Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PERCOBAAN 3
UJI EFEK SEDATIF
Disusun oleh :
Golongan II Kelompok 4
Dina Prarika (G1F014003)
Kintyas Asokawati (G1F014069)
Irenne Agustina Tanto (G1F014071)
Alifah Itmi Mushoffa (G1F014073)
Gasti Giopenra Benarqi (G1F014075)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
UJI EFEK SEDATIF
(Percobaan 3)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam praktikum ini, Diazepam digunakan sebagai sampel obat agar cepat
diketahui efek farmakologinya, sehingga dapat diketahui perbandingan efek
farmakologi yang dihasilkan berdasarkan perbedaan cara pemberian obat.
Diazepam merupakan obat dari golongan Benzodiazepine. Benzodiazepine
merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai obat anti anxiolitik. Obat ini
juga telah menggantikan posisi barbiturate dan meprobamate sebagai obat anti cemas,
ini dikarenakan benzodiazepine masih lebih aman dan juga lebih efektif.Obat pertama
dari benzodiazepine adalah chlordiazepoxide, dimana obat tersebut telah ditemukan
pada tahun 1955 oleh Leo Sternbach dan teman-teman. Pengaturan kembali ke
enamcincin quinazoline oleh reaksi kimia dengan primary amine led, kurang
memuaskan, untuk membentuk 7 ikatan, 1,4-benzodiazepin-4-oxide. Bahan tersebut
seharusnya inaktif, tetapi efek aktivitas farmakologi diperiksa 2 tahun kemudian.
Lalu kemudian diketahui bahwa obat ini memiliki efek sedative, muscle-
relaxant, dan anti konvulsi pada hewan terhadap meprobamate,tidak memiliki efek
pada system saraf otonom, dan secara umum rendah toksisitasnya.Percobaan klinis
membuktikan sediaan ini memiliki efek anti cemas dan anti kejang padamanusia dan
diperkenalkan dipasaran pada tahun 1960, dan hanya 2 tahun kemudian dimulai
penelitian tentang farmakologinya. Diazepam, pertama kali berhasil di sintesis pada
tahun 1959, memiliki profil farmakologik yang hampir mirip tetapi 3 sampai 10 kali
lebih poten daripada chlordiazepoxidepada percobaan terhadap hewan. Obat ini mulai
dipasarkan sekitar akhir tahun 1963 dan sejak itu menjadi salah satu obat yang
penggunaannya luas di wilayah barat (Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana, 2007)
B. Tujuan Percobaan
Mempelajari dan mengamati pengaruh dari obat penekan syaraf pusat.
C. Dasar Teori
Obat-obat sedatif hipnotik memiliki efek farmakologik yang mirip dengan anastetik umum
dimana jika obat-obat tersebut diberikan dengan dosis yang lebih besar maka efeknya sama dengan
anastesi umum. Kedua jenis obat tersebut mempunyai mekanisme yang sama dalam menekan
susunan syaraf pusat (Meyer et al., 1974).
Obat-obat penenang (antipsikotik) berbeda pengaruhnya dengan hipnotik sebab tidak
menimbulkan efek anastetik. Sebagai contoh klorpromasin dan reserpin, penekanannya pada syaraf
pusat tidak begitu dalam sehingga hanya menimbulkan efek sedatif. Efek Sedatif ini dapat
mempengaruhi kemampuan koordinasi motorik dari hewan coba. Besar kecilnya pengaruh
terhadap koordinasi motorik tersebut dapat menggambarkan besar kecilnya efek sedatif (Meyer et
al., 1974).
Diazepam merupakan obat dari golongan Benzodiazepine. Benzodiazepine merupakan obat
yang paling banyak digunakan sebagai obat anti anxiolitik. Obat ini juga telah menggantikan posisi
barbiturate dan meprobamate sebagai obat anti cemas, ini dikarenakan benzodiazepine masih lebih
aman dan juga lebih efektif. Obat pertama dari benzodiazepine adalah chlordiazepoxide, dimana
obat tersebut telah ditemukan pada tahun 1955 oleh Leo Sternbach dan teman-teman. Pengaturan
kembali ke enamcincin quinazoline oleh reaksi kimia dengan primary amine led, kurang
memuaskan, untuk membentuk 7 ikatan, 1,4-benzodiazepin-4-oxide. Bahan tersebut seharusnya
inaktif, tetapi efek aktivitas farmakologi diperiksa 2 tahun kemudian. Lalu kemudian diketahui
bahwa obat inimemiliki efek sedative, muscle-relaxant, dan anti konvulsi pada hewan terhadap
meprobamate,tidak memiliki efek pada system saraf otonom, dan secara umum rendah
toksisitasnya. Percobaan klinis membuktikan sediaan ini memiliki efek anti cemas dan anti kejang
pada manusia dan diperkenalkan dipasaran pada tahun 1960, dan hanya 2 tahun kemudian
dimulai penelitian tentang farmakologinya (Sirtori CR, 2000).
Morfologi
Farmakokinetik
Apabila digunakan untuk mengobati kecemasan atau gangguan tidur, sedative-hipnotika
biasanya diberikan secara oral. Kecepatan absorpsi oral diazepam lebih cepat dibanding
benzodiazepine pada umumnya. Bioavailibilitas dari diazepam setelah pemberian intramuscular
tidak dapat dipercaya. Berdasarkan lama kerja, diazepam termasuk golongan benzodiazepineyang
bekerja dengan t lebih lama dari 24 jam. Diazepam diabsorpsi dengan baik di saluran cerna.
Secara Oral onsetnya 30 menit, dengan waktu puncak 1-2 jam dan durasi 2-3 jam. SecaraIntra Vena
onsetnya 1-5 menit, waktu puncaknya 15 menit dan durasi 15-60 menit. Pada pemberian secara
Intra Muskular onsetnya 15 menit, waktu puncaknya 30-90 menit dengandurasi yang sama 30-90
menit. Plasma konsentrasi dari diazepam adalah antara 0,02-1,01microgram/ml. Pada pemberian
oral atau per rectal, konsentrasi plasma rata-ratanya 76 & 81%.Bioavailibilitas lebih rendah pada
pemberian suppositoria (Sirtori CR, 2000).
Interaksi Obat
Peningkatan efek sedasi, dan depresi nafas dan depresi kardiovaskular dapat terjadi pada
penggunaan diazepam bersama obat lain yang mendepresi SSP, termasuk alcohol, anti
depresan,sedative antihistamin, antipsikotik, general anastesi, obat hipnotik-sedatif lainnya dan
analgesicopiate. Efek samping juga dapat muncul dengan penggunaan obat yang dapat
mengganggu metabolism diazepam. Analgesik dan diazepam dapat menyebabkan terjadi depresi
nafas. Ciprofloxacin menurunkan klerens diazepam dan memanjangkan t 1/2 , sedangkan
rifampisin menurunkan t dari diazepam, dan isoniazid meningkatkan waktu t diazepam pada
dosistunggal. Ikatan plasma diazepam dan desmethyldiazepam menurun dan konsentrasi bebas
meningkat dan segera mengikuti heparin ke di dalam aliran darah. Antidepresan dapat mengganggu
metabolism obat-obat golongan benzodiazepine. Obat golongan benzodiazepinetidak boleh di
berikan bersama obat anti viral terutama HIV-protease inhibitors. Propanolol dan metoprolol
menghambat metabolism diazepam. Digoxin mengganggu efek farmaokinetik diazepam. Obat lain
yang berinteraksi dengan diazepam, disulfiram, gastrointestinal drugs,general anstesi, Oral
kontrasepsi, Muscle relaksan, tembakau, dan xantin (Sirtori CR, 2000).
Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan
efek utama: sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi / ansietas, relaksasi otot,dan
anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer :
vasodilatasi koroner setelah pemberian dosis terapi secara IV dan blockade neuromuscular
yanghanya terjadi pada pemberian dosis tinggi.Target dari kerja benzodiazepine adalah reseptor
GABA. Reseptor ini terdiri dari subunit , , dan dimana berkombinasi dengan lima atau
lebih dari membrane postsinaptik.
Benzodiazepine meningkatkan efek GABA dengan berikatan ke tempat yang spesifik
danafinitas tinggi. Reseptor ionotropik ini, suatu protein heteroligometrik trans membran yang
berfungsi sebagai kanal ion klorida, yang diaktivasi oleh neurotransmitter GABA inhibiotrik.
Benzodiazepin meningkatkan frekuensi pembukaan kanal oleh GABA. Pemasukan ion
kloridatersebut menyebabkan hyperpolarisasi kecil yang menggerakkan potensial postsinaps
menjauh dari threshold sehingga menghambat kejadian potensial aksi. Diazepam digunakan dalam
jangka pengobatan jangka pendek untuk ansietas berat,hypnosis untuk manajemen sementara
insomnia, sebagai sedative dan premedikasi, sebagai antikonvulsan, dalam pengontrolan spasme
otot, dan pada manajemen gejala putus obat (Sirtori CR, 2000).
Kontraindikasi
1. Hipersensitivitas
2. Sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain
3. Pasien koma
4. Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya
5. Nyeri berat tak terkendali
6. Glaukoma sudut sempit
7. Kehamilan atau laktasi
8. Diketahui intoleran terhadap alkohol atau glikolpropilena (hanya injeksi)
(Annisa dkk, 2011)
Indikasi
1. Antiansietas
2. Anti konvulsan
3. Pelemas otot
4. Penginduksi anestesi
5. Sedatif&hipnotik
6. Penatalaksanaan gejala-gejala akibatpenghentian pemakaian alkohol
( Annisa dkk, 2011)
Mekanisme Kerja
Hewan
Uji
-diadaptasikan hewan uji di rotarod selama 5
menit
-diberi bahan obat secara peroral
Hasil
Per Oral
- Dosis Konversi = faktor konversi x Dosis manusia
= 0.018 x 10
- Berat tablet yang diambil =
0.072 116.4
=
2
= 4.1904 mg
- V Pemberian
BB tikus 1
- Tikus I = ( Vmax)
100 2
150 1
= (2 5)
100
= 3.75 ml
BB tikus 1
- Tikus II = ( Vmax)
100 2
120 1
= (2 5)
100
= 3 ml
V. PEMBAHASAN
Obat-obat seperti hipnotik, sedatif dan anestesi memberikan perbedaan efek
yang nyata. Anestesi merupakan obat yang dapat menyebabkan hilangnya rasa/pemati
rasa. Anestesidibedakan menjadi dua yaitu anestesi sistemik dan anestesi lokal. Sedatif
adalah obat tidur yang dalam dosis lebih rendah dari terapi yang diberikan pada siang
hari untuk tujuan menenangkan. Sedatif termasuk ke dalam kelompok psikoleptika
yang mencakup obat-obatyang menekan atau menghambat sisem saraf pusat. Efek
terbesar dari obat-obat sedasi adalah hipnotik yaitu kehilangan kesadaran. Untuk obat-
obat tertentu kenaikan dosis dapat menyebabkan kenaikan efek menjadi hipnotik.
Hipnotika merupakan obat penekan SSP yangmenyebabkan hilangnya kesadaran. Obat
hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur
yang menyerupai tidur fisiologis. Hipnotik sedatif relatif tidak selektif mulai dari yang
ringan yaitu menyebabkan kantuk atau tenang, menidurkan hingga yang berat (kecuali
benzodiazepin) menyebabkan hilangnya kesadaran, keadaananestesi, koma dan mati
bergantung pada dosis (Ganiswara, 1995).
Praktikum kali ini hanya diberikan diazepam, hal ini dikarenakan waktu
praktikum yang tidak mencukupi. Cara kerja yang dilakukan adalah pemberian obat
pada hewan uji yaitu melalui cara oral (pemberian obat melalui mulut masuk kesaluran
intestinal) digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul agar tidak membahayakan
bagi hewan uji. Dosis obat yang diberikan yaitu 10 mg/70 kg BB hewan uji. Untuk
stock larutan menggunakan larutan 0,072 ml. Sedangkan untuk volume injeksi per oral
pada tikus I adalah 3,75 ml dan tikus II 3 ml. Lalu dilakukan percobaan pada menit ke
15, 30, 60, dan 120 dengan meletakan tikus diatas rotarot selama 2 menit. Kemudian
diamati berapa kali tikus jatuh dari rotarod. Rata-rata tikus jatuh dengan pemberian
obat peroral pada menit ke-15 adalah 5, pada menit ke-30 adalah 4, pada menit ke-60
adalah 2, pada menit ke-90 adalah 7 (dibulatkan dari 6.5) dan pada menit ke-120 adalah
4.
VI. KESIMPULAN
Diazepam merupakan obat dari golongan Benzodiazepine. Benzodiazepine merupakan obat
yang paling banyak digunakan sebagai obat anti anxiolitik
Pada praktikum jumlah tikus jatuh dari rotarod paling banyak pada menit ke 90. Hal
ini menunjukkan bahwa tikus mengalami efek sedatif tertinggi pada menit ke 90
karena obat diberikan secara per oral
Pemberian obat secara per-oral menyebabkan mula kerja obat menjadi lambat karena
obat dimetabolisme pada lintasan pertamanya melalui organ-organtertentu
(first pass metabolism), sedangkan mula kerja obat menjadi lebih cepat jikadiberikan
secara parenteral karena tidak melalui saluran cerna sehingga obat tidak melalui first
pass metabolism.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Annisa dkk., 2011, Diazepam, www.id.scribd.com/doc/89701946/DIAZEPAM , diakses
tanggal: 10 Mei 2015
Ganiswara, 1995, Farmakologi dan Terapi ,Universitas Indonesia Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran , Jakarta
Meyers, H.F., et aI, 1976, Review of Medical Pharmacology Edition v, Lange Medical
Publications, California, page : 277 - 287.
Sirtori CR, 2000, Clinical Pharmacology, McGraw-Hill International , London
Syarif, Amir dkk., 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, FKUI , Jakarta
Tjay, Tan Hoan & Rahardja, Kirana, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat Penggunaan & Efek
Efek Sampingnya, PT Elex Media Komputindo, Jakarta