Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis penjadwalan unit pembangkit berdasarkan jumlah
mengangkat judul tugas akhir yaitu: ALIRAN kebutuhan daya yang diperlukan sistem.
DAYA OPTIMAL PADA SISTEM MINAHASA Metode OPF dapat menentukan kondisi operasi
optimal dari jaringan listrik yang mengalami
II. LANDASAN TEORI kendala dalam pengoperasian. Faktor mana yang
akan dicari titik optimal, akan dirumuskan dan
A. Sistem Tenaga Listrik diselesaikan dengan menggunakan algoritma
Tenaga listrik melibatkan produksi dan optimasi yang sesuai, seperti metode Newton-
pengantaran energi listrik dalam jumlah yang Raphson. Contoh batasan-batasan yang harus
berkecukupan untuk menjalankan peralatan listrik diperhatikan dalam metode OPF ini yaitu seperti
rumah tangga, perlatan perkantoran, mesin industri, pengaturan pembangkit listrik dan besar
dan menyediakan energi yang cukup untuk pembebanan.Kita dapat memecahkan masalah OPF
penerangan umum, pemanasan, memasak, dan lain- dari biaya operasi minimum pembangkit dan
lain. Sistem tenaga listrik merupakan sekumpulan keseimbangan pada aliran daya. Dalam variabel
pusat listrik dan gardu induk (pusat beban) yang OPF dapat disesuaikan dengan output dari
satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi generator (MW) dimana variabel yang lebih
dan jaringan distribusi sehingga merupakan sebuah spesifik, terdiri dari :
kesatuan yang terinterkoneksi. Tegangan generator
Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari 4 Posisi sadapan/posisi tap trafo
sub-sistem, dimana gambar sistem tenaga listrik Setting switched capasitor
dapat dilihat pada gambar 1. Berikut pembagian dari Arus (Load shedding)
sistem tenaga listrik, yaitu: OPFmemiliki aplikasiinput, sebagai berikut:
1. Pembangkitan/ konversi, yaitu sub-sistem yang a. Dalam keadaan emergency, jika beberapa
merubah sumber daya alam / sumber energi komponen dari sistem atau bus mengalami
primer menjadi tenaga listrik, misalnya: PLTA, overload, OPF dapat menyediakan corrective
PLTP, PLTD, PLTU, PLTGU, dan lain-lain. dispatch (pengaturan perbaikannya) dimana
Bagian ini memiliki tegangan kerja 220 V 32 operator sistem dapat melakukan proses atau
kV. langkah untuk mengurangi overload.
2. Transmisi, yaitu sub-sistem pengiriman tenaga b. OPF dapat digunakan secara periodic untuk
listrik dari pusat pembangkit ke gardu-gardu pengaturan optimal pada voltage generation, tap
induk transmisi, bagian ini ditandai oleh trafo dan capasitorswitch.
tegangan kerja yang tinggi, misalnya: 70 kV dan OPF atau aliran daya optimal tidak mudah dalam
150 kV pada sistem Minahasa. hal program matematika. Beberapa metode yang
3. Distribusi, yaitu sub-sistem pembagian tenaga digunakan, yaitu:
listrik ke konsumen, bagian ini ditandai oleh a. Metode Iterasi Lamda : Salah satu metode dari
tegangan kerja yang menengah dan rendah banyak standar pada economic dispatch, dalam
misal: 20 kV, 220 V (Indonesia), 110 V melakukan pengiterasian nilai lamda sampai
(Amerika Serikat). diperoleh nilai lamda yang dikehendaki.
4. Beban, yaitu sub-sistem yang menggunakan b. Metode Gradient : Metode ini lambat dalam
listrik untuk keperluan hidup, produksi, konvergen dan sulit dalam memecahkan masalah
pelayanan dan lain-lain. Beban listrik secara dari inequality constraint.
umum memiliki tegangan rendah sampai c. Metode Newtons : Kemungkinan untuk
menengah, misalnya 110 V, 220 V, 6.3 kV. konvergen yang sangat cepat, tetapi memiliki
masalah terhadap inequality constraint.
B. Optimal Power Flow (OPF) d. Metode Linear Programming (LPOPF) : Salah
Perhitungan Optimal Power Flow (OPF) satu metode yang terkenal dalam penggunaan
digunakan untuk menentukan kuantitas sistem di secara umum. Mudah dalam mengatasi masalah
dalam pengaturan dan operasi sistem tenaga listrik. dari inequality constraint . Fungsi objektif
Pertumbuhan jaringan dan tuntutan akan efisiensi nonlinear dan masalah constraint dapat diatasi
dalam sistem kelistrikan membuat para operator di dengan linearisasi.
dalam pengaturan dan operasi sistem tenaga listrik e. Metode Interpoint : Salah satu juga dari metode
terus mencari metode yang cepat dan efisien. OPF yang terluas dan terkenal. Mudah untuk
Metode Optimal Power Flow (OPF) adalah metode mengatasi masalah dari inequality constraint.
untuk melakukan perhitungan kebutuhan daya Untuk mengatasi masalah tersebut maka dalam
(Pdemand) dari beban guna melakukan penjadwalan pembangunan suatu unit pembangkit yang baru
pembangkit secara efisien dengan tujuan diperlukan perencanaan yang matang dan baik.
meminimasi biaya total produksi dari pembangkit Yakni dengan memperhatikan masalah beban
namun menjaga agar sistem tetap aman dan andal. konsumen. Dimana jika kita mengetahui besar
Dengan kata lain mencari solusi ekonomis dalam kebutuhan beban dan aliran daya kita dapat
mengatur agar suatu unit pembangkit dapat
3
memasok daya yang dibutuhkan oleh konsumen. adalah pembangkit yang terbesar atau infinit
Mengingat bahwa listrik tidak dapat disimpan. bus (bus tak terhingga) seperti sistem
Masalah OPF terdiri dari minimum atau maksimum interkoneksi.
fungsi objek, dan batas variabel control. 2) Generator bus (bus pembangkitan) atau (P-V
Sistem transmisi yang complete akan bus)
dimasukkan ke dalam penjadwalan pembangkitan. a. Terhubung dengan generator.
Proses ini biasa terkait dalam satu bagian dari b. P dan V dari generator diketahui dan tetap.
algoritma computer yang dikenal sebagai Optimal c. Sudut fasa dan Q dari daya reaktif generator
Power Flow (OPF). OPF yang complete, baik dihitung.
dalam membuktikan penjadwalan dari banyak 3) Bus pembebanan (P-Q bus)
kuantitas yang dapat dikendalikan dalam power a. Terhubung dengan beban.
system (pembangkitan dan sistem transmisi) seperti b. P dan Q dari beban diketahui dan tetap.
posisi tap trafo, penjadwalan pembangkitan MW c. V dan sudut fasa tegangan dihitung.
dan MVAr dan lainlain. Pada tiap-tiap bus terdapat 4 besaran, yaitu:
1. Daya real atau daya aktif (P)
C. Studi Aliran Daya 2. Daya reaktif (Q)
Studi aliran beban atau load flow study sering 3. Harga skalar tegangan (V)
kali juga disebut studi aliran daya adalah suatu studi 4. Sudut fasa tegangan ( )
yang mempelajari aliran daya pada suatu sistem
kelistrikan dari suatu titik ke titik lain dan tegangan D. Metode Newton-Raphson
pada bus-bus yang berada pada sistem tersebut. Salah satu cara yang dipakai dalam
Studi aliran beban merupakan penentuan atau menyelesaikan perhitungan aliran daya adalah
perhitungan tegangan, arus, daya aktif, faktor daya metode Newton-Raphson. Metode ini menerapkan
dan daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik deret Taylor untuk mendapatkan persamaan
dalam suatu jaringan sistem tenaga listrik pada matematika sebagai dasar perhitungan iterasi yang
keadaan pengoperasian normal, baik yang sedang menggunakan matriks Jacobian. Metode Newton-
berjalan maupun yang diharapkan akan terjadi di Raphson merupakan prosedur pendekatan berurutan
masa yang akan datang (William D. Stevenson, Jr., berdasarkan estimasi awal yang tidak diketahui dan
1994:6). Studi analisis aliran beban dapat dihitung merupakan penggunaan deret Taylor.Metode
secara manual maupun menggunakan software Newton-Raphson memiliki perhitungan lebih baik
computer.Jadi Studi aliran daya dapat didefenisikan dibandingkan metode Gauss-Seidel untuk sistem
sebagai suatu studi yang dilaksanakan untuk tenaga listrik yang lebih besar karena lebih efisien
mendapatkan informasi mengenai alirandayabaik dan praktis. Jumlah iterasi yang dibutuhkan
dalam bentuk tegangan, arus, daya aktif, daya ditentukan berdasarkan ukuran sistem. Untuk
reaktif yang terdapat dalam suatu sistem kelistrikan mencari daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) sebagai
guna mengevaluasi unjuk kerja sistem tenaga listrik berikut :
maupun menganalisa kondisi pembangkitan maupun n
pembebanan. Tujuan dari studi aliran daya/ beban, Pi = Vi Vj Yij cos(ij i + j ) (1)
j =1
yaitu:
n
1. Untuk mengetahui komponen jaringan sistem Qi = Vi V j Yij sin( ij i + j ) (2)
tenaga listrik pada umumnya. j =1
2. Mengetahui besarnya tegangan pada setiap bus Dalam metode ini persamaan aliran daya
(rel) dari suatu sistem tenaga listrik. dirumuskan dalam bentuk polar. Deret Taylor
3. Menghitung aliran-aliran daya, baik daya nyata seperti pada persamaan berikut :
maupun daya reaktif yang mengalir dalam setiap P2( k ) P2( k ) P2 ( k ) P2 ( k )
... ...
saluran. 2 n V2 Vn
(3)
4. Kerugian-kerugian sistem yang optimum. P2 ...
(k ) ... ... ... ... 2 ( k )
(k )
5. Perbaikan dan pergantian ukuran konduktor dan ... Pn Pn Pn ( k ) Pn ( k ) ...
... ...
Pn 2 Vn n
(k )
tegangan sistem.
( k ) n V2
= .
(k ) (k ) V
(k )
Q2 Q2 Q2 Q2 Q2
(k ) (k ) (k )
Dalam Studi Aliran Daya dikenal berbagai Bus :
2
... ...
n V2
...
Vn ...
1) Bus referensi (slack bus atau swing bus) 2
Qn ...
... Vn ( k )
(k )
a. Terhubung dengan generator. ... ... ... ...
b. V dan sudut fasa dari generator diketahui Qn ( k ) Qn ( k ) Qn ( k ) Qn ( k )
... ...
dan tetap. 2 n V2 Vn
menanggung semua rugi daya yang terjadi daya aktif ( P ( k ) ) dan daya reaktif ( Q ( k ) ) . Dalam
i i
pada jaringan. Biasanya yang sebagai bus ini
bentuk singkat dapat ditulis seperti berikut:
4
Konsumen
Berdasarkan jumlah dari daya aktif (P) yaitu Untuk pembagian pembebanan atau panjatahan
sebesar 147.6 MW yakni pada tanggal 24 November dari unit pembangkit termaldilakukan dengan
2011, pukul 17.00 WITA kita dapat melakukan menggunakan metode iterasi lamda. Dimana, data
penjadwalan pada pembangkit termal yaitu yang dibutuhkan yaitu persamaan karakteristik biaya
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) terlebih bahan bakar pembangkit termal, kapasitas
khusus dalam penelitian ini pada PLTD Lopana dan maksimum dan minimum unit pembangkit termal,
PLTD Bitung, kerena pembangkit dan beban listrik (PD) yang ditanggung oleh setiap
termalmenggunakan bahan bakar sebagai sumber unit pembangkit t termaluntuk waktu satu hari (24
utama dalam menjalankan generator jam). Setelah diketahui besar daya listrik yang harus
(pengoperasian) dimana biaya produksi lebih besar dibangkitkan oleh pembangkit termal, kemudian
dibandingkan pembangkit hidro. Untuk pembangkit dengan rumus 2n-1 dilakukan kombinasi on/off unit
hidro, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga pembangkit termal. Dimana n merupakan jumlah
Air/Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro unit yang akan beroperasi (PLTD Bitung dan PLTD
(PLTA/PLTM) tidak dilakukan penjadwalan karena Lopana). Sehingga diperoleh 2n-1 = 29-1 = 511
sumber energi primer relatif murah yaitu air kombinasi. Kemudian kombinasi on/offunit
sedangkan untuk penggunaan bahan bakar sangat pembangkit yang akan digunakan dalam
kecil dimana hanya untuk PS (pemakaian sendiri) penjadwalan adalah kombinasi dengan urutan
bukan untuk menjalankan generator prioritas. Tabel VII merupakan tabel kombinasi
(pengoperasian). on/off unitpembangkit termalyang beroperasi
(PLTD Bitung dan PLTD Lopana). salah satu
B. Karakteristik Input- Output Pembangkit Termal. contoh dalam perhitungan manual, sebagai berikut:
Pada sistem Minahasa untuk PLTP Lahendong
1,2 dan 3 serta PLTD Sewa telah memiliki harga a. Pukul 17.00 dengan beban 16300 kW = 16.30
kontrak dengan PLN sehingga perhitungan harga MW (untuk 3 unit pembangkit)
mengikuti harga kontrak. Untuk hasil perhitungan Dengan mengambil salah satu contoh total beban
karakteristik input- output pembangkit termal PLTD Bitung dan PLTD Lopana diatas, yaitu
(PLTD Bitung dan PLTD Lopana) dapat dilihat pada pukul 17.00 dengan beban 16300 kW =
pada tabel 2. 16.30 MW. Secara manual perhitungan dapat
dijabarkan dengan langkah-langkah sebagai
C. Karakterisitk Persamaan Biaya Bahan Bakar berikut:
Unit Pembangkit Termal. 1. Menentukan unit-unit pembangkit mana yang
Karakterisitk persamaan biaya bahan bakar akan beroperasi yang akan ditinjau
(PLTD Bitung dan PLTD Lopana) diperoleh berdasarkan urutan prioritas, dari yang
dengan cara: untuk persamaan karakteristik input- termurah hingga mahal. Berdasarkan kasus
output dikalikan dengan harga bahan bakar HSD ini maka kita dapat mengatur unit
atau MFO yaitu sebesar Rp. 8426.17/liter. Hasil dari pembangkit yang akan beroperasi yaitu :
karakteristik ini dapat dilihat pada tabel 3. PLTD Lopana unit 2 dan unit 1 serta PLTD
Bitung unit 9 (P9, P8 dan P7), dengan data
D. Karakteristik Laju Pertambahan Biaya Bahan unit pembangkit sebagai berikut:
Bakar. F9 = 1629281.434+870815.9904 P9 +95610.448 P 92
Karakteristik laju pertambahan biaya bahan F8 = 650018.7136+1511968.406 P8 +22099.5776 P 82
bakar (PLTD Bitung dan PLTD Lopana) diperoleh F7 = 1507104.766+1861846.523 P7 +9353.0487P 72
dari turunan pertama dari persamaan karakteristik
input-output yang dikalikan dengan harga bahan
bakar.Hasil dari karakteristik ini dapat dilihat pada
2. Menentukan harga lamda ( (0) ) dengan
tabel IV.Dari perhitungan laju pertambahan biaya rumus : n
P D+
i
2
bahan bakar diatas, maka kita mengetahui urutan = n
i =1 i
1 (10)
unit pembangkit termal dari yang paling murah i =1 2 i
sampai yang mahal untuk dioperasikan, yakni
dengan melihat biaya per kWh.Dimana untuk
mengetahui biaya per-kwh paling murah yaitu
dengan mengalikan masing-masing persamaan laju
pertambahan biaya bahan bakar dari unit-unit 870815.9904 1511968.406 1861846.523
16.30 + + +
pembangkit termal dengan daya maksimal masing- (0) = 191220.896 44199.1552 18706.0974
1 1 1
masing unit.Hasilnya dapat dilihat pada tabel IV, + +
191220.896 44199.1552 18706.0974
tabel V dan tabel V.
16.30 +138.2935946 154.5935946 Rp
E. Pembagian Pembebanan dan Penjadwalan Unit (0) = = = 1901217.958
(8.131292574x105 ) (8.131292574x105 ) MWh
Pembangkit Termal.
8
TABEL II. KARAKTERISTIK INPUT- OUTPUT TABEL IV. PERSAMAAN LAJU PERTAMBAHAN BIAYA
PEMBANGKIT TERMAL BAHAN BAKAR PEMBANGKIT TERMAL
Karakteristik Input-Output Persamaan Laju Pertambahan
Pembangkit Unit Pembangkit Unit Biaya Bahan Bakar
( Liter/Jam)
(Rp/MWh)
1 F 1 = 97.67 + 223.28 P 1 + 2.81P 12 F1=1881395.238+
2 F2 = 209.98 + 116.82P2 +33.29P22 1
47355.0754P1
4 F3 =100.33 + 215.74P3 + 5.85P32 2
F2=984345.1794+
PLTD Bitung 561014.3986P2
5 F4 =52.82 + 213.11P4 + 7.43P42
F3=1817861.916+
6 F5 =243.44+ 48.20P5 + 41.38P52 4
98586.189P3
7 F6 = 205.29 + 120.29P6 + 29.49P62 PLTD Bitung F4=1795701.089+
5
9 F7 =178.86 + 220.96P7 + 1.11P72 125212.8862P4
1 F8 =98.24+ 228.51P8 + 3.34P82 F5=406141.394+
6
PLTD Lopana 697349.8292P5
2 F9 = 264.24+ 131.61P9 + 14.45P92 F6=1013583.989+
7
496975.5066P6
TABELIII. PERSAMAAN BIAYA BAHAN F7=1861846.523+
BAKAR PEMBANGKIT TERMAL 9
18706.0974P7
Karakteristik Input-Output F8 =1511968.406 +
Pembangkit Unit 1
(Rp/Jam) 44199.1552P8
PLTD Lopana
F9 = 870815.9904 +
F1=822984.0239+1881395.238 2
1 191220.896P9
P1 +23677.5377P12
F2=1769327.177+984345.1794
2 TABEL V. HARGA DARI PEMBANGKIT- PEMBANGKIT
P2 + 280507.1993 P 22
F3=845397.6361+1817861.916 TERMAL(RP/KWH)
4
P3+49293.0945P32 Biaya Bahan Bakar
PLTD Bitung F4=445070.2994+1795701.089 Pembangkit Unit
5 (Rp/kWh)
P4 +62606.4431P42
F5=2051266.825+406141.394P 1 2047.14
6 2
5 + 348674.9146P 5
F6=1729808.439+1013583.989 2 2667.39
7
P6 +248487.7533 P 62
F7=1507104.766+1861846.523
9 4 2162.91
P7+9353.0487P 72
F8=650018.7136+1511968.406
1 PLTD Bitung
P8 +22099.5776 P 82 5 2233.95
PLTD Lopana
F9=1629281.434+870815.9904
2 P9 +95610.448 P 92 6 2637.66
i 9 2011.49
Pi =
2 i
(11) 1 1710.86
PLTD Lopana
2 1635.69
TABEL VI. URUTAN UNIT PEMBANGKIT TABEL VIII. HASIL PERHITUNGAN BIAYA BAHAN
TERMAL(RP/KWH) BAKAR MINIMUM
Biaya Bahan Bakar Pukul Keadaan/State Biaya Minimal (Rp)
Pembangkit Unit 01:00 33 8.816.060,760
(Rp/kWh)
02:00 33 8.816.060,760
2 1635.69 03:00 33 8.816.060,760
PLTD Lopana 04:00 33 8.816.060,760
1 1710.86 05:00 33 8.816.060,760
06:00 33 8.816.060,760
07:00 7 6.642.312,564
9 2011.49 08:00 7 6.642.312,564
09:00 7 6.642.312,564
1 2047.14 10:00 7 6.642.312,564
11:00 7 6.642.312,564
4 2162.91 12:00 7 6.642.312,564
13:00 7 6.642.312,564
PLTD Bitung 14:00 7 6.642.312,564
5 2233.95
15:00 7 6.642.312,564
6 2637.66 16:00 33 10.866.765,380
17:00 187 31.142.252.680
18:00 446 49.929.194,130
2 2667.39 19:00 483 58.300.180,300
20:00 483 58.300.180,300
7 3498.46 21:00 292 35.242.528,960
22:00 7 4.403.886,710
23:00 7 4.403.886,710
TABEL VII. KOMBINASI ON/OFF UNIT PEMBANGKIT 24:00 7 4.403.886,710
TERMALYANG BEROPERASI (PLTD BITUNG DAN
Total 369.669.939,500
PLTD LOPANA)
Kapasitas
Maksimum Tabel II sampai dengan tabel V menunjukkan hasil
Jumlah Keadaan Kombinasi
untuk tiap perhitungan dari karakteristik input-output
Pembangkit (State) Unit
Kombinasi pembangkit.
(kW)
1 7 000000001 4.500 V. KESIMPULAN
2 33 000000011 8.500
3 187 000000111 17.500 Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data,
4 292 100000111 21.100 maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran
5 381 101000111 24.600 sebagai berikut :
6 446 101100111 27.800
7 483 101110111 31.300
1. Dengan penentuan parameter-parameter yang
8 504 111110111 34.400 ada dan dianalisa dengan sistem aliran daya
9 512 111111111 39.400 menggunakan metode Newton-Raphson
diperoleh hasil seperti pada tabel I .
F1 = 1629281.434+870815.9904 P9 2. Setelah melakukan pengolahan data dan dibantu
+95610.448 P 92 dengan menggunakan program ETAP: Power
=1629281.434+870815.9904 (3.50)+95610.448 Station 4.0 dapat diperoleh besar daya atau
(3.50)2 kebutuhan daya (Pdemand) pada sistem Minahasa
= 5.848.365,388 pada tanggal 24 November 2011 pada pukul
F2 =650018.7136+1511968.406 P8 +22099.5776 P 82 17.00 WITA adalah sebesar = 147.6 MW.
= 650018.7136+1511968.406(1.50)+ 22099.5776 3. Penjadwalan pembangkit termalyang dilakukan
(1.50)2 yaitu pada pukul 17.00 WITA sesuai dengan
= 2.967.695,372 jumlah beban yang beroperasi yaitu PLTD
Pcos t (1,33) = F1 + F2 = 5.848.365,388 Bitung dan PLTD Lopana adalah sebesar 16.30
+ 2.967.695,372 MW maka unit-unit pembangkit termalyang
= 8.816.060,760 beroperasi adalah PLTD Lopana unit 2 dan 1
Fcos t (1,33) = 8.816.060,760 + 0 = 8.816.060,760 serta PLTD Bitung unit 9 (P9=4.00 MW ,
P8=4.50 MWdan P7=7.80 MW)dimana sesuai
I=9 Fcos t (1,9) = min[Pcos t (1,9) + Scos t (0,L;1,9) + urutan prioritas.
Fcos t (0)] 4. Untuk penjadwalan PT. PLN (Persero) ditinjau
F1=1729808.439+1013583.989P6+248487.7533P62 dari segi harga bahan bakar, pembangkit yang
=1729808.439+1013583.989(5.00)+ dioperasikan secara utama sebaiknya adalah
248487.7533 (5.00)2 PLTD Lopana dibandingkan PLTD Bitung.
= 13.009.922,22 5. Sesuai dengan jumlah beban dan penjadwalan
Pcos t (1,9) = 13.009.922,22 maka hasil perhitungan biaya bahan bakar
Fcos t (1,9) = 13.009.922,22 + 0 = 13.009.922,22 berdasarkan urutan prioritas diperoleh sebesar
Rp. 369.669.939,500,-.Dan jika dibandingkan
Biaya termurah adalah: Fcos t (1,33) = 8.816.060 dengan penjadwalan PT. PLN (Persero) Wilayah
10
Suluttenggo total biaya bahan bakar sebesar Rp. 13. Dr. T. Hashim Hasan, Belajar Sendiri Dasar-dasar
Pemrograman Matlab,Gava media, Jogjakarta, Agustus,
438.957.267,800,- . Sehingga terlihat
2005.
perbedaanharga, dan dapat dikatakan penelitian
ini memberikan hasil yang optimum.
6. Dalampenjadwalan PT. PLN (Persero) lebih
dahulu mengutamakan PLTD Bitung disebabkan
untuk Marine Fuel Oil (MFO) pada PLTD
Lopana memiliki kekurangan:
Perlu pemanasan dahulu (95 C) dan
Dapat menyebabkan mesin mogok bahkan
rusak karena kandungan dari Marine Fuel
Oil (MFO) seperti aspal (kasar).
DAFTAR PUSTAKA