Você está na página 1de 117

LIQUID LIMIT

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud Dan Tujuan Praktikum
Percobaan ini bertujuan untuk mencari kadar air pada batas cair dari
contoh tanah. Di dalam laboratorium, liquid limit didefinisikan sebagai
kadar air di mana:
- Contoh tanah yang telah dimasukkan pada alat casagrandra, dibuat
celah dengan standard grooving tool.
- Alat casagranda diputar engkolnya dengan kecepatan dua ketukan
perdetik dan tinggi jatuh 10 mm, pada ketukan ke-25 contoh tanah yang
digores dengan grooving tool merapat sepanjang 0.5 inch.

1.2. Alat Dan Bahan


- Alat casagranda
- Grooving tool
- Can
- Spatula
- Mangkuk porselin
- Air suling
- Oven
- Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr
- Botol penyemprot

1.3. Dasar Teori


Dalam batas cair kita mempelajari kadar air dalam keadaan
tertentu. Dalam hal ini hanya dipelajari/diuji dalam tiga keadaan, yaitu:
batas cair, batas plastis, dan batas susut dari tanah, atau secara skematis
dapat digambar sebagai berikut:

CAIR PLASTIS SEMIPLASTIS BEKU


BATAS CAIR BATAS PLASTIS BATAS SUSUT
Makin ke kanan kadar airnya semakin sedikit.
Batas cair ditentukan dengan percobaan memakai alat batas cair. Alat
ini dikembangkan oleh Casagranda dan besarnya batas cair ditentukan pada
ketukan ke-25.
w1 w 3
w 100 %
w2 w3
Di mana:
w = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
- Mempersiapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM.
- Membersihkan alat-alat.
- Mengkalibrasi timbangan yang akan digunakan.
- Menyiapkan botol penyemprot dan air suling.
- Mempersiapkan dan menimbang can yang diperlukan.

2.2. Jalannya Praktikum


- Memasukkan contoh tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
dicampur dengan air suling dan diaduk dengan spatula hingga homogen.
- Kemudian memasukkan contoh tanah ke dalam mangkuk casagranda
selapis demi selapis dan diusahakan tidak ada udara di antara lapisan
dengan diratakan memakai spatula. Tebal tanah yang dimasukkan
kurang lebih 0.5 inch pada bagian tengahnya.
- Tanah dalam mangkuk casagranda dibuat celah dengan menggunakan
grooving tool dalam arah tegak lurus mangkuk, dilakukan dengan hati-
hati agar tidak terjadi retak pada bagian bawahnya.
- Alat casagranda dijalankan dengan kecepatan konstan dua putaran
perdetik dan tinggi jatuh 1 cm, dilakukan hingga tanah tepat merapat
sepanjang 0.5 inch. Pada saat itu alat casagranda dihentikan dan jumlah
ketukan dicatat.
- Tanah dalam mangkuk casagranda diambil sebagian dan dimasukkan ke
dalam can yang sudah timbang beratnya dan kemudian can dimasukkan
ke dalam oven.
- Mengulangi langkah 1-5 dengan sampel berikutnya sampai 5 sampel dan
dengan nilai ketukan berkisar antara 10-50, didapat dengan cara
menambah air suling atau menambah tanah.
- Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, contoh tanah dikeluarkan dan di
timbang kembali.
- Untuk selanjutnya dicari kadar airnya.

2.3. Perbandingan dengan ASTM


- Pada ASTM toleransi jumlah ketukan berkisar antara 25-35 ketukan,
sedangkan pada percobaan ini toleransi jumlah ketukan antara 10-50
ketukan, hingga tanah merapat sepanjang 0.5 inch.

3. PENGOLAHAN DATA
Untuk sampel I (jumlah ketukan = 9):
Berat tanah basah + can = 30.95 gram
Berat tanah kering + can = 20.1 gram
Berat can = 8 gram
Berat air = (berat tanah basah + can) (berat tanah kering + can)
= 30.95 20.1
= 10.85 gram
Berat tanah kering = (berat tanah kering + can) barat can
= 20.1 8
= 12.1 gram
berat air
Kadar air , w 100 %
tan ah ker ing
10.85
100 %
12.1
89.6694 %

Untuk hasil perhitungan lainnya dapat dilihat pada lampiran.

Menentukan nilai batas cair:


Cara 1:
Batas cair didapat dengan menarik garis vertikal pada N = 25 sampai memotong
grafik regresi linear antara N dengan w:

N (x) 9 18 29 41 52
w (y) 89.6694 73.8889 84.5614 88.3721 63.5802

Didapat persamaan garis: y = 0.3388x + 90.11


Pada N = 25, kadar air = 81.64 %

Cara 2:
Dengan rumus:
0.121
N
LL w n
25

Di mana:
LL = harga liquid limit
wn = kadar air pada ketukan ke-n
n = jumlah ketukan

Untuk N = 9, diperoleh:
0.121
9
LL 89.6694 79.2423 %
25

No. Can No. Blow w (%) LL (%)


1 9 89.6694 79.2423
2 18 73.8889 71.0095
3 29 84.5614 86.0937
4 41 88.3721 93.8234
5 52 63.5802 69.4716
79.9281

79.9281 81.64
Kesalahan 100 %
81.64
2.0969 %

Menentukan harga flow index (FI):


Cara 1:
Untuk mendapatkan harga flow index (FI), ialah dengan menarik garis lurus
sehingga memotong sumbu pada ketukan ke-10 dan ketukan ke-100.
FI = (kadar air n = 100) (kadar air n = 10)
Dari grafik terlampir didapatkan:
FI ( 0.3388 100 90.11) ( 0.3388 10 90.11)
30.492

Cara 2:
Dengan rumus kadar air pada ketukan ke-25 bila diketahui kadar air pada
ketukan tertentu

FI
w 2 w1
N
log 2
N1 Di mana:
(w2 w1) = selisih dua harga kadar air
N1, N2 = jumlah ketukan

Diambil data kadar air can no. 1 dan can no. 5:


Can no. 1:
w = 89.6694 %
N=9
Can no. 5:
w = 63.5802 %
N = 52
89.6694 63.5802
FI 34.2485
9
log
18
34.2485 30.492
Kesalahan 100 % 12.3196 %
30.492

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Tujuan melakukan praktikum liquid limit adalah untuk mencari
kadar air pada batas cair dari contoh tanah. Dan untuk dapat menentukan
batas cair, maka pertama-tama yang dilakukan adalah tanah yang lolos
saringan no. 40 ASTM dicampur dengan air suling dan diaduk secara
merata dalam mangkuk porselin sampai homogen. Setelah itu, contoh tanah
dimasukkan ke dalam casagranda lalu diratakan. Kemudian dibuat celah
pada bagian tengah tanah dengan menggunakan grooving tool. Lalu alat
casagranda diputar engkolnya secara konstan sampai bagian tengah tanah
mulai merapat dan hitung jumlah ketukan. Setelah itu sebagian tanah dalam
mangkuk casagranda diambil dan dimasukkan ke dalam can yang sudah
ditimbang. Lalu tanah dan can ditimbang dan dimasukkan ke oven. Ulangi
percobaan sampai didapat 5 sampel di mana setiap sampel bernilai antara
10 sampai 50 ketukan. Setelah kurang lebih 18 jam, tanah dikeluarkan dari
oven dan ditimbang untuk mencari kadar airnya.

4.2. Analisa Hasil


Dari hasil praktikum liquid limit diperoleh batas cair dari tanah
yang digunakan di dalam praktikum ini yaitu sebesar 81.64 % dengan flow
index 30.492. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kadar air tanah lebih dari
81.64 %, maka tanah berada dalam keadaan cair.

4.3. Analisa Kesalahan


- Ketidaktelitian dalam menimbang berat sampel.
- Adukan tanah yang kurang homogen.
- Contoh tanah yang merapat pada alat casagranda tidak tepat 0.5 inch.

5. KESIMPULAN
- Praktikum liquid limit ini bertujuan untuk mencari kadar air pada batas
cair dari contoh tanah.
- Dari hasil praktikum diperoleh batas cair (liquid limit) sebesar 81.64 %
dan flow index = 30.492.

6. REFERENSI
- Lambe T. W. Soil Testing For Engineers, John Willey and Sons, New York,
1951.
- Punmia B. C. Soil Mechanic and Foundation Standard Book House,
Delhie, 1981.
- Wesley L. D. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1977.
PLASTIC LIMIT

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud Dan Tujuan Praktikum
Percobaan ini bertujuan untuk mencari kadar air pada batas plastis
(plastis limit) dari contoh tanah. Dalam laboratorium, plastic limit
didefenisikan sebagai kadar air pada batas di mana contoh tanah digulung
pada pelat kaca hingga mencapai diameter kurang lebih 1/8 inch (3.2mm)
dan tanah tersebut tepat retak retak halus.

1.2. Alat Dan Bahan


- Pelat kaca
- Container
- Contoh tanah lolos saringan no. 40
- Spatula
- Mangkuk porselen
- Air suling
- Oven
- Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr
- Kabel dengan diameter 3.2 mm sebagai pembanding

1.3. Dasar Teori


Plastic limit ditentukan pada kadar air saat tanah digulung menjadi
silinder yang memanjang di atas pelat kaca hingga berdiameter 1/8 inch dan
tanah menjadi retak-retak kecil. Dari percobaan ini ditentukan Plastic Index
(PI), di mana:
PI LL PL
Dengan LL adalah liquid limit yang didapat dari praktikum terdahulu.
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara batas plastis
dan batas cair.

Rumus yang digunakan :


w1 w 3
w 100 %
w2 w3
Di mana:
w = kadar air
w1= berat tanah basah + container
w2= berat tanah kering + container
w3= berat container

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
- Membersihkan alat-alat yang akan digunakan.
- Menyediakan botol penyemprot dan air suling.
- Menyiapkan tanah lolos saringan no. 40.
- Menimbang berat container sebanyak dua buah.

2.2. Jalannya Percobaan


- Contoh tanah dimasukan ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
dicampur dengan air suling dan diaduk dengan spatula hingga homogen.
- Contoh tanah tersebut diambil sedikit lalu digulung di atas pelat kaca
sampai berdiameter 1/8 inch. Bila kadar air berlebih, pada waktu contoh
tanah mencapai diameter 1/8 inch, tidak terjadi retak-retak. Maka
percobaan ini harus diulang kembali dengan menambahkan contoh
tanah. Dan bila kadar air kurang, contoh tanah akan retak-retak sebelum
mencapai diameter 1/8 inch. Percobaan ini pun harus diulang kembali
sedemikian sehingga contoh tanah tepat retak-retak pada waktu
mencapai diameter 1/8 inch.
- Contoh tanah yang mulai retak-retak halus pada diameter 1/8 inch dibagi
menjadi dua bagian yang kira-kira sama besar dan masing masing
bagian dimasukkan ke dalam container yang sudah ditimbang beratnya.
Container harus secepatnya ditutup agar kadar air tidak berkurang
karena penguapan. Container yang telah terisi tanah tersebut kemudian
ditimbang.
- Percobaan di atas dilakukan sampai jumlah contoh tanah dalam container
minimum 15 gram.
- Container berisi tanah yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam oven
dalam keadaan terbuka selama kurang lebih 18 jam.
- Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, container berisi tanah
dikeluarkan untuk ditimbang guna mencari kadar airnya.

2.3. Perbandingan dengan ASTM


- Pada percobaan, waktu penggulungan tanah tidak ditentukan, sedangkan
pada ASTM waktu penggulungan tanah maksimum 2 menit.
- Pada percobaan, setelah tanah digulung dan terjadi retak-retak, maka
tanah tersebut dibagi menjadi dua bagian sama besar dan dimasukkan
ke dalam container. Sedangkan pada ASTM tanah yang telah digulung
akan diremukkan kembali dan digulung kembali sampai contoh tanah
tersebut sukar digulung kembali.

3. PENGOLAHAN DATA
Untuk sampel I :
Berat tanah basah + container = 39.05 gram
Berat tanah kering + container = 33.65 gram
Berat container = 21.47 gram
Berat tanah kering = (berat tanah kering + container) container
= 33.65 21.47
= 12.18 gram
Berat air = (berat tanah basah + container) (barat tanah kering + container)
= 39.05 33.65
=5.4 gram
berat air
Kadar air, w 100 %
berat tan ah ker ing
5.4
100 %
12.18
44.335 %

Untuk hasil perhitungan lainya dapat dilihat pada lampiran.


44.335 43.5294
PL
2
43.9322 %
PI LL PL
81.64 43.9322
37.7078

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum plastic limit adalah agar kadar air
pada batas plastis dari contoh tanah dapat diketahui. Untuk mendapatkan
batas plastis dari contoh tanah, maka pertama-tama yang dilakukan adalah
tanah yang lolos saringan no. 40 dicampur dengan air suling dan diaduk
secara merata (homogen) dalam mangkuk porselin. Lalu ambil tanah sedikit
demi sedikit dan digulung di atas pelat kaca sampai berdiameter kurang
lebih 3.2 mm. Lalu jika tanah yang digulung tersebut tidak terdapat retak-
retak halus, berarti tanah tersebut terlalu basah dan percobaan harus diulang
dengan menambah tanah. Begitu pula jika tanah yang digulung terdapat
retak yang terlalu besar, yang menandakan bahwa tanah tersebut terlalu
kering sehingga harus ditambahkan air. Setelah menggulung tanah pada
diameter kurang lebih 3.2 mm dan terdapat retakretak halus, tanah
dimasukkan ke dalam container yang sebelumnya telah ditimbang. Setelah
itu container harus ditutup supaya kadar air tanah dalam container tidak
berubah. Kemudian tanah dan container ditimbang (berat tanah dalam
container minimal 15 gram). Lalu tanah dimasukkan dalam oven kurang
lebih 18 jam, kemudian dikeluarkan dan ditimbang untuk mencari kadar
airnya.
4.2. Analisa Hasil
Dari hasil praktikum plastic limit, maka diperoleh batas plastis
dari tanah yang digunakan yaitu sebesar 43.9322 % sedangkan nilai
plasticity index-nya adalah 37.7078. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
kadar air tanah lebih dari 43.9322 % dan kurang dari 81.64 %, maka tanah
berada dalam keadaan plastis.

4.3. Analisa Kesalahan


- Kesalahan pada saat menimbang sample dan container.
- Tidak tepatnya ukuran (3.2 mm) pada saat contoh tanah digulung.
- Campuran air suling dan tanah yang kurang homogen.

5. KESIMPULAN
- Praktikum plastic limit ini bertujuan untuk mencari kadar air pada batas
plastis (plastis limit) dari contoh tanah.
- Dari hasil praktikum diperoleh harga PL = 43.9322 % dan PI = 37.7078.

6. REFERENSI
- Lambe T. W. Soil Testing For Engineering, John Willey and Sons, New
York, 1951.
- Punmia B. C. Soil Mechanic and Foundation Standard Book House,
Delhie, 1981.
- Wesley L. D. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1977.
SHRINKAGE LIMIT

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud Dan Tujuan Praktikum
Percobaan ini bertujuan untuk mencari kadar air pada batas susut
dari contoh tanah. Di dalam laboraturium, shrinkage limit didefinisikan
batas di mana tidak akan terjadi perubahan volume pada massa tanah,
apabila kadar airnya dikurangi.

1.2. Alat Dan Bahan


- Pelat kaca berkaki tiga
- Grooving tool
- Spatula
- Mangkuk porselin
- Coated dish
- Air raksa, vaselin
- Alat casagranda
- Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
- Botol penyemprot
- Contoh tanah lolos saring no. 40

1.3. Dasar Teori


Batas susut adalah kadar air pada keadaan semiplastis dan beku.
Pada tahapan ini tanah mengering tanpa diikuti perubahan volume. Batas
susut ditentukan pada kadar air di mana tanah pada tahap mengering tidak
terdapat perubahan/pengurangan volume.
Rumus yang digunakan:
berat
Volume
berat jenis

Shrinkage lim it (SL )


Ww Wd Vw Vd w 100 %
Ww

Di mana:
Ww = berat tanah basah
Ww = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vw = volume tanah kering
w = berat volume air = 1 gr/cm3
Wd
Shrinkage Ratio (SR )
Vd

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
- Menyiapkan tanah lolos saringan no. 40.
- Alat yang akan dipakai disiapkan.
- Mengkalibrasi timbangan.
- Menyiapkan air suling secukupnya.
- Menimbang coated dish yang diperlukan.

2.2. Jalannya Percobaan


- Contoh tanah dimasukkan ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
diberi air suling secukupnya dan diaduk dengan spatula hingga
homogen.
- Contoh tanah yang sudah homogen dimasukkan dalam alat casagranda
selapis demi selapis agar tidak ada lagi gelembung udara, setelah itu
permukaan tanah diratakan dengan spatula.
- Pada tanah dibuat celah dengan menggunakan grooving tool dan tanah
tidak boleh longsor sewaktu grooving tool diangkat.
- Alat casagranda diputar dengan kecepatan konstan 2 putaran/perdetik.
- Apabila pada ketukan yang diinginkan yaitu antara 0-20 ketukan dan
tanah telah merapat 0.5 inch, maka tanah tersebut dimasukkan ke dalam
coated dish (yang sudah diolesi dengan vaselin dan sudah ditimbang).
Coated dish tadi ditekuk-tekuk agar tidak terdapat gelembung udara,
kemudian permukaannya diratakan dan ditimbang.
- Langkah 1 sampai 5 dilakukan kembali untuk ketukan yang berbeda.
- Coated dish dan tanah didiamkan di udara terbuka selama 18 jam agar
tidak mengalami retak-retak karena mendapat pemanasan tiba-tiba.
Setelah itu baru dimasukan ke dalam oven kurang lebih 18-24 jam.
- Setelah 18-24 jam dikeluarkan dari oven, coated dish dan tanah kering
ditimbang lagi dan kemudian dihitung volume tanah basah dan volume
tanah kering.
Mencari volume tanah basah:
- Air raksa dimasukan ke dalam coated dish sampai penuh.
- Permukaan air raksa diratakan dengan pelat kaca, kemudian coated
dish beserta isinya ditimbang.
berat air raksa
- Volume tan ah basah volume air raksa
BJ air raksa

Mencari volume tanah kering:


-Air raksa dimasukkan ke dalam shrinkage dish sampai penuh dan
diratakan dengan pelat kaca.
-Shrinkage dish beserta isinya ditimbang. Maka diperoleh berat air
raksa + shrinkage dish (WHg+s).
-Contoh tanah kering dimasukkan ke dalam shrinkage dish berisi air
raksa dengan menekannya secara hati-hati dengan pelat kaca
berkaki tiga sehingga contoh tanah benar-benar berada tepat di
permukaan air raksa.
-Shrinkage dish beserta isinya ditimbang. Maka diperoleh berat air
raksa dengan menekannya secara hati-hati dengan pelat kaca
berkaki tiga sehingga contoh tanah benar-benar berada tepat di
permukaan air raksa.
-Contoh tanah dikeluarkan.
-Shrinkage dish + air raksa ditimbang kembali (WHg+s).
-

WHg s W ' Hg s
Volume tan ah ker ing volume air raksa yang tumpah
BJ air raksa

2.3. Perbandingan dengan ASTM


Pada percobaan di dalam laboraturium, coated dish yang telah
diolesi vaselin dan diisi tanah diketuk-ketuk agar tidak tersisa gelembung
udara di dalamnya. Sedangkan menurut standar ASTM D-427, coated dish
hanya digoyang-goyangkan saja. Selain itu, pada metode ASTM alat yang
dipakai adalah mangkuk porselin yang mempunyai diameter 1.75 inch
dengan tinggi 0.5, sedangkan dalam percobaan di dalam laboraturium
dipakai coated dish.

3. PENGOLAHAN DATA
Untuk sampel I:
Berat coated dish + tanah basah = 62.31 gram
Berat coated dish = 37.4 gram
Berat tanah basah = (berat coated dish + tanah basah) berat coated dish
= 62.31 37.4
= 24.91 gram
Berat coated dish + tanah kering = 50.95 gram
Berat tanah kering = (berat coated dish + tanah kering) berat coated dish
= 50.95 37.4
=13.55 gram
Berat coated dish + Hg = 263.7 gram
Berat Hg = (berat coated dish + Hg) berat coated dish
= 263.7 37.4
= 226.3 gram
berat Hg
Volume tan ah basah
13.53
226.3

13.53
16.7258 cm 3

Berat Hg + shrinkage dish = 762.9 gram


Berat Hg + shrinkage dish (setelah tanah ditekan) = 622 gram

Brt Hg yang hilang = (brt Hg + sd) (brt Hg + sd (setelah tanah ditekan))


= 762.9 622
= 140.9 gram
berat Hg yang hilang
Volume tan ah ker ing
13.53
140.9

13.53
10.4139 cm 3
( brt tan ah bsh brt tan ah krg ) w ( vol tan ah bsh vol tan ah krg )
SL 100 %
berat tan ah ker ing
( 24.91 13.55) 1(16.7258 10.4139)
100 %
13.55
37.255 %
berat tan ah ker ing
Shrinkage ratio
volume tan ah ker ing
13.55

10.4139
1.3011

Untuk hasil perhitungan lainnya dapat dilihat pada lampiran.


37.255 16.596 22.995
SL rata rata
3
25.615 %

1.3011 1.6834 1.606


Shrinkage ratio rata - rata
3
1.5302

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Pada pengujian shrinkage limit bertujuan untuk mencari kadar air
pada batas susut dari contoh tanah. Prosedur pengujian shrinkage limit
sama seperti pengujian liquid limit, tetapi dengan batasan jumlah ketukan
antara 0 sampai 20 ketukan.
Untuk mendapatkan batas susut dari contoh tanah, maka hal
pertama yang dilakukan adalah menimbang coated dish yang digunakan
lalu diolesi dengan oli. Setelah itu tanah yang telah digunakan pada
percobaan liquid limit ditambahkan air suling, agar tanah menjadi lebih
basah dan mencapai jumlah ketukan antara 0 sampai 20 ketukan. Dan
dilakukan pengujian sama seperti pengujian liquid limit dengan
menggunakan alat casagranda. Apabila tanah telah mencapai ketukan yang
diinginkan maka tanah tersebut diletakkan pada coated dish sambil diketuk-
ketuk, hal ini dilakukan agar tanah benar-benar memenuhi ruang coated
dish sehingga volume tanah sama dengan volume coated dish. Kemudian
diratakan dengan spatula dan ditimbang. Lalu tanah yang ada di coated
dish didiamkan di udara terbuka selama satu hari agar tidak mendapat
pemanasan secara tiba-tiba lalu keesokan harinya baru dimasukkan ke
dalam oven dan ditimbang lagi. Setelah itu, tanah dikeluarkan dari coated
dish kemudian dimasukkan air raksa dan diratakan dengan pelat kaca, hal
ini dilakukan untuk mengetahui volume tanah basah yang dimasukkan ke
dalam coated dish. Setelah itu coated dish yang berisi air raksa ditimbang.
Kemudian untuk mengetahui volume tanah kering yaitu dengan cara
memasukkan air raksa pada shrinkage dish kemudian diratakan dengan
pelat kaca dan ditimbang. Lalu keluarkan tanah dari coated dish dan
dimasukkan ke dalam shrinkage dish dan ratakan dengan pelat kaca berkaki
tiga sampai tanah tenggelam. Lalu tanah dikeluarkan dan shrinkage dish
ditimbang kembali untuk mengetahui berat air raksa yang tumpah, di mana
berat air raksa yang tumpah tersebut sama dengan volume dari tanah
kering. Dalam praktikum ini dipakai air raksa karena air raksa memiliki
nilai kohesi yang tinggi sehingga pada saat tanah dimasukkan ke dalam air
raksa, volume tanah tidak berubah karena air raksa tidak menyerap ke
dalam tanah.

4.2. Analisa Hasil


Dari praktikum ini diperoleh nilai shrinkage limit dari sampel
tanah yang digunakan yaitu sebesar 25.615 % dengan harga shrinkage ratio
1.5302. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kadar air tanah tersebut adalah
25.615 %, maka tanah tidak akan mengalami penyusutan volume apabila
dipanaskan terus-menerus.

4.3. Analisa Kesalahan


- Berubahnya berat coated dish sebagai akibat adanya oli.
- Pecahnya tanah pada proses penekanan tanah masuk ke dalam air raksa.
- Berubahnya berat raksa sebagai akibat adanya kotoran pada air raksa.
- Kesalahan dalam pembacaan timbangan.

5. KESIMPULAN
- Percobaan ini bertujuan untuk mencari kadar air pada batas susut dari contoh
tanah.
- Dari hasil praktikum diperoleh harga SL = 25.615 % dan shrinkage ratio =
1.5302.
6. REFERENSI
- Lambe T. W. Soil Testing For Engineers, John Willey and Sons, New York,
1951.
- Wesley L. D. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerj
- Punmia B. C. Soil Mechanic and Foundation Standart Book House, Delhie,
1981.aan Umum, 1977.
SPESIFIC GRAVITY

1. PENDAHULUAN
Maksud dan Tujuan Praktikum
Untuk mendapatkan harga specific gravity dari butiran tanah, yaitu
perbandingan berat isi tanah dan berat air pada suhu 4C.

Alat dan Bahan


- Piknometer dengan volume 500 ml
- Timbangan dengan ketelitian 0.001 gram
- Saringan no. 40 ASTM
- Oven
- Kompor listrik
- Termometer
- Sampel tanah yang lolos saringan no. 40 sebanyak 500 gram

Dasar Teori
Rumus dasar yang digunakan:
s
Gs
w
Untuk tanah:
Ws
s
Vs
Untuk air:
Ww
w
Vw
Dalam percobaan selalu diusahakan agar volume tanah (V s) = volume air
(Vw), yaitu dengan mengambil volume tanah = volume air yang
dipindahkan. Karena Vw = Vs, maka rumus menjadi:
Ws
Gs
Ww

Di mana:
Gs = berat jenis air pada suhu 4C. Untuk percobaan pada TC,
maka harga tersebut harus dikoreksi dengan harga sehingga rumus
menjadi:
Ws
Gs
Ww
Ws = berat tanah kering
Ww = berat air
= faktor koreksi suhu yang berhubungan dengan TC pada saat
percobaan

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
Persiapan Praktikum
- Disiapkan lima buah piknometer yang telah dibersihkan dan
dikeringkan.
- Untuk bahan uji digunakan sampel tanah sebanyak 500 gram yang lolos
saringan no. 40 dan sudah dikeringkan dalam oven selama 24 jam.

Jalannya Praktikum
- Piknometer dibersihkan dan dikeringkan.
- Piknometer diisi dengan air sebanyak 500 ml dan ditimbang beratnya.
- Suhu air dalam piknometer dicatat.
- Air dalam piknometer dibuang kemudian piknometer dibersihkan dan
dikeringkan kembali.
- Sampel tanah masing-masing sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam
piknometer secara hati-hati (diusahakan tidak ada butiran tanah
menempel pada dinding leher piknometer karena akan mengurangi
volume).
- Piknometer diisi kembali dengan air suling hingga mencapai 3/4
bagian volume piknometer.
- Udara yang terperangkap dalam tanah pada piknometer dihilangkan
dengan cara dididihkan 15 menit.
- Piknometer disimpan selama 18 jam agar suhu air sama dengan suhu
air awal, kemudian piknometer berisi air dan tanah tersebut ditimbang
kembali.
Perbandingan dengan ASTM
Alat dan bahan yang digunakan pada prosedur ASTM D 854-58:
- Piknometer yang digunakan dapat berupa botol labu dengan volume
100 ml atau stoperred bottle dengan volume 50 ml.
- Sampel tanah seberat 25 gram untuk botol labu dan 10 gram untuk
stopperred bottle.
Jalannya percobaan sesuai prosedur ASTM:
- Piknometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian dicatat beratnya.
- Piknometer diisi dengan air suling (dianjurkan memakai kerosin) dan
ditimbang beratnya (Wbw).
- Dibuat tabel untuk Wbw pada beberapa suhu air yang diinginkan.
- Contoh tanah dimasukkan ke dalam botol labu/stoperred bottle yang
berisi air suling/kerosin.
- Udara yang terperangkap di dalamnya dihilangkan dengan cara:
Dididihkan.
Diberi tekanan udara.
- Piknometer diisi dengan air suling kembali sampai penuh volumenya.
- Berat botol labu/stoperred bottle yang telah berisi tanah dihitung dan
dicatat suhunya.
Perbedaan antara prosedur ASTM dengan prosedur praktikum:
- Volume piknometer yang digunakan adalah 500 ml.
- Sampel tanah yang dipakai 100 gram, lolos saringan no. 40, kering
oven.
- Banyaknya percobaan yang dilakukan bukan berdasarkan suhu air yang
diinginkan tetapi berdasarkan jumlah sampel yang diinginkan.

3. PENGOLAHAN DATA
Untuk piknometer I:
Berat sampel tanah (Ws)=100 gr
Berat piknometer + air suling (Wbw) = 666 gr
Berat piknometer + air suling + tanah (dipanaskan) (Wbws) = 729 gr
Suhu awal (T0) = 29.5oC
Faktor koreksi suhu () = 0.9958
Ww Ws Wbw Wbws
100 666 729
37 gr

Ws
Gs
Ww
100
0.9958
37
2.6914
Untuk piknometer II dan III cara perhitungannya sama dengan piknometer I.
Gs rata-rata dari tiga kali percobaan:
2.6914 2.7661 2.6914
Gs
3
8.1489

3
2.7163
Persentase kesalahan relatif:
Gs1 Gs rata rata 2.6914 2.7163
100 % 100 %
Gs rata rata 2.7163
0.0249
100 %
2.7163
0.9167 %

Persentase kesalahan relatif rata-rata :


3

kesalahan Gs i
0.9167 1.8334 0.9167
i 1

3 3
3.6668

3
1.2223 2 %

4. ANALISA
Analisa Praktikum
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan piknometer
sebanyak tiga buah, lalu air suling dimasukkan ke dalam piknometer
sebanyak 500 ml. Kemudian menimbang air dan piknometer, lalu hasilnya
dicatat. Selanjutnya mengukur suhu air yang ada dalam piknometer dengan
termometer dan menyiapkan sampel tanah kering yang lolos saringan no. 40
sebanyak tiga buah dengan berat masing-masing 100 gram. Lalu air yang
ada dalam piknometer dibuang hingga tersisa kurang lebih 1/3 bagian tinggi
piknometer kemudian beratnya ditimbang dan dicatat. Selanjutnya sampel
tanah kering yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam piknometer,
kemudian berat tanah dan piknometer yang berisi air tersebut ditimbang dan
dicatat. Lalu piknometer dikocok agar tanah tercampur secara merata.
Langkah selanjutnya adalah memanaskan piknometer yang berisi tanah dan
air tersebut selama kurang lebih 10 menit atau sampai mendidih, lalu
didiamkan kurang lebih selama 24 jam. Setelah itu, menambahkan air
sampai pada batas yang ada pada piknometer agar suhunya sama dengan
suhu awal kemudian piknometer dan tanah ditimbang serta dicatat beratnya.

Analisa Hasil
Dari hasil praktikum didapatkan harga Gs rata-rata sebesar 2.7163
yang berarti tanah yang digunakan di dalam praktikum ini termasuk jenis
tanah inorganic clay karena 2.7 < Gs < 2.8.

Analisa Kesalahan
- Tertumpahnya sampel tanah pada saat memasukkan tanah ke dalam
piknometer.
- Kekurangtelitian pada saat pembacaan timbangan.

5. Kesimpulan
- Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan harga specific gravity
dari butiran tanah, yaitu perbandingan berat isi tanah dan berat air pada suhu
4C.
- Dari hasil praktikum diperoleh harga Gs = 2.7163.
- Berdasarkan nilai Gs yang diperoleh dari hasil praktikum, maka sampel tanah
yang digunakan di dalam praktikum ini termasuk jenis tanah inorganic clay.

6. Referensi
- Lambe T. W. Soil Testing For Engineers, John Willey and Sons, New York,
1951.
- Punmia B. C. Soil Mechanic and Foundation, Standard Book House,
Delhie, 1981.
- Wesley L. D. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1977.
HYDROMETER

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud Dan Tujuan Praktikum
Menentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter
lebih dari 0.074 mm (lolos saringan no. 200 ASTM) dengan cara
pengendapan (hydrometer analysis).

Alat Dan Bahan


- Hidrometer (type 152H)
- Hidrometer jar (1080 ml)
- Gelas ukur (1000 ml)
- Larutan dispersi 4 %, water glass
- Pengaduk
- Gelas ukur kecil
- Stopwatch
- Pengaduk mekanis (mixer)
- Oven
- Termometer Celcius
- Gelas belimbing
- Pipet
- Saringan no. 200 ASTM
- Timbangan (ketelitian 0.01 mg)
- Sampel tanah yang lolos saringan no. 40 ASTM, masing-masing 50
gram (3 sampel)

1.3. Dasar Teori


Percobaan ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh
dari suatu butiran di dalam suatu larutan, diameter butiran, berat jenis
larutan, dan kepekaan larutan tersebut.

Hubungan di atas dijabarkan oleh Hukum Stokes sebagai:


2 s w
v D / 2 2
9
18.v
D
s w

Di mana:
v = kecepatan jatuh dari butiran (cm/s)
s = berat jenis butiran (gr/cm3)
w = berat jenis larutan (gr/cm3)
= kepekatan larutan (dyne s/cm2)
D = diameter butiran (cm)

Batasan dari Hukum Stokes :


- Hukum ini hanya berlaku jika: 0.0002 mm < D < 0.2 mm.
Mengingat butiran yang lebih besar dari 0.2 mm akan menyebabkan
turbulensi pada larutan, sebaliknya butiran yang lebih kecil dari 0.0002
mm cenderung akan melakukan gerak Brown (hal ini dipengaruhi oleh
gaya tarik dan tolak antar partikel).
- Jumlah sampel yang dipergunakan harus jauh lebih sedikit dari pada
butiran yang dipakai ( 5 %) ini dilakukan agar tidak terjadi interferensi
selama pengendapan berlangsung. Menurut Bowles, Hidrometer 152 H
dikalibrasi untuk suspensi larutan yang mengandung 60 gram dalam
1000 ml air.
- Butiran tanah diasumsikan bundar, walaupun asumsi ini tidak 100 %
benar. Tanah-tanah yang akan dipakai harus diuraikan dengan bahan
dispersi sebagai berikut:
Untuk tanah yang bersifat alkali/basa diberi sodium metafosfat
(NaPO3) dengan nama dagang calgon.
Untuk tanah yang bersifat asam dipakai sodium silikat (Na 2SiO3),
dikenal dengan nama water glass.

Kecepatan jatuh butiran:


L
v
t
L L1 0.5(L 2 Vb / A )

Di mana:
v = kecepatan jatuh butiran
L = tinggi jatuh butiran
t = waktu
Vb = volume bulb hydrometer
A = luas penampang hidrometer
L1 = dapat dilihat pada tabel 6.5 (lampiran) sesuai pembacaan
hidrometer tipe 152 H hanya perlu dikoreksi terhadap miniskus

Untuk yang sudah dikoreksi:


Rc = Raktual zero correction + CT
Di mana:
CT = suatu koreksi temperatur yang dapat dilihat pada table 6.3 (lampiran)
- Untuk Gs = 2.65 didapat:
Rc
% finer 100 %
Ws
- Sedangkan untuk Gs 2.65:
Rc a
% finer 100 %
Ws
Di mana:
Gs 1.65
a
(Gs 1) 2.65

Atau harga a dapat dilihat dalam tabel 6.2 (lampiran).

Untuk memudahkan perhitungan:


- Satuan L dalam cm dan t dalam menit sehingga didapat:
30 L
D atau
(G s G w ) 980t
L
DK
t

Koefisien K dapat dilihat pada tabel 6.2 (lampiran).


Catatan: Semua tabel yang terlampir (6.1-6.5) bersumber dari
Engineering Properties of Soil and Their Measurment.
- Setelah % finer dan D yang koresponding digambarkan maka akan
didapat suatu grafik distribusi butiran.
- Dari ini akan didapat D10, D30, dan D60.
D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak
10%.
Kita bisa dapatkan:
D 60
Koefisien keseragaman Cu
D10

Cu = 1 , tanah yang hanya memiliki satu ukuran butiran


2 < Cu < 3 , tanah yang gradasinya sangat buruk
Cu > 15 , tanah bergradasi baik
2
D 30
Koefisien kurvature/kelengkungan: Cc
D10 D 60
1 < Cc < 3, dapat dianggap suatu batasan untuk tanah yang
bergradasi baik.

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
- Disediakan tiga contoh tanah, masing-masing 50 gram, kering oven.
- Ditimbang 40 gram water glass sebagai bahan dispersi dan dimasukkan
ke dalam hidrometer jar, kemudian diisi dengan air suling sampai 1000
ml, dicampur hingga homogen.
- Larutan dispersi ini dituangkan ke dalam tiga buah gelas belimbing,
masing-masing 125 ml, lalu diaduk dengan batang pengaduk dan
didiamkan selama 18 jam.
- Disiapkan satu batang silinder (1000 ml), kemudian dimasukkan 125 ml
larutan dispersi dan ditambahkan air suling hingga 1000 ml. Tabung ini
berfungsi sebagai tabung kontrol.

2.2. Jalannya Praktikum


- Memeriksa koreksi minikus dan koreksi nol pada alat hidrometer tipe
152 H dengan jalan memasukkannya ke dalam tabung kontrol dan
pembacaan dicatat.
- Campuran tanah dan larutan dispersi yang telah direndam semalam
dimasukkan ke dalam mixer cup dan kemudian ditambahkan sejumlah
air suling dengan pipet sehingga mencapai kurang lebih 2/3 dari mixer
cup. Kemudian dilaksanakan pengadukan selama kurang lebih 10 menit.
- Campuran tadi dimasukkan ke dalam hidrometer jar lalu ditambahkan
air suling hingga 1000 ml.
- Tabung ditutup dengan karet penutup dan dikocok secara horizontal
selama kurang lebih satu menit.
- Segera setelah tabung diletakkan, hidrometer dimasukkan, tepat 1 menit
pertama, hidrometer dibaca (R1) lalu menit kedua dibaca kembali (R2)
kemudian hidrometer diangkat dan pada menit yang ke-2.5 hidrometer
dimasukkan kembali dan dibaca kembali hingga menit keempat (R4).
- Pembacaan dihentikan dan tabung dikocok kembali seperti poin 4.
- Dilakukan pembacaan kembali seperti pada poin 5 berulang-ulang
hingga dicapai harga R1, R2, R3, dan R4 yang sama (pada umunya
dilakukan 3 kali berturut-turut), jika hal ini telah dicapai maka larutan
dapat dianggap homogen.
- Pembacaan dapat diteruskan untuk menit ke-8, 15, 30, 60, 120, 240,
960, 1440.
- Setelah selesai, larutan dituang dan disaring dengan saringan no. 200
ASTM. Butiran tanah yang tertinggal dipakai pada percobaan Sieve
Analysis.

2.3. Perbandingan dengan ASTM


Pada prosedur ASTM, pembacaan hidrometer tidak dilakukan pada menit-
menit ke-120, 240, 480, 960.

3. PENGOLAHAN DATA
Gs = 2.779 (didapat dari praktikum Spesific Gravity)
a = 0.9742 (dari tabel 6.2 yang diinterpolasi)
Ws = 50 gram
Koreksi nol = 1 unit
Koreksi miniskus = 1 unit
Untuk pembacaan pada menit pertama:
t = 30.5 C, CT = 4.225 (tabel 6.3 yang diinterpolasi)
Ra = 43.5
Rc = Ra koreksi nol + CT = 43.5 1 + 4.225 = 46.725
Rc a 46.725 0.9742
% finer 100 % 100 % 91.039 %
Ws 50
Rh = Ra + koreksi miniskus = 43.5 + 1 = 44.5
Maka dari tabel 6.5 diperoleh L = 9
L 9
T 1 (menit pertama ), 9
T 1
k = 0.0117 ( tabel 6.4 yang diinterpolasi ).
L
Dk 0.0117 9 0.0351mm
T

Catatan: harga a tergantung dari Gs tanah.


(Hasil pengolahan data lainnya dapat dilihat di lampiran)
D10 = 0.00019 mm
D30 = 0.00053 mm
D60 = 0.0042 mm
D 60 0.0042
Cu 22.1053
D10 0.00019

Cc
D 30

2
0.00053 2
0.352
D10 D 60 0.00019 0.0042

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Percobaan Hydrometer ini dilakukan dengan tujuan untuk
menenentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter lebih
dari 0.074 mm (lolos saringan no. 200 ASTM) dengan cara pengendapan
(hydrometer analysis).
Sebagai persiapan awal dari praktikum ini, pertama-tama siapkan
3 contoh tanah lolos saringan no. 4 ASTM, masing-masing 50 gram yang
sudah dikeringkan di dalam oven. Lalu masukkan contoh tanah ke dalam 3
gelas belimbing masing-masing 50 gram. Setelah itu, siapkan 40 gram
water glass sebagai bahan pendispersi yang berfungsi untuk
menghancurkan tanah lalu masukkan ke dalam hidrometer jar, lalu
tambahkan air suling ke dalam hidrometer jar sampai 1000 ml dan aduk
hingga homogen menggunakan batang pengaduk. Tuangkan larutan
pendispersi ke dalam 3 buah gelas belimbing yang berisi contoh tanah,
masing-masing 125 ml, lalu aduk dengan batang pengaduk, tutup gelas
belimbing dan diamkan selama 24 jam. Setelah itu, siapkan tabung
silinder (1000 ml), lalu masukkan 125 ml larutan pendispersi ke dalamnya
dan tambahkan dengan air suling sampai 1000 ml, lalu diamkan selama
24 jam. Tabung ini berfungsi sebagai tabung kontrol. Setelah campuran
yang ada di gelas belimbing didiamkan selama 24 jam, masukkan
campuran tanah dan larutan pendispersi ke dalam mixer cup dan tambahkan
air suling sampai 2/3 bagian mixer cup. Lalu aduk campuran tersebut
dengan menggunakan mixer cup selama 15 menit, agar campuran lebih
homogen. Setelah selesai diaduk, masukkan campuran tersebut ke dalam
hidrometer jar dan tambahkan air suling sampai 1000 ml. Kemudian tutup
hidrometer jar dengan menggunakan karet penutup, lalu kocok campuran
tersebut secara horizontal selama 1 menit. Setelah selesai dikocok, segera
letakkan tabung hidrometer jar dan buka penutupnya. Kemudian masukkan
hidrometer ke dalam tabung campuran dan baca hidrometer tepat pada 1
menit petama (R1), lalu angkat hidrometer dan masukkan ke dalam tabung
kontrol untuk menstabilkan (menetralisir) kembali hidrometer. Setetah itu,
masukkan kembali hidrometer ke dalam tabung campuran dan baca
hidrometer tepat pada 2 menit pertama (R2), lalu angkat kembali hidrometer
dan masukkan ke dalam tabung kontrol. Masukkan kembali hidrometer ke
dalam tabung campuran dan baca hidrometer tepat pada 3 menit pertama
(R3), lalu angkat kembali hidrometer dan masukkan ke dalam tabung
kontrol. Pembacaan hidrometer dapat diteruskan untuk menit ke-4, 8, 15,
30, 45, 60, 120, 240, 1440. Setelah selesai, tuangkan dan saring larutan
campuran dengan saringan no. 200 ASTM. Endapan dari larutan campuran
dicuci dengan air keran agar bersih dari butiran clay, silt dan koloid-koloid
dan butiran tanah yang tertinggal dipakai untuk percobaan Sieve Analysis.

4.2. Analisa Hasil


Berdasarkan hasil praktikum, maka diperoleh nilai Cu = 22.1053
dan nilai Cc = 0.352. Selain itu juga diketahui bahwa sampel tanah yang
dipakai di dalam praktikum ini terdiri dari 55 % clay, 42.998 % silt, dan
2.002 % sand. Karena nilai Cu > 15, yaitu 22.1053, maka tanah yang
digunakan di dalam praktikum ini termasuk jenis tanah yang bergradasi
baik dan diklasifikasikan sebagai tanah silty clay karena komponen utama
dan komponen kedua tanah yang digunakan berturut-turut adalah clay dan
silt.

4.3. Analisa Kesalahan


Kesalahan yang dilakukan pada saat pelaksanaan praktikum yaitu sebagai
berikut:
- Kurang teliti dalam pembacaan hidrometer.
- Kurang homogennya pencampuran antara tanah dengan larutan dispersi.

5. KESIMPULAN
- Tujuan dari praktikum hidrometer adalah menentukan distribusi dari butiran
tanah memiliki diameter lebih kecil dari 0.074 mm (lolos saringan no. 200
ASTM) dengan cara pengendapan (hydrometer analysis).
- Dari hasil praktikum diperoleh nilai Cu = 22.1053 dan nilai Cc = 0.352.
- Tanah yang digunakan di dalam praktikum ini termasuk jenis tanah silty clay
yang bergradasi baik.

6. REFERENSI
- Lambe T. W. Soil Testing For Engineers, John Willey and Sons, New York,
1951.
- Punmia B. C. Soil Mechanic and Foundation, Standard Book House,
Delhie, 1981.
- Wesley L. D. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1977.
SIEVE ANALYSIS

1. PENDAHULUAN
Maksud Dan Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui distribusi ukuran tanah yang berdiameter 4.76 mm
sampai 0.074 atau lolos saringan no. 4 ASTM dan tertahan saringan no. 200
ASTM.

Alat Dan Bahan


- Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr dan 0.1 gr
- Saringan standar ASTM no. 4, 10, 18, 40, 60, 100, dan 200 dan pan
- Piringan kaleng dan can
- Motorizied dynamic sieve shaker (alat standar untuk melewatkan tanah
pada saringan)
- Sikat gigi
- Oven
- 500 gr tanah lolos saringan no. 4 ASTM, kering oven

Dasar Teori
Secara umum tanah terdiri atas tiga bagian, yaitu:
- Butiran
- Air
- Udara
Sifat-sifat suatu macam tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran
butirannya. Ukuran butiran menentukan klasifikasi macam tanah tersebut.
Untuk butiran yang kasar dipakai cara penyaringan (sieving) dalam
penentuan ukuran butiran tanah. Tanah dikeringkan dan disaring pada
serangkaian saringan dengan ukuran diameter kisi saringan tertentu dari
mulai yang kasar hingga yang halus. Dengan demikian butiran tanah
terpisah menjadi beberapa bagian dengan batas ukuran yang diketahui.

Rumus yang digunakan:


Wtertahan
Persentase tan ah tertahan (% tertahan) 100 %
Wtotal
Persentase tan ah lolos (% lolos) 100 % % tertahan

Wtertahan = Wtanah Wtanah total sesudah penyaringan


Kesalahan penimbangan sampel tanah sebelum dan sesudah penyaringan

Wd Wt
(tidak boleh melebihi 2 %) = 100 %
Wd

Di mana:
Wd = berat butiran tanah sebelum lewat saringan
Wt = berat butiran tanah total setelah disaring

1. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
- Tanah seberat 500 gr lolos saringan no. 4 ASTM dikeringkan dalam
oven selama 18 jam.
- Sampel tanah tersebut dicuci dengan air kran di atas saringan no. 200
ASTM agar bersih dari butiran clay, silt, dan koloid-koloid.
- Tanah yang sudah bersih dimasukkan ke dalam can, kemudian
dimasukkan ke dalam oven selama 18 jam.

2.2. Jalannya Praktikum


- Tanah dalam oven dikeluarkan kemudian ditimbang.
- Menyusun saringan menurut nomor, yaitu: 4, 10, 18, 40, 100, 200 (dari
yang terbesar di atas hingga yang terkecil), dan terbawah dipasangkan
pan.
- Tanah yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam saringan.
- Susunan saringan diletakkan dalam mesin pengguncang listrik dan
ditutup. Kemudian diguncang selama 15 menit.
- Saringan dibersihkan dari butiran-butiran tanah yang tertinggal pada
setiap saringan dengan bantuan sikat gigi.
- Sampel tanah yang tertinggal pada masing-masing saringan
dikumpulkan dan selanjutnya ditimbang serta dicatat.
2.3. Perbandingan dengan ASTM
Menurut standar ASTM, susunan saringan yang dipakai adalah no. 4, 10, 18,
40, 60, 100, 200, dan pan. Sedangkan pada praktikum ini digunakan sama
seperti ASTM, hanya tidak menggunakan saringan no. 60.

3. PENGOLAHAN DATA
Berat sampel = 50 gram
Berat tanah kering = 2.07 gram
Berat sampel yang tertahan pada saringan nomor:
10 ASTM = 0.01 gram
18 ASTM = 0.14 gram
40 ASTM = 0.29 gram
100 ASTM= 0.62 gram
200 ASTM= 1.001 gram
Pan = 0.008 gram
Total = 2.069 gram
2.07 2.069
Persentase kesalahan 100 %
2.07
0.001
100 %
2.07
0.0483 % 2 %

Untuk saringan no. 10 ASTM:


0.01
% tertahan 100 %
50
0.02 %

% lolos 100 % % tertahan


100 % 0.02 %
99.98 %

Untuk hasil perhitungan lainnya dapat dilihat pada lampiran.

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Percobaan Sieve Analysis bertujuan untuk mengetahui distribusi
ukuran tanah yang berdiameter 4.76 mm sampai 0.074 mm dengan cara
penyaringan.
Langkah pertama adalah menyiapkan sampel tanah yang telah
dipakai dalam percobaan Hydrometer, lalu tuang tanah yang ada di dalam
hidrometer jar ke saringan no. 200 dan dicuci sampai bersih dari butiran
clay, silt, dan koloid-koloid.
Kemudian tuang sampel tanah ke dalam can dan dipanaskan agar
tanah kering, sebaiknya dilakukan dengan cara memasukkan tanah ke dalam
oven selama 24 jam, lalu timbang tanah yang sudah kering tersebut.
Siapkan saringan no. 10, 18, 40, 100, 200, dan pan. Lalu susun saringan dari
yang besar ke yang kecil di mesin pengguncang. Nyalakan mesin
pengguncang selama kurang lebih 15 menit lalu pindahkan tanah ke can
dengan bantuan sikat gigi. Setelah itu tanah yang tertahan di masing-masing
saringan dan pan ditimbang.

4.2. Analisa Hasil


Dari hasil praktikum diperoleh bahwa persentase butiran tanah
yang lolos saringan no. 10, no. 18, no. 40, no. 100, dan no. 200 berturut-
turut adalah 99.98 %, 99.72 %, 99.42 %, 98.76 %, dan 97.998 %. Hasil
percobaan Hydrometer dan Sieve Analysis ini kemudian digabungkan dan
diplot ke dalam grafik untuk dapat menentukan jenis tanahnya.

4.3. Analisa Kesalahan


- Ketidaktelitian pada saat penimbangan sampel.
- Adanya sampel tanah yang tersangkut dilubang saringan dan sikat gigi
sehingga menyebabkan berat sampel tanah berkurang.

5. KESIMPULAN
- Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui distribusi ukuran tanah
yang berdiameter 4.76 mm sampai 0.074 atau lolos saringan no. 4 ASTM dan
tertahan saringan no. 200 ASTM dengan menggunakan cara penyaringan.
- Hasil praktikum diperoleh menunjukkan persentase butiran tanah yang lolos
saringan no. 10, no. 18, no. 40, no. 100, dan no. 200 berturut-turut yaitu 99.98
%, 99.72 %, 99.42 %, 98.76 %, dan 97.998 %.
6. REFERENSI
- Lambe T. W. Soil Testing For Engineers, John Willey and Sons, New York,
1951.
- Punmia B. C. Soil Mechanic and Foundation Standard Book House, Delhie,
1981.
- Wesley L. D. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1977.
COMPACTION

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum
Mencari berat jenis kering maksimum pada kadar air optimum dari suatu
contoh tanah yang dipadatkan.

1.2. Alat dan Bahan


- Mold, silinder pencetak tanah lengkap dengan collar dan base plate
- Hammer seberat 10 lb, dengan tinggi jatuh 18
- Hydraulic extruder
- Pelat baja pemotong
- Gelas ukur
- Tempat untuk mencampur tanah dengan air
- Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah
- Timbangan
- Oven dengan temperatur 105C-110C
- Saringan no. 4
- Jangka sorong

1.3. Dasar Teori


Teori:
Pemadatan tanah adalah suatu proses di mana pori-pori tanah dikurangi dan
udara dikeluarkan secara mekanis.
Suatu pemadatan tanah adalah juga merupakan suatu usaha (energi) yang
dilakukan pada massa tanah. Suatu pemadatan (Compactive Effort = C.E.)
yang dilakukan tersebut adalah merupakan fungsi dari variabel-variabel
berikut ini:
WHLB
C.E.
V
Di mana:
C.E. = Compactive Effort [ft lb/ft3]
W = berat hammer [lb]
H = tinggi jatuh [in]
L = jumlah lapisan (layer)
B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah [ft3]

Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya terdiri


dari dua macam, yaitu:
1. Standard Proctor-AASHTO T 99 (ASTM D 698).
2. Modified Proctor-AASHTO T 99 (ASTM D 1557).
Sebagai suatu gambaran mengenai kedua cara tersebut adalah sebagai
berikut:

AASHTO T 99 g AASHTO T 180 g


Test Identification
ASTM D 698 ASTM D 1557
Diameter mold [in] 4" 6" 4" 6"
Berat hammer (W) [lb] 5.5 5.5 10 10
Tinggi jatuh (H) [in] 12 12 18 18
Jumlah lapisan (L) 3 3 5 5
Jumlah pukulan per-layer (B) 25 56 25 56
C.E. [ft lb/ft3] 12.375 12.375 56.25 56.25
Ukuran butiran maksimum, No.4 No.4 No.4 No.4
terlewati (3/4") (3/4") (3/4") (3/4")

Hasil dari suatu kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk
membuat suatu hubungan tersebut dibuat beberapa contoh tanah minimal
empat contoh dengan kadar air yang berbeda-beda, dengan perbedaan
kurang lebih 4 %. Dari percobaan tersebut dibuat grafik yang
menggambarkan hubungan antara kepadatan dan kadar air, sehingga dari
grafik tersebut dapat diperoleh dry maksimum pada kadar air optimum.
Dengan demikian dapat diperoleh petunjuk bahwa suatu tanah yang
dipadatkan dengan kadar air tanah lebih dari w opt, akan diperoleh nilai
kepadatan yang lebih kecil daridry maksimum.
Rumus yang digunakan:
a.Menentukan kadar air:
Ww
w 100 %
Wk

Wb Wk (1 w )

Wb
Wk
(1 w )

Di mana:
Wk = berat tanah kering (gr)
Wb = berat tanah basah (gr)
Ww = berat air (gr)
w = kadar air (%)

b. Menentukan penambahan volume air:


wx wk
V W
1 w k
Di mana:
V = volume air yang ditambahkan (ml)
wx = kadar air akhir (%)
wk = kadar air awal (%)
W = berat tanah (gr)
c.Mencari harga wet dan dry:
W
wet
V
W W wet
dry k
V (1 w ) V (1 w )

Di mana:
W = berat tanah (gr)
Wk = berat tanah kering (gr)
w = kadar air (%)
V = volume (cm3)
wet = kerapatan basah (gr/cm3)
dry = kerapatan kering (gr/cm3)

d. Mencari Zero Air Void line (ZAV-line):


ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat isi
kering dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100%.
Gs w
ZAV
1 ( w Gs) / Sr
Di mana:
Gs = spesific gravity
w = kadar air contoh tanah (%)
w = berat jenis tanah

e.Mencari harga Compaction Effort (C.E.):


WHLB
C.E.
V
Di mana:
C.E. = Compaction Effort = energi yang dilakukan pada massa
tanah [cm gr/cm3]
Dipergunakan modified proctor:
W = berat hammer = 4500 gr
H = tinggi jatuh = 45 cm
L = jumlah lapisan = 5
B = jumlah pukulan per-layer (x)
V = volume tanah = 100 cm3

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
- Menyiapkan 8 contoh tanah masing-masing 5.5 kg, lolos saringan no. 4.
- Kadar airnya dicari.
- Contoh tanah tersebut dicampur air agar tercapai kadar air: 25 %, 30 %,
34 %, 40 %, 45 %, 34 %, 34 %, 34 %.
- Contoh tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibiarkan
selama 18-24 jam agar campuran air merata.

2.2. Jalannya Praktikum


- Mold disiapkan.
- Mold ditimbang dan diukur dimensinya untuk mengetahui volume tanah
hasil pemadatan.
- Tanah dimasukkan ke dalam mold, ukur tingginya sedemikian rupa
sehingga setelah dipadatkan tingginya 1/5 tinggi mold (total lapisan
sebanyak 5 lapis).
- Setiap lapisan ditumbuk 56 kali merata dengan hammer seberat 10 lb
dan tinggi jatuh 18. Ketentuan ini berdasarkan Modified AASHTO.
- Setelah pemadatan lapis kelima selesai collar dibuka. Kelebihan tanah
pada mold diratakan dengan pelat pemotong.
- Tanah beserta mold ditimbang.
- Contoh tanah dikeluarkan dari mold dengan bantuan extruder.
- Diambil bagian atas, tengah, dan bawah dari contoh tanah tersebut
untuk diperiksa kadar airnya. Dengan demikian akan diperoleh kadar air
rata-rata dari contoh tanah setelah dipadatkan.
- Percobaan dilakukan sebanyak delapan kali, dengan tiga percobaan
yang terakhir, tanah ditumbuk 40 kali, 50 kali, dan 60 kali, sehingga
mendapatkan delapan titik pada grafik yang menggambarkan hubungan
antara kadar air (water content) dengan berat isi kering (dry density).

2.3. Perbandingan dengan ASTM


Percobaan dilakukan menurut cara ASTM Modified Proctor-AASHTO T
180 (ASTM D 1557).

3. PENGOLAHAN DATA
Ukuran mold:
Diameter = 15.1385 cm
Tinggi = 11.635 cm
Berat = 4003 gr
1
Volume 3.14 (15.1385) 2 11 .635
4
2093.1567 cm 3

Mencari hubungan w-dry


Untuk sampel II:
Berat kantong = W = 5000 gr
- Penambahan volume air:
W(c+b) = Wcan + Wtanah basah = 130.4 gr
W(c+k) = Wcan + Wtanah kering = 104.4 gr
Ww = W(c+b) W(c+k) = 26 gr
Wcan = 18.3 gr
Wk = 104.4 18.3 = 86.1 gr
Ww 26
wk 100 % 100 % 30.197 %
Wk 86.1
wx = kadar air yang diinginkan = 30.09 %
Karena kadar air yang didapatkan sama dengan kadar air yang diinginkan,
jadi tidak perlu ditambahkan air.
- Penentuan kadar air setelah pemadatan:
Lapisan atas:
W(c+b) = Wcan + Wtanah basah = 43.7 gr
W(c+k) = Wcan + Wtanah kering = 36.31 gr
Ww = W(c+b) W(c+k) = 7.39 gr
Wcan = 6.47 gr
Wk = 36.31 6.47 = 29.84 gr
Ww 7.39
w 100 % 100 % 24.77 %
Wk 29.84

Lapisan tengah:
W(c+b) = Wcan + Wtanah basah = 40.66 gr
W(c+k) = Wcan + Wtanah kering = 34.01 gr
Ww = W(c+b) W(c+k) = 6.65 gr
Wcan = 7.7 gr
Wk = 34.01 7.7 = 26.31 gr
Ww 6.65
w 100 % 100 % 25.27 %
Wk 26.31

Lapisan bawah:
W(c+b) = Wcan + Wtanah basah = 67.09 gr
W(c+k) = Wcan + Wtanah kering = 54.42 gr
Ww = W(c+b) W(c+k) = 12.67 gr
Wcan = 7.07 gr
Wk = 54.42 7.07 = 47.35 gr
Ww 12.67
w 100 % 100 % 26.77 %
Wk 47.35
24.77 25.27 26.77
Kadar air rata rata
3
25.61 %

w
No Posisi Wc W(c+b) W(c+k) Wk Ww w
Rata-Rata
Atas 33.05 86.75 77.2 44.15 9.55 21.63 %
1 Tengah 17.5 92.57 79.49 61.99 13.08 21.10 % 21.25 %
Bawah 38.13 98.55 88.05 49.92 10.5 21.03 %
Atas 6.47 43.7 36.31 29.84 7.39 24.77 %
2 Tengah 7.7 40.66 34.01 26.31 6.65 25.27 % 25.61 %
Bawah 7.07 67.09 54.42 47.35 12.67 26.77 %
w
No Posisi Wc W(c+b) W(c+k) Wk Ww w
Rata-Rata
Atas 20.89 190 147.5 126.61 42.5 33.57 %
3 Tengah 19.21 275 210 190.79 65 34.07 % 33.98 %
Bawah 20.4 364.5 276.5 25.61 88 34.36 %

- Menentukan kerapatan kering:


Kadar air = w = 25.61 %
W(s+m) = berat tanah + mold = 7515 gr
Wm = berat mold = 4003 gr
Berat tanah = Ws = W(s+m) Wm = 3512 gr
Volume mold = V = 2094 cm3
Ws 3512
wet 1.677 gr / cm 3
V 2094
wet 1.677
dry 1.335 gr / cm 3
w 1 0.2561
(1 )
100
- Mencari garis Zero Air Void (kadar air 30 %)
Sr = 100 %
Gs = 2.65
w = 1 gr/cm3
Gs w 2.779 1
ZAV 1.623 gr / cm 3
1 ( w Gs) / Sr 1 (0.2561 2.779) / 1

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Praktikum Compaction dilakukan untuk mengetahui berat jenis
kering pada suatu contoh tanah yang dipadatkan. Sebagai persiapan awal
dari praktikum, pertama-tama siapkan tiga contoh tanah yang lolos saringan
no. 4 ASTM, masing-masing 5 kg. Lalu cari kadar air dari masing-masing
contoh tanah tersebut. Setelah mendapatkan kadar air, campur contoh tanah
tersebut dengan air agar tercapai kadar air yang diinginkan. Setelah itu,
aduk campuran contoh tanah dengan air sampai merata dan masukkan ke
dalam kantong plastik dan biarkan selama 24 jam, agar kadar air pada
contoh tanah tidak berubah. Tahap selanjutnya adalah menyiapkan mold,
lalu timbang mold untuk mendapatkan berat mold dan ukur dimensi mold
untuk mengetahui volume tanah dari hasil pemadatan. Setelah itu,
masukkan tanah ke dalam mold kira-kira 2/5 bagian sehingga setelah
dipadatkan tanah menjadi 1/5 bagian (lakukan sampai 5 lapisan). Tumbuk
setiap lapisan tanah sebanyak 56 kali secara merata dengan menggunakan
hammer. Setelah lapisan kelima selesai ditumbuk, collar dibuka dan
ratakan kelebihan tanah pada mold dengan menggunakan pelat
besi/penggaris besi. Lalu timbang mold beserta tanah yang ada didalamnya.
Setelah itu, keluarkan contoh tanah dari mold dengan menggunakan
extruder. Potong contoh tanah menjadi 5 bagian lalu ambil bagian atas,
tengah, dan bawah dari contoh tanah. Setelah itu sampel tanah dari lapisan
atas, tengah, dan bawah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam oven.
Lalu periksa kadar air dari tanah tersebut sehingga mendapatkan kadar air
rata-rata dari contoh tanah yang telah dipadatkan. Lakukan percobaan
sebanyak tiga kali sehingga mendapatkan tiga titik pada grafik yang
mengambarkan hubungan antara kadar air (water content) dengan berat isi
kering (dry density). Setelah itu nilai masing-masing kadar air yang
diperoleh digunakan untuk mencari nilai ZAV-nya.

4.2. Analisa Hasil


Dari hasil praktikum ini diperoleh berat jenis kering maksimum
dari sampel tanah yang dipadatkan adalah 1.335 dengan kadar air optimum
25.26 %. Selain itu pada grafik diperoleh kesimpulan bahwa kurva kadar air
vs berat jenis kering dan ZAV-line tidak akan mungkin berpotongan karena
walaupun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengurangi kadar udara
dalam tanah, akan tetapi tidak mungkin kandungan udara dalam tanah sama
dengan nol.

4.3. Analisa Kesalahan


- Pembacaan jangka sorong pada saat pengukuran dimensi mold kurang
tepat.
- Kurang ratanya penumbukan tanah sehingga ada bagian tanah yang
padat dan ada yang tidak padat.
- Tidak konstannya tinggi jatuh hammer yang disebabkan beratnya
hammer, sehingga kepadatan tanah tidak sama.
- Kurang ratanya pencampuran air dengan tanah.
- Kurang teliti dalam menimbang mold, can, dan berat tanah.

5. Kesimpulan
- wopt = 26.26 %
- dry maksimum = 1.335

6. Referensi
- Lambe T. W. Soil Testing For Engineers, John Willey and Sons, New York,
1951.
- Punmia B. C. Soil Mechanic and Foundation Standard Book House,
Delhie, 1981.
- Wesley L. D. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1977.
CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum
Untuk mendapatkan nilai CBR pada kepadatan dan kadar air tertentu.

1.2. Alat dan Bahan


- Compaction hammer (berat: 10 lbs, tinggi: 19, 0.2)
- Mold (diameter: 6, tinggi: 6)
- Sendok pengaduk tanah
- Tempat untuk mencampur tanah dengan air
- Botol penyemprot air
- Pisau baja (straght edge)
- Timbangan
- Oven
- Can alumunium
- Stopwatch
- Beban logam berbentuk lingkaran ( 10 lbs)
- Bak berisi air
- Piringan berlubang dengan dial pengukur swell
- Mesin CBR test

1.3. Dasar Teori


Harga CBR adalah perbandingan antara kekuatan contoh tanah dengan
kepadatan tertentu dan kadar air tertentu terhadap kekuatan batu pecah
bergradasi rapat sebagai standar material dengan nilai CBR = 100,
didapatkan pada tes compaction.
Untuk mencari nilai CBR dipakai rumus:
Test Unit Load (psi )
CBR 100 %
Standard Unit Load (psi )

Dengan Standard Unit Load pada harga-harga penetrasi :


Penetrasi Standard Unit Load
0.1 1000 psi
0.2 1500 psi
0.3 1900 psi
0.4 2300 psi
0.5 2600 psi

Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
diubah dengan grafik Calibration Prooving Ring.
Test Unit Load (psi) = Tegangan ()
P M LRC

A A
A = luas piston = 3 sq.inch
P = M . LRC
M = pembacaan dial
LRC = faktor kalibrasi = 24 lbs

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
- Disiapkan tanah lolos saringan no. 4 ASTM sebanyak 3 kantong,
masing-masing 5 kg.
- Masing-masing kantong dibuat kadar air menjadi:
I. 2.5 % dari wopt
II. sama dengan wopt
III. + 2.5 % dari wopt
Untuk membuat kadar air yang diinginkan, perlu diketahui kadar air
yang ada. Kemudian ditambahkan sejumlah air tertentu (V) untuk
mencapai kadar air yang diinginkan.

V
w1 w 0 w b
1 w0

w1 = kadar air yang diinginkan


w0 = kadar air mula-mula
Wb = berat tanah

2.2. Jalannya Praktikum


Compaction
- Mold disiapkan, kemudian ditimbang dan diukur dimensinya.
- Tanah dimasukkan ke dalam mold sedemikian rupa sehingga setelah
dipadatkan tingginya 1/5 tinggi mold.
- Tiap lapis ditumbuk 56 kali merata pada permukaan dan dikerjakan
hingga 5 lapisan.
Penetrasi pada kondisi unsoaked
- Mold dan tanah ditimbang, kemudian diletakkan pada mesin CBR test
dan diberikan beban ring di atas permukaan sampel tanah, kemudian
piston diletakkan melalui lubang pada beban sehingga mengenai
permukaan tanah.
- Coading dan dial diperiksa dan diset nol.
- Penetrasi secara teratur dengan kecepatan 0.05/menit.
- Catat pembacaan dial pada penetrasi-penetrasi sebagai berikut: 0.000,
0.025, 0.050, 0.075, 0.100, 0.125, 0.150, 0.175, 0.200, 0.300,
0.400, 0.500.
- Contoh tanah diambil untuk dihitung kadar airnya.
Penetrasi pada kondisi soaked
- Setelah percobaan kedua selesai, contoh tanah tadi direndam 96 jam
(4 hari) untuk diketahui kondisi swelling-nya.
- Pencatatan swelling dilakukan berturut-turut setiap jam untuk 3 jam,
sejak mulai dimasukkan ke dalam bak air, kemudian dicatat setiap 24
jam selama 96 jam.
- Setelah 96 jam, mold dan tanah diangkat, kemudian dilakukan
penetrasi seperti pada percobaan unsoaked dengan sampel tanah dibalik.
- Setelah selesai, sampel tanah dikeluarkan kemudian diambil sebagian
tanah dibagian atas, sebagian dilapisan tengah, dan sebagian lagi pada
lapisan bawah untuk dihitung kadar airnya.

2.3. Perbandingan dengan ASTM


- Menurut ASTM pembacaan dial dilakukan setiap 1 jam sebanyak 3 kali,
hari ke-2, hari ke-3, hari ke-4, sedangkan pada praktikum ini hanya
dilakukan pembacaan pada 1 jam pertama, hari ke-2, hari ke-3, dan hari
ke-4.
- Menurut ASTM pembacaan dial dilakukan hingga dial menunjukkan
angka 0.3, sedangkan pada praktikum ini dilakukan pembacaan dial
hingga 0.5.

3. PENGOLAHAN DATA
- Menentukan kadar air:
Mold 1
Unsoaked
(Wt C) (Ws C) 115.87 93.25
Kadar air can 1: 30.75 %
(Ws C) C 93.25 19.68
(Wt C) (Ws C) 125.36 100.83
Kadar air can 2: 30.40 %
(Ws C) C 100.83 20.15
w 1 w 2 30.75 30.4
Kadar air rata-rata: 30.58 %
2 2
Soaked
(Wt C) (Ws C) 181.6 131.6
Kadar air can 1: = 44.84 %
(Ws C) C 131.6 18.8

(Wt C) (Ws C) 212.1 157.7


Kadar air can 2: 39.463 %
(Ws C) C 157.7 19.85
(Wt C) (Ws C) 204.1 153.17
Kadar air can 3: 38.25 %
(Ws C) C 153.17 20.1
w 1 w 2 w 3 44.84 39.463 38.25
Kadar air rata-rata: 40.85 %
3 3
Mold 2
Unsoaked
(Wt C) (Ws C) 118.95 93.4
Kadar air can 1: 34.62 %
(Ws C) C 93.4 19.59
(Wt C) (Ws C) 111.65 - 88.4
Kadar air can 2: 33.5 %
(Ws C) C 88.4 19
w 1 w 2 34.62 33.5
Kadar air rata-rata: 34.06 %
2 2
Soaked
(Wt C) (Ws C) 271.89 203.55
Kadar air can 1: = 37.375 %
(Ws C) C 203.55 20.7
(Wt C) (Ws C) 247.89 184.71
Kadar air can 2: 37.416 %
(Ws C) C 184.71 18.85
(Wt C) (Ws C) 258.49 186.23
Kadar air can 3: 42.607 %
(Ws C) C 186.23 16.635
w 1 w 2 w 3 37.75 37.416 42.607
Kadar air rata-rata: 39.26 %
3 3
Mold 3
Unsoaked
(Wt C) (Ws C) 234.9 174.05
Kadar air can 1: 39.5 %
(Ws C) C 174.05 20.15
Soaked
(Wt C) (Ws C) 205.25 151.75
Kadar air can 1: = 40.653 %
(Ws C) C 151.75 20.15

Contoh perhitungan volume air yang ditambahkan untuk mencapai kadar air
yang diinginkan:
(W1 W0 ) Wb (30 11 .09)73.57
V 115.07 mL
1 W0 1 11 .09
(W1 W0 ) Wb (33 11 .09)73.81
V 133.76 mL
1 W0 1 11 .09
(W1 W0 ) Wb (36 11 .09)153.9
V 317.09 mL
1 W0 1 11 .09
Tabel kadar air:

Sampel w0 Unsoaked Soaked V (mL)


1 30 % 30.58 % 40.85 % 115.07
2 33 % 34.06 % 39.26 % 133.76
3 36 % 39.50 % 40.64 % 317.09

- Mengkalibrasi pembacaan dial menjadi tegangan (psi):


M LRC
Tegangan ()
A
Keterangan:
A = luas piston = 3 inch2
P = M . LRC
M = pembacaan dial
LRC = factor kalibrasi = 24 lbs
Membuat grafik antara penurunan permukaan tanah terhadap
pertambahan beban :
Mold 1:
Contoh perhitungan tegangan(stress):
M LRC 32 23.302
248.5 psi
A 3

Tabel pembacaan mold 1:

Penetration Dial Reading Stress (psi)


(inch) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0.025 32 1.5 248.55 11.65
0.050 50 3 388.37 23.302
0.075 62 4 488.57 31.07
0.100 72.5 5 563.13 38.84
0.125 82 6 636.92 46.60
0.150 90.5 6.5 702.94 50.49
0.175 98 7 761.20 54.37
0.200 104.5 7.5 811.69 58.26

GGrafik penetrasi unsoaked dan soaked mold 1:


Penetration Ressistance (psi)
900
800
700
600
500 Stress (psi)
400 Unsoaked
Stress (psi)
300 Soaked
200
100
0
0.05 0.1 0.15 0.2
Kedalaman Penetrasi (inch)

Mold 2 :
Contoh perhitungan tegangan(stress):
M LRC 20 23.302
155.35 psi
A 3

Tabel pembacaan mold 2:

Penetration Dial Reading Stress (psi)


(inch) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0.025 20 3.5 155.35 27.19
0.050 32 4.5 248.55 34.95
0.075 41.5 5 322.34 38.84
0.100 49 6 380.60 46.60
0.125 54.5 7 423.32 54.37
0.150 59 8 458.27 63.14
0.175 63.5 9 493.23 69.91
0.200 67 10 520.41 77.67
Grafik penetrasi unsoaked dan soaked mold 2:

Penetration Ressistance (psi)

600

500

400
Unsoaked
300
Soaked
200

100

0
0.05 0.1 0.15 0.2
Kedalaman Penetrasi (inch)

Mold 3 :
Contoh perhitungan tegangan(stress):
M LRC 8 23.302
62.14 psi
A 3
Tabel pembacaan mold 3:

Penetration Dial Reading Stress (psi)


(inch) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0.025 8 5 62.14 38.84
0.050 11.5 8.5 89.32 66.02
0.075 12 10.75 93.208 83.5
0.100 16.25 12.75 126.22 99.03
0.125 19.5 14.25 151.46 110.68
0.150 22.5 15.5 174.76 120.39
0.175 24.75 16.5 192.24 128.16
0.200 27 17.75 209.718 137.87
GGrafik penetrasi unsoaked dan soaked mold 3:
Penetration Ressistance (psi)

250

200

150

Unsoaked
100
Soaked
50

0
0.05 0.1 0.15 0.2
Kedalaman Penetrasi (inch)

Nilai CBR
Mold 1 (kadar air pemadatan 30.75 %):
Penetrasi 0.1
dial reading LRC 72.5 23.302
Unsoaked : 100 % 100 % 56.31 %
A 1000 3 1000
dial reading LRC 5 23.302
Soaked : 100 % 100 % 3.88 %
A 1000 3 1000
Penetrasi 0.2
dial reading LRC 104.5 23.302
Unsoaked : 100 % 100 % 54.11 %
A 1500 3 1500

dial reading LRC 7.5 23.302


Soaked : 100 % 100 % 3.88 %
A 1500 3 1500
Mold 2 (kadar air pemadatan 33.55 %):
Penetrasi 0.1
dial reading LRC 49 23.302
Unsoaked : 100 % 100 % 38.06 %
A 1000 3 1000
dial reading LRC 6 23.302
Soaked : 100 % 100 % 4.66 %
A 1000 3 1000
Penetrasi 0.2
dial reading LRC 67 23.302
Unsoaked : 100 % 100 % 34.69 %
A 1500 3 1500
dial reading LRC 10 23.302
Soaked : 100 % 100 % 5.18 %
A 1500 3 1500
Mold 3 (kadar air pemadatan 39.5 %):
Penetrasi 0.1
dial reading LRC 16.25 23.302
Unsoaked : 100 % 100 % 12.62 %
A 1000 3 1000
dial reading LRC 12.75 23.302
Soaked : 100 % 100 % 9.9 %
A 1000 3 1000
Penetrasi 0.2
dial reading LRC 27 23.302
Unsoaked : 100 % 100 % 13.98 %
A 1500 3 1500
dial reading LRC 17.75 23.302
Soaked : 100 % 100 % 9.19 %
A 1500 3 1500
Swelling test
Mold 1 (Kadar air = 30 %)
Tinggi awal : 11.635 cm
Perubahan : (116.5)(2.54)(0.001) = 0.29 cm (jam pertama)
116.5 2.54 0.001
Swell : 100 % 2.54 %
11.635
Mold 2 (Kadar air = 33 %)
Tinggi awal : 11.705 cm
Perubahan : (67.8)(2.54)(0.001) = 0.172 cm (jam pertama)
67.8 2.54 0.001
Swell : 100 % 1.47 %
11.705
Mold 3 (Kadar air = 36 %)
Tinggi awal : 11.985 cm
Perubahan : (5)(2.54)(0.001) = 0.0127 cm (jam pertama)
5 2.54 0.001
Swell : 100 % 0.106 %
11.985

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Sampel tanah yang lolos saringan no. 4 disiapkan untuk
ditentukan kadar airnya, kemudian menimbang berat can dan can yang
berisi sampel tanah. Setelah ditimbang, sampel tanah dimasukkan ke dalam
oven untuk dikeringkan. Setelah can yang berisi sampel tanah itu di oven
selama 24 jam, can yang berisi sampel tanah ditimbang kembali untuk
dicari nilai kadar air dalam kondisi unsoaked-nya. Setelah itu menyiapkan
mold yang telah ditimbang dan diukur dimensinya serta diolesi dengan oli
sebelum diisi dengan tanah. Kemudian tanah dimasukkan ke dalam mold
kira-kira 2/5 tinggi mold sehingga setelah dipadatkan (ditumbuk dengan
penumbuk di mana setiap lapisan ditumbuk sebanyak 56 kali secara merata)
tanah menjadi 1/5 tinggi mold. Hal tersebut dilakukan hingga tanah
mencapai 5 lapis. Setelah lapisan ke-5 selesai collar dibuka. Kemudian
tanah yang berlebihan pada mold diratakan dengan menggunakan pelat besi.
Mold yang berisi tanah tersebut ditimbang dan dicatat beratnya. Kemudian
tanah diuji dengan menggunakan mesin CBR test untuk dicatat nilai load
dial-nya (unsoaked) hingga pembacaan deformasi dial mencapai 0.2.
Setelah itu mold yang berisi tanah direndam di dalam air lalu dilakukan
pembacaan dial selama direndam menggunakan alat swelling test untuk
waktu perandaman 15 menit, 30 menit, 45 menit, 1 jam, 2 jam, 24 jam, 48
jam, dan 96 jam. Setelah direndam selama 4 hari, mold diangkat dan diuji
kembali dengan menggunakan CBR test dan dicatat kembali nilai load dial-
nya (soaked). Tanah dalam mold dikeluarkan dengan menggunakan
extruder. Kemudian sampel tanah dibagi menjadi 5 bagian untuk diambil
lapisan bagian atas, tengah, dan bawah untuk dicari kadar airnya (soaked).

4.2. Analisa Hasil


- CBR
-
Penetration Dial Reading Stress (psi)
(inch) Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0.025 8 5 62.14 38.84
0.05 11.5 8.5 89.32 66.02
0.075 12 10.75 93.208 83.5
0.1 16.25 12.75 126.22 99.03
0.125 19.5 14.25 151.46 110.68
0.15 22.5 15.5 174.76 120.39
0.175 24.75 16.5 192.24 128.16
0.2 27 17.75 209.718 137.87

- Swelling

Waktu Mold 1 (%) Mold 2 (%) Mold 3 (%)


0 0.000 0.000 0.000
15 menit 1.244 0.553 0.042
30 menit 1.692 0.911 0.064
45 menit 2.150 1.274 0.085
1 jam 2.543 1.471 0.106
2 jam 3.155 1.888 0.170
3 jam 3.537 2.192 0.212
1 hari 8.448 4.232 0.456
2 hari 8.689 4.514 0.487
3 hari 8.820 6.846 0.492
4 hari 8.863 7.031 0.496
- Nilai CBR pada kondisi unsoaked lebih besar dibanding dengan kondisi
soaked, hal ini dikarenakan sampel tanah telah menyerap air sehingga
volume tanah berubah/bertambah dan kerapatannya menjadi kecil
sehingga kekuatan tanah menjadi lebih kecil dari sebelumnya.
- Semakin lama waktu tanah dalam proses swelling (direndam) semakin
tinggi persentase swelling-nya, karena pada sampel tanah dengan kadar
air yang rendah memiliki kemampuan untuk menyerap air lebih banyak,
sehingga dengan demikian potensi pengembangannya pun menjadi
lebih besar.

4.3. Analisa Grafik


- Dalam perencanaan selalu menggunakan nilai CBR tanah yang berada
dalam kondisi jenuh (soaked), di mana kondisi ini merupakan kondisi
kritis tanah dan berbahaya karena nilai CBR-nya kecil sehingga faktor
keamanannya tinggi.
- Grafik penetrasi soaked lebih rendah atau selalu berada dibawah garis
penetrasi unsoaked.
4.4. Analisa Kesalahan
- Pemadatan sampel tanah pada mold (compaction) yang kurang
sempurna sehingga membuat adanya rongga.
- Kurang telitinya saat pembacaan dial pada alat CBR test.
- Tidak tepatnya waktu pada saat pembacaan dial.

5. KESIMPULAN
- Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan nilai CBR pada
kepadatan dan kadar air tertentu.
- Dari hasil pengamatan dan perhitungan data didapat nilai-nilai CBR dan
persentasi swelling sebagai berikut:

Mol
Penurunan (inch) Unsoaked (%) Soaked (%)
d
1 0.1 56.31 38.84
0.2 54.11 38.84
0.1 38.06 4.66
2
0.2 34.69 5.18
0.1 12.6 9.9
3
0.2 13.98 9.19

Waktu (jam) Mold 1 (%) Mold 2 (%) Mold 3 (%)


0.00 0.000 0.000 0.000
0.25 1.244 0.553 0.034
0.50 1.692 0.911 0.051
1.00 2.543 1.471 0.085
2.00 3.155 1.888 0.136
24.00 8.448 4.232 0.415
48.00 8.689 4.514 0.390
96.00 8.863 7.031 0.398

- Kecendrungan penetrasi semakin dalam tanah semakin besar pula nilai stress-
nya. Nilai tegangan (stress) tanah unsoaked selalu lebih besar daripada tanah
soaked karena dalam keadaan soaked tanah memiliki kadar air tinggi dan
kepadatan yang rendah.
- Persentase swelling semakin bertambah yang akan mengakibatkan pula
bertambahnya volume tanah, tapi membuat kepadatan tanah berkurang
sehingga pada penetrasi keadaan soaked dengan beban lebih kecil
mengakibatkan lebih rendahnya nilai CBR.
- Kadar air dalam tanah berbanding terbalik dengan nilai CBR-nya. Semakin
besar kadar air, semakin kecil nilai CBR-nya, karena tingginya kadar air akan
mengurangi kepadatan tanah.
- Dalam perencanaan pembangunan selalu menggunakan nilai CBR pada tanah
berkondisi jenuh (soaked), karena tanah pada kondisi jenuh (soaked) ini kritis
tanah dan berbahaya pada nilai CBR-nya kecil akan membuat faktor
keamanannya semakin tinggi.

6. REFERENSI
- Lambe T. W. Soil Testing For Engineers, John Willey and Sons, New
York,1951.
- Punmia B. C. Soil Mechanic and Foundation Standard Book House,
Delhie, 1981.
- Wesley L. D. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1977.
PERMEABILITY

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum
Menentukan nilai koefisien permeabilitas (k) dari suatu sample tanah.

1.2. Alat dan Bahan


- Mold
- Hammer (5.5 lb dengan tinggi jatuh 12, standard proctor)
- Hydrolic extruder
- Gelas ukur
- Pisau perata tanah
- Penggaris
- Jangka sorong
- Termometer
- Stopwatch
- Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
- Tanah lolos saringan no. 4, undisturbed
- Alat permeability

1.3. Dasar Teori


Koefisien permeability (k) adalah suatu konstanta yang berhubungan
dengan aliran cairan yang melalui suatu media berpori (tanah).
Pengukuran nilai permeability di laboratorium menggunakan dua metode
umum yaitu:
- Constan Head Methode
- Falling Head Methode
Koefisien permeability pada tanah homogen isotropsis bergantung pada
faktor-faktor:

- Kekentalan cairan ()
Kekentalan tempratur akan menurunkan kekentalan cairan, akibatnya
nilai koefisien permeability-nya akan bertambah.
Koefisien permeability diukur pada temperatur standar yaitu 20oC.
Pada pengukuran dengan ToC, maka nilai koefisien harus diselaraskan
(dikoreksi) dengan rumus:
T
K 20 K T
20
Di mana:
T = kekentalan cairan pada temperatur CoT
20 = kekentalan cairan pada temperatur 20oC
Perbandingan harga kekentalan dapat dilihat pada tabel 1 (tabel koreksi
kekentalan cairan).
- Derajat kejenuhan
Penambahan derajat kejenuhan mengakibatkan kenaikan harga
koefisien permeability.
- Angka pori (e)
Hubungan antaran koefisien permeability dan angka pori dapat ditulis:
k = f(e).
Vv
e
Vs
Di mana:
Vv = volume (udara + air)
Vs = volume padat
Vt = Vv + Vs
Untuk tanah lempung :
1 (e 0.15)11 (1 e)
k k1
2 (e 0.15) 8 0.0166

Di mana:
k = koefisien permeability pada angka pori e
k1 = koefisien permeability pada temperatur 1
1 = kekentalan cairan pada temperatur 1
2 = kekentalan cairan pada temperatur 2
e = angka pori
Untuk tanah berpasir (Terzaghi dan Peck):
k 1.4k o e 2

Di mana:
ko = koefisien permebility pada angka pori 0.85
k = koefisien permebility pada angka pori
- Ukuran dan bentuk butiran tanah
Menurut Allan Hazen, untuk jenis gravels dan clean-sand, koefisien
permeability dapat ditulis pengukuran nilai k di laboratorium.
- Metode yang digunakan
a. Constant Head Methode
Prinsip pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar. Pada cara ini
air yang masuk ke dalam sampel tanah berasal dari pipa yang
berdiameter kecil.
Penentuan nilai k ditentukan dengan mengukur penurunan tinggi
permukaan air selama periode waktu tertentu. Jadi tegangan air
tidak tetap dan rumus Darcy dapat digunakan. Misalnya pada
ketinggian air (h), penurunan (dh) akan membutuhkan waktu (dt),
maka koefisien permeability dapat diturunkan dari rumus Darcy:
Q k i A T
h
i
h L
QL
L Tanah
k
Aht
Gelas ukur

Di mana:
k = koefisien permeability
A = luas sampel tanah
T = selang waktu
L = tinggi sampel tanah
Cara ini digunakan pada tanah berbutir di mana air cukup banyak
merembes melalui tanah dalam waktu yang tidak terlalu lama yang
berarti nilai k pada percobaan besar ini besar. Apabila air yang
melalui sampel tanah sedikit seperti pada sampel tanah lempung di
mana nilai k kecil, maka metode ini tidak efektif lagi digunakan
untuk mengukur nilai k. Dalam hal ini lebih baik digunakan cara
yang kedua, metode Falling Head.
b. Falling Head Methode
Jumlah air yang merembes melalui tanah dalam waktu tertentu
adalah :
a L h0
kT ln
A t h1
dh
h
h1

L Tanah

Gelas ukur

dh
Pada pipa : q a v a
dt
h
Pada mold : q A k
L
q in q out

dh h
a Ak
dt L
h1 h
dh 1
A k dt
h h h a L
0 0

h0 A k t
ln
h1 a L
Menurut tabel Casagrade pada tahun 1938, nilai-nilai permability untuk
berbagai jenis tanah adalah sebagai berikut:

Macam Tanah k (cm/detik)


Kerikil 1E102 s/d 1
Pasir 1 s/d 1E10-3
pasir halus, lanau organik, campuran pasir, 1E10-3 s/d 1E10-7
lanau, clay
clay padat 1E10-7 s/d 1E10-9

Menurut Dr. Ir. Wesley :

Macam Tanah k (cm/detik)


pasir berlempung, pasir berlanau 1E10-2 s/d 1E10-3
pasir halus 1E10-3 s/d 1E10-3
pasir kelanauan 1E10-3 s/d 1E10-4
lanau 1E10-4 s/d 1E10-5
lempung 1E10-6 s/d 1E10-9

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
- Tanah kering undistubed kurang lebih 5 kg yang lolos saringan no. 4
disiapkan, kadar air sampel tanah dicek.
- Mold untuk percobaan compaction disiapkan, berat mold ditimbang,
diameter serta tinggi mold diukur.
- Pemadatan dengan standard proctor dilakukan, yaitu: tanah secara
berlapis (3 lapis) dimasukkan, tiap lapis ditumbuk 25 kali dengan
menggunakan hammer seberat 5.5 lb dan tinggi jatuh 12 inch.
- Collar dibuka, mold beserta isinya ditimbang.
- Mold permeability disiapkan, diameter, tinggi, serta berat mold diukur.
- Tanah dan mold compaction dipindahkan ke mold permeability dengan
menggunakan extruder.
- Mold dimasukkan ke dalam alat permeability dan direndam selama 3 hari
agar tanah menjadi jenuh.

2.2. Jalannya Praktikum


- Udara yang berada pada alat dikeluarkan.
- Kran menuju stand pipa ditutup.
- Air yang berada di reservoir dibuat tetap tingginya, dijaga agar tidak
terjadi gelombang sewaktu penambahan air.
- Tinggi muka air dari reservior ke mold diukur.
- Air yang menetes diperhatikan, hingga tidak terjadi perubahan
ketinggian (konstan), kemudian air limpahan tersebut ditampung dalam
gelas ukur.
- Volome yang tertampung selama waktu yang ditentukan diukur.

2.3. Perbandingan dengan ASTM


Percobaan yang dilakukan pada dasarnya menggunakan metode menurut
cara ASTM. Ada beberapa perbedaan percobaan yang dilakukan, dengan
cara ASTM D2434-65T, yaitu:
- ASTM menggunakan a = 11.71 cm2 sedangkan percobaan yang
dilakukan menggunakan a = 0.2123716 cm2.
- ASTM menggunakan penurunan (dh) sebesar 10, 10 4, 7, serta 10 cm.
- Suhu standar ASTM 20oC, sedangkan suhu kamar di laboratorium
tercatat 29oC.
- Pemadatan tanah tidak sama persis dengan ASTM. Standar yang
ditetapkan ASTM tidak dapat dipenuhi karena peralatan dalam
laboratorium tidak memungkinkan. Misalnya, tidak tersedianya pipa
yang berdiameter sesuai standar ASTM, serta tidak adanya pengatur
suhu ruangan yang dapat membuat suhu kamar menjadi 20oC.

3. PENGOLAHAN DATA
Untuk 15 detik pertama:
T = 29C
Dari tabel Wesley harga perbandingan kekentalan cairan pada suhu 29C dengan
harga kekentalan cairan pada suhu 20C (T/20) = 0.8139
Diameter mold = 7.613 cm
1
3.14 7.613
2
Luas permukaan tan ah ( A)
4
45.4968 cm 2

Tinggi tanah (L) = 20.38 cm


Selang waktu (t) = 15 detik
Ketinggian air dari tabung (h) = 107.2 cm
VL 247.5 (20.38)
k T1 4.5964 10 3 cm dt
Aht 2
45.4968 107.2 (152 )
T
K 20 K T1
20
4.5964 10 3 0.8139
4. ANALISA
3.741 10 3 cm dt
4.1. Analisa Praktikum
Test No. t (detik) V (cm3) KT (cm/s2) T (C) K20
1 15 247.5 0.0045964 29 0.0037410
2 15 245 0.0045500 29 0.0037033
3 15 246.75 0.0045825 29 0.0037297
4 15 242.5 0.0045036 29 0.0036655
5 15 235 0.0043643 29 0.0035521
6 15 240 0.0044572 29 0.0036277
7 15 240 0.0044572 29 0.0036277
8 15 236.85 0.0043987 29 0.0035801
Proses praktikum yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan
alat-alat terlebih dahulu dan mengukur dimensi tabung permeability.
Setelah itu tanah yang lolos saringan no. 4 dicampur dengan pasir dengan
perbandingan 50 gram pasir dan 300 gram tanah. Kemudian campuran
tersebut dimasukkan sedikit demi sedikit (kira-kira 1/3 bagian) ke dalam
tabung permeability dan ditumbuk sebanyak 25 kali hingga padat. Setelah
itu tabung permeability ditutup dan dipasang pada alat permeability.
Kemudian tabung dihubungkan dengan tabung pada alat permeability
dengan menggunakan selang (tabung pada alat permeability dihubungkan
terlebih dahulu dengan kran menggunakan selang). Setelah itu kran dibuka
sehingga tabung pada alat permeability terisi dengan air. Setelah air pada
tabung permeability mencapai ketinggian konstan, dengan menggunakan
gelas ukur, ukur debit air yang keluar melewati tabung untuk setiap 15
detik. Catat hasil yang didapat. Lakukan hal yang sama hingga 8 data
diperoleh. Setelah itu ukur jarak antara tanah pada tabung dengan
permukaan air pada tabung alat permeability.

4.2. Analisa Hasil


Dari hasil praktikum diperoleh nilai kT rata-rata = 0.0044887
cm/dt. Sehingga menurut tabel Casagrande, tanah yang digunakan di dalam
praktikum ini termasuk pasir/campuran pasir-kerikil atau menurut tabel
Wesley, tanah yang digunakan di dalam praktikum ini termasuk pasir halus.

4.3. Analisa Kesalahan


- Keadaan tanah yang tidak berada dalam keadaan undisturbed lagi
karena adanya pencampuran tanah dengan pasir.
- Kekurangtelitian pada saat pembacaan waktu pada stopwatch dan
volume pada gelas ukur.

5. KESIMPULAN
- Tujuan dari praktikum permeability adalah untuk menentukan nilai koefisien
permeabilitas (k) dari suatu sampel tanah.
- Dari hasil praktikum sampel tanah yang digunakan di dalam praktikum ini
memiliki nilai permeabilitas (k) = 0.0044887 cm/dt.
- Berdasarkan nilai k yang diperoleh, maka menurut tabel Casagrande, tanah
yang digunakan di dalam praktikum ini termasuk pasir/campuran pasir-kerikil
atau menurut tabel Wesley, tanah yang digunakan di dalam praktikum ini
termasuk pasir halus.

6. REFERENSI
- Lambe T. W. Soil Testing For Engineers, John Willey and Sons, New
York,1951.
- Punmia B. C. Soil Mechanic and Foundation Standard Book House,
Delhie, 1981.
- Wesley L. D. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1977.
HAND BORING

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum
- Untuk memeriksa karakteristik tanah secara visual mengenai warna,
ukuran, butiran dan jenis tanah.
- Untuk mengambil contoh tanah undisturbed yang akan digunakan
dalam praktikum selanjutnya.

1.2. Alat dan Bahan


- Auger iwan
- Dua buah batang dan satu buah kepala pemutar
- Batang pemegang
- Kunci inggris
- Socket
- Tabung dua buah
- Palu dan kepala pemukul
- Beberapa kantong plastik
- Lilin
- Oli

1.3. Dasar Teori


Dalam percobaan ini diambil contoh tanah terganggu (distrubed
sample) dan contoh tanah yang tidak terganggu (undistrubed sample).

Distrubed sample adalah contoh tanah yang diambil tanpa ada


usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur asli tanah tersebut.
Undistrubed sample adalah contoh yang masih menunjukkan sifat asli
tanah. Contoh undistrubed ini secara ideal tidak mengalami perubahan
struktur, kadar air, dan susunan kimia. Contoh tanah yang benar-benar asli
tidak mungkin diperoleh, tetapi untuk pelaksanaan yang baik maka
kerusakan contoh dapat dibatasi sekecil mungkin.
Tabung yang dipakai untuk mengambil contoh tanah undistrubed
harus memenuhi ketentuan:
D12 D 22
100 % 10 %
D12
Di mana:
D1 : diameter tabung bagian dalam
D2 : diameter tabung bagian luar

2. PROSEDUR PRAKTIKUM

1.1 Persiapan Praktikum


- Semua alat-alat praktikum disiapkan.
- Menentukan titik pengeboran dan membersihkan permukaan tanah dari
rumput dan batuan.

2.1. Jalannya Praktikum


- Memasang auger iwan pada batang bor dan diletakkan di titik bor.
- Memutar bor searah jarum jam sambil dibebani. Batang bor diusahakan
tetap tegak lurus.
- Memasukkan auger iwan sampai kedalaman 30 cm lalu ambil contoh
tanah dan dimasukkan dalam kantong plastik.
- Pada kedalaman 1 m auger iwan diganti dengan socket dan tabung, lalu
pasang kepala pemukul dan dipukul dengan palu.
- Setelah tabung penuh, tabung diangkat kembali, dilepas dan kemudian
kedua pemukaan tabung ditutup dengan lilin. Contoh yang didapat
adalah contoh tanah tak terganggu.
- Memasang kembali auger iwan lalu meneruskan pengeboran sampai
kedalaman 2 m.
- Setelah sampai kedalaman 2 m, kembali auger iwan diganti dengan
tabung dan socket untuk mengambil contoh tanah undisturbed yang
kedua.

3. ANALISA
3.1. Analisa Praktikum
Pertama-tama tabung diolesi dengan oli agar undisturbed sample
yang dimasukkan ke dalam tabung tidak melekat pada tabung. Setelah itu
auger iwan, kepala pemutar, dan batang pemegang dipasang. Kemudian
ditentukan letak titik pengeboran dan proses pengeboran dilaksanakan.
Pada saat pengeboran tanah, auger iwan diputar dan ditekan agar proses
pengeboran dapat berjalan dengan lebih cepat. Selain itu, auger iwan harus
diusahakan tegak lurus dengan tanah dan sekali-kali dikeluarkan. Hal ini
bertujuan agar auger iwan tidak sulit untuk dikeluarkan dari tanah. Apabila
auger iwan sulit untuk dikeluarkan, maka dapat dikeluarkan dengan
bantuan kunci inggris dengan menggunakan sistem pengungkit. Setelah
mencapai kedalaman yang diinginkan, undisturbed sample diambil dengan
menggunakan tabung. Caranya adalah dengan memasang kepala pemukul
dengan tabung lalu dimasukkan ke dalam lubang hasil hand boring. Setelah
itu tabung dipalu sehingga tanah masuk ke dalam tabung. Kemudian tabung
diangkat. Apabila tabung sulit untuk dikeluarkan, maka dapat dikeluarkan
dengan bantuan kunci inggris dengan menggunakan sistem pengungkit.
Setelah tanah undisturbed diambil, maka sisi alas dan sisi atas tabung
segera ditutup dengan lilin agar kadar air tanah dalam tabung tidak
berkurang. Setelah itu, hal yang sama dilakukan untuk mengambil sampel
tanah undisturbed yang kedua.

3.2. Analisa Hasil


(Terlampir)

3.3. Analisa Kesalahan


- Kurang tegak lurusnya alat pada saat pengeboran sebagai akibat
kerasnya tanah. Jadi posisi pengeboran yang di lakukan miring sehingga
merusak sampel tanah.
- Pada saat pengambilan undisturbed sample, tabung dipalu melebihi
kedalaman yang direncanakan sehingga contoh tanah yang ada di dalam
tabung menjadi lebih padat.
- Pada saat memalu terlalu keras sehingga sampel tanah menjadi hancur.
- Tabung yang berisi sampel tidak langsung ditutup lilin sehingga kadar
air dalam tanah sedikit berubah.
- Kurang teliti dalam menentukan kedalaman tanah.

4. KESIMPULAN

- Tujuan praktikum hand boring adalah untuk mengetahui karakteristik tanah


secara visual, yaitu mengenai warna tanah, ukuran butiran, dan jenis tanah,
serta untuk mengambil sampel tanah undisturbed yang akan digunakan dalam
percobaan-percobaan berikutnya.
- Berdasarkan hasil praktikum hand boring, tanah yang diambil merupakan
lempung (clay) yang berwarna cokelat.

5. REFERENSI
- Bowles, J. E., Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah.
- Craig, R. F., Mekanika Tanah, Erlangga, 1991.
SONDIR

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum
Untuk mencari tahanan konus (end bearing) dan hambatan lekat tanah pada
kedalaman tertentu, sehingga dapat dihitung daya dukung tanahnya.

1.2. Alat dan Bahan


-
Alat sondir (Hidraulic Dutch Penetrometer)
-
Manometer dua buah, berkapasitas 0-60 kg/cm2 dan 0-50 kg/cm2
-
Pipa sondir lengkap dengan pipa dalamnya
-
Bikonus standar dengan luas konus 10 cm2 dan luas mantel 150 cm2
-
Angkur dua buah lengkap dengan penguncinya
-
Besi kanal empat buah
-
Kunci inggris
-
Oli, kuas, lap, dan castrolie

1.3. Dasar Teori


Rumus yang digunakan:
Ft qt Fc qc fm f
Ft qt Fc qc
f
fm
10qt 10qc

150
qt qc

15
Dengan memasukkan nilai-nilai Fm, Ft, dan Fc akan didapat:
qt qc
f
15
Di mana:
Ft = Fc : luas penampang bikonus (10 cm2)
qt : tekanan total yang terbaca pada manometer akibat tekanan
konus dan friksi
qc : tekanan konus yang terbaca pada manometer
f : gaya friksi tanah terhadap mantel
Fm : luas mantel bikonus (150 cm2)
Hambatan pelekat (HP):
HP l f
Di mana:
l : panjang lekatan = 20 cm (sondir ditekan tiap 20 cm)
Jumlah Hambatan Pelekat (JHP):
JHP fi li

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
-
Dibuat lubang bujur sangkar dengan ukuran 30 cm sisinya dengan
kedalaman 20 cm atau sampai kedalaman di mana tidak dijumpai lagi
lapisan yang mengandung akar tanaman.
-
Angkur dipasang pada dua sisi di mana alat sondir akan ditempatkan.
-
Mesin sondir diletakkan, lalu dipasang baja kanal sebagai penahan agar
alat tidak terangkat atau goyang.
-
Kedua manometer diset nol.
-
Konus diperiksa, pipa sondir dan pipa dalamnya diberi oli agar lancar.

2.2. Jalannya Praktikum


-
Konus dihubungkan dengan rangkaian pipa dan pipa dalamnya lalu
dipasang pada alat sondir.
-
Alat sondir diputar secara manual sehingga menekan rangkaian konus
dan pipa menembus tanah sampai kedalaman 20 cm.
-
Alat dikunci dan dilakukan pembacaan pada manometer.
-
Bila pembacaan sudah mencapai nilai yang lebih besar dari 50 kg/cm2,
pembacaan dilakukan pada manometer besar dengan cara mengunci
manometer kecil dan membuka manometer besar, kemudian dilakukan
pembacaan kembali.
-
Pembacaan dihentikan bila nilai qc telah mencapai harga 250 kg/cm2.

3. PENGOLAHAN DATA
Untuk I = 40 cm, qc = 12 kg/cm2, dan qt = 16 kg/cm2:
qt qc JHP 0 5.3333
f
15 5.3333 kg cm 2
16 12
f
15 FR 100 %
qc
0.2667 kg cm 2
0.2667
100 %
HP 20 f 12
20 0.2667 2.2222 %
5.3333 kg cm 2

Hasil perhitungan lainnya dapat dilihat pada lampiran.

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Pertama-tama buat lubang angkur dua buah kemudian letakkan alat
sondir di atas besi kanal kemudian angkur dikencangkan. Hal ini
dimaksudkan agar alat sondir tidak bergerak pada saat praktikum sedang
berlangsung. Setelah itu kedua manometer diset nol, pipa sondir dan pipa
dalamnya diolesi dengan oli. Kemudian konus dihubungkan dengan pipa
dan pipa dalamnya untuk dipasang pada alat sondir. Setelah itu, alat sondir
diputar sehingga menekan rangkaian konus dan pipa sampai kedalaman 20
cm. Kemudian alat dikunci dan dilakukan pembacaan qc dan qt pada
manometer untuk sertiap penambahan kedalaman 20 cm. Apabila pipa
dalamnya telah masuk ke dalam tanah, maka tambahkan pipa dalam yang
telah diolesi dengan oli. Lakukan pembacaan qc dan qt sampai qc mencapai
nilai 150 kg/cm2.

4.2. Analisa Hasil

qc F Jenis Tanah
0-10 0.1-0.4 Humus, lempung sangat lunak
0.2 Pasir kelanauan lepas, pasir sangat lepas
0.2-0.6 Lempung lembek, lempung kelanauan
10-30 0.1 Kerikil lepas
0.1-0.4 Pasir lepas
0.4-0.8 Lempung/lempung kelanauan
0.8-2.0 Lempung agak kenyal
30-60 15 Pasir kalanauan, pasir agak padat
10-30 Lempung kelanauan, kenyal
60-150 10 Kerikil kepasiran lepas
10-30 Pasir padat, pasir kelanauan
> 30 Lempung kekrikilan kenyal
Pasir padat, pasir kelanauan padat, pasir kasar,
150-300 10-20
pasir kelanauan padat

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui jenis tanah pada setiap
kedalaman 20 cm adalah sebagai berikut:

Kedalaman (cm) qc f Jenis Tanah


0
20
40 12 0.2667 Kerikil lepas
60 18 0.8000 Lempung agak kenyal
80 14 0.6667 Lempung kelanauan
100 16 0.5333 Lempung kelanauan
120 13 0.5333 Lempung kelanauan
140 9 0.6000 Lempung lembek
Kedalaman (cm) qc f Jenis Tanah
160 18 0.4000 Pasir lepas
180 12 0.8000 Lempung agak kenyal
200 12 1.0667 Lempung agak kenyal
220 12 1.0667 Lempung agak kenyal
240 12 1.0000 Lempung agak kenyal
260 12 0.9333 Lempung agak kenyal
280 13 0.6667 Lempung kelanauan
300 12 0.8000 Lempung agak kenyal
320 12 0.9333 Lempung agak kenyal
340 10 0.5333 Lempung lembek
360 9 0.4000 Humus
380 9 0.2000 Pasir kelanauan lepas
400 9 0.0000 Pasir kelanauan lepas
420 8 0.2000 Pasir kelanauan lepas
440 9 0.2667 Lempung lembek
460 11 0.1333 Pasir lepas
480 21 0.2667 Pasir lepas
500 14 0.9333 Lempung agak kenyal
520 30 0.5333 Lempung kelanauan
540 26 1.6000 Lempung kelanauan
560 22 0.6667 Lempung kelanauan
580 46 0.9333 Lempung agak kenyal
600 28 1.4667 Lempung agak kenyal
620 25 1.6667 Lempung agak kenyal
640 35 1.3333 Pasir kelanauan
660 30 2.1373 Pasir kelanauan
680 40 1.8000 Lempung kelanauan
700 24 2.2667 Lempung agak kenyal
720 23 1.9333 Lempung agak kenyal
Kedalaman (cm) qc f Jenis Tanah
740 21 1.1333 Lempung agak kenyal
760 37 1.0667 Pasir kelanauan
780 23 1.3333 Lempung agak kenyal
800 15 1.3333 Lempung agak kenyal
820 19 0.5333 Lempung kelanauan
840 19 0.5330 Lempung kelanauan
860 20 0.4667 Lempung kelanauan
880 17 0.8667 Lempung agak kenyal
900 15 0.4000 Pasir lepas
920 16 0.2667 Pasir lepas
940 21 0.0667 Kerikil lepas
960 14 0.4000 Pasir lepas
980 15 0.3333 Pasir lepas
1000 16 0.5333 Pasir lepas
1020 15 0.3333 Lempung kelanauan
1040 19 0.5333 Lempung kelanauan
1060 27 0.2667 Pasir lepas
1080 26 0.7333 Lempung kelanauan
1100 24 0.1333 Pasir lepas
1120 30 0.9333 Lempung agak kenyal
1140 27 0.3333 Pasir lepas
1160 40 0.6667 Pasir kelanauan
1180 38 0.2000 Pasir kelanauan
1200 30 0.3333 Pasir lepas
1220 22 0.6667 Lempung agak kenyal
1240 24 0.6667 Pasir lepas
1260 20 3.2000 Pasir agak padat
1280 64 0.6667 Kerikil kepasiran lepas
1300 40 0.6667 Kerikil kepasiran lepas
Kedalaman (cm) qc f Jenis Tanah
1320 18 0.9333 Lempung agak kenyal
1340 26 0.8000 Lempung kelanauan
1360 30 0.6667 Lempung kelanauan
1380 32 0.2667 Pasir lempung
1400 154

4.3. Analisa Kesalahan


-
Pembacaan manometer yang kurang tepat.
-
Penekanan batang sondir yang tidak tepat tegak lurus.
-
Penambahan kedalaman batang sondir tidak selalu tepat 20 cm.
-
Pemutaran alat yang tidak konstan yang menyebabkan nilai qc dan qt
yang terbaca tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

5. KESIMPULAN
-
Tujuan praktikum sondir adalah untuk mencari tekanan konus (end bearing)
dan hambatan lekat tanah pada kedalaman tertentu, sehingga dapat dihitung
daya dukung tanahnya.
-
Sebagian besar dari tanah yang ditemui pada saat praktikum adalah lempung.
TRIAXIAL TEST

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud Dan Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui sudut geser tanah () dan nilai kohesi suatu tanah (c).

1.2. Alat Dan Bahan


- Extruder
- Unit mesin triaxial test
- Cetakan contoh tanah uji
- Timbangan
- Alat untuk memasang membran karet pada tanah uji
- Pompa penghisap
- Jangka sorong
- Oven
- Spatula
- Kertas tissue

1.3. Dasar Teori


Konsolidasi adalah peristiwa penyusutan volume secara perlahan-
lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat
pengaliran sebagian air pori. Proses tersebut berlangsung terus sampai
kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total
telah benar-benar hilang.
Kenaikan tekanan air pori menimbulkan gradien tekanan pada pori
yang menyebabkan aliran transien (transient flow) air pori menuju batas
aliran bebas pada lapisan tanah. Aliran atau drainasi ini akan berlanjut
sampai tekanan air pori sama dengan suatu nilai yang dipengaruhi posisi
muka air tanah yang tunak. Nilai akhir ini disebut tekanan air pori kondisi
lunak (steady-state pore water pressure). Pada umumnya, nilai-nilai
tekanan air pori statik dan tunak akan sama, tetapi mungkin saja posisi
muka air tanahnya berubah. Kenaikan muka air tanah di atas tunak disebut
tekanan air pori berlebihan (excess pore water pressure). Penurunan
tekanan air pori berlebihan ke kondisi tunak disebut dissipasi dan jika hal
ini telah seluruhnya terjadi, tanah dikatakan dalam keadaan terdrainasi
(drained). Sebelum terjadi dissipasi tekanan air pori berlebihan, tanah
dikatakan dalam kondisi tak terdrainasi (undrained).
Ada tiga macam triaxial test:
1. Unconsolidated Undrained Test
Pada percobaan ini air tidak diperbolehkan mengalir dari
sampel tanah. Tegangan air pori biasanya tidak diukur pada percobaan
semacam ini. Dengan demikian hanya kekuatan geser UNDRAINED
(Undrained Shear Strength) yang dapat ditentukan.
Rumus yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
Tegangan total c1 1 tan 1

Pemakaian di dalam praktek lapangan meliputi keadaan akhir


dari pada konstruksi tanggul dan pondasi dari tanggul, pondasi tiang,
dan telapak pada tanah yang normally consolidated. Pada keadaan ini
kondisi kritikal disain segera setelah adanya muatan (pada akhir
konstruksi) tekanan air pori besar sekali, tetapi belum terjadi
konsolidasi. Setelah konsolidasi mulai terjadi, void ratio dan isi air
berkurang, sedangkan tekanan bertambah: jadi tanggul atau pondasi
bertambah aman, dengan kata lain terjadi tegangan efektif.

Pemakaian di dalam praktek adalah sebagai berikut:

Total

Soft clay
f

f = in-situ undrained shear strength

Tanggul yang dibangun secara cepat di atas lapisan tanah liat.

f = undrained shear strength pada


Inti
f
pemadatan inti tanah liat
Dam/waduk yang dibangun secara cepat tanpa ada perubahan jumlah air
pada inti tanah.

qult
qult = beban yang bekerja adalah fungsi
dari

Pondasi yang ditempatkan secara cepat di atas lapisan tanah.


2. Consolidated Undrained Test
Pada percobaan ini sampel tanah diberikan tegangan normal
dan air diperbolehkan mengalir dari sampel. Tegangan normal ini
bekerja sampai konsolidasi selesai, yaitu sampai tidak terjadi lagi
perubahan pada isi sampel tanah. Kemudian jalan air dari sampel
ditutup dan sampel diberikan tegangan geser secara undrained
(tertutup). Tegangan normal masih tetap bekerja, biasanya tegangan air
pori diukur selama tegangan geser diberikan.

Rumus yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:


Tegangan t otal ' c' tan '

Pemakaian di dalam praktek adalah sebagai berikut:

f = in-situ undrained shear strength


(2)
(1)
setelah terjadi konsolidasi dibawah
f

lapisan (1)

Tanggul yang ditinggikan (2), di sini konsolidasi sudah terjadi di bawah


lapisan (1).

Dari inti yang bersamaan dengan


konsolidasi menurut rembesan air
Inti
f
f

sebelumnya dan penurunan air

Akibat penurunan permukaan air tiba-tiba dari (1) ke (2) pada inti tanah
masih terdapat air pori. Dan tidak terjadi pengaliran air keluar dari inti.
f = in-situ undrained shear strength
dari tanah pada lereng sebelum dibuat
Timbunan

f
timbunan

Pembuatan tanggul yang cepat pada lereng.


3. Drained Test
Pada percobaan ini sampel tanah diberi tegangan normal dan
air diperbolehkan mengalir sampai konsolidasi selesai. Kemudian
tegangan geser diberikan; dengan kata lain pergeseran dilakukan secara
drained (terbuka). Untuk menjaga tekanan air pori tetap nol, maka
kecepatan percobaan harus lambat (dalam hal ini juga tergantung
koefisien permeability).

Rumus yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:


Tegangan total ' c'' tan '

Pemakaian di dalam praktek adalah sebagai berikut:

Soft clay f

In-situ drained shear strength


Tanggul yang dibangun secara lambat (lapis demi lapis) di atas lapisan
tanah liat.

f
Inti
Drained shear strength dari inti

Waduk/dam dengan rembesan air yang tetap.

In-situ drained shear strength

Penggalian atau lereng tanah liat, di mana pada lapisan telah terjadi
konsolidasi.
Pada percobaan yang dilakukan adalah Unconsolidated Undrained.
Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
kM
1 3
A
kM
deviator stress
A
A0
A
1
L

L0

Di mana:
= tegangan vertikal yang diberikan
3 = tegangan horizontal
k = kalibrasi dari prooving ring
A0 = luas sampel tanah awal
L = perubahan panjang sampel tanah
L0 = panjang sampel tanah awal
M = pembacaan prooving ring maksimum

Dengan Diagram Mohr, hubungan sudut geser tanah, tegangan, dan


gaya geser dapat digambarkan

n
1 3 1 3 cos 2
2 2
3
n 1 sin 2
2

c 2

3
1
Dari percobaan triaxial ini diketahui tiga jenis keruntuhan dari tanah uji,
sebagai berikut:
1. General Shear Fallure
Penambahan beban pada pondasi diikuti oleh penurunan
pondasi tersebut. Pada pembebanan mencapai qu maka terjadi
keruntuhan tiba-tiba yang diikuti oleh perluasan keruntuhan
permukaan sampai ke bawah permukaan.
Pada grafik hubungan q vs settlement terlihat puncak yang jelas.

Load unit area q

qu

Settlement

2. Local Shear Fallure


Pada keadaan lain jika pondasi masih dapat memikul beban
setelah tercapai qu, walaupun terjadi penurunan permukaan tiba-tiba.
Pada grafik hubungan q vs settlement tidak terlihat puncak yang jelas.
Load unit area q

qu1

qu

Settlement

3. Punching Shear Fallure


Pada pondasi yang didukung oleh tanah yang agak lepas
setelah tercapainya qu, maka grafik hubungan q vs settlement dapat
digambarkan mendekati linear.
Load unit area q

qu

qu qu

Settlement

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
- Mengeluarkan sampel tanah undisturbed dari tabung dan memasukkan
ke dalam cetakan (dengan menggunakan extruder).
- Mengukur dimensi sampel tanah (L = 2-3 D).
- Meratakan kedua ujung sampel tanah di dalam silinder besi dengan
spatula.
- Menimbang berat sampel tanah tersebut.

2.2. Jalannya Praktikum


- Memasang membran karet pada sampel dengan menggunakan alat
pemasang:
Memasang membran karet pada dinding alat tersebut.
Menghisap udara yang ada diantara membran dan dinding alat dengan
pompa hisap.
Memasukkan sampel tanah ke dalam alat pemasang tersebut.
Melepaskan sampel tanah dari alat tersebut sehingga sampel
terbungkus membran.
- Memasukkan sampel tanah dan batu pori ke dalam sel triaxial dan
menutupnya dengan rapat.
- Memasang sel triaxial pada unit mesin triaxial.
- Mengatur kecepatan penurunan 1-2 % dari ketinggian sampel.
- Mengisi sel triaxial dengan gliserin sampai penuh dengan memberi
tekanan pada tabung tersebut. Pada saat gliserin hampir memenuhi
tabung, udara yang ada dalam tabung dikeluarkan agar gliserin dapat
memenuhi sel. Fungsi gliserin ini adalah untuk menjaga tegangan 3
dapat merata keseluruh permukaan sel dan besarnya dapat dibaca pada
manometer. Untuk percobaan ini diberikan harga:
3 = 0.50 kg/cm2
3 = 0.75 kg/cm2
3 = 1.00 kg/cm2
- Melakukan penekanan pada sampel tanah dari atas (vertikal).
- Melakukan pembacaan load dial setiap penurunan dial bertambah 0.02
inch.

3. PENGOLAHAN DATA
Untuk sampel III:
3 = 1.2 kg/cm3
Tinggi sampel (L0) = 7.22 cm
Diameter sampel (D) = 3.57 cm
Luas sampel (A0) = 10.0047 cm2
LRC = 0.364 kg/div
Pembacaan dial pembebanan (M) = 136
Pembacaan dial deformasi 100 10 3 inch :
L 100 10 3 425 0.425 cm

L
Unit strain
L0
0.425

7.22
0.0589
Area correction 1
1 0.0589
0.9411 cm 2

A0
A'
1
10.0047

0.9411
10.6305 cm 2

kM

A'
0.364 136

10.6305
4.6568 kg cm 2
Dari diagram Mohr didapat:
1 3
4.6568 1.2
5.8568 kg cm 2

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Pengujian triaxial ini bertujuan untuk menentukan kekuatan gesar
tanah dengan mencari nilai sudut geser dan nilai kohesi dari sampel tanah
yang digunakan. Dalam percobaan ini digunakan jenis pengujian triaxial
Unconsolidated Undrained Test di mana air tidak diperbolehkan mengalir
dari sampel tanah.
Langkah pengujian yang dilakukan yaitu pertama-tama,
undisturbed sample dikeluarkan dari tabung (yang diperoleh dari percobaan
hand boring) dan dimasukkan ke dalam cetakan yang sebelumnya dimensi
cetakan telah diukur dan diolesi oli, dengan menggunakan extruder. Setelah
itu, bagian atas dan alas tabung diratakan kemudian sampel dikeluarkan
dengan menggunakan hand extruder lalu sampel ditimbang dan data berat
yang diperoleh dicatat. Sebelum sampel dimasukkan ke dalam unit mesin
triaxial test, sampel tanah tersebut dilindungi dengan membran karet, yaitu
dengan cara memasang membran karet pada tabung kemudian sambil
menghisap udara yang berada di antara membran dan dinding tabung,
sampel tanah dimasukkan ke dalam tabung dan membran karet dilepaskan
dari tabung sehingga membran karet menyelimuti sampel tanah.
Penggunaan membran karet ini berfungsi untuk menjaga agar air tidak
dapat masuk kedalam sampel tanah. Setelah membran karet terpasang, lalu
sampel diletakkan pada alat triaxial test dan ditutup. Kemudian tegangan
lateral diatur yang sesuai dengan rencana yaitu 0.4 untuk sampel 1, 0.8
untuk sampel 2 dan 1.2 untuk sampel 3 dan air dimasukkan ke dalam
tabung triaxial. Setelah itu, load dial dan deformation dial reading diset
pada posisi nol, lalu melakukan pembacaan load dial untuk setiap
deformasi 25 inch. Pembacaan data dihentikan apabila pada load dial
menunjukkan angka yang sama tiga kali berturut-turut atau menjadi turun,
hal ini menandakan bahwa sampel tanah telah mengalami keruntuhan.
Setelah itu sampel dikeluarkan dari alat triaxial test untuk digambar pola
retaknya. Setelah itu memasukkan sampel tanah ke dalam oven untuk
dihitung kadar airnya. Percobaan ini dilakukan kembali untuk tegangan
lateral 0.8 dan 1.2.

4.2. Analisa Hasil


Dari hasil praktikum diperoleh sudut geser dari sampel tanah yang
digunakan di dalam praktikum ini adalah 9o dan nilai kohesi dari sampel
tanah yang digunakan adalah 1.8.

4.3. Analisa Kesalahan


- Pembacaan jangka sorong yang kurang tepat pada saat pengukuran
dimensi tanah.
- Ketidaktelitian pada saat menimbang sampel tanah.
- Pembacaan load dial yang kurang tepat.

5. KESIMPULAN
- Tujuan dari praktikum triaxial test adalah untuk mengetahui sudut geser
tanah () dan nilai kohesi tanah (c).
- Dari hasil praktikum diperoleh nilai kohesi dari tanah yang digunakan adalah
1.8 dengan sudut geser tanah sebesar 9o.
KONSOLIDASI

1. PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum
- Menentukan koefisien konsolidasi (Cv) dari suatu jenis tanah.
- Menentukan koefisien pemampatan / compression index (Cc).
- Mencari tegangan pre-consolidation (Pc) untuk mengetahui kondisi tanah
dalam keadaan normally consolidated atau over consolidated dengan
cara membandingkannya dari harga effective overburden pressure.

1.2. Alat dan Bahan


- Consolidometer
- Ring of consolidometer
- Batu pourous
- Extruder
- Beban (0.3; 0.6; 0.9; 1.2; 2.4; 4.8; 9.6 N)
- Stopwatch
- Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr
- Can
- Jangka sorong dengan ketelitian 0.01 mm
- Oven
- Spatula
- Vaseline
- Kertas pori
- Kawat sebagai pemotong

1.3. Dasar Teori


Konsolidasi adalah proses penyusutan volume secara perlahan-
lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas yang rendah akibat
pengaliran sebagian air pori. Proses konsolidasi berlangsung terus sampai
kelebihan tekanan air pori yang disebabkan kenaikan tekanan total yang
benar-benar hilang.
Penurunan konsolidasi adalah perpindahan vertikal permukaan
tanah sehubungan dengan perubahan volume pada suatu tingkat dalam
proses konsolidasi.

Perkembangan konsolidasi di lapangan dapat diketahui dengan


menggunakan alat piezometer yang dapat mencatat perubahan air pori
terhadap waktu.

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Jalannya Praktikum
- Ring konsolidometer dibersihkan dan diolesi vaseline di seluruh
permukaan bagian dalam, kemudian dimensi dan massa ring diukur
dengan jangka sorong dan timbangan.
- Sampel tanah dikeluarkan dengan menggunakan extruder dan
dimasukkan ke dalam ring dengan diratakan permukaannya.
- Diambil sisa tanah untuk ditentukan kadar airnya.
- Menyusun modul ke dalam sel konsolidometer dengan urutan dari bawah:
Batu pourous
Kertas pori
Sample tanah dalam ring
Kertas pori
Batu pourous
Silinder tembaga yang berfungsi menahan beban
Penahan dengan 3 mur

2.2. Jalannya Praktikum


- Set dial menjadi nol sebelum beban ditambahkan, sedangkan lengan
beban masih ditahan baut penyeimbang.
- Diberikan pembebanan konstan sebesar 0.3 N dengan interval waktu 6;
15; 30; 60; 120; 240; 480; 900; 1800; 3600; dan 24 jam. Dan
masing-masing pembacaan pada dial dicatat.
- Percobaan diulangi untuk pembebanan 0.6; 1.2; 2.4; 4.8; dan 9.6 N
dengan interval waktu konstan 24 jam. Dan masing-masing pembacaan
pada dial dicatat.
- Tanah dikeluarkan dari sel konsolidometer dan ring berikut sampel tanah
kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam oven untuk ditentukan
kadar airnya.

3. PENGOLAHAN DATA
Untuk tanah sebelum proses konsolidasi:
Berat can + tanah basah = 64 gram
Berat can + tanah kering = 53.04 gram
Berat can = 10.95 gram
Berat air = (barat can + tanah basah) (berat can + tanah kering)
= 64 53.04
= 10.96 gram
Berat tanah kering = (berat can + tanah kering) berat can
= 53.04 10.95
= 42.09 gram
berat air
Kadar air awal, w i 100 %
berat tan ah ker ing
10.96
100 %
42.09
26.0394 %

Diameter ring = 6.385 cm


Tinggi ring = 2.045 cm
Tinggi tanah basah, Hi = 2.045 cm
Berat ring = 55.34 gram
Gs = 2.779
1
3.14 6.385
2
Luas alas ring , A
4
32.003 cm 2

Berat tanah basah + ring = 169.3 gram


Berat tanah basah, Wi = (berat tanah basah + ring) berat ring
= 169.3 55.34
= 113.96 gram
Wi
Berat tan ah ker ing (dengan rumus), Ws '
1 wi
113 .96

1 0.260394
90.4162 gram

Berat tanah kering, Ws = 83.95 gram (cara perhitungan dapat dilihat di bawah)
Ws
Tinggi tan ah (dengan rumus), H 0
Gs A
83.95

2.779 32.003
0.9439 cm

Tinggi pori, Hv = Hi H0
= 2.045 0.9439
= 1.1011 cm

Derajat kejenuhan, Si
Wi Ws 100 %
Hi H0 A

113.96 83.95 100 %
2.045 0.9439 32.003
85.1651 %

Hv
Angka pori, e 0
H0
1.1011

0.9439
1.1665

Untuk tanah setelah proses konsolidasi:


Berat tanah basah + ring = 170.78 gram
Berat tanah kering + ring = 139.29 gram
Berat tanah kering, Ws = (berat tanah basah + ring) berat ring
= 139.29 55.34
= 83.95 gram

Kadar air, w f
berat tan ah basah ring berat tan ah ker ing ring 100 %
Ws
170.78 139.29
100 %
83.95
37.5104 %
Wt Ws
Derajat kejenuhan, S
H vf A

170.78 55.34 83.95


1.0054 32.003
97.8718 %

Pembacaan dial awal = 0.087 cm


Pembacaan dial akhir = 0.1827 cm
Perubahan tinggi sampel = pembacaan dial akhir pembacaan dial awal
= 0.1827 0.087
= 0.0957 cm
Tinggi pori, Hvf = Hv perubahan tinggi sampel
= 1.1011 0.0957
= 1.0054 cm
H vf
Angka pori, e f
H0
1.0054

0.9439
1.0652
Untuk contoh perhitungan diambil pembebanan 2 kg:
H = pembacaan load dial beban 2 kg pembacaan load dial beban 1 kg
= 0.106 0.087
= 0.019 cm
Hs = H0 = 0.9439
H
e
Hs
0.019

0.9439
0.0201
e = e pada pembebanan 1 kg e
= 1.1665 0.0201
= 1.1464
1
H H pembebanan 1 kg H
2
1
2.0450 0.019
2
2.0355 cm
1
H H
2
1
2.0335
2
1.01625

Menentukan harga T90:


Menurut Taylor untuk mendapatkan harga T90 diperlukan grafik penurunan
terhadap fungsi akar waktu.
Langkah-langkah dalam menentukan harga T90 ialah:
- Buat garis penurunan vs akar waktu penurunan.
- Tarik garis singgung pada kurva di daerah penurunan awal dan cari titik
potong dengan sumbu akar waktu sebesar 1.15 kali absis titik potong pertama
tadi untuk dihubungkan dengan titik potong antara perpanjanagan garis
singgung tadi dan sumbu vertikal. Absis titik potong antara garis terakhir
dengan kurva itulah yang dinamakan dengan T90.

Menentukan koefisien konsolidasi:


Rumus yang digunakan adalah:
H2
Cv 0.848
T90

Di mana:
Cv = koefisien konsolidasi
1 H
H = half average load height = H
2 2

Dari grafik penurunan vs akar waktu penurunan diperoleh T90 = 0.16, sehingga:
H2
Cv 0.848 .
T90

0.848
1.0153 2
0.16
5.4634

Menentukan tegangan pre-consolidation (Pc):


Harga Pc ditentukan melalui grafik penurunan terhadap tegangan dengan langkah
sebagai berikut:
- Sketsa grafik angka pori vs tegangan.
- Secara visual judgment ditentukan titik (p) yang memiliki kelengkungan
(curvature) maksimum ataupun titik yang mempunyai radius minimum.
- Dibuat garis singgung dan garis horizontal melalui titik (p).
- Dibuat garis tengah antara kedua garis pada point di atas.
- Ditarik garis singgung yang menyinggung kelengkungan bagian bawah hingga
memotong garis tengah pada point di atas.
- Absis titik potong tersebut adalah harga Pc yang dicari.
Dari grafik angka pori vs tegangan diperoleh nilai Pc = 8.2 kg/cm2.
Dengan H diasumsikan 100 cm, maka diperoleh:
Wt
P0 H
Hi A
0.11396
100
2.045 32.003
0.1741 kg cm 2

Pc
OCR
P0
8 .2

0.1741
47.0994

Menentukan harga compression index (Cc):


Rumus yang digunakan adalah:
( e1 e 2 )
Cc
(log p 2 log p1 )

Di mana:
Cc = compression index
el ,e2 = angka pori
p1 ,p2 = tegangan
Dari grafik hubungan e dan p pada bagian linear bawah ditentukan satu log cycle
dan kemudian ditentukan harga harga e1 dan e2. Harga Cc didapatkan dari selisih
harga e tersebut.
Cc laboratorium: e1 = 0.825 p1 = 18
e2 = 0.9375 p2 = 13
e1 e 2
Cc laboratorium
p
log 2
p1
0.825 0.9375

13
log
18
0.796

Cc lapangan:
e1 = 0.95 p1 = 13
e2 =0.9 p2 = 15
e1 e 2
Cc lapangan
p
log 2
p1
0.95 0.9

15
log
13
0.8045
Cs: Cr (indeks rekompresi):
e1 = 1.021 p1 =10.1044 e1 = 1.1625 p1 = 0.13
e2 = 1.0651 p2 = 0.3157 e2 = 1.15 p2 = 0.4
e1 e 2 e1 e 2
Cs Cr
p p
log 2 log 2
p1 p1
1.021 1.0651 1.1625 1.15

0.3157 0.4
log log
10.1044 0.13
0.0293 0.0256

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Sebagai persiapan awal, berat ring konsolidometer ditimbang dan
diukur dimensinya. Setelah itu, permukaan dalam ring konsolidometer
diolesi oli. Tahap selanjutnya adalah mengeluarkan tanah dari tabung untuk
dimasukkan ke dalam ring konsolidometer dengan menggunakan extruder.
Setelah itu kedua permukaan ring konsolidometer diratakan dengan
menggunakan spatula. Tanah yang tersisa diambil untuk dicari kadar airnya.
Kemudian tanah dan ring konsolidometer ditimbang dan dicatat beratnya.
Setelah itu ring konsolidometer dimasukkan ke dalam konsolidometer
dengan susunan dari bawah ke atas batu porous, kertas pori, ring
konsolidometer, kertas pori, batu porous, silinder tembaga, dan penahan
dengan tiga mur. Kemudian konsolidometer diisi air dan load dial diset nol.
Setelah itu diberikan pembebanan 1 kg dan pembacaan load dial dicatat
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Setelah 24 jam, dilakukan
penambahan beban sebesar dua kali beban semula dan catat hasil
pembacaan load dial. Lakukan hal yang sama sampai beban yang diberikan
mencapai 32 kg. Setelah itu dilakukan unloading dan hasil pembacaan load
dial dicatat. Setelah 24 jam dilakukan unloading lagi di mana dalam satu
hari dilakukan unloading sebanyak dua kali. Catat hasil pembacaan load
dial. Lakukan hal yang sama sampai beban yang diberikan sama dengan
nol. Setelah itu, ring konsolidometer yang berisi tanah dikeluarkan dari alat
konsolidometer dan tanah pada ring konsolidometer dikeluarkan dari ring
konsolidometer untuk ditimbang dan dicatat beratnya. Setelah itu tanah
yang telah ditimbang tersebut dimasukkan ke dalam oven untuk dihitung
kadar airnya.

4.2. Analisa Grafis


Maksud dari grafik konsolidasi adalah untuk mengetahui nilai Pc,
Cc laboratorium, Cc lapangan, Cr, dan Cs. Pc adalah nilai dari tegangan
untuk mengetahui apakah tanah berada dalam keadaan normally
consolidated atau over consolidated dengan cara membandingkannya
dengan harga Effective Overburden Pressure. Cv adalah koefisien
konsolidasi dari suatu jenis tanah, Cc adalah koefisien pemampatan.
Pertama-tama adalah plot gambar dari data dengan load sebagai sumbu x
dan void ratio sebagai sumbu y, setelah itu mencari titik di mana jari-jari
pada kurva adalah yang terkecil untuk membuat garis singgung kurvanya,
kemudian dari titik tersebut tarik garis horizontal sehingga terbentuk sudut
, sudut tersebut dibagi dua sehingga diperoleh = 0.5. Berikutnya dari
ujung kanan kurva, tarik garis lurus yang mengikuti bagian dari ujung
kurvanya sehingga didapat perpotongan dengan garis tengah, hasil
perpotongan ditarik ke atas sehingga didapat Pc. Langkah selanjutnya
adalah tarik garis yang menyinggung ujung grafik konsolidasi dan
menyinggung garis tengah , sehingga didapat Cc laboratorium, lalu ambil
dua titik sembarang pada garis miring Cc laboratorium sehingga didapat e 1,
e2, P1, dan P2. Selanjutnya plot titik 1 dengan koordinat (P0,e0), dimana P0
didapat dari hasil rumus, sedangkan e0 diperoleh dari data.
Garis Cc laboratorium diperpanjang ke bawah hingga nilai e-nya =
0.42 eo, lalu titik tersebut dinamakan titik kedua. Tarik garis dari titik a ke
titik b (lihat grafik) yang kemudian garis itu dinamakan Cs, garis ab ditarik
ke atas (sejajar)hingga menyentuh titik 1 dan memotong garis Pc di titik 3,
hubungkan titik 2 dan titik 3 yang merupakan Cc lapangan. Dari ujung kiri
kurva tarik garis lurus yang mengikuti bagian linear ujung kurva sehingga
didapat garis Cd.
Idealnya Cr dan Cs sejajar karena perubahan angka pori pada saat
penambahan dan penurunan beban adalah sama. Pada saat diberi tambahan
beban angka pori itu menurun ,demikian sebaliknya pada saat penurunan
beban angka porinya naik. Hal itu yang menyebabkan Garis Cr dan garis
Cs itu sejajar.
Maksud dari grafik Cv adalah grafik yang menunjukkan hubungan
antara koefisien konsolidasi dengan beban tekanan. Pada saat awal
pembebanan nilai Cv naik karena tanah diberikan tekanan secara tiba-tiba
sehingga menyebabkan proses konsolidasi pada saat awal pembebanan
berlangsung secara cepat ( grafik angka Cv naik ). Setelah selang beberapa
waktu kemudian pembebanan mulai stabil jadi nilai Cv-nya semakin
menurun.

4.3. Analisa Hasil


Dari hasil praktikum diperoleh nilai P0 = 0.1741 kg/cm2, Pc = 8.2
kg/cm2, Cc laboratorium = 0.796, Cc lapangan = 0.8045, Cs = 0.0293, dan
Cr = 0.0256. Karena nilai Over Consolidated Ratio (OCR) lebih besar dari
1, yaitu 47.0994, maka sampel tanah yang diuji berada dalam kondisi over
consolidated.

4.4. Analisa Kesalahan


- Pambacaan load dial yang kurang tepat.
- Adanya goncangan pada saat praktikum berjalan sehingga
menyebabkan pembacaan load dial berubah.

5. KESIMPULAN
- Tujuan dari praktikum konsolidasi adalah untuk menentukan koefisien
konsolidasi (Cv) dari suatu jenis tanah, menentukan koefisien
pemampatan/compression index (Cc), dan mencari tegangan pre-
consolidation (Pc) untuk mengetahui kondisi tanah dalam keadaan normally
consolidated atau over consolidated dengan cara membandingkannya dari
harga effective overburden pressure.
- Sesuai dengan tujuan awal dari praktikum ini, maka diperoleh nilai P0 =
0.1741 kg/cm2, Pc = 8.2 kg/cm2, Cc laboratorium = 0.796, Cc lapangan =
0.8045, Cs = 0.0293, dan Cr = 0.0256.
DIRECT SHEAR TEST

1. PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui harga kohesi (c) dan sudut geser () pada pasir.

1.2. Alat dan Bahan


- Unit alat direct shear test
- Beban dengan berat 5-25 kg
- Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr
- Can
- Jangka sorong dengan ketelitian 0.01 mm
- Oven
- Spatula
- Stopwatch

1.3. Dasar Teori


Kekuatan geser dapat diukur langsung dengan pemberian beban
konstan vertikal (normal) pada sampel dan pemberian gaya geser tertentu
dengan kecepatan konstan dan perlahan-lahan untuk menjaga tegangan air
pori tetap nol hingga tercapai kekuatan geser maksimum.
Tegangan normal didapat dengan pembagian besarnya gaya
normal dengan luas permukaan bidang geser.
P
S
A
Tegangan geser didapat dengan menghitung gaya geser (G) yang
didapat dari pembacaan maksimum load ring dial setelah dikalikan dengan
nilai kalibrasi proving ring (LRC).
G
T
A
G M LRC
LRC 0.15 kg div

Dari beberapa buku referensi menyatakan harga kohesi pasir (c) =


0,dan harga sudut geser pasir () berkisar: 28o-48o.
Type of Test
Soil (Sand)
UU CD
Loose Dry 28-34 -
Loose Saturated 28-34 -
Dense Dry 35-46 43-50
Dense Saturated 1-2 43-50

2. PROSEDUR PRAKTIKUM
2.1. Persiapan Praktikum
- Disediakan pasir secukupnya.
- Pasir dibersihkan dari kotoran dan kerikil menggunakan saringan no.
18.
- Diameter shear box diukur.
- Penutup shear box + bola + can ditimbang.

2.2. Jalannya Praktikum


- Pasir dimasukan ke dalam shear box kira-kira 3/4 bagian dengan
mengunci shear box terlebih dahulu agar tidak dapat bergerak.
- Permukaan pasir diratakan dengan spatula lalu ditutup.
- Diberikan beban sebesar 5 kg lalu kunci shear box dibuka.
- Set horizontal dial dan load ring dial menjadi nol.
- Shear box diberikan gaya geser dengan kecepatan 1 mm/menit.
- Pembacaan horizontal dial dicatat setiap 15 detik hingga dial berhenti
dan berbalik arah.

3. PENGOLAHAN DATA
Berat shear box penutup bola 0.8437 kg
Diameter shear box 6.3375 cm
Luas penampang pasir luas shear box
1
d 2
4
1
3.14 6.3375
2

4
31.5287 cm 2

LRC 0.15 kg div

Untuk beban 5 kg:

Tegangan normal
berat beban berat shear box penutup bola
luas penampang pasir
5 0.8437

31.5287
0.1853 kg cm 2

Pembacaan horizontal dial maksimum = 23 kg


Gaya geser LRC pembacaan horizontal dial maksimum
0.15 23
3.45 kg

gaya geser
Tegangan geser
luas penampang pasir
3.45

31.5287
0.1094 kg cm 2

Hasil perhitungan lainnya dapat dilihat pada lampiran.

Demikian selanjutnya untuk beban yang lainnya sehingga dapat dibuat grafik
untuk menentukan harga c dan q dengan menggunakan regresi linier:
y ax b

Di mana:
G
yT
A
P
x S
A
Dari perhitungan regresi linier didapat harga a = 0.5164 dan b = 0.046. Sehingga
diperoleh:
arc tan a
arc tan 0.6211
31.84444 o
cb
0

Jadi sudut geser pasir = 31.8444o dan harga kohesi pasir = 0.

4. ANALISA
4.1. Analisa Praktikum
Sebagai persiapan awal dari praktikum ini, pertama-tama pasir
disaring dengan menggunakan saringan no. 18 untuk membersihkan pasir
dari bahan-bahan yang tidak diinginkan. Setelah itu, dimensi shear box
diukur dan berat shear box + penutup + bola ditimbang. Tahap selanjutnya
adalah mengisi shear box dengan pasir kira-kira 3/4 bagian kemudian pasir
diratakan dengan spatula sambil ditekan-tekan. Setelah itu, shear box
ditutup dan dikunci kemudian diletakkan pada alat direct shear test. Setelah
itu, shear box diberikan beban vertikal sebesar 5 kg dan pengunci shear
box dibuka. Kemudian set horizontal dial dan load ring dial menjadi nol.
Setelah itu shear box diberi gaya geser dengan cara memutar alat direct
shear box test dengan kecepatan konstan di mana diusahakan dalam setiap
15 detik, pembacaan pada load ring dial meningkat sebanyak 25 mm.
Sambil alat direct shear test diputar, pembacaan horizontal dial dilakukan
setiap 15 detik sampai pembacaan horizontal dial berhenti atau semakin
menurun. Lakukan hal yang sama untuk beban 10 kg, 15 kg, 20 kg, dan 25
kg.

4.2. Analisa Hasil


Dari hasil praktikum diperoleh nilai kohesi pasir 0 kg/cm 2 dengan
sudut geser 31.8444o. Berdasarkan nilai sudut geser pasir yang didapat,
maka dapat diketahui bahwa sampel pasir yang digunakan di dalam
praktikum ini termasuk jenis pasir loose saturated.

4.3. Analisa Kesalahan


- Pembacaan jangka sorong pada saat pengukuran dimensi shear box
kurang tepat.
- Kecepatan pemutaran alat direct shear test yang tidak konstan sehingga
menyebabkan deformasi yang diberikan tidak sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan.
- Pembacaan horizontal dial yang tidak tepat.

5. KESIMPULAN
- Tujuan dari praktikum direct shear adalah untuk mengetahui harga kohesi (c)
dan sudut geser () pada pasir.
- Dari hasil praktikum diperoleh harga kohesi pasir (c) = 0 kg/cm 2 dan besarnya
sudut geser tanah () = 31.8444 o.
- Berdasarkan harga sudut geser tanah yang diperoleh, maka pasir yang
digunakan di dalam praktikum ini termasuk jenis pasir loose saturated.
UNCONFINED COMPRESSION TEST

1. PENDAHULUAN

Percobaan unconfined compression ini bertujuan untuk mencari nilai


unconfined compression strength dari tanah dalam keadaan undisturbed, sehingga
diperoleh batas-batas konsistensi dari tanah tersebut. Dalam percobaan ini sudut
geser dalam () = 0 dan tidak ada tegangan sel (3 = 0), jadi yang ada hanya
beban vertikal (1).
Beban vertikal yang menyebabkan tanah menjadi retak dibagi satuan luas yang
dikoreksi (A) disebut Ultimate Compression Strength (qu). Harga qu ini bisa juga
didapat dari lingkaran Mohr:
Shear stress

cu = qu/2

qu
3 1+ 3
)
1 Normal stress

Pada percobaan unconfined compression ini kita mengadakan koreksi


luas contoh tanah. Ini disebabkan karena pada waktu contoh diberikan beban
vertikal, maka luas contoh akan berubah yaitu menjadi lebih besar. Cara
menghitung luas contoh tanah dapat dijelaskan sebagai berikut:

Isi contoh semula:


(V0 ) L 0 A 0

Di mana:
L0 = panjang contoh mula-mula
A0 = luas penampang contoh mula-mula
Sesudah beban vertikal diberikan: panjang menjadi L; isi menjadi V; luas
menjadi A

Bentuk contoh semula

Bentuk contoh
L setelah pembebanan
Bentuk yang dipakai untuk
menghitung luas contoh

Di mana:

L L0 L
(L dan V diukur selama percobaan dilakukan)
V V0 V
Dari persamaan di atas didapat:
A L 0 L A 0 L 0 V
A 0 L 0 V
A
L 0 L
Apabila tidak terjadi perubahan isi (V = 0) persamaan menjadi:
A0 L0
A
L 0 L
A0

L
1
L0
A
0
1
Di mana: regangan

Pada percobaan ini besarnya gaya yang bekerja dapat diketahui yaitu:
P KM
Di mana:
P = gaya yang hendak dicari
K = kalibrasi alat
M = pembacaan pada dial
Sedangkan nilai qu didapat dari:
P qu
qu dan c
A 2
Di mana:
qu = ultimate compression strength
c = kekuatan geser tanah
Dalam percobaan ini dimensi contoh harus memenuhi syarat:
2D L 3D
Di mana:
D = diameter contoh
L = tinggi contoh
Karena jika L 2D , maka sudut bidang runtuhnya akan mengalami overlap, dan
jika L 3D, maka contoh tanah akan berlaku sebagai kolom dan kemungkinan
akan terjadi tekuk. Idealnya adalah L : D = 2 : 1.

2. METODE TEST

Percobaan ini sesuai dengan ASTM D2166-85 Standard Test Method


for Unconfined Compressive Strength of Cohesive Soil. Di mana selama
percobaan tidak dilakukan modifikasi dari metode test di atas.

3. PENGOLAHAN DATA

Data pengukuran:
UNDISTURBED

Water content data:


Wt. of wet soil + cup = 145 gr
Wt. of dry soil + cup = 107.7 gr
Wt. of cup = 19.5 gr
Wt. of water = 37.3 gr
Wt. of dry soil = 88.2 gr
Water content, w % = 42.3 %

Sampel dimensions:
Diameter = 3.57 cm
Height = 7.22 cm
Area = 10.0047 cm2
Volume = 72.233 cm3
Weight = 125.5 gr

Density:
wet = 1.737 gr/cm3
dry = 1.22 gr/cm3

REMOULDED

Water content data:


Wt. of wet soil + cup = 142.6 gr
Wt. of dry soil + cup = 106 gr
Wt. of cup = 19.5 gr
Wt. of water = 36.6 gr
Wt. of dry soil = 86.5 gr
Water content, w % = 42.3 %

Sampel dimensions:
Diameter = 3.57 cm
Height = 7.22 cm
Area = 10.0047 cm2
Volume = 72.233 cm3
Weight = 123.1 gr

Density:
wet = 1.704 gr/cm3
dry = 1.2 gr/cm3

Contoh perhitungan:

UNDISTURBED

Wt. of water = (Wt. of wet soil + cup) (Wt. of dry soil + cup)
= 145 107.7
= 37.3 gr
Wt. of dry soil = (Wt. of dry soil + cup) (Wt. of cup)
= 107.7 19.5
= 88.2 gr

Water content %
Wt. of wet soil cup Wt. of dry soil cup 100 %
Wt. of dry soil cup Wt. of cup
37.3
100 %
88.2
42.3 %
1 weight
Area D 2 wet
4 volume
1 125.5
3.14 3.57
2

4 72.233
10.0047 cm 2 1.737 gr cm 3
Volume area height wet
10.0047 7.22
dry
1 w
72.233 cm 3 1.737

1 0.42
1.22 gr cm 3

Perhitungan P, , A, qu, dan cu tanah undisturbed:


Kalibrasi alat (K): 0.186 kg/div
Pembacaan load dial tertinggi (M): 331.5
Dari data di atas maka didapat:
P = K . M = 0.186 . 331.5
= 61.659
L 0.4250
e= = 0.05886
L 7.22
A0 10.0047
A 10.6304
(1 ) (1 0.05886)
P 61.659
5.8002
quu A 10.6304

q u 5.8002
2.9001
Cu 2 2

REMOULDED

Wt. of water = (Wt. of wet soil + cup) (Wt. of dry soil + cup)
= 142.6 106
= 36.6 gr
Wt. of dry soil = (Wt. of dry soil + cup) (Wt. of cup)
= 106 19.5
= 86.5 gr
Water content %
Wt. of wet soil cup Wt. of dry soil cup 100 %
Wt. of dry soil cup Wt. of cup
36.6
100 %
86.5
42.3 %

1 weight
Area D 2 wet
4 volume
1 123.1
3.14 3.57
2

4 72.233
10.0047 cm 2 1.704 gr cm 3
Volume area height wet
10.0047 7.22
dry
1 w
72.233 cm 3 1.704

1 0.42
1.2 gr cm 3

Perhitungan P, , A, qu, dan cu tanah remoulded:


Kalibrasi alat (K) : 0.186 kg/div
Pembacaan load dial tertinggi (M) : 301.5
Dari data di atas maka didapat :
P = K . M = 0.186 . 301.5
= 56.079
L 0.3000
e= = 0.0415
L 7.22
A0 10.0047
A 10.4378
(1 ) (1 0.0415)
P 56.079
5.3724
qur A 10.4378

q u 5.3724
2.6862
Cu 2 2

Sesuai dengan tabel pengolahan data, didapat nilai quu = 5.8002 dan qur = 5.3724.
q uu 5.8002
Jadi nilai sensitivity 1.0796
q ur 5.3724

4. ANALISA
Analisa Percobaan
Sampel tanah diambil dengan menggunakan ekstruder. Setelah
sampel tanah diambil, kedua ujung tabung diratakan dengan menggunakan
pisau kemudian sampel tanah dikeluarkan dari tabung dengan
menggunakan hand ekstruder. Setelah sampel tanah dikeluarkan dengan
hand ekstruder, sampel tanah ditimbang dan dicatat beratnya. Setelah
ditimbang, sampel tanah diuji dengan menggunakan mesin UCS test
(Unconfined Compressive Strength Test). Saat pengujian, load dial dibaca
setiap 15 unit. Pembacaan dilakukan terus menerus sampai nilai load dial
turun. Setelah pengujian selesai dilakukan, sampel tanah yang telah diuji di
gambar. Setelah itu, sampel tanah yang tadinya utuh, dihancurkan,
kemudian dimasukkan lagi ke dalam tabung untuk dipadatkan (usahakan
volumenya sama dengan volume tanah undisturbed). Dalam keadaan ini
tanah disebut remoulded. Setelah dipadatkan, sampel tanah dikeluarkan
dengan hand ekstruder dan kembali diuji dengan menggunakan mesin
UCS test seperti pada percobaan pertama (percobaan untuk sampel tanah
undisturbed). Kemudian sampel tanah ditimbang dan digambar kembali.
Setelah itu, sampel tanah dimasukkan dalam oven untuk dicari kadar airnya.

Analisa Hasil
Consistency of Clay In Terms of UNCONFINED COMPRESSIVE TEST
Consistency Unconfined Compressive Strength
qu ( kg per sq cm )
Very Soft Less than 0.25
Soft 0.25-0.5
Medium 0.5-1.0
Stiff 1.0-2.0
Very Stiff 2.0-4.0
Extremely Stiff* Over 4.0
* If an extremely stiff clay is also brittle, it is called hard
Dari hasil praktikum ini diperoleh nilai qu dan c untuk tanah dalam
keadaan undisturbed adalah 5.8002 kg/cm2 dan 2.9001 kg/cm2 serta nilai qu
dan c untuk tanah dalam keadaan remoulded adalah 5.3724 kg/cm2 dan
2.6862 kg/cm2. Sehingga dari data tersebut diketahui bahwa tanah
undisturbed memiliki nilai qu dan c yang lebih tinggi dari pada tanah
remoulded. Dari nilai qu tanah pada keadaan undisturbed dan remoulded
tersebut maka diperoleh nilai sensitivity tanah sebesar 1.0796. Sehingga
berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa jenis tanah yang digunakan di
dalam praktikum ini adalah jenis tanah extremely stiff. Selain itu karena
nilai sensitivity tanah adalah 1.0796, maka berdasarkan buku Mekanika
Tanah karangan Joseph E. Bowles tanah yang digunakan di dalam
praktikum ini tergolong tanah yang tidak sensitif.

Analisa Kesalahan
- Adanya kesalahan pembacaan pada load dial dan deformation dial.
- Adanya kesalahan dalam pembacaan pengukuran tinggi dan diameter
sampel tanah.
- Adanya perbedaan volume antara tanah undisturbed dan tanah
remoulded.

5. KESIMPULAN
- Tanah dalam keadaan undisturbed memiliki nilai qu yang lebih besar daripada
tanah dalam keadaan remoulded.
- Pada kedalaman tanah 2 m, nilai qu tanah dalam keadaan undisturbed adalah
5.8002 kg/cm2 dan nilai qu tanah dalam keadaan remoulded adalah 5.3724
kg/cm2.
- Nilai sensitivity tanah = 1.0796.
- Berdasarkan tabel hubungan antara konsistensi dan qu di atas, maka tanah
yang digunakan di dalam praktikum ini termasuk jenis extremely stiff.
- Karena nilai sensitivity tanahnya adalah 1.076,
maka sesuai dengan buku Mekanika Tanah karangan Joseph E. Bowles,
maka tanah ini digolong tanah tidak sensitif.
6. REFERENSI
- J. E. Bowles, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknik Tanah.
- R. F. Craig, Mekanika Tanah.

Você também pode gostar