Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
kalium.
Berdasarkan proses terjadinya nyeri, maka rasa nyeri
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk
dapat dilawan dengan beberapa cara, yaitu :
mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan
1. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-
kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua
reseptor nyeri perifer, oleh analgetika perifer atau
proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak
anestetika lokal.
besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap
2. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-
perangsang ini. Obat penghalang nyeri (analgetik)
saraf sensoris, misalnya dengan anestetika lokal
mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang
3. Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat
kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan
dengan analgetika sentral (narkotika) atau anestetika
reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit.
umum.
Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-
faktor psikis turut berperan, misalnya kesabaran
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu
individu dan daya menerima nyeri dari si pasien. Secara
gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan
umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu
tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam
analgeti non-narkotinik atau analgesik non-opioid atau
tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi
integumental analgesic (misalnya asetosal dan
kuman atau kejang-kejang otot.
parasetamol) dan analgetika narkotik atau analgesik
Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan
opioid atau visceral analgesic (misalnya morfin).
mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan
kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat
Analgetika Narkotik
tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali
pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, atau
dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat.
jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini
Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan
rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem
menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia).
Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus
Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta
dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana
ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan
rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri
gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena
yang terpenting adalah histamine, serotonin, plasmakinin-
bahaya adiksi ini, maka kebanyakan analgetika sentral seperti terjadi efek-efek yang lebih berbahaya yaitu depresi
narkotika dimasukkan dalam Undang-Undang Narkotika dan pernafasan, tekanan darah turun, dan sirkulasi darah
penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen POM. terganggu. Akhirnya dapat terjadi koma dan pernafasan
terhenti.
Secara kimiawi, obat-obat ini dapat dibagi dalam
beberapa kelompok sebagai berikut : Efek morfin terhadap Sistem Saraf Pusat berupa analgesia
1) Alkaloid candu alamiah dan sintesis morfin dan kodein, dan narkosis. Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah
heroin, hidromorfon, hidrokodon, dan dionin. timbul sebelum penderita tidur dan seringkali analgesia terjadi
2) Pengganti-pengganti morfin yang terdiri dari : tanpa disertai tidur. Morfin dosis kecil (15-20 mg)
a. Petidin dan turunannya, fentanil dan sufentanil menimbulkan euforia pada penderita yang sedang menderita
b. Metadon dan turunannya:dekstromoramida, nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya, dosis yang sama pada
bezitramida, piritramida, dan d-ptopoksifen orang normal seringkali menimbulkan disforia berupa perasaan
c. Fenantren dan turunannya levorfenol termasuk kuatir atau takut disertai dengan mual, dan muntah. Morfin
pula pentazosin. juga menimbulkan rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi,
sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik berkurang, ketajaman
Antagonis-antagonis morfin adalah zat-zat yang dapat penglihatan berkurang, ektremitas tersa berat, badan terasa
melawan efek-efek samping dari analgetik narkotik tanpa panas, muka gatal dan mulut terasa kering, depresi nafas dan
mengurangi kerja analgesiknya dan terutama digunakan pada miosis. Rasa lapar hilang dan dapat muntah yang tidak selalu
overdosis atau intoksiaksi dengan obat-obat ini. Zat-zat ini disertai rasa mual. Dalam lingkungan yang tenang orang yang
sendiri juga berkhasiat sebagai analgetik, tetapi tidak dapat diberikan dosis terapi (15-20 mg) morfin akan tertidur cepat
digunakan dalam terapi, karena dia sendiri menimbulkan efek- dan nyenyak disertai mimpi, nafas lambat dan miosis.
efek samping yang mirip dengan mrfin, antara lain depresi Antara nyeri dan efek analgetik (juga efek depresi nafas)
pernafasan dan reaksi-reaksi psikotis. Yang sering digunakan morfin dan opioid lain terdapat antagonisme, artinya nyeri
adalah nalorfin dan nalokson. merupakan antagonis faalan bagi efek analgetik dan efek
Efek-efek samping dari morfin dan analgetika sentral lainnya depresi nafas morfin. Bila nyeri sudah dialami beberapa waktu
pada dosis biasa adalah gangguan-gangguan lambung, usus sebelum pemberian morfin, efek analgetik obat ini tidak begitu
(mual, muntah, obstipasi), juga efek-efek pusat lainnya besar. Sebaliknya bila stimulus nyeri ditimbulkan setelah efek
seperti kegelisahan, sedasi, rasa kantuk, dan perubahan analgetik mencapai maksimum, dosis morfin yang diperlukan
suasana jiwa dengan euforia. Pada dosis yang lebih tinggi untuk meniadakan nyeri itu jauh lebih kecil. Penderita yang
sedang mengalami nyeri hebat dan memerlukan mofin dengan ginjal dan juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping
dosis besar untuk menghilangkan rasa nyerinya, dapat tahan ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau pada dosis
terhadap depresi nafas morfin. Tetapi bila nyeri itu tiba-tiba besar, maka sebaiknya janganlah menggunakan analgetika ini
hilang, maka kemungkinan besar timbul gejala depresi nafas secara terus-menerus.
oleh morfin.
Analgetika-Antipiretik
Analgetika Perifer (non-narkotik) Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa
Obat obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan antipiretik
mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tingi.
kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika Jadi, analgetik-antipiretik dalah obat yang mengurangi rasa
perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
badan pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik
antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap Sebagai mediator nyeri, antara lain adalah sebagai berikut:
pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan 1. Histamin
vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya 2. Serotonin
pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat. 3. Plasmokinin (antara lain Bradikinin)
4. Prostaglandin
Penggolongan analgetika perifer secara kimiawi adalah 5. Ion Kalium
sebagai berikut:
1) salisilat-salisilat, Na-salisilat, asetosal, salisilamida, Analgetik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa
dan benirilat nyeri yang dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis,
2) Derivat-derivat p-aminofenol:fenasetin dan parasetamol kimia, dan fisis yang melampaui suatu nilai ambang tertentu
3) Derivat-derivat pirozolon:antipirin,aminofenazon, (nilai ambang nyeri). Rasa nyeri tersebut terjadi akibat
dipiron, fenilbutazon danturunan-turunannya terlepasnya mediator-mediator nyeri (misalnya bradikinin,
4) Derivat-derivat antranilat: glafenin, asam mefenamat, prostaglandin) dari jaringan yang rusak yang kemudian
dan asam nifluminat. merangsang reseptor nyeri di ujung saraf perifer ataupun
ditempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya rangsang
Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguan- nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh saraf
gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan sensoris melalui sumsum tulang belakang dan thalamus.
Analgetic dan obat-obatnya
REFERENSI
1. Definisi
Anief,Moh.2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi.
Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada University Press. Analgesik: senyawa yang pada dosis terapetik meringankan
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah atau menekan rasa nyeri tanpa memiliki kerja anastesi umum.
Mada University Press
analgesik berasal dari kata Yunani an- (tanpa dan -algia
Katzung,B.G.1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, ed
(nyeri .
IV.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mutschler Ernest. 1991. Dinamika Obat, Buku Ajar
2. Patogenesis
Farmakologi & Toksikologi edisi V. Bandung : Penerbit ITB
Tjay, Tan Hoan,Drs.,Rahardja,Kirana,Drs.2002. Obat-obat Nyeri adalah suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi
Penting. Jakarta : dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-
Gramedia gangguan pada tubuh; seperti peradangan, infeksi-infeksi
kuman, dan kejang otot. Sehingga sesungguhnya rasa nyeri
berguna sebgai alarm bahwa ada yang salah pada tubuh.
Misalnya, saat seseorang tidak sengaja menginjak pecahan
kaca, dan kakinya tertusuk, maka ia akan merasakan rasa
nyeri pada kakinya dan segera ia memindahkan kakinya. Tetapi
adakalanya nyeri yang merupakan pertanda ini dirasakan
sangat menggangu apalagi bila berlangsung dalam waktu yang
lama, misalnya pada penderita kanker.
PENGGOLONGAN ANALGETIK
Gambar 2.1 : Origin and effects of prostaglandins
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2
golongan :
} 2. Analgesik opioid.
Obat- obat Nonopioid Analgesics ( Generic name ) keadaan lain.efek samping kadang-kadang timbul peningkatan
ringan enzim hati.
Acetaminophen, Aspirin, Celecoxib ,Diclofenac ,Etodolac
,Fenoprofen ,Flurbiprofen Ibuprofen ,Indomethacin Pada dosis besar dapat menimbulkan pusing,mudah terangsang,
,Ketoprofen ,Ketorolac ,Meclofenamate ,Mefanamic acid dan disorientasi.
Nabumetone ,Naproxen ,Oxaprozin ,Oxyphenbutazone
,Phenylbutazone ,Piroxicam Rofecoxib ,Sulindac ,Tolmetin. c. Indoles and Related Compounds
Deskripsi Obat Analgesik Non-opioid Contoh Obatnya : Indomethacin (Indocin), obat ini lebih
efektif daripada aspirin, merupakan obat penghambat
a. Salicylates prostaglandin terkuat. Efek samping menimbulkan efek
terhadap saluran cerna seperti nyeri
Contoh Obatnya : Aspirin, mempunyai kemampuan menghambat abdomen,diare, pendarahan saluran cerna,dan
biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim pankreatitis.serta menimbulkan nyeri kepala, dan jarang
siklooksigenase secara ireversibel, pada dosis yang tepat,obat terjadi kelainan hati.
ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun
tromboksan A2 , pada dosis yang biasa efek sampingnya adalah d. Fenamates
gangguan lambung( intoleransi ).Efek ini dapat diperkecil
dengan penyangga yang cocok ( minum aspirin bersama Contoh Obatnya : Meclofenamate (Meclomen) ,merupakan
makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasid). turunan asam fenamat ,mempunyai waktu paruh
pendek,efek samping yang serupa dengan obat-obat
b. p-Aminophenol Derivatives AINS baru yang lain dan tak ada keuntungan lain yang
melebihinya.obat ini meningkatkan efek antikoagulan oral.
Contoh Obatnya : Acetaminophen (Tylenol) adalah metabolit dikontraindikasikan pada kehamilan.
dari
e. Arylpropionic Acid Derivatives
fenasetin. Obat ini menghambat prostaglandin yang lemah pada
jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi yang Contoh Obatnya : Ibuprofen (Advil),Tersedia bebas dalam
bermakna.Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang dosis rendah dengan berbagai nama dagang.obat ini
seperti nyeri kepala,mialgia,nyeri pasca persalinan dan dikontraindikasikan pada mereka yang menderita polip
hidung ,angioedema, dan reaktivitas bronkospastik terhadap berbagai kelainan otot rangka.efek sampingnya distres saluran
aspirin.Efek samping,gejala saluran cerna. cerna, perdarahan saluran cerna,dan tukak lambung.
Contoh Obatnya : Phenylbutazone (Butazolidin) untuk Contoh Obatnya : Oxaprozin (Daypro), obat ini mempunyai
pengobatan waktu paruh yang panjang.obat ini memiliki beberapa
keuntungan dan resiko yang berkaitan dengan obat AINS
artristis rmatoid,dan berbagai kelainan otot rangka.obat ini lain.
mempunya efek anti-
2. Analgetik opioid
inflamasi yang kuat. tetapi memiliki efek samping yang serius
seperti agranulositosis, anemia aplastik,anemia Analgetik opiad merupakan golongan obat yang memiliki sifat
hemolitik,dan nekrosis tubulus ginjal. seperti opium/morfin. Sifat dari analgesik opiad yaitu
menimbulkan adiksi: habituasi dan ketergantungan fisik. Oleh
g. Oxicam Derivatives karena itu, diperlukan usaha untuk mendapatkan analgesik
ideal:
Contoh Obatnya : Piroxicam (Feldene), obat AINS dengan
struktur baru.waktu paruhnya panjang untuk 1. Potensi analgesik yg sama kuat dengan morfin
pengobatan artristis rmatoid,dan berbagai kelainan otot 2. Tanpa bahaya adiksi
rangka.efek sampingnya meliputi tinitus ,nyeri kepala,dan
rash. - Obat yang berasal dari opium-morfin
Contoh Obatnya : Diclofenac (Voltaren),obat ini adalah - Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin
penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek
antiinflamasi,analgetik, dan antipiretik. waktu parunya Analgetik opiad mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat
pendek. dianjurkan untuk pengobatan artristis rmatoid,dan kuat dengan titik kerja yang terletak di susunan syaraf pusat
(SSP). Umumnya dapat mengurangi kesadaran dan
menimbulkan perasaan nyaman (euforia).. Analgetik opioid ini Ada beberapa jenis Reseptor opioid yang telah diketahui dan
merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif diteliti, yaitu reseptor opioid , , , , . (dan yang terbaru
untuk mengatasi nyeri yang hebat. ditemukan adalah N/OFQ receptor, initially called the opioid-
receptor-like 1 (ORL-1) receptor or orphan opioid receptor
Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh dan e-receptor, namum belum jelas fungsinya).
sendiri (endogen), terutama dalam batang otak dan sumsum
tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri. Reseptor memediasi efek analgesik dan euforia dari opioid,
Dengan sistem ini dapat dimengerti mengapa nyeri dalam dan ketergantungan fisik dari opioid. Sedangkan reseptor 2
situasi tertekan, misalnya luka pada kecelakaan lalu lintas memediasi efek depresan pernafasan.
mula-mula tidak terasa dan baru disadari beberapa saat
kemudian. Senyawa-senyawa yang dikeluarkan oleh sistem Reseptor yang sekurangnya memiliki 2 subtipe berperan
endogen ini disebut opioid endogen. Beberapa senyawa yang dalam memediasi efek analgesik dan berhubungan dengan
termasuk dalam penghambat nyeri endogen antara lain: toleransi terhadap opioid. reseptor telah diketahui dan
enkefalin, endorfin, dan dinorfin. berperan dalam efek analgesik, miosis, sedatif, dan diuresis.
Reseptor opioid ini tersebar dalam otak dan sumsum tulang
Opioid endogen ini berhubungan dengan beberapa fungsi belakang. Reseptor dan reseptor menunjukan selektifitas
penting tubuh seperti fluktuasi hormonal, produksi analgesia, untuk ekekfalin dan dinorfin, sedangkan reseptor selektif
termoregulasi, mediasi stress dan kegelisahan, dan untuk opioid analgesic.
pengembangan toleransi dan ketergantungan opioid. Opioid
endogen mengatur homeostatis, mengaplifikasi sinyal dari Mekanisme umumnya :
permukaan tubuk ke otak, dan bertindak juga sebagai
neuromodulator dari respon tubuh terhadap rangsang Terikatnya opioid pada reseptor menghasilkan pengurangan
eksternal. masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, selain itu mengakibatkan pula
hiperpolarisasi dengan meningkatkan masuknya ion K+ ke dalam
Baik opioid endogen dan analgesik opioid bekerja pada reseptor sel. Hasil dari berkurangnya kadar ion kalsium dalam sel
opioid, berbeda dengan analgesik nonopioid yang target aksinya adalah terjadinya pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin,
pada enzim. dan peptida penghantar nyeri, seperti contohnya substansi P,
dan mengakibatkan transmisi rangsang nyeri terhambat.
Efek-efek yang ditimbulkan dari perangsangan reseptor opioid Obat-obat Opioid Analgesics ( Generic name )
diantaranya:
Alfentanil ,Benzonatate ,Buprenorphine ,Butorphanol
Analgesik ,Codeine ,Dextromethorphan
medullary effect
Miosis Dezocine ,Difenoxin ,Dihydrocodeine ,Diphenoxylate
immune function and Histamine ,Fentanyl ,Heroin Hydrocodone ,Hydromorphone ,LAAM,
Antitussive effect Levopropoxyphene ,Levorphanol Loperamide ,Meperidine,
Hypothalamic effect
GI effect Methadone ,Morphine ,Nalbuphine ,Nalmefene ,Naloxone
,Naltrexone, Noscapine Oxycodone, Oxymorphone, Pentazocine
Efek samping yang dapat terjadi: ,Propoxyphene ,Sufentanil
Ada beberapa kondisi kesehatan yang harus diperhatikan Gangguan saluran pencernaan. Obat-obat AINS dapat
dalam pemilihan obat analgetika, antara lain: menyebabkan komplikasi saluran pencernaan seperti dispepsia,
radang lambung, luka lambung, perdarahan lambung dan secara
Gangguan ginjal. Prostaglandin berperan dalam fungsi sistemik dengan penghambatan sintesis protaglandin. Radang
ginjal dan sistem darah. Risiko yang mungkin terjadi adalah lambung adalah efek lokal yang dapat terjadi pada dosis
terjadinya gangguan elektrolit, kegagalan ginjal akut, gagal rendah, sedangkan perlukaan lambung biasanya terjadi akibat
ginjal kronis, dan nephropati. Risiko ini lebih banyak dijumpai penghambatan prostaglandin secara sistemik dan sering kali
pada penggunaan obat AINS nonsalisilat yang lama. Pasien tanpa gejala sebelumnya.
dengan gangguan ginjal sangat dianjurkan untuk berhati-hati
dalam penggunaan analgetika ini. Pasien yang berisiko tinggi terhadap komplikasi serius
saluran cerna akibat AINS (seperti luka lambung,
Penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh perdarahan,) adalah mereka yang punya riwayat gangguan
darah).Penggunaan obat AINS dalam waktu lama dapat lambung, yang berusia lebih dari 60 tahun, dan mereka yang
menyebabkan gangguan kontrol tekanan darah pada pasien menggunakan secara bersamaan obat-obat lain seperti
berpenyakit kardiovaskuler. Meskipun aspirin dosis rendah kortikosteroid, antikoagulan dan nikotin. Faktor risiko
(50-325 mg per hari) kini direkomendasikan untuk beberapa tambahan antara lain adalah jika menggunakan aspirin dan obat
penyakit kardiovaskuler (iskemia akibat stroke, infark jantung, AINS lainnya dalam kombinasi, dan menggunakan aspirin dan
dll), diperlukan pemantauan yang ketat dari dokter atau obat AINS lainnya dengan alkohol. Parasetamol merupakan
pilihan yang paling aman untuk pasien dengan gangguan saluran terhadap fungsi platelet. Namun, parasetamol umumnya masih
cerna. merupakan pilihan yang aman untuk kondisi pasien dengan
gangguan penggumpalan darah.
Penyakit hati. Walaupun relatif tidak banyak terjadi, efek
samping pada hati berkisar dari ringan sampai fatal dapat Kelebihan asam urat. Banyak pasien rematik/gout
ditemui pada penggunaan analgetika. Salisilat bisa menggunakan analgetik untuk menghilangkan nyeri. Salisilat
menyebabkan keracunan akut jika konsentrasi obat dalam pada dosis harian sebesar 1-2 gram menghambat pengeluaran
darah tinggi, terutama jika pasien telah memiliki gangguan asam urat melalui ginjal dan akibatnya meningkatkan
fungsi hati (seperti pada hepatitis) atau demam rematik. Pada konsentrasi urat pada plasma darah yang dapat memperparah
peminum alkohol berat, risiko terjadinya keracunan hati bisa kondisi.
meningkat dengan pemakaian parasetamol yang berlebihan.
Kondisi khusus. Masalah keamanan obat analgetik tanpa resep
Asma. Kira-kira 20% pasien asma berpotensi terhadap risiko terutama penting bagi orang lanjut usia, bayi dan anak-anak,
reaksi alergi (hipersensitif) setelah penggunaan aspirin. Pasien dan wanita hamil/menyusui.
yang mempunyai riwayat polip hidung atau rinitis, gatal-gatal,
dan alergi lain terhadap aspirin sebaiknya menghindari Karena pasien lanjut usia umumnya menggunakan obat-
penggunaan obat tersebut. Natrium salisilat dan parasetamol obat untuk kardiovaskuler, diuretik, dan obat-obat lain, maka
merupakan alternatif yang baik. penggunaan bersama dengan analgetik tanpa resep harus
dimonitor secara baik untuk menghindari interaksi obat. Selain
Gangguan penggumpalan darah. Pasien dengan gangguan itu, pasien lanjut usia cenderung lebih sensitif terhadap efek
penggumpalan darah seperti hemofilia, trombositopenia, uremia obat karena sudah berkurangnya fungsi ginjal, dan umumnya
dan sirosis harus menghindari pemakaian obat AINS. Mereka perlu penyesuaian dosis untuk mengurangi efek samping.
yang berusia lanjut dan yang mengkonsumsi alkohol secara
reguler dan minum obat antikoagulan bisa mengalami Pada bayi dan anak-anak, keamanan dan efektifitas obat
pendarahan yang lebih lama, karena itu harus berhati-hati analgetika tergantung pada dosis yang tepat. Idealnya, dosis
dalam menggunakan obat AINS. dihitung berdasarkan pada berat badan, dan obat harus
diberikan dengan cara yang tepat agar semua obat bisa
Di antara semua produk obat AINS, salisilat nonasetil terminum, karena anak kecil umumnya sulit untuk anak sesuai
merupakan pilihan karena tidak memiliki efek yang besar dengan umurnya.
Penyesuaian dosis juga sangat dibutuhkan pada bayi, ANALGESIK-ANTIPIRETIK, ANALGETIK ANTI-
karena berat badannya seringkali berubah secara signifikan INFLAMASI NONSTEROID DAN OBAT GANGGUAN SENDI
selama masa perkembangan bayi. Salisilat tidak LAINNYA
direkomendasikan untuk analgetika dan antipiretik pada
bayi/anak-anak dengan gejala influenza atau cacar karena
adanya kemungkinan sindrom Reye (gejala pembesaran
kepala/encephalopathy pada
FARMAKOKINETIK SEDIAAN
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan Aspirin tersedia dalam bentuk tablet 100 mg untuk anak dan
cepat dalam bentuk utuh di lambung. Kadar tertinggi dicapai tablet 500 mg untuk dewasa.
kira-kira 2 jam. Diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil
melalui keringat dan empedu. 2. ASETAMINOFEN (PARACETAMOL)
FARMAKODINAMIK
INDIKASI Efek analgetik paracetamol serupa dengan salisilat yaitu
Antipiretik, dosis dewasa adalah 325-650 mg diberikan secara menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk anak-anak 15-20 mg/ KgBB Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diberikan tiap 4-6 jam. Dikontraindikasikan pada anak dibawah diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek
12 tahun. anti inflamasinya sangat lemah. Efek iritasi, erosi dan
Analgesik, bermanfaat untuk mengobati nyeri tidak spesifik perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini,
misalnya sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan demikian juga pada gangguan keseimbangan asam basa dan
mialgia. Dosis sama seperti pada penggunaan antipiretik. gangguan pernafasan.
FARMAKOKINETIK obat ini hanya digunakan untuk terapi penyakit inflamasi sendi
Paracetamol di absorbsi cepat dan sempurna melalui saluran seperti arthritis reumatoid, osteorthritis, dan penyakit pirai.
cerna. Konsentrasi tertinggi didalam plasma dicapai dalam Semua AINS merupaka iritan mukosa lambung dan toksik
waktu 1/2 jam dan masa paruh plasma 1-3 jam. Obat ini terhadap ginjal, maka fungsi ginjal perlu diperhatikan pada
dimetabolisme dihati dan diekskresi di ginjal. penggunaan obat ini.
3. IBUPROFEN Obat ini tidak dianjurkan diberikan pada wanita hamil, pasien
Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tukak lambung dan pasien yang sedang minum antikoagulan.
tidak terlalu kuat. Efek anti-inflamasinya terlihat dengan Indikasi piroksikam hanya untuk penyakit inflamasi sendi
dosis 1200-1400 mg/ hari. Absorbsi ibuprofen cepat melalui misalnya arthritis reumatoid, osteoarthritis, spondilitis
lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1- ankilosa. Dosis 10-20 mg/ hari.
2 jam. Waktu paruh 2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam
protein plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Meloksikam efeksampingnya lebih minimal dibandingkan dengan
90% di ekskresikan melalui urin. piroksikam. Dosis 7,5-15 mg/ hari.
Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan
dengan aspirin. 5. KOLKISIN
Terutama di indikasikan pada penyakit pirai.
Dosis analgesik 4 x 400 mg/ hari. Sifar anti radang kolkisin spesifik terhadap penyakit piraidan
Tidak dianjurkan pada ibu hamil dan menyusui. beberapa arthritis lainnya sedangkan sebagai anti radang
umum kolkisin tidak efektif. Kolkisin tidak memiliki efek
analgesik.
Absorbsi melalui saluran cerna baik. Diekskresi melalui tinja,
10-20% melalui urin.
alergi berupa demam, menggigil, leukopenia atau leukositosis,
Dosis kolkisin 0,5-0,6 mg tiap jam atau 1,2 mg sebagai dosis eosinofilia, artralgia dan pruritus.
awal diikuti 0,5-0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit Gangguan saluran cerna kadang-kadang dapat terjadi.
hilang atau gejala saluran cerna muncul. Dosis maksimal 7-8
mg. Untuk profilaksis diberikan 0,5-1 mg/ hari. Alopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan sehingga
Pemberian IV: 1-2 mg dilanjutkan dengan 0,5 mg tiap 12-24 sebaiknya pada awal terapi diberikan juga kolkisin.
jam. Dosis jangan melebihi 4 mg dengan satu regimen
pengobatan. Sebaiknya larutan 2 mL diencerkan menjadi 10 mL Dosis untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg/ hari, 400-600
dengan larutan garam faal. mg/ hari untuk yang lebih berat. Untuk pasien dengan
gangguan fungsi ginjal dosis cukup 100-200 mg/ hari. Dosis
Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah dan untuk hiperurisemia sekunder 100-200 mg/ hari. Untuk anak-
diare. Depresi sumsum tulang, purpura, neuritis perifer, anak 6-10 tahun 300 mg/ hari dan anak dibawah 6 tahun 150
miopati, anuria, alopesia, gangguan hati, reaksi alergi dan mg/ hari.
kolitis hemoragik jarang terjadi.
7. PROBENESID
6. ALOPURINOL Berefek mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta
Berguna untuk mengobati penyakit pirai karena menurunkan pembentukan tofi pada penyakit pirai, tidak efektif untuk
kadar asam urat. Pengobatan jangka panjang mengurangi mengatasi serangan akut. Probenesid tidak berguna bila laju
frekuansi serangan, menghambat pembentukan tofi, filtrasi glomerulus < 30 mL per menit.
memobilisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi. Obat ini Efek samping gangguan saluran cerna, nyeri kepala dan reaksi
terutama mengobati penyakit pirai kronik dengan insufisiensi alergi. Gangguan saluran cerna lebih ringan.
ginjal dan batu urat dalam ginjal.
Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Bila Dosis probenesid 2 x 250 mg/ hari selama seminggu diikuti dengan 2
kemerahan kulit timbul, obat harus segera dihentikan. Reaksi x 500 mg/ hari.