Você está na página 1de 10

1

Aliran Daya Optimal Pada Sistem Minahasa


Nova Gama, Fielman Lisi , M Tuegeh, A.F. Nelwan,
Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado-95115, Email: novag.03@gmail.com
Abstrak-Sistem Minahasa merupakan sistem mengatasi kekurangan pasokan energi, maka
tenaga listrik dengan daerah pelayanan yang meliputi pemerintah membangun pusat pembangkit listrik
kota Manado, kota Tomohon, Bitung, Minahasa yang berdaya besar. Namun pengoperasian
Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Induk, Minahasa pembangkit listrik inipun harus memiliki pengaturan
Tenggara, dan Kotamobagu dimana sistem bekerja
yang matang dan baik, terlebih khusus dalam
secara terinterkoneksi.Melihat kondisi kelistrikan
yang masih biasa terjadi pemadaman akibat pengaturan beban dan daya. Sehingga dapat
kekurangan daya, sehingga diperlukan diperoleh besar pasokan daya dari pembangkit sama
pengoperasian pembangkit yang lebih besar yakni dengan besar kebutuhan daya (Pdemand). Dengan kata
dengan cara menghubungkan kerja antara sistem lain, besar pasokan daya dari pembangkit sama
(misalnya sistem Minahasa 70 kV dan 150 kV). dengan besar beban.
Pengaturan pengoperasian pembangkit harus mampu Untuk mengatasi kondisi diatas, diperlukan
dioperasikan secara optimal, sehingga daya yang pengoperasian pembangkit lain yang sudah
disalurkan ke konsumen dapat terpenuhi (Pdemand). tersambung pada sistem (misalnya sistem Minahasa
Untuk mengatur pengoperasian pembangkit
70 kV dan 150 kV). Pengaturan pengoperasian
diperlukan sistem penjadwalan yang tepat dan akurat.
Permasalahan ini dapat diselesaikan melalui program pembangkit harus mampu dioperasikan secara
matematika berdasarkan teknik optimasi yaitu metode optimal, sehingga daya yang disalurkan ke
iterasi lamda. konsumen dapat terpenuhi. Untuk mengatur
Optimal Power Flow (OPF) adalah metode pengoperasian pembangkit diperlukan sistem
perhitungan kebutuhan daya (Pdemand) beban untuk penjadwalan yang tepat dan akurat, yaitu dengan
melakukan penjadwalan pembangkit secara efisien mengatur setiap unit pembangkit untuk beroperasi
dengan tujuan meminimasi biaya total produksi dari secara optimum dan ekonomis. Permasalahan ini
pembangkit. Dengan kata lain, mencari solusi dapat diselesaikan melalui program matematika
ekonomis dalam penjadwalan unit pembangkit
berdasarkan teknik optimasi yaitu metode iterasi
berdasarkan jumlah kebutuhan daya yang diperlukan.
Perhitungan untuk mendapatkan aliran daya lamda, yang digunakan dalam economic dispatch
menggunakan metode Newton- Raphson.Sedangkan untuk pengaturan ekonomis yang mengabaikan rugi-
dalam pembagian beban untuk penjadwalan rugi. Namun dalam perhitungan untuk mencari
menggunakan unit commitment. biaya paling ekonomis dari unit-unit pembangkit
Dengan bantuan perangkat lunak ETAP:Power yang beroperasi dapat menggunakan program
Station 4.0, diperoleh daya output yang dibutuhkan dinamik (dynamic program). Masalah economic
oleh konsumen sistem tenaga listrik Minahasa sebesar dispatch dan rugi-rugi transmisi juga dapat
147.6 MW. Berdasarkan kebutuhan daya (Pdemand) diselesaikan dengan menggunakan Optimal Power
akan dilakukan penjadwalan dari unit pembangkit
Flow (OPF). Perhitungan dengan OPF dapat
termal menggunakan metode iterasi lamda.
Pembangkit termal merupakan pembangkit yang ditunjukkan sebagai urutan dari perhitungan aliran
beroperasi dengan output daya yang besar maka biaya daya Newton Raphson.
bahan bakar menjadi lebih mahal, oleh sebab itu Sistem tenaga listrik merupakan sekumpulan pusat
diperlukan penjadwalan yang ekonomis. Dari hasil listrik dan gardu induk (pusat beban) yang satu sama
penjadwalan pada penelitian ini, memberikan hasil lain dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga
yang lebih optimum dibandingkan total biaya bahan merupakan sebuah kesatuan yang terinterkoneksi.
bakar yang dikeluarkan oleh PT. PLN (Persero) Tujuan utama sistem tenaga listrik adalah untuk
Wilayah Suluttenggo. Total biaya bahan bakar yang memenuhi kebutuhan daya (Pdemand) dengan biaya
diperoleh sebesar Rp. 369.669.939,500,-. Sedangkan
bahan bakar yang minimum . Sehingga perlu
total biaya bahan bakar dari PT. PLN (Persero)
Wilayah Suluttenggo sebesar Rp. 438.957.267,800,-. dilakukan OPF yakni metode perhitungan
kebutuhan daya (Pdemand) beban dengan tujuan
Kata kunci :Sistem Tenaga Listrik Minahasa, meminimasibiaya total produksi dari pembangkit
ETAP:Power Station 4.0, kebutuhan daya (Pdemand), (penjadwalan pembangkit secara efisien berdasarkan
unit commitment, OPF. kebutuhan daya beban) .Tujuan OPF yaitu untuk
menentukan kondisi operasi stabil dari jaringan
listrik. Daya yang mengalir melalui jaringan akan
I. PENDAHULUAN dihitung. Sehingga dari aliran daya ini akan
diketahui kelayakan dari sistem jika ditinjau dari sisi
A. Latar Belakang daya sistemnya. Metode OPF ini juga akan
Listrik merupakan salah satu bentuk energi menentukan batasan-batasan yang diperbolehkan
yang bermanfaat dan tepat bagi kehidupan manusia dalam pengoperasian sistem. Batasan ini meliputi
modern, karena mempunyai satu fungsi fundamental ketersediaan jaringan/transmisi, pengaturan
untuk memenuhikebutuhan manusia, sehingga pembangkit listrik, batas desain peralatan listrik, dan
diperlukan pasokan energi yang stabil. Untuk strategi operasi.
2

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis penjadwalan unit pembangkit berdasarkan jumlah
mengangkat judul tugas akhir yaitu: ALIRAN kebutuhan daya yang diperlukan sistem.
DAYA OPTIMAL PADA SISTEM MINAHASA Metode OPF dapat menentukan kondisi operasi
optimal dari jaringan listrik yang mengalami
II. LANDASAN TEORI kendala dalam pengoperasian. Faktor mana yang
akan dicari titik optimal, akan dirumuskan dan
A. Sistem Tenaga Listrik diselesaikan dengan menggunakan algoritma
Tenaga listrik melibatkan produksi dan optimasi yang sesuai, seperti metode Newton-
pengantaran energi listrik dalam jumlah yang Raphson. Contoh batasan-batasan yang harus
berkecukupan untuk menjalankan peralatan listrik diperhatikan dalam metode OPF ini yaitu seperti
rumah tangga, perlatan perkantoran, mesin industri, pengaturan pembangkit listrik dan besar
dan menyediakan energi yang cukup untuk pembebanan.Kita dapat memecahkan masalah OPF
penerangan umum, pemanasan, memasak, dan lain- dari biaya operasi minimum pembangkit dan
lain. Sistem tenaga listrik merupakan sekumpulan keseimbangan pada aliran daya. Dalam variabel
pusat listrik dan gardu induk (pusat beban) yang OPF dapat disesuaikan dengan output dari
satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi generator (MW) dimana variabel yang lebih
dan jaringan distribusi sehingga merupakan sebuah spesifik, terdiri dari :
kesatuan yang terinterkoneksi. Tegangan generator
Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari 4 Posisi sadapan/posisi tap trafo
sub-sistem, dimana gambar sistem tenaga listrik Setting switched capasitor
dapat dilihat pada gambar 1. Berikut pembagian dari Arus (Load shedding)
sistem tenaga listrik, yaitu: OPFmemiliki aplikasiinput, sebagai berikut:
1. Pembangkitan/ konversi, yaitu sub-sistem yang a. Dalam keadaan emergency, jika beberapa
merubah sumber daya alam / sumber energi komponen dari sistem atau bus mengalami
primer menjadi tenaga listrik, misalnya: PLTA, overload, OPF dapat menyediakan corrective
PLTP, PLTD, PLTU, PLTGU, dan lain-lain. dispatch (pengaturan perbaikannya) dimana
Bagian ini memiliki tegangan kerja 220 V 32 operator sistem dapat melakukan proses atau
kV. langkah untuk mengurangi overload.
2. Transmisi, yaitu sub-sistem pengiriman tenaga b. OPF dapat digunakan secara periodic untuk
listrik dari pusat pembangkit ke gardu-gardu pengaturan optimal pada voltage generation, tap
induk transmisi, bagian ini ditandai oleh trafo dan capasitorswitch.
tegangan kerja yang tinggi, misalnya: 70 kV dan OPF atau aliran daya optimal tidak mudah dalam
150 kV pada sistem Minahasa. hal program matematika. Beberapa metode yang
3. Distribusi, yaitu sub-sistem pembagian tenaga digunakan, yaitu:
listrik ke konsumen, bagian ini ditandai oleh a. Metode Iterasi Lamda : Salah satu metode dari
tegangan kerja yang menengah dan rendah banyak standar pada economic dispatch, dalam
misal: 20 kV, 220 V (Indonesia), 110 V melakukan pengiterasian nilai lamda sampai
(Amerika Serikat). diperoleh nilai lamda yang dikehendaki.
4. Beban, yaitu sub-sistem yang menggunakan b. Metode Gradient : Metode ini lambat dalam
listrik untuk keperluan hidup, produksi, konvergen dan sulit dalam memecahkan masalah
pelayanan dan lain-lain. Beban listrik secara dari inequality constraint.
umum memiliki tegangan rendah sampai c. Metode Newtons : Kemungkinan untuk
menengah, misalnya 110 V, 220 V, 6.3 kV. konvergen yang sangat cepat, tetapi memiliki
masalah terhadap inequality constraint.
B. Optimal Power Flow (OPF) d. Metode Linear Programming (LPOPF) : Salah
Perhitungan Optimal Power Flow (OPF) satu metode yang terkenal dalam penggunaan
digunakan untuk menentukan kuantitas sistem di secara umum. Mudah dalam mengatasi masalah
dalam pengaturan dan operasi sistem tenaga listrik. dari inequality constraint . Fungsi objektif
Pertumbuhan jaringan dan tuntutan akan efisiensi nonlinear dan masalah constraint dapat diatasi
dalam sistem kelistrikan membuat para operator di dengan linearisasi.
dalam pengaturan dan operasi sistem tenaga listrik e. Metode Interpoint : Salah satu juga dari metode
terus mencari metode yang cepat dan efisien. OPF yang terluas dan terkenal. Mudah untuk
Metode Optimal Power Flow (OPF) adalah metode mengatasi masalah dari inequality constraint.
untuk melakukan perhitungan kebutuhan daya Untuk mengatasi masalah tersebut maka dalam
(Pdemand) dari beban guna melakukan penjadwalan pembangunan suatu unit pembangkit yang baru
pembangkit secara efisien dengan tujuan diperlukan perencanaan yang matang dan baik.
meminimasi biaya total produksi dari pembangkit Yakni dengan memperhatikan masalah beban
namun menjaga agar sistem tetap aman dan andal. konsumen. Dimana jika kita mengetahui besar
Dengan kata lain mencari solusi ekonomis dalam kebutuhan beban dan aliran daya kita dapat
mengatur agar suatu unit pembangkit dapat
3

memasok daya yang dibutuhkan oleh konsumen. adalah pembangkit yang terbesar atau infinit
Mengingat bahwa listrik tidak dapat disimpan. bus (bus tak terhingga) seperti sistem
Masalah OPF terdiri dari minimum atau maksimum interkoneksi.
fungsi objek, dan batas variabel control. 2) Generator bus (bus pembangkitan) atau (P-V
Sistem transmisi yang complete akan bus)
dimasukkan ke dalam penjadwalan pembangkitan. a. Terhubung dengan generator.
Proses ini biasa terkait dalam satu bagian dari b. P dan V dari generator diketahui dan tetap.
algoritma computer yang dikenal sebagai Optimal c. Sudut fasa dan Q dari daya reaktif generator
Power Flow (OPF). OPF yang complete, baik dihitung.
dalam membuktikan penjadwalan dari banyak 3) Bus pembebanan (P-Q bus)
kuantitas yang dapat dikendalikan dalam power a. Terhubung dengan beban.
system (pembangkitan dan sistem transmisi) seperti b. P dan Q dari beban diketahui dan tetap.
posisi tap trafo, penjadwalan pembangkitan MW c. V dan sudut fasa tegangan dihitung.
dan MVAr dan lainlain. Pada tiap-tiap bus terdapat 4 besaran, yaitu:
1. Daya real atau daya aktif (P)
C. Studi Aliran Daya 2. Daya reaktif (Q)
Studi aliran beban atau load flow study sering 3. Harga skalar tegangan (V)
kali juga disebut studi aliran daya adalah suatu studi 4. Sudut fasa tegangan ( )
yang mempelajari aliran daya pada suatu sistem
kelistrikan dari suatu titik ke titik lain dan tegangan D. Metode Newton-Raphson
pada bus-bus yang berada pada sistem tersebut. Salah satu cara yang dipakai dalam
Studi aliran beban merupakan penentuan atau menyelesaikan perhitungan aliran daya adalah
perhitungan tegangan, arus, daya aktif, faktor daya metode Newton-Raphson. Metode ini menerapkan
dan daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik deret Taylor untuk mendapatkan persamaan
dalam suatu jaringan sistem tenaga listrik pada matematika sebagai dasar perhitungan iterasi yang
keadaan pengoperasian normal, baik yang sedang menggunakan matriks Jacobian. Metode Newton-
berjalan maupun yang diharapkan akan terjadi di Raphson merupakan prosedur pendekatan berurutan
masa yang akan datang (William D. Stevenson, Jr., berdasarkan estimasi awal yang tidak diketahui dan
1994:6). Studi analisis aliran beban dapat dihitung merupakan penggunaan deret Taylor.Metode
secara manual maupun menggunakan software Newton-Raphson memiliki perhitungan lebih baik
computer.Jadi Studi aliran daya dapat didefenisikan dibandingkan metode Gauss-Seidel untuk sistem
sebagai suatu studi yang dilaksanakan untuk tenaga listrik yang lebih besar karena lebih efisien
mendapatkan informasi mengenai alirandayabaik dan praktis. Jumlah iterasi yang dibutuhkan
dalam bentuk tegangan, arus, daya aktif, daya ditentukan berdasarkan ukuran sistem. Untuk
reaktif yang terdapat dalam suatu sistem kelistrikan mencari daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) sebagai
guna mengevaluasi unjuk kerja sistem tenaga listrik berikut :
maupun menganalisa kondisi pembangkitan maupun n

pembebanan. Tujuan dari studi aliran daya/ beban, Pi = Vi Vj Yij cos(ij i + j ) (1)
j =1
yaitu:
n
1. Untuk mengetahui komponen jaringan sistem Qi = Vi V j Yij sin( ij i + j ) (2)
tenaga listrik pada umumnya. j =1

2. Mengetahui besarnya tegangan pada setiap bus Dalam metode ini persamaan aliran daya
(rel) dari suatu sistem tenaga listrik. dirumuskan dalam bentuk polar. Deret Taylor
3. Menghitung aliran-aliran daya, baik daya nyata seperti pada persamaan berikut :
maupun daya reaktif yang mengalir dalam setiap P2( k ) P2( k ) P2 ( k ) P2 ( k )
... ...
saluran. 2 n V2 Vn
(3)
4. Kerugian-kerugian sistem yang optimum. P2 ...
(k ) ... ... ... ... 2 ( k )
(k )
5. Perbaikan dan pergantian ukuran konduktor dan ... Pn Pn Pn ( k ) Pn ( k ) ...
... ...
Pn 2 Vn n
(k )
tegangan sistem.
( k ) n V2
= .
(k ) (k ) V
(k )

Q2 Q2 Q2 Q2 Q2
(k ) (k ) (k )
Dalam Studi Aliran Daya dikenal berbagai Bus :
2

... ...
n V2
...
Vn ...
1) Bus referensi (slack bus atau swing bus) 2
Qn ...
... Vn ( k )
(k )
a. Terhubung dengan generator. ... ... ... ...

b. V dan sudut fasa dari generator diketahui Qn ( k ) Qn ( k ) Qn ( k ) Qn ( k )
... ...
dan tetap. 2 n V2 Vn

c. P dan Q dihitung. Matriks Jacobian memberikan perbandingan


Slack bus berfungsi untuk menyuplai linear antara perubahan pada sudut tegangan ( i ( k ) )
kekurangan daya real P dan daya reaktif Q dan tegangan ( V(k) ) dengan sedikit perubahan pada
pada sistem. Atau sebagai bus yang i

menanggung semua rugi daya yang terjadi daya aktif ( P ( k ) ) dan daya reaktif ( Q ( k ) ) . Dalam
i i
pada jaringan. Biasanya yang sebagai bus ini
bentuk singkat dapat ditulis seperti berikut:
4

P J1 J 2 Kurva pertambahan bahan bakar rata-rata atau


= incremental fuel rate (IFR) dapat dikonversikan ke
Q J 3 J 4 V (4) kurva kenaikan biaya bahan bakar atau incremental
fuel cost (IFC) dengan mengalikan IFR dengan
E. Operasi Ekonomis Sistem Tenaga Listrik biaya bahan bakar.
Operasi ekonomis dari suatu pembangkit termal
merupakan proses pembagian atau penjatahan beban Rupiah
IFC = IFR X Fuel Cost
total dari suatu sistem kepada masing-masing pusat MWh (7)
pembangkit (pembangkit termal) sedemikian rupa,
sehingga diperoleh jumlah biaya pengoperasian
seminimal mungkin. Dimana seluruh pusat-pusat H. Kemampuan Pembebanan Unit Pembangkit
dalam suatu sistem di kontrol secara terus-menerus Termal
pada saat terjadi perubahan-perubahan beban, Setiap mesin pembangkit/generator tenaga listrik
sehingga setiap unit pembangkit tenaga listrik dapat mempunyai kemampuan pembebanan yang dibatasi
beroperasi secara paling ekonomis. oleh kapasitas minimum dan maksimum.Penetapan
batas-batas ini selain karena keterbatasan
F. Karakteristik Input-Output Pembangkit kemampuan dari komponen-komponen mesin juga
Karakteristik input-output pembangkit termal dari segi ekonomis yaitu memperhitungkan efisiensi
adalah karakteristik yang menggambarkan kerja dari setiap mesin tersebut.Jika suatu unit
hubungan antara input bahan bakar (liter/jam) dan pembangkit dioperasikan atau dibebani diluar batas
output yang dihasilkan oleh pembangkit (MW). maksimum atau minimum dapat menyebabkan nilai
Ditulis dengan notasi H satuan MBtu/h atau L, efisiensi rendah dan umur/penggunaan (life time
ditulis dengan notasi F satuan Rupiah/jam.Untuk machine) dari mesin tersebut menjadi pendek
menggambarkan karakteristik input output dapat terutama jika sering dibebani berlebih (over
dilihat pada gambar loading).Oleh karena itu suatu unit pembangkit
2, yang menunjukkan karakteristik input-output dapat beroperasi dan bekerja dengan efisiensi yang
suatu unit pembangkit tenaga uap yang ideal.Input baik (ekonomis), maka pembangkit tersebut harus
unit yang ditunjukkan pada sumbu ordinat adalah dioperasikan dalam daerah pembebanan yang
kebutuhan energi panas (MBtu/jam) atau biaya total sesuai.Sehingga, dapat digunakan dengan baik dan
per jam (Rp/jam). Outputnya adalah output daya dengan jangka umur operasi yang baik pula.
listrik dari unit tersebut. Kurva biaya bahan bakar
digambarkan sebagai kuadrat turunan daya aktif I. Economic Dispatch
atau dengan persamaan polynomial tingkat dua Economic dispatch adalah pembagian
(kuadrat) dengan persamaan : pembebanan pada setiap unit pembangkit sehingga
diperoleh kombinasi unit pembangkit yang dapat
F ( P) = + Pi + Pi 2 (5) memenuhi kebutuhan beban dengan biaya yang
optimum atau dengan kata lain untuk mencari nilai
Figure 1
optimum dari output daya dari kombinasi unit
Keterangan : pembangkit yang bertujuan untuk meminimalkan
F = Pemakaian bahan bakar pembangkit total biaya pembangkitan. Gambar 3 menunjukkan
termal (liter/jam) konfigurasi sistem yang terdiri dari N unit
P = Daya listrik yang dibangkitkan (MW) pembangkit termal yang terhubung dengan 1 busbar
= Parameter/ Konstanta yang melayani beban listrik, Pload.Input dari unit ini
ditunjukan sebagai Fi mewakili biaya (cost rate)
G. Karakteristik Kurva Pertambahan Biaya Bahan unit. Output unit ini Pi adalah daya listrik yang di
Bakar Rata-Rata (Incremental Fuel/Heat Rate bangkitkan oleh unit pembangkit termal. Kendala
Characteristic) penting dalam operasi sistem ini adalah jumlah
Dari karakteristik input-output pembangkit maka daya output harus sama dengan kebutuhan beban.
kita dapat mencari kurva pertambahan bahan bakar
J. Unit commitment
rata-rata ( incremental fuel/heat rate ), yaitu :
Unit commitment adalah penentuan pembangkit
Incremental Fuel or Heat Rate (IFR) = d (input ) yang akanon line dari sejumlah pembangkit yang
d (output )
siap dioperasikan untuk memasok beban selama
atau IFR = F (6) periode tertentu, karena kebutuhan beban selalu
P berubah sehingga pembangkit yang akan
dioperasikan disesuaikan dengan kebutuhan beban.
Dimana: F=masukan / input, kurva karakteristik Pengoperasian pusat-pusat pembangkit di dalam
input-ouput; F = F2-F1 sistem tenaga listrik selalu dikoordinasikan dengan
P=keluaran/output, kurva karakteristik
input-output ; P = P2-P1
5

Konsumen

Pusat Saluran Saluran


Pembangkit Transmisi Distribusi
Gambar. 3 N Pembangkit Termalyang Melayani Beban Pload
Gambar. 1 Sistem Tenaga Listrik

Gambar. 4 Grafik Penyelesaian Metode Iterasi Lamda

Pcos t (K,I) = biaya produksi pada state I


untuk level (stage) K

Gambar. 2 Karakteristik Input-Output Unit Pembangkit


Scos t (K-1,L,K ) = biaya transisi dari state L pada
Termal (ideal) level K-1 ke state I pada
level K
tujuan agar pembebanan dari pusat-pusat
pembangkit tersebut optimum (ekonomis) pada K. Iterasi Lamda
setiap interval waktu perubahan beban untuk siklus Iterasi lamda merupakan salah satu metode yang
tertentu. Penjadwalan yang optimum adalah digunakan dalam economic dispatch. Diagram blok
kombinasi tertentu dari unit-unit yang dijadwalkan dari metode ini dapat dilihat pada gambar 3. Gambar
(dioperasikan) dengan diagram blok ini merupakan gambar diagram blok
kapasitas total cukup untuk memasok beban pada dari metode iterasi lamda untuk pengaturan
interval waktu tertentu dengan biaya operasi yang ekonomis yang mengabaikan rugi-rugi. Pada metode
paling murah (ekonomis). ini lamda ( ) diasumsikan terlebih dahulu ,
Pada penjadwalan unit-unit pembangkit yang kemudian dengan menggunakan syarat optimum ,
akan dioperasikan (commit) pembagian dihitung Pi (output setiap pembangkit). Dengan
pembebanannya harus dalam keadaan optimum menggunakan konstrain diperiksa apakah jumlah
melalui suatu kombinasi dari unit-unit tersebut, total dari output sama dengan kebutuhan beban
kemudian dipilih kombinasi mana yang termurah sistem, bila belum harga lamda ( ) ditentukan
biaya operasinya. Misalnya, jika dalam suatu sistem kembali.Untuk grafik penyelesaian metode iterasi
terdapat N buah pembangkit, maka kombinasi lamda dapat dilihat pada gambar 4.
pembangkit yang mungkin adalah:
C(N,1) + C(N,2) + + C(N,N-1) + C(N,N) = 2N 1 (8) L. Pengenalan ETAP: Power Station 4.0
ETAP: Power Station 4.0 merupakan program
Metode Pemrograman Dinamik komputer yang digunakan dalam menganalisa
sistem tenaga listrik secara grafis penuh yang dapat
Dengan menggunakan Forward Dynamic dijalankan pada Microsoft Windows 98, NT, 4.0,
Programming (algoritma rekursif utuk menghitung 2000, Me dan XP. Dengan ETAP: Power Station
biaya minimum untuk jam ke-K dengan kombinasi 4.0 kita dapat menggambar diagram segaris serta
I) adalah: menganalisa suatu studi kasus, misalnya : studi
Fcos t (K,I) = min [Pcos t (K,I)+Scos t (K-1,L;K,I)
+Fcos t (K-1,L ) (9) aliran daya, studi hubung singkat, start motor,
Dimana: stabilitas transien koordinasi peralatan pelindung
K = stage/jam ke untuk level dan studi kabel dalam sistem kelistrikan.
beban tertentu
I = state/kombinasi beban III. METODOLOGI PENELITIAN
Fcos t (K,I) = biayakomulatif yang
diperlukan untuk sampai ke Prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 5
state I pada level K dari state Diagram AlirPenelitian Secara Keseluruhan. Dalam
awal diagram alirpenelitian ini terdiri atas langkah-
langkah atau prosedur dalam melaksanakan
6

Mulai TABEL I. BESAR ALIRAN BEBAN PADA SALURAN


TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK MINAHASA 24
NOVEMBER 2011 PUKUL 17.00 WITA

Menentukan parameter atau data-data teknis Aliran Daya (P+jQ)


Nama Saluran
(MW+jMVAr)
GI. Ranomuut GI. Teling 0.508+j0.218
Mempelajari/Analisa Studi Aliran Daya dengan Metode GI. Bitung GI. Sawangan 8.890+5.270
Newton Raphson GI. Bitung GI. Likupang 3.278+j0.827
GI. Sawangan GI. Ranomut 15.602+j8.878
GI.Sawangan GI. Tonsealama 16.866+j15.206
Membuat single line GI. Tomohon GI. Teling 20.710+j11.862
GI.Tonsealama GI. Tomohon 7.794+j3.820
GI. Tomohon GI. Tasik Ria 9.346+j4.942
Memasukkan data input sistem Minahasa ke dalam GI. Lopana GI. Kawangkoan 6.128-j0.486
program ETAP 4.0 :Power Station GI. Otam GI. Lopana 3.234-j1.060
GI. Otam GI. Lolak 10.838+j3.640
PLTA Tanggari 1 GI. 8.944+j7.672
Sawangan
Apakah Hasil dari Studi
PLTA Tanggari 2 GI. 8.890+j4.092
Sawangan
Aliran Dayasudah T PLTA Tonsealama 1 GI. 1.794+j0.868
Tonsealama
PLTA Tonsealama 2,3 GI. 12.246+j2.002
Tonsealama
PLTP Lahendong1,2 PLTP 8.580+j2.584
Data Input dan Output Lahendong 3
Pembangkit Termal GI.Kawangkoan PLTP 2.162-j2.672
Lahendong 1,2
PLTP Lahendong 3 GI. 10.684+j6.786
Tomohon
Y Input dan Output
Hitung Persamaan Karakteristik
Pembangkit Termal dengan metode Least Square penelitian, yaitu prosedur maupun rumus-rumus
n 2 yang akan digunakan dalam perhitungan penelitian.
J = + Pi + Pi 2 Fi
i =1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Besar Aliran Beban pada saluran transmisi sistem


Hitung Persamaan Laju Pertambahan Biaya Bahan Bakar
Incremental Fuel or Heat Rate tenaga listrik Minahasa.
(IFR) = dFi Liter Rupiah Berdasarkan hasil running program dari ETAP :
dPi MWh MWh Power Station 4.0 dapat diperoleh besar aliran beban
pada saluran transmisi sistem tenaga listrik
Minahasa seperti yang ditunjukkan pada table I.
Hitung Harga Biaya Bahan Bakar (IFC) Dari tabel I dapat dilihat bahwa arah aliran
beban terbesar pada saluran transmisi sistem tenaga
IFC = dFi x Fuel Cost Rp Rupiah listrik Minahasa terjadi pada saluran transmisi
Liter
dPi MWh Jam GI.Tomohon-GI.Teling sebesar 20.710 MW +
MWh
j11.862 MVAr, disebabkan saluran transmisi
GI.Tomohon-GI.Teling menyalurkan kebutuhan
Menghitung Penjadwalan/ Pembagian Pembebanan Setiap daya yang dipikul oleh GI.Ranomuut (transmisi GI.
Unit Pembangkit Termal dengan Iterasi Lamda Ranomuut - GI. Teling), GI. Sawangan (transmisi
i GI.Sawangan- GI.Ranomuut), GI.Bitung (saluran

n
i =1
i transmisi GI. Bitung - GI. Sawangan), GI. Likupang
= 2 PD +
1

n
i =1
i (saluran transmisi GI. Likupang - GI. Bitung), GI.
Tonsealama (saluran transmisi GI. Tonsealama - GI.
Tomohon) dan PLTP Lahendong (saluran transmisi
Penjadwalan/ Pembagian Pembebanan Setiap Unit PLTP Lahendong - GI.Tomohon).Dengan
Pembangkit Termal menggunakan Program ETAP : PowerStation 4.0
seperti pada tampilan di atas, maka diperoleh total
dari :
Selesai
a. Daya Aktif (P) = 147.6 MW
b. Daya Reaktif (Q) = 93.9 MVAr
Gambar.5 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan c. Daya Kompleks (S) = 175.0 MVA
7

Berdasarkan jumlah dari daya aktif (P) yaitu Untuk pembagian pembebanan atau panjatahan
sebesar 147.6 MW yakni pada tanggal 24 November dari unit pembangkit termaldilakukan dengan
2011, pukul 17.00 WITA kita dapat melakukan menggunakan metode iterasi lamda. Dimana, data
penjadwalan pada pembangkit termal yaitu yang dibutuhkan yaitu persamaan karakteristik biaya
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) terlebih bahan bakar pembangkit termal, kapasitas
khusus dalam penelitian ini pada PLTD Lopana dan maksimum dan minimum unit pembangkit termal,
PLTD Bitung, kerena pembangkit dan beban listrik (PD) yang ditanggung oleh setiap
termalmenggunakan bahan bakar sebagai sumber unit pembangkit t termaluntuk waktu satu hari (24
utama dalam menjalankan generator jam). Setelah diketahui besar daya listrik yang harus
(pengoperasian) dimana biaya produksi lebih besar dibangkitkan oleh pembangkit termal, kemudian
dibandingkan pembangkit hidro. Untuk pembangkit dengan rumus 2n-1 dilakukan kombinasi on/off unit
hidro, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga pembangkit termal. Dimana n merupakan jumlah
Air/Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro unit yang akan beroperasi (PLTD Bitung dan PLTD
(PLTA/PLTM) tidak dilakukan penjadwalan karena Lopana). Sehingga diperoleh 2n-1 = 29-1 = 511
sumber energi primer relatif murah yaitu air kombinasi. Kemudian kombinasi on/offunit
sedangkan untuk penggunaan bahan bakar sangat pembangkit yang akan digunakan dalam
kecil dimana hanya untuk PS (pemakaian sendiri) penjadwalan adalah kombinasi dengan urutan
bukan untuk menjalankan generator prioritas. Tabel VII merupakan tabel kombinasi
(pengoperasian). on/off unitpembangkit termalyang beroperasi
(PLTD Bitung dan PLTD Lopana). salah satu
B. Karakteristik Input- Output Pembangkit Termal. contoh dalam perhitungan manual, sebagai berikut:
Pada sistem Minahasa untuk PLTP Lahendong
1,2 dan 3 serta PLTD Sewa telah memiliki harga a. Pukul 17.00 dengan beban 16300 kW = 16.30
kontrak dengan PLN sehingga perhitungan harga MW (untuk 3 unit pembangkit)
mengikuti harga kontrak. Untuk hasil perhitungan Dengan mengambil salah satu contoh total beban
karakteristik input- output pembangkit termal PLTD Bitung dan PLTD Lopana diatas, yaitu
(PLTD Bitung dan PLTD Lopana) dapat dilihat pada pukul 17.00 dengan beban 16300 kW =
pada tabel 2. 16.30 MW. Secara manual perhitungan dapat
dijabarkan dengan langkah-langkah sebagai
C. Karakterisitk Persamaan Biaya Bahan Bakar berikut:
Unit Pembangkit Termal. 1. Menentukan unit-unit pembangkit mana yang
Karakterisitk persamaan biaya bahan bakar akan beroperasi yang akan ditinjau
(PLTD Bitung dan PLTD Lopana) diperoleh berdasarkan urutan prioritas, dari yang
dengan cara: untuk persamaan karakteristik input- termurah hingga mahal. Berdasarkan kasus
output dikalikan dengan harga bahan bakar HSD ini maka kita dapat mengatur unit
atau MFO yaitu sebesar Rp. 8426.17/liter. Hasil dari pembangkit yang akan beroperasi yaitu :
karakteristik ini dapat dilihat pada tabel 3. PLTD Lopana unit 2 dan unit 1 serta PLTD
Bitung unit 9 (P9, P8 dan P7), dengan data
D. Karakteristik Laju Pertambahan Biaya Bahan unit pembangkit sebagai berikut:
Bakar. F9 = 1629281.434+870815.9904 P9 +95610.448 P 92
Karakteristik laju pertambahan biaya bahan F8 = 650018.7136+1511968.406 P8 +22099.5776 P 82
bakar (PLTD Bitung dan PLTD Lopana) diperoleh F7 = 1507104.766+1861846.523 P7 +9353.0487P 72
dari turunan pertama dari persamaan karakteristik
input-output yang dikalikan dengan harga bahan
bakar.Hasil dari karakteristik ini dapat dilihat pada
2. Menentukan harga lamda ( (0) ) dengan
tabel IV.Dari perhitungan laju pertambahan biaya rumus : n
P D+
i
2
bahan bakar diatas, maka kita mengetahui urutan = n
i =1 i
1 (10)
unit pembangkit termal dari yang paling murah i =1 2 i
sampai yang mahal untuk dioperasikan, yakni
dengan melihat biaya per kWh.Dimana untuk
mengetahui biaya per-kwh paling murah yaitu
dengan mengalikan masing-masing persamaan laju
pertambahan biaya bahan bakar dari unit-unit 870815.9904 1511968.406 1861846.523
16.30 + + +
pembangkit termal dengan daya maksimal masing- (0) = 191220.896 44199.1552 18706.0974
1 1 1
masing unit.Hasilnya dapat dilihat pada tabel IV, + +
191220.896 44199.1552 18706.0974
tabel V dan tabel V.
16.30 +138.2935946 154.5935946 Rp
E. Pembagian Pembebanan dan Penjadwalan Unit (0) = = = 1901217.958
(8.131292574x105 ) (8.131292574x105 ) MWh
Pembangkit Termal.
8

TABEL II. KARAKTERISTIK INPUT- OUTPUT TABEL IV. PERSAMAAN LAJU PERTAMBAHAN BIAYA
PEMBANGKIT TERMAL BAHAN BAKAR PEMBANGKIT TERMAL
Karakteristik Input-Output Persamaan Laju Pertambahan
Pembangkit Unit Pembangkit Unit Biaya Bahan Bakar
( Liter/Jam)
(Rp/MWh)
1 F 1 = 97.67 + 223.28 P 1 + 2.81P 12 F1=1881395.238+
2 F2 = 209.98 + 116.82P2 +33.29P22 1
47355.0754P1
4 F3 =100.33 + 215.74P3 + 5.85P32 2
F2=984345.1794+
PLTD Bitung 561014.3986P2
5 F4 =52.82 + 213.11P4 + 7.43P42
F3=1817861.916+
6 F5 =243.44+ 48.20P5 + 41.38P52 4
98586.189P3
7 F6 = 205.29 + 120.29P6 + 29.49P62 PLTD Bitung F4=1795701.089+
5
9 F7 =178.86 + 220.96P7 + 1.11P72 125212.8862P4
1 F8 =98.24+ 228.51P8 + 3.34P82 F5=406141.394+
6
PLTD Lopana 697349.8292P5
2 F9 = 264.24+ 131.61P9 + 14.45P92 F6=1013583.989+
7
496975.5066P6
TABELIII. PERSAMAAN BIAYA BAHAN F7=1861846.523+
BAKAR PEMBANGKIT TERMAL 9
18706.0974P7
Karakteristik Input-Output F8 =1511968.406 +
Pembangkit Unit 1
(Rp/Jam) 44199.1552P8
PLTD Lopana
F9 = 870815.9904 +
F1=822984.0239+1881395.238 2
1 191220.896P9
P1 +23677.5377P12
F2=1769327.177+984345.1794
2 TABEL V. HARGA DARI PEMBANGKIT- PEMBANGKIT
P2 + 280507.1993 P 22
F3=845397.6361+1817861.916 TERMAL(RP/KWH)
4
P3+49293.0945P32 Biaya Bahan Bakar
PLTD Bitung F4=445070.2994+1795701.089 Pembangkit Unit
5 (Rp/kWh)
P4 +62606.4431P42
F5=2051266.825+406141.394P 1 2047.14
6 2
5 + 348674.9146P 5
F6=1729808.439+1013583.989 2 2667.39
7
P6 +248487.7533 P 62
F7=1507104.766+1861846.523
9 4 2162.91
P7+9353.0487P 72
F8=650018.7136+1511968.406
1 PLTD Bitung
P8 +22099.5776 P 82 5 2233.95
PLTD Lopana
F9=1629281.434+870815.9904
2 P9 +95610.448 P 92 6 2637.66

3. Menentukan nilai Pi dengan rumus: 7 3498.46

i 9 2011.49
Pi =
2 i
(11) 1 1710.86
PLTD Lopana
2 1635.69

1901217.958 870815.9904 Maka diperoleh:


P9 = = 5.389MW (> P m aks)
191220,896
P9 = 4.00 MW
1901217.958 1511968.406
P8 = = 8.807 MW (> P m aks) P8 = 4.50 MW
44199.1552
1901217.958 1861846.523 P7 = 7.80 MW
P7 = = 2.105MW (< P min)
18706.0974
Dimana P9, P8 dan P7, dan masih beroperasi dalam
Berdasarkan hasil nilai diatas (P9, P8 dan P7) atau sesuai dengan batasannya (Pmin dan Pmaks).
telah diurutkan berdasarkan prioritas utama unit Selanjutnya akan dihitung besar biaya yang
yang paling murah, maka: paling ekonomis diantara beberapa kombinasi on/off
P9 dan P8 lebih dari Pmaks sehingga diset unit pembangkit termal dengan menggunakan
untuk dibebani maksimal sebesar Pmaks, yaitu: metode pemrograman dinamik.
P9 = 4.0 MW dan P8 = 4.5 MW. Dengan menngunakan persamaan 9. Kita dapat
PD yang telah terpenuhi yaitu: P9 + P8 = 8.5 menghitung biaya bahan bakar minimum untuk jam
MW. ke-K dan kombinasi I, seperti dibawah ini :
Berarti terjadi kekurangan daya sebesar i. K=1 (jam ke-1):
16.30 MW 8.5 MW = 7.80 MW. I=33 Fcos t (1,33) = min[Pcos t (1,33) + Scos t
Untuk itu P7 dioptimalkan dengan sisa beban (0,L;1,33) + Fcos t (0)]
tersebut yaitu sebesar 7.80 MW.
9

TABEL VI. URUTAN UNIT PEMBANGKIT TABEL VIII. HASIL PERHITUNGAN BIAYA BAHAN
TERMAL(RP/KWH) BAKAR MINIMUM
Biaya Bahan Bakar Pukul Keadaan/State Biaya Minimal (Rp)
Pembangkit Unit 01:00 33 8.816.060,760
(Rp/kWh)
02:00 33 8.816.060,760
2 1635.69 03:00 33 8.816.060,760
PLTD Lopana 04:00 33 8.816.060,760
1 1710.86 05:00 33 8.816.060,760
06:00 33 8.816.060,760
07:00 7 6.642.312,564
9 2011.49 08:00 7 6.642.312,564
09:00 7 6.642.312,564
1 2047.14 10:00 7 6.642.312,564
11:00 7 6.642.312,564
4 2162.91 12:00 7 6.642.312,564
13:00 7 6.642.312,564
PLTD Bitung 14:00 7 6.642.312,564
5 2233.95
15:00 7 6.642.312,564
6 2637.66 16:00 33 10.866.765,380
17:00 187 31.142.252.680
18:00 446 49.929.194,130
2 2667.39 19:00 483 58.300.180,300
20:00 483 58.300.180,300
7 3498.46 21:00 292 35.242.528,960
22:00 7 4.403.886,710
23:00 7 4.403.886,710
TABEL VII. KOMBINASI ON/OFF UNIT PEMBANGKIT 24:00 7 4.403.886,710
TERMALYANG BEROPERASI (PLTD BITUNG DAN
Total 369.669.939,500
PLTD LOPANA)
Kapasitas
Maksimum Tabel II sampai dengan tabel V menunjukkan hasil
Jumlah Keadaan Kombinasi
untuk tiap perhitungan dari karakteristik input-output
Pembangkit (State) Unit
Kombinasi pembangkit.
(kW)
1 7 000000001 4.500 V. KESIMPULAN
2 33 000000011 8.500
3 187 000000111 17.500 Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data,
4 292 100000111 21.100 maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran
5 381 101000111 24.600 sebagai berikut :
6 446 101100111 27.800
7 483 101110111 31.300
1. Dengan penentuan parameter-parameter yang
8 504 111110111 34.400 ada dan dianalisa dengan sistem aliran daya
9 512 111111111 39.400 menggunakan metode Newton-Raphson
diperoleh hasil seperti pada tabel I .
F1 = 1629281.434+870815.9904 P9 2. Setelah melakukan pengolahan data dan dibantu
+95610.448 P 92 dengan menggunakan program ETAP: Power
=1629281.434+870815.9904 (3.50)+95610.448 Station 4.0 dapat diperoleh besar daya atau
(3.50)2 kebutuhan daya (Pdemand) pada sistem Minahasa
= 5.848.365,388 pada tanggal 24 November 2011 pada pukul
F2 =650018.7136+1511968.406 P8 +22099.5776 P 82 17.00 WITA adalah sebesar = 147.6 MW.
= 650018.7136+1511968.406(1.50)+ 22099.5776 3. Penjadwalan pembangkit termalyang dilakukan
(1.50)2 yaitu pada pukul 17.00 WITA sesuai dengan
= 2.967.695,372 jumlah beban yang beroperasi yaitu PLTD
Pcos t (1,33) = F1 + F2 = 5.848.365,388 Bitung dan PLTD Lopana adalah sebesar 16.30
+ 2.967.695,372 MW maka unit-unit pembangkit termalyang
= 8.816.060,760 beroperasi adalah PLTD Lopana unit 2 dan 1
Fcos t (1,33) = 8.816.060,760 + 0 = 8.816.060,760 serta PLTD Bitung unit 9 (P9=4.00 MW ,
P8=4.50 MWdan P7=7.80 MW)dimana sesuai
I=9 Fcos t (1,9) = min[Pcos t (1,9) + Scos t (0,L;1,9) + urutan prioritas.
Fcos t (0)] 4. Untuk penjadwalan PT. PLN (Persero) ditinjau
F1=1729808.439+1013583.989P6+248487.7533P62 dari segi harga bahan bakar, pembangkit yang
=1729808.439+1013583.989(5.00)+ dioperasikan secara utama sebaiknya adalah
248487.7533 (5.00)2 PLTD Lopana dibandingkan PLTD Bitung.
= 13.009.922,22 5. Sesuai dengan jumlah beban dan penjadwalan
Pcos t (1,9) = 13.009.922,22 maka hasil perhitungan biaya bahan bakar
Fcos t (1,9) = 13.009.922,22 + 0 = 13.009.922,22 berdasarkan urutan prioritas diperoleh sebesar
Rp. 369.669.939,500,-.Dan jika dibandingkan
Biaya termurah adalah: Fcos t (1,33) = 8.816.060 dengan penjadwalan PT. PLN (Persero) Wilayah
10

Suluttenggo total biaya bahan bakar sebesar Rp. 13. Dr. T. Hashim Hasan, Belajar Sendiri Dasar-dasar
Pemrograman Matlab,Gava media, Jogjakarta, Agustus,
438.957.267,800,- . Sehingga terlihat
2005.
perbedaanharga, dan dapat dikatakan penelitian
ini memberikan hasil yang optimum.
6. Dalampenjadwalan PT. PLN (Persero) lebih
dahulu mengutamakan PLTD Bitung disebabkan
untuk Marine Fuel Oil (MFO) pada PLTD
Lopana memiliki kekurangan:
Perlu pemanasan dahulu (95 C) dan
Dapat menyebabkan mesin mogok bahkan
rusak karena kandungan dari Marine Fuel
Oil (MFO) seperti aspal (kasar).

TABEL IX. PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN


HARGA BAHAN BAKAR DARI PLTD BITUNG DAN
PLTD LOPANA PADA TANGGAL 24 NOVEMBER
2011
Pemaka-
ian
Biaya Bahan Bakar
Pembang-kit Unit Bahan
(Rp)
Bakar
(liter)
1 3.620 30.502.735,40
2 4957 41.768.524,690
4 4.774 40.226.535,58
PLTD Bitung 5 2.149 18.107.839,330
6 3.438 28.969.172,460
7 5.616 47.321.370,72
9 24.800 208.969.016,00
PLTD 1 1.840 12.174.617,60
Lopana 2 1.650 10.917.456,00
Total 438.957.267,800

DAFTAR PUSTAKA

1. Ir. A.F. Nelwan, MT,Teknik Tenaga Listrik,Lembaga


Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan, Unsrat,
Manado,2007.
1. S. Veronika Angdriedan N. Gama,Pengoperasian Pada
PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Area Penyaluran
dan Pengaturan Beban (AP2B) Sistem Minahasa,
Laporan Kerja Praktek. Teknik Elektro, Unsrat,
Manado,2011.
2. D. Marsudi, Pembangkitan Energi Listrik, Jakarta,
Erlangga,2005.
3. Jr. W.D.Stevenson, Analisa Sistem Tenaga Listrikedisi ke
empat, Erlangga, Jakarta,1983.
4. Pusat Pendidikan dan Pelatihan PLN (Persero).
5. C. Cekdin,Sistem Tenaga Listrik :Contoh Soal dan
penyelesaiannya menggunakan Matlab,Andi,
Yogyakarta,2007.
6. A.J. Woodand F. Bruce, Wollenberg,Power Generation
Operation And Control second edition, United
States,1984.
7. A. Kadir,Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik
dan Potensi Ekonomi, Universitas Indonesia,
Jakarta,1995.
8. H. Saadat,Power System Analysis, McGraw-Hill
International Edition,2004.
9. M.E. El-Hawary, Electric Power System: Design and
Analysis ,Reston Publishing Company, Inc.Februai,
Canada,1982.
10. M. Tuegeh,Optimal Generator Scheduling Berbasis
Particle Swarm Optimization (PSO),Tesis Program S2
Teknik Elektro ITS, Surabaya,2009.
11. P.S.R. Murty, Power System Operation and Control,
Tata Mcgraw-Hill PublisisngCompany Limited, New
Delhi,1984.
12. ETAP:PowerStation 4.0,UserGuide, Operation
Technology, Inc,2001.

Você também pode gostar