasarkan indikasi medis.

1
2) Keguguran buatan illegal, dilakukan tanpa dasar hukum atau melawan
hukum.
1.2.3 Berdasarkan gambaran klinis
Berdasarkan gambaran klinis abortus dibagi menjadi :
1) Abortus lengkap (komplitus) yaitu seluruh hasil konsepsi dikeluarkan
dari cavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2) Abortus tidak lengkap (inkomplitus) yaitu pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada yang tertinggal
dalam uterus.
3) Abortus mengancam (imminen) yaitu peristiwa terjadinya pendarahan
dalam uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dimana hasil
konsepsi lebih baik dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
4) Abortus habitualis yaitu peristiwa abortus yang dialami oleh wanita
sebanyak 3 kali berturut-turut atau lebih.
5) Abortus insipien yaitu abortus yang sedang berlangsung dengan
ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba.
6) Abortus infeksious yaitu abortus yang disertai dengan infeksi
genetalia.
7) Missed abortion yaitu keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
(Manuaba. 2003: 215)

1.3 ETIOLOGI
Penyebab abortus dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin
dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi harus dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan hasi konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom, dimana gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium, dimana keadaan endometrium yang
belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi dan gzi ibu yang
kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilannya.

2
3) Pengaruh luar, seperti infeksi endometrium, factor makanan, benturan
dan pengaruh obat serta radiasi yang menyebabkan pertumbuhan hasil
konsepsi terganggu.
4) Kelainan pada plasenta.
5) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga menyebabkan
plasenta tidak dapat berfungsi.
6) Gangguan pembuluh darah plasenta diantaranya pada diabetes
mellitus.
7) Penyakit hipertensi yang menyebabkan gangguan peredaran darah
plasenta sehingga menimbulkan keguguran.
2. Penyakit ibu
1) Penyakit infeksi seperti pneumonia typus abdominalis, malaria dan
sifilis yang menyebabkan demam tinggi sehingga janin mengalami
kematian yang disebabkan karena toksin dari ibu atau infeksi kuman /
virus pada janin.
2) Anemia pada ibu yang menyebabkan gangguan nutrisi dan peredaran
O2 menuju sirkulasi retroplasenter.
3) Penyakit menahun pada ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, penyakit jantung dan diabetes mellitus.
4) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol, dll.
3. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim dalam keadaan abnormal seperti :
1) Ada myoma uteri
2) Uterus arkuatus
3) Uterus septus
4) Retrofleksia uteri
5) Serviks inkompeten
6) Bekas operasi pada serviks
7) Robekan serviks post partum.

1.4 MANIFESTASI KLINIS


1) Abortus komplitus
1. Perdarahan per vagina, mungkin disertai dengan hasil konsepsi.
2. Tampak pucat, konjungtiva enemis.
3. Tanda syok bila perdarahan banyak
4. Kontraksi uterus positif
2) Abortus inklomplitus
Tanda dan gejalannya adalah perdarahan pervagina yang tidak akan
berhenti sampai hasil konsepsi dikeluarkan.
3) Abortus imminen
Tanda dan gejalanya :
1. Mules sedikit atau sama sekali tidak

3
2. Uterus membesar sebesar tuanya kehamilan
3. Serviks belum membuka
4. Tes kehamilan positif
5. Perdarahan pervagina
4) Abortus insipien
Keguguran insipien ditandai dengan :
1. Perdarahan lebih banyak
2. Mules (sakit lebih hebat)
3. Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis
servikalis terbuka dan jaringan / hasil konsepsi dapat diraba.

5) Abortus infeksiosis
1. Adanya tanda-tanda infeksi pada alat genetalia
2. Pada pemeriksaan ditemukan kanalis servikalis terbuka, teraba
jaringan dan perdarahan.
6) Missed abortion
1. Dijumpai amenorea yaitu perdarahan sedikit-sedikit pada awal
permulaan.
2. Rahim tidak membesar, buah dada mengecil kembali
3. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.
4. Pasien merasa perutnya dingin atau kosong.

1.6 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas dianggap benda asing,
sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran
tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal yang
menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu, keguguran memberikan
gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan
disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
(Manuaba. 2005. Hal: 289)

1.7 WOC
Terlampir.

1.8 KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan unterus dari sisa sisa hasil
konsepsi dan jka perlu pemeberian tranfusi darah. Kematian karena

4
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.

2. Perforasi
Perfosrasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperetrofleksi. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi. Dengna adanya dugaan terjadinya
perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menetukan luasnya
cidera, untuk selanjutnya mengambil tindakan- tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok endoseptik).
(Sarwono. 1994: 311-312)

1.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium:
1) Pemeriksaan hemoglobin dan hemtokrit dimana hasilnya ditemukan
2) Pemeriksaan golongan darah dan factor Rh digunakan untuk
3) Tes kehamilan, untuk mengetahui keadaan janin.
4) USG
5) Pengukuran serial B-hCG atau progesterone embrio untuk menetahui
keadaan janin.
6) Kultur vagina atau urine untuk mengetahui adanya infeksi.
Pada abortus habitualis dilakukan pemeriksaan :
1) Histerosalfingografi yaitu untuk mengetahui ada tidaknya myoma
uterus sub mukosa dan anomali congenital.
2) BMR dan kadar jodium darah yaitu untuk mengetahui apakah ada atau
tidak gangguan glandula thyroidea dimana biasanya ditemukan
3) Psikoanalisis.

1.10 PENATALAKSANAAN
1) Abortus komplitus
5. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3
sampai 5 hari.

5
6. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
tranfusi darah.
7. Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
8. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
2) Abortus inkomplitus
1. Terapi cairan
2. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
3. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
4. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
5. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
3) Abortus imminen
1. Pemberian hormone progesteron, sebelumnya dipastikan dulu karena
adanya kekurangan hormone progesteron.
2. Istirahat tirah baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsang mekanik berkurang.
3. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak
panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
4. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negative, mungkin janin
sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
5. Kuret apabila reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negative.
6. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
7. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
8. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan anti septik
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.
4) Abortus habitualis
1. Pada kelainan endometrium akan lebih besar hasilnya jika dilakukan
sebelum adanya konsepsi
2. Menghentikan kebiasaan merokok dan minum alcohol
3. Pada serviks inkompeten dapat diberikan SHIRODKAR atau MC
DONALD.
5) Abortus insipient
1. Pada umur hamil kurang 14 minggu, dapat segera dilakukan kuret
2. Bila perdarahan banyak, dikeluarkan secara ligital
3. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin

6
4. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret
tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg intramuscular
5. Pada kehamilan lebih dari 12 kali berikan infuse oksitosit 10 IU dalam
dekstrose 5% 500ml di mulai 8 tetes per menit dan naikan sesuai
kontrakis uterus sampai terjadi abortus komplit.
6. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual
6) Abortus infeksiosis
1. Pemberian cairan
2. Tranfusi darah
3. Pemberian antibiotic untuk pemeriksaan pembiakan dan uji kepekaan
obat (penicillin, streptomycin atau antibiotika spectrum luas lainnya)
4. Lakukan dilatasi dan kuret
7) Missed abortion
1. Lakukan dilatasi dan kuret
2. Histerotomia anterior
3. Pemberian tonika dan anti biotic
4. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi
dengan cunm ovum lalu dengan kuret tajam.
5. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar
sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
6. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks
dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks
dengan dilatator hegar . kemudian hasil konsepsi diambil dengan
cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
7. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan dietilstilbestrol 3x5 mg
lalu iinfus oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai
20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus.
Oksitosin dapat di berikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak
berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat 1 hari.
8. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam cavum uteri
melalui dinding perut.

2. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 PENGKAJIAN
1) Biodata

7
Mengkaji identitas klien tentang pekerjaan (bekerja pada bagian radiologi,
pabrik kimia dan pabrik rokok), umur : primigravida muda < 20 tahun, dan
primigravida tua > 35 tahun terkait dengan keadaan endometrium klien.
2) Keluhan utama
Ada pendarahan pervagina (abortus komplitus, abortus inkomplitus,
abortus infeksius, missed abortion) dan disertai nyeri (abortus insipien,
abortus imminen)
3) Riwayat kesehatan
Kaji adanya penyakit yang pernah atau sedang dialami oleh klien misalnya
DM , jantung , hipertensi.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Identifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga misalnya penyakit infeksi seperti rubela,
toksoplasmosis, trikomonas vaginalis dll serta penyakit turunan seperti
DM, Hipertensi, Jantung.
5) Riwayat haid
Kaji tentang amennorhoe, HPTP, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe. (Carolyn.2009: 248)
6) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat perdarahan meliputi awitan, terus menerus atau intermiten,
jumlah pendarahan, warna darah, adanya jaringan, bekuan darah atau
cairan, riwayat abortus, riwayat kehamilan prematur, imatur aterm.
(Carolyn.2009: 248)
7) Riwayat seksual
Mengenai aktivitas seksual klien, pada trimester 1 bumil yang coitus
beresiko abortus.
8) Riwayat pemakaian obat
Riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.(Carolyn.2009: 248)
9) Data psikososial
Stress, gelisah, takut, berduka kehilangan janinnya.
10) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda tanda vital
Ibu tampak lemah (jika terjadi syok).
2) Pemeriksaan kepala dan wajah
Pada abortus komplitus, wajah pasien tampak pucat dan konjungtiva
anemis.

8
3) Pemeriksaan dada
Payudara mengecil (pada missed abortion).
4) Pemeriksaan abdomen
1. Palpasi nyeri tekan.
2. Tinggi fundus atau massa lain.
3. Pengkajian nyeri pada pelapasan tekanan.
4. Bising usus (berkurang pada apendisistis).
5. Nyeri tekan sudut kostovertebralis (pielonefritis dapat ditandai
dengan nyeri alih panggul).
6. Auskultasi DJJ jika usia kehamilan lebih dari 10 minggu.
7. Rahim tidak membesar (missed abortion)
5) Pemeriksaan Muskuluskletal dan Integumen
CRT > 2 detik,
6) Pemeriksaan Neurologi dan status mental
Kesadaran kompementis.
7) Pemeriksaan Kelamin dan sekitarnya
1. Pemeriksaan
speculum
1) Lakukan skrining vaginitis dan servisitis melalui kultur dan
sediaan basah jika diindikasikan.
2) Observasi ostium serviks untuk melihat dilatasi, adanya cairan,
darah, gumpalan darah, pus, bagian janin atau ketuban.
2. Pemeriksaan bimanual untuk memeriksa:
1. Ukuran uterus.
2. Penipisan, dilatasi serviks.
3. Massa adneksa atau nyeri.
4. Nyeri pada saat serviks digerakkan
3. Pemeriksaan
dalam
Serviks uteri masih tertutup (abortus mengancam, komplit dan
missed), serviks sudah terbuka (abortus tidak dapat dihindari),
serviks sudah terbuka dengan jaringan di dalam serviks (abortus
tidak komplit), serviks biasanya terbuka disertai demam (abortus
septic dan infeksiosus)
(Manuaba.2005: 290)

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia.
2) Ketakutan yang berhbungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri
dan janin.

9
3) Nyeri yang berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan, dan
kontraksi uterus.
4) Resiko tinggi terjadi infeksi yang berhubungan dengan penanganan hasil
konsepsi.
5) Berduka

2.3 INTERVENSI, TUJUAN DAN RASIONAL


1) Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil denyut
jantung janin (DJJ) dalam batas normal.
Intervensi :
1. Perhatikan status fisiologi ibu, status sirkulasi dan volume darah.
R : Kejadian pendarahan potensial merusak hasil kehamilan.
Kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia utero
plasenta.
2. Auskultasi dan laporkan DJJ. Catat brakikardi atau takikardi. Catat
perubahan pada aktivitas janin.
R : Mengkaji beranjutnya hipoksia janin, pada awalnya janin
berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardi dan
peningkatan gerakan. Bila tetap defisit, brakikardi dan penurunan
aktivitas terjadi.
3.Catat kehilangan darah ibu karena adanya kontraksi uterus.
R : Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan
medikasi mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan.
Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
4. Catat tinggi fundus ibu
R : Menghilangkan tekanan pada vena cava inferior dan
meningkatkan plasenta/janin dan pertukaran oksigen.
5. Anjurkan tirah baring pada posisi miring.
R : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk janin
6. Berikan suplemen oksigen pada ibu. Lakukan sesuai indikasi.

10
R : Mengevaluasi dengan menggunakan doppler respon DJJ terhadap
gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan janin apakah dalam
keadaan afiksia.
7. Ganti cairan ibu atau kehilangan darah.
R : Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transpor
oksigen
8. Membantu dengan ultrasonografi dan amnion sentesis.
R : Menentukan maturitas janin dan usia gestasi
9. Tes darah ibu untuk mengevaluasi serum ibu, darah Hb, atau produk
lavase lambung
R : Membedakan darah ibu dengan darah janindalam cairan amnion
menunjukkan implikasi terhadap pemberian oksigen serta kebutuhan
ibu terhadap injeksi imunoglobulin Rh (RhigG) bila kelainan terjadi.
10. Siapkan ibu untuk intervensi bedah yang tepat
R : Pembedahan perlu dilakukan bila terjadi pelepasan plasenta yang
berat atau bila perdarahan berlebihan, terjadi penyimpanan oksigen
janin, dan kelahiran melalui vagina tidak mungkin seperti pada kasus
plasenta previa total, dimana pembedahan perlu diindikasikan untuk
menyelamatkan hidup janin.
2) Ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri
dan janin.
Tujuan : Ibu mendiskusikan ketakutan mengenai diri janin dan masa depan
kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat.
Intervensi :
1. Diskusikan tentang situasi dan pemahaman tentang situasi dengan ibu
dan pasangannya.
R : Memberikan informasi tentang reaksi indivdu terhadap apa yang
terjadi.
2. Pantau respon verbal dan non verbal pada ibu dan pasangan
R : Menandai tingkat rasa takut yang sedang dialami ibu dan
pasangan
3. Dengarkan masalah ibu dengan seksama

11
R : Meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi dan memberikan
kesempatan pada ibu untuk mengembangkan solusi sendiri
4. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis serta beri
kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan
R : Pengetahuan akan membantu ibu untuk mengatasi apa yang
sedang terjadi dengan lebih efektif
5. Libatkan ibu dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan
sebanyak mungkin.
R : Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol
situasi sehingga dapat menurunkan rasa takut.
6. Jelaskan prosedur dan arti gejala
R : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan
meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.
3) Nyeri yang berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan, dan
kontraksi uterus.
Tujuan : Pasien mengungkapkan nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan dengan criteria hasil :
1. Menghentikan kontraksi
2. Mengenali dan melaporkan nyeri
Intervensi:
1. Pantau efek terapeurik dan efek yang merugikan dari obat yang
diberikan
R : Mengetahui keefektivan terapi dan mengidentifikasi komplikasi
yang mungkin memerlukan penghentian terapi atau penanganan
2. Beritahu ibu bahwa nyeri punggung, kram abdomen, kontraksi, dan
penekanan pada pelvis dapat mengindikasikan persalinan kurang bulan
R : Ibu adalah individu yang paling mungkin mengidentifikasi awal
kehamilan. Pemahaman akan memudahkan intervensi dan pencegahan
dini kelahiran kurang bulan
3. Instruksikan untuk melaporkan sensasi nyeri secepatnya
R : Intervensi yang cepat dapat menghentikan kontraksi atau
meredahkan nyeri sebelum bertambah berat atau persalinan telah maju
terlalu jauh untuk dapat dihentikan
4. Jelaskan metode nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri
R : Teknik relaksasi, distraksi, penggunaan kompres hangat atau
dingin, imajinasi terbimbing, dan lain-lain berfungsi sebagai bantuan

12
untuk metode farmakologi dan memberikan sebagian kendali pada ibu
terhadap nyeri yang dirasakan.
5. Berikan tokolitik dan analgesic sesuai program
R : Tokolitik meredahkan nyeri dengan mengurangi kontraksi uterus;
analgesic bekerja di pusat atau perifer, yang bergantung pada obat-
obatan yang digunakan, untuk menurunkan persepsi nyeri
(Green, 2012:390-391)
4) Resiko tinggi terjadi infeksi yang berhubungan dengan penanganan hasil
konsepsi.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi pada ibu.
Intervensi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi dan apa yang harus dilaporkan ke
penyedia layanan kesehatan.
R : sebagian infeksi mungkin tidak tampak hingga beberapa hari
setelah prosedur invasi ketika ibu dan keluarga sudak dipulangkan.
2. Anjurkan untuk meminum air 6 hingga 8 gelas tiap hari.
R : hidrasi membantu mencegah infeksi dengan mengencerkan urine
dan membantu mencehgah stasis urine. Kadar progesterone yang
meningkat pada saat kehamilan menyebabkan dilatasi pelvis ginjal dan
ureter, yang mendorong stasis urine, dengan demikian menciptakan
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan pathogen.
3. Berikan antibiotic, sesuai program, setelah mengkaji alergi, tindakan,
efek samping, dan implikasi keperawatan.
R : Antibiotic profilaksis dapat diprogramkan. Dosis pertama dapat
diberikan sebagai persiapan untuk cerclage. Antibiotic harus diberikan
tepat waktu untuk mempertahankan kadar terapeutik yang efektif di
dalam darah.
4. Berikan cairan IV sesuai program
R : Hidrasi mencegah stasis cairan tubuh dan menurunkan resiko
infeksi. Sel yang tehidrasi lebih resisten terhadap pathogen.
5. Ajarkan bagaimana mengkaji tanda infeksi
R : Ibu mempunyai resiko lebih tinggi terkena infeksi dengan adanya
cerclage. Ibu perlu melakukan pemantauan secara teratur untuk
mengatahui apakah ibu mengalami demam atau terdapat sekresi vagina
dengan bau tidak sedap, yang merupakan tanda infeksi.

13
Daftar Pustaka

Bobak, I.M., Lowdwermilk, D.L., Jensen, M.D. (1995). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Edisi 4. Alih bahasa: Maria A. W., Peter L. (2004). Jakarta:
EGC.
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Green, Carol J. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan: Maternal & Bayi Baru
Lahir. Jakarta: EGC
Indriyani, Diyan. 2013. Keperawatan Maternitas: Pada Area Perawatan
Antenatal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

14
www.artikelkeperawatan.info/wp-content/uploads/2011/07/Abortus.png. 11
april 2014. Jam: 16.35

15

Você também pode gostar