Você está na página 1de 30

Apa itu Gagal Ginjal: Gejala, Penyebab,

Diagnosis, dan Cara Mengobati`


Definisi dan Gambaran Umum
Gagal ginjal adalah kondisi dimana ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring cairan
dan sisa-sisa makanan. Saat kondisi ini terjadi, kadar racun dan cairan berbahaya akan terkumpul
di dalam tubuh dan dapat berakibat fatal jika tidak diobati.

Ginjal adalah sepasang organ yang berbentuk menyerupai kacang yang terletak pada punggung
bagian bawah. Fungsi utamanya adalah untuk menyaring racun dan sisa-sisa makanan dan
mengirimkannya ke usus, untuk kemudian dibuang melalui air kemih. Jika ginjal tidak dapat
berfungsi, karena penyebab yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya, maka kondisi gagal
ginjal terjadi. Satu-satunya cara untuk bisa sembuh dari kondisi ini adalah dengan melakukan
cangkok ginjal.

Penyebab Gagal Ginjal


Penyebab gagal ginjal dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:

1. Gagal ginjal akibat kerusakan pada ginjal

Kerusakan pada ginjal dapat mengganggu fungsi ginjal. Beberapa diantara penyebabnya antara
lain:

Diabetes (baik itu tipe I maupun II), yang dapat menyebabkan penumpukan gula
(glukosa) dalam darah yang dapat merusak glomeruli (pembuluh ginjal)
Penyakit autoimun seperti eritematosis lupus sistemik, dimana sistem kekebalan tubuh
menyerang dan merusak ginjal
Malaria dan penyakit kuning
Tekanan darah tinggi, yang juga dapat merusak glomeruli
Peradangan pembuluh ginjal (glomerulopephritis)
Infeksi yang tidak diobati
Penyalahgunaan narkoba dan alkohol
Obat-obatan kemoterapi
Jumlah racun, seperti logam, yang terlalu banyak
Kondisi turunan seperti penyakit ginjal polikistik (kista ganda)

2. Gagal ginjal yang disebabkan oleh hilangnya aliran darah ke ginjal

Hilangnya asupan darah ke ginjal secara tiba-tiba dapat menyebabkan ginjal berhenti berfungsi
dan merupakan penyebab umum untuk penyakit ginjal akut. Kondisi ini biasanya disebabkan
oleh penyakit tertentu seperti stenosis arteri (penyempitan atau penyumbatan pembuluh arteri
ginjal), pengerasan (sirosis) hati, serangan jantung, penyakit jantung koroner, kehilangan cairan
tubuh (dehidrasi), timbunan kolesterol, luka bakar, infeksi dan reaksi terhadap alergi.

3. Kesulitan untuk buang air kecil yang menyebabkan gagal ginjal

Kesulitan untuk buang air kecil biasanya disebabkan oleh sumbatan yang meningkatkan tekanan
pada ginjal dan mengganggu fungsinya. Beberapa jenis kanker seperti kanker usus besar, prostat,
usus dan leher rahim (serviks), serta batu ginjal, darah beku dan prostat berukuran besar dapat
menyumbat aliran air kemih

Jenis dan Gejala Gagal Ginjal


Gejala yang muncul biasanya tergantung dari jenis gagal ginjal yang dialami pasien. Secara
umum, terdapat dua jenis gagal ginjal:

Gagal ginjal akut

Gagal ginjal akut adalah kondisi yang terjadi saat ginjal tiba-tiba berhenti berfungsi. Gejala yang
muncul dari kondisi ini antara lain:

Sulit buang air kecil


Pembengkakan pada organ tubuh bagian bawah (kaki)
Hilangnya selera makan
Mual-mual dan muntah-muntah
Perasaan cemas, bingung, dan mengantuk
Nyeri pada tubuh bagian samping atau punggung di bawah tulang iga

Gagal ginjal kronis

Kondisi kronis merujuk pada kondisi dimana penyakit berlangsung dan memburuk dalam jangka
waktu yang cukup lama. Hal ini biasanya merupakan akibat dari beberapa faktor yang
menyebabkan hilangnya fungsi ginjal secara tetap dan menyusutnya ukuran ginjal. Beberapa
gejala umum dari kondisi ini adalah sebagai berikut:

Kekurangan sel darah merah (Anemia)


Air kemih (Urin) yang berwarna gelap atau darah pada air kemih
Berkurangnya frekuensi buang air kecil
Pembengkakan bagian tubuh
Gangguan sulit tidur (Insomnia)
Gatal-gatal pada kulit
Hilangnya selera makan
Kram otot
Nyeri pada tubuh bagian samping
Kadar protein yang tidak normal pada air kemih
Sakit kepala yang tidak dapat dijelaskan
Perubahan berat badan secara tiba-tiba
Tekanan darah tinggi
Gagal fungsi ereksi pada pria

Gagal ginjal kronis dikelompokkan ke dalam lima tahap, tergantung dari tingkat keparahan
gangguan ginjal yang dialami pasien.

Siapa yang Dapat Ditemui dan Jenis Perawatan yang


Tersedia
Gangguan yang melibatkan kesulitan buang air kecil perlu mendapatkan penanganan dokter. Jika
Anda mengalami gabungan dari gejala yang disebutkan di atas, maka Anda sebaiknya segera
menemui dokter. Pada kasus serius, dokter Anda akan merujuk Anda untuk menemui seorang
urolog, dokter yang khusus menangani masalah pada ginjal.

Anda akan dirujuk untuk menjalani beberapa tes untuk mendiagnosa penyakit ginjal yang Anda
derita, termasuk:

1. Urinalisis untuk memeriksa apakah terdapat keanehan pada jumlah sel darah merah dan
putih, bakteri, protein atau sel pada urin.

2. Contoh darah untuk memeriksa apakan racun dapat disaring keluar dari ginjal. Tes ini
memeriksa tingkat urea dan kreatin dalam air kemih. Jumlah urea dan kreatin yang banyak pada
air kemih menandakan gangguan ginjal tingkat akhir.

3. Pemindaian ginjal seperti pengambilan gambar menggunakan resonansi magnetik,


gelombang suara ultrasonik, dan pemindaian CT untuk mendeteksi penyumbatan pada aliran
kemih dan untuk memeriksa ukuran dan bentuk ginjal.

4. Pengambilan contoh jaringan ginjal dimana contoh ginjal diambil dan diperiksa untuk
menemukan kerusakan sel

5. GFR (Glomerular Filtration Rate) untuk memeriksa tingkat sisa-sisa pencernaan pada darah
atau air kemih (dalam milimeter), untuk mengetahui tahap penyakit ginjal yang dialami pasien

Perawatan untuk Gagal Ginjal


Gagal ginjal tahap akhir hanya dapat dirawat dengan dua cara: pencucian darah (dialisis) atau
cangkok ginjal. Pencucian darah merupakan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan dari darah
yang melibatkan sebuah mesin, karena ginjal sudah tidak dapat berfungsi lagi. Darah dipompa
keluar dan disaring menggunakan dialiser (struktur ginjal tiruan) untuk membuang senyawa yang
tidak diinginkan sebelum dimasukkan kembali ke dalam tubuh. Tindakan ini beresiko tinggi
menyebabkan infeksi.

Jika memungkinkan, para penderita gagal ginjal dapat tetap hidup melalui tindakan cangkok
ginjal, dimana ginjal pasien digantikan dengan ginjal yang baru dan cocok dari pendonor.
Tindakan ini biasanya memakan waktu yang cukup lama karena tidak mudah menemukan donor
ginjal, namun jika dapat dilakukan dengan baik, maka pasien akan dapat melanjutkan hidupnya
secara normal seperti sediakala dengan ginjal baru. Obat-obatan penekan kekebalan tubuh
(imunosupresif) biasanya akan diberikan setelah pasien menjalani tindakan pencangkokan.

Selain kedua metode tersebut, para penderita penyakit ginjal biasanya harus mengkonsumsi
banyak obat-obatan untuk mencegah komplikasi. Obat-obatan untuk mengendalikan kadar
mineral dalam darah seperti potasium, fosfat dan kalsium, diuretik (atau cairan infus jika pasien
mengalami dehidrasi), suplemen zat besi untuk mengatasi anemia, antihistamin untuk meredakan
gatal-gatal, dan suplemen vitamin D.

Pola makan sehat juga dapat membantu membuat pengobatan menjadi efektif. Para pasien akan
disarankan untuk mengendalikan jumlah protein dalam makanan mereka untuk mencegah agar
kondisi tersebut tidak berkembang dengan cepat, bersama dengan konsumsi garam, potasium,
dan fosfor.
Bagian Utama Ginjal dan Fungsinya

Untuk mengenali anatomi ginjal, kita sebaiknya memulainya dengan mengetahui apa saja
bagian-bagian ginjal dan fungsinya yang utama terlebih dulu yang dibedakan menjadi 3, yaitu
korteks, medula, dan pelvis renalis, Anda bisa melihatnya pada gambar ginjal di atas. Bagian
utama ginjal ini nantinya masih memiliki bagian-bagian yang lebih spesifik lagi yang juga
penting untuk diketahui (dibahas di halaman 2). Berikut ini adalah bagian utama ginjal.

1. Korteks

Yang pertama adalah korteks, bagian terluar pada ginjal yang terletak antara kapsul ginjal dan
juga medula ginjal. Fungsi korteks adalah sebagai tempat terjadinya filtrasi dan ultrafiltrasi. Di
dalam korteks terdapat jutaan nefron yang terdiri dari badan malphigi. Setiap badan malphigi itu
sendiri tersusun dari glomerulus yang diselimuti oleh kapsula Bowman dan juga beberapa
saluran yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Jutaan nefron
yang berada pada korteks ini membuat permukaan kapiler ginjal menjadi lebih luas, dan
meningkatkan kemampuan filterisasi zat buang.

2. Medula

Bagian utama ginjal selanjutnya adalah medula atau sumsum ginjal yang bentuknya seperti
piramid. Bagian utama medula sendiri adalah terdiri dari 8-12 piramida renalis, yang yang
berfungsi untuk menyalurkan sisa hasil filtrasi dari tubulus kolektivus ke kaliks. Di dalam
medula terdapat nefron yang memanjang dari bagian korteks. Bagian nefron yang ada di medula
adalah lengkung henle dan tubulus kolektivus.
3. Pelvis Renalis

Yang terakhir pelvis renalis atau rongga ginjal, yaitu bagian atas ureter yang melebar. Pelvis
sendiri adalah tempat penampungan urine dan selanjutnya akan mengalirkan urin menuju ke
kandung kemih atau vesika urinaria melalui saluran ureter. Dan di dalam kandung kemih, urin
disimpan untuk sementara waktu sebelum akhirnya urin dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

Proses Terbentuknya Urin yang Terjadi pada Bagian-Bagian Ginjal

1. Filtrasi

Proses filtrasi ini terjadi pada kapiler glomerulus dan kapsul bowman. Ada beberapa faktor yang
bisa memantu melancarkan proses filtrasi ini, yaitu tekanan hidrolik dan juga pemeabilitas yang
tinggi pada glomerulus itu sendiri. Pada glomerulus juga terjadi beberapa proses lain diantaranya
adalah pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan juga sebagian besar protein plasma
yang ada di dalam tubuh. Proses ini akan menghasilkan urin primer.

2. Reabsorbsi

Proses reabsorbsi terjadi pada tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan menghasilkan
urin sekunder. Pada proses ini akan terjadi penambahan beberapa zat sisa serta urea yang ada
pada tubulus kontortus distal. Sedangkan zat-zat yang masih berguna pada urin primer yang
melalui proses reabsorbsi akan dikembalikan lagi ke darah melalui pembuluh kapiler.

3. Augmentasi

Proses terakhir adalah proses augmentasi di mana urin sekunder yang berasal dari lengkung
henle akan disalurkan ke tubulus kontortus distal. Pada bagian itulah urin sekunder akan
mengalami proses augmentasi, di mana urin sekunder akan ditambahkan beberapa zat yang tidak
dibutuhkan tubuh. Proses ini akan menghasilkan urin sesungguhnya yang akan dikeluarkan
melalui ureter. Urin tersebut terdiri dari 96% air, 1,5% garam, dan 2,5 urea, sedangkan sisanya
terdiri dari substansi lainnya.
Gejala Umum Yang Ditimbulkan Oleh Ginjal Bocor Antara Lain :

Keluarnya Protein melalui urin.


Mengalami Kekurangan kadar albumin.
terjadi pembengkakan pada anggota tubuh.
Kadar kolesterol yang meningkat.

Jika anda mengalami salah satu gejala seperti diatas, sebaiknya lakukan pengangan secara cepat
supaya tidak menibulkan keparahan.

Apakah anda pencegahan untuk penyakit ginjal bocor??

Menjaga kesehatan ginjal sejak dini memang sangat diperlukan sekali seperi pola hidup yang
sehat, mengkonsumsi air putih, serta olahraga yang cukup.Hal tersebut sangat bertujuan sekali
untuk menghindari penyebab ginjal bocor.

Pengobatan Gagal Ginjal Kronis


Penyakit ginjal tidak dapat disembuhkan. Perawatan difokuskan untuk mencegah dan
memperlambat agar penyakit tidak berkembang serta meredakan rasa sakit. Selain itu,
pengobatan juga bertujuan untuk mengurangi risiko munculnya penyakit lainnya yang terkait.

Gagal ginjal kronis (GGK) yang berada pada stadium satu hingga tiga umumnya bisa ditangani
langsung oleh seorang dokter umum. Pada stadium yang lebih lanjut, yaitu stadium empat dan
lima, pasien biasanya akan dirujuk ke seorang dokter spesialis.

Pengobatan sesuai Tingkat Keparahan


Tingkat keparahan gagal ginjal kronis (GGK) menentukan jenis pengobatan yang diberikan. Dalam
beberapa kasus, kerusakan pada ginjal dan sirkulasi tubuh dapat dicegah dengan konsumsi obat-obatan
untuk mengontrol tekanan darah dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah Anda.

Di samping itu, obat-obatan juga diberikan untuk mengontrol atau mencegah perburukan GGK
hingga tubuh kehilangan hampir semua fungsi ginjal. Kondisi ini disebut dengan gagal ginjal
permanen (End-Stage Renal Disease/ESRD) atau established renal failure (ERF).

Setidaknya 1 dari 100 pengidap GGK stadium tiga akan mengidap gagal ginjal. Pengidap gagal
ginjal membutuhkan perawatan lebih lanjut untuk menggantikan sejumlah fungsi ginjal. Untuk
mengetahui lebih banyak informasi, Anda dapat mengunjungi Registrasi Ginjal Indonesia atau
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI).

Menjaga Tekanan Darah


Tekanan darah tinggi dapat mempercepat perkembangan kerusakan ginjal. Oleh sebab itu penting untuk
mengontrol tekanan darah, yang dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup seperti mengurangi
konsumsi garam dan mengurangi berat badan.

Namun jika perubahan ini belum cukup untuk mengontrol tekanan darah, Anda mungkin
membutuhkan obat-obat antihipertensi seperti penghambat ACE (angiotensin converting enzyme
inhibitor). Obat penghambat ACE memberikan perlindungan tambahan pada ginjal dan
mengurangi tekanan pada pembuluh darah. Contoh penghambat ACE adalah ramipril dan
lisinorpil. Golongan obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa batuk kering, sakit kepala,
dan lemah. Gejala-gejala ini dapat hilang setelah beberapa hari pemakaian, meski pada beberapa
penderita batuk kering tetap muncul.

Selain itu terdapat juga obat anti-hipertensi yang disebut angiotensin-II receptor blocker (ARB)
meliputi: valsartan, irbesartan, dan losartan. Efek samping dari jenis obat ini jarang namun tetap
ada, misalnya rasa pusing.

Perubahan Gaya Hidup


Selain konsumsi obat-obatan, perkembangan GGK dan tekanan darah tinggi dapat dicegah dengan
perubahan gaya hidup sebagai berikut:

Mengurangi berat badan, terutama jika Anda mengalami obesitas.


Berolahraga teratur.
Berhenti merokok.
Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang dan rendah lemak
Membatasi konsumsi minuman keras.
Menjaga konsumsi garam tidak lebih dari 6 gram.
Kecuali diresepkan oleh dokter, hindari konsumsi obat anti-inflamasi non-steroid seperti
ibuprofen.

Perbaikan Keseimbangan Fosfat


Kelebihan fosfat pada tubuh biasanya disaring oleh ginjal. Namun penumpukan fosfat akan terjadi pada
ginjal yang tidak berfungsi dengan baik, seperti yang dapat terjadi pada pengidap penyakit ginjal
stadium empat atau lima. Maka dari itu, pengidap penyakit ginjal stadium menengah ke atas akan
disarankan untuk mengurangi konsumsi fosfat yang umumnya terkandung dalam daging merah,
makanan produk susu, telur, dan ikan.

Selain itu, penderita akan disarankan untuk mengonsumsi obat-obatan yang disebut pengikat
fosfat. Contoh pengikat fosfat yang paling umum digunakan adalah kalsium karbonat. Walau
jarang terjadi, pengikat fosfat dapat menimbulkan efek samping yang meliputi: konstipasi, diare,
mual, sakit perut, perut kembung, ruam serta gatal-gatal pada kulit.

Mengurangi Kadar Kolesterol


Beberapa faktor risiko GGK seperti tekanan darah tinggi dan tingginya kadar kolesterol dalam darah,
sama dengan faktor risiko serangan jantung dan stroke.

Dengan memiliki faktor risiko yang sama, pengidap GGK berisiko lebih tinggi menderita sakit
jantung, termasuk serangan jantung atau stroke.

Oleh sebab itu, Anda akan disarankan mengonsumsi statin untuk membantu mengurangi risiko
serangan jantung atau stroke. Statin bekerja dengan menghambat efek enzim dalam hati Anda
yang berguna untuk membentuk kolesterol, pemicu serangan jantung.

Pada beberapa kasus, statin dapat menyebabkan sakit otot, lemas, dan nyeri. Sementara efek
samping lebih ringan yang dapat timbul adalah sakit perut, konstipasi, diare, dan sakit kepala.

Penumpukan Cairan (Edema)


Ginjal yang tidak berfungsi membuat tubuh sulit membuang cairan. Akibatnya terjadi penumpukan
cairan pada pergelangan kaki yang dapat memicu peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu dokter
akan menyarankan pengidap sakit ginjal untuk membatasi konsumsi cairan dan garam. Selain itu,
kelebihan cairan dalam tubuh juga dapat dikurangi dengan konsumsi obat diuretik, seperti furosemida.

Konsumsi Suplemen Zat besi dan Vitamin D


Anemia atau kondisi saat tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah, banyak diderita pengidap GGK
stadium tiga ke atas. Suplemen zat besi untuk produksi sel-sel darah merah biasanya akan diberikan
untuk mengatasinya. Zat ini dapat diberikan dalam bentuk tablet seperti ferri sulfat.
Hormon eritropoietin yang membantu tubuh memproduksi sel darah merah juga bisa disuntikkan
jika langkah-langkah di atas tidak dapat mengatasi anemia. Hormon ini bisa diberikan dalam
bentuk suntikan ke dalam pembuluh darah atau di bawah kulit (subkutan).

Selain itu, pengidap penyakit ginjal berisiko kekurangan vitamin D yang penting untuk tulang.
Ini dikarenakan ginjal tidak dapat berfungsi mengaktifkan vitamin D dari makanan dan sinar
matahari. Sehingga umumnya Anda akan mendapatkan suplemen vitamin D seperti calcitriol.

Pengobatan untuk Gagal Ginjal: Cuci Darah atau Transplantasi


Dalam beberapa kasus, penyakit ginjal kronis dapat berkembang menjadi gagal ginjal tahap akhir (End-
Stage Renal Disease/ESRD) atau established renal failure (ERF). Pada tahap ini, ginjal berhenti bekerja
dan mengancam hidup. Kondisi ini terjadi secara perlahan-lahan dan jarang terjadi secara tiba-
tiba. Namun banyak pengidap penyakit ginjal tetap dapat memiliki ginjal yang berfungsi dengan baik
sepanjang hidup mereka, namun dengan menjalani perawatan.

Diskusikan dengan dokter Anda tentang pilihan-pilihan pengobatan, seperti cuci darah atau
dialisis, transplantasi ginjal, atau perawatan pendukung. Cuci darah atau dialisis adalah proses
pembuangan atau penyaringan cairan atau limbah dari darah yang sudah tidak bisa dilakukan lagi
oleh ginjal yang rusak. Tranplantasi ginjal akan menggantikan ginjal yang rusak dengan ginjal
baru dari seorang donor organ yang memiliki kriteria sesuai dengan pasien.

Perawatan pendukung bertujuan terbatas, yaitu hanya untuk meringankan gejala yang dirasakan
penderita stadium akhir. Pada umumnya perawatan pendukung diberikan pada penderita gagal
ginjal yang tidak ingin melakukan cuci darah atau transplantasi ginjal.

KOMPAS.com - Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit kronis dari menurunnya fungsi
ginjal. Sampai pertengahan 2014, BPJS Kesehatan mencatat biaya pengobatan untuk penderita
gagal ginjal mencapai Rp 1,6 triliun. Hal tersebut menandakan banyaknya penderita gagal ginjal
di Tanah Air.

Gagal ginjal disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain asupan gizi tidak seimbang, kurangnya
aktivitas fisik, serta komplikasi diabetes dan hipertensi. Selain itu, kebiasaan kecil dari gaya
hidup, seperti kurang minum, dan menahan buang air kecil juga dapat memicu kerusakan fungsi
ginjal.

Penderita gagal ginjal hidup dengan metabolisme tubuh yang tidak lagi sempurna. Mereka
kehilangan kemampuan membuang sampah dalam tubuh yang menyebabkan penumpukan toksin
seperti urea, kreatinin, dan yang lainnya. Akibatnya, penderita dapat mengalami sesak nafas,
mual, muntah, tubuh bengkak, hipertensi, bahkan kematian mendadak.

Fungsi sel induk


Selama ini orang mengenal cuci darah dan transplantasi untuk mengobati gagal ginjal. Sementara
itu, saat ini ada alternatif lain penyembuhan yang dilakukan, yaitu dengan terapi sel induk.
Kelebihan sel induk memperbarui dan mengubah diri menjadi jaringan atau organ tubuh dapat
memperbaiki sel-sel ginjal, menghilangkan sel yang sakit, dan memulihkan fungsi ginjal.

Pada penderita kronis, pengobatan ini dapat dilakukan dengan cara intervensi arteri. Melalui
pengobatan jenis ini, terdapat empat fungsi dan akibat positif yang signifikan. Pertama disebut
sebagai terapi antiretroviral. Proses penyembuhan terapi ini mengontrol virus pada ginjal
sehingga menurunkan atau menghilangkan sel virus tersebut.

Kedua pengobatan sel induk yang berfungsi untuk merawat fungsi ginjal. Biasanya ini dilakukan
oleh penderita dengan gejala klinis dan komplikasi.

Proses tersebut dapat menghambat gejala gagal ginjal dan mencegah penyakit menjadi lebih
parah. Sel induk juga mampu membantu mengurangi kerusakan ginjal akibat virus dan
memperlambat memburuknya kondisi penyakit.

Ketiga, sel induk mampu menjadi terapi antifibrotik. Akibat positif dari proses penyembuhan ini
ialah penurunan kumpulan serat kolagen, memperlambat kerusakan fungsi ginjal, mengganti dan
memperbaiki sel tubuh yang menua, mati, dan bermutasi.

Keempat, sel induk berfungi untuk melindungi tubuh atau imunoterapi. Dalam perawatan dengan
sel induk, terjadi peningkatkan daya tahan tubuh, juga dapat mengurangi atau menghilangkan sel
virus dan sel-sel perusak. Secara bersamaan, sel induk mampu mengobati sekaligus melindungi
kondisi liver dan ginjal.

Kualitas hidup

Fasilitas pengobatan dengan sel induk di Indonesia memang belum tersebar luas. Faktor
keamanan dan masalah etika yang cukup ketat membawa keterbatasan pengembangannya. Salah
satu tempat yang sudah menerapkan alternatif penyembuh ini adalah Rumah Sakit Guangzhou
Meyo Stem Cell, Tiongkok.

Di rumah sakit tersebut, pengobatan juga di dampingi dengan diet rendah protein. Penerapan
pola makan yang mengatur asupan protein, fosfor, asam amino esensial, kalori, vitamin, serta
mineral yang cukup menjadi penunjang kesembuhan penderita. Selain untuk proses
penyembuhan, diet ini juga sebagai terapan gaya hidup sehat untuk memulihkan kesehatan
ginjal.

Proses pengobatan gagal ginjal dengan sel induk yang dipadukan dengan pola makan seimbang
ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi ras sakit dan meningkatkan kualitas hidup
dari penderita. Dengan proses penyembuhan intensif yang ada diharapkan dapat mengembalikan
fungsi ginjal seperti sedia kala.
Informasi detail mengenai sel induk tersebut bisa disimak di http://id.gzcells.com.

(Dari : http://id.gzcells.com)

Guangzhou Meyo Stem Cell Hospital

Guangzhou Meyo Stem Cell Hospital?Rumah spesialis dalam penelitian stem cell (sel induk) dan
otoritas internasional dari perawatan Rumah Sakit ,di Guangzhou terletak disalah satu pusat
komersial Asia Tenggara, terletak di keindahan yang kedamaian Panyu. Guangzhou Meyo Stem
Cell Hospital ada teknologi medis internasional, tim medis professional, di seluruh dunia hampir
10 Negara berdiri 10 lebih kantor, tersedia pelayanan yang bagus. Guangzhou Meyo Stem Cell
Hospital mengunakan pengobatan stem cell intervensi arteri akan ada efektif dalam mengobati
Sirosis Hati, Gagal Ginjal, Parkinson, cerebral Palsy, Saraf Tulang Belakang,Stroke, Diabetes,
dan penyakit lain, termasuk Penyakit Autoimun, Cacat Genetik, Penyakit Kardiovaskular,
Penyakit Saraf dan lainnya. Stem Cell gabung Sel NK juga efektif dalam anti-penuaan.

Cuci Darah untuk Mengatasi Gagal Ginjal


Sejatinya tubuh kita secara alami didesain untuk mampu melakukan cuci darah secara
otomatis. Namun jika diperlukan, proses cuci darah dengan bantuan alat medis bisa
dilakukan.

Saat ini cuci darah identik dengan proses medis untuk menghilangkan kelebihan kotoran dan air
di dalam darah. Dalam proses alami, ginjal adalah organ yang bertanggung jawab dalam
melakukan hal ini.

Kenapa Membutuhkan Cuci Darah?


Penyaringan darah adalah tugas ginjal. Pada penderita penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal, fungsi
ginjal ini tidak dapat dilakukan secara optimal.

Karena ginjal gagal untuk melakukan pembersihan, terjadilah penumpukan limbah dan cairan
pada darah. Kondisi ini berisiko membahayakan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Seseorang
yang kehilangan fungsi ginjalnya antara 85-90 persen wajib melakukan cuci darah agar terhindar
dari beragam komplikasi yang fatal.

Tentu saja dibutuhkan penilaian dari dokter dan serangkaian tes medis untuk menentukan
mengenai wajib atau tidaknya seseorang melakukan cuci darah. Level kreatinin dan ureum pada
darah adalah dua hal yang akan dijadikan tolok ukur keputusan dokter. Demikian juga
pemeriksaan urine. Creatinine clearance pada urine sebagai tolak ukur untuk memeriksa
kecepatan ginjal menyaring darah. Normalnya adalah 90-110 militer per menit. Jika kecepatan
proses pembersihan kreatinin menurun sekitar 10-12cc/menit, maka orang tersebut wajib
menjalani dialisis atau cuci darah.

Meski begitu, ada indikator lain yang mewajibkan pasien melakukan cuci darah meski
Creatinine Clearance masih di atas angka minimal. Indikator tersebut adalah kemampuan tubuh
pasien dalam mengatasi masalah kelebihan air, keluhan seputar jantung, pernapasan, perut, atau
kebas di kaki.

Metode Cuci Darah


Dalam melakukan proses cuci darah, ada dua metode yang bisa dipilih pasien, yaitu hemodialisis atau
peritoneal dialisis.

Hemodialisis

Jenis cuci darah hemodialisis adalah yang paling banyak dikenal orang. Jika seseorang memakai
prosedur ini, dia akan melakukannya tiga kali seminggu.

Proses cuci darah dengan hemodialisis menggunakan dua selang yang dipisahkan oleh mesin
penyaring. Selang pertama akan mengalirkan darah dari tubuh pasien melalui jarum menuju
mesin penyaring. Dari mesin penyaring, darah akan menuju selang lain yang kemudian akan
diteruskan ke dalam tubuh pasien.

Proses ini biasanya menghabiskan waktu sekitar empat jam dan hanya bisa dilakukan di rumah
sakit. Efek samping yang biasanya muncul akibat hemodialisis adalah kulit gatal dan kram pada
otot.

Peritoneal dialisis

Metode ini tidak memakai mesin penyaring sebagaimana metode hemodialisis. Adalah
peritoneum yang merupakan lapisan dalam dari perut yang digunakan sebagai penyaring.
Peritoneum memiliki ribuan pembuluh darah kecil yang bisa berfungsi selayaknya ginjal.

Pasien akan mendapatkan sayatan kecil di dekat pusar untuk jalan masuk kateter. Kateter ini
akan ditinggal di dalam rongga perut secara permanen. Fungsinya adalah memasukkan cairan
dialisat, yaitu cairan yang mengandung gula tinggi untuk menarik zat sampah dan kelebihan
cairan dari pembuluh darah sekitar, ke dalam rongga perut. Pasien akan merasakan perut penuh
selama proses ini. Setelah proses ini selesai, cairan dialisat yang sudah mengandung zat sisa dan
cairan ini dialirkan ke kantong khusus yang akhirnya dibuang. Lalu diganti dengan cairan segar.

Keuntungan proses cuci darah dengan metode ini adalah bisa dilakukan di rumah kapan saja dan
biasanya dilakukan saat pasien sedang tidur. Sayangnya, metode ini harus dilakukan empat kali
tiap hari dan memakan waktu sekitar 30 menit. Peronitis alias infeksi peritoneum yang
mengelilingi rongga perut mungkin terjadi akibat metode ini. Kenaikan badan karena cairan
dialisat yang mengandung kadar gula cukup tinggi, atau munculnya hernia karena berat cairan di
dalam rongga perut, ini semua merupakan faktor risiko yang harus pasien pertimbangkan
sebelum memutuskan.
Apakah Proses Cuci Darah akan Mengganggu Aktivitas Pasien?
Meski cuci darah tidak menyebabkan pasien yang melakukannya merasa kesakitan atau tidak nyaman,
beberapa dari mereka mungkin akan mengalami sakit kepala, mual, muntah, kram, dan penurunan
tekanan darah. Beberapa hal yang sering dirasakan pasien cuci darah adalah mudah lelah, depresi, dan
merasa minim waktu untuk melakukan berbagai aktivitas.

Meski hal-hal di atas mungkin bisa dirasakan, sejatinya cuci darah tidak mengganggu aktivitas
pasien. Buktinya banyak pasien yang melakukan cuci darah, namun tetap memiliki kualitas
hidup yang baik. Mereka masih bisa bekerja atau melanjutkan sekolah. Cuci darah juga bukan
halangan untuk melakukan berbagai aktivitas berenang, berolahraga, mengemudi, atau bahkan
berlibur.

Proses dialisis adalah bentuk pertolongan terhadap kerusakan organ ginjal. Fungsi ginjal untuk
menyaring darah seluruh tubuh inilah yang membuat ginjal merupakan salah satu organ vital.
Maka dari itu, jagalah kesehatan ginjal Anda. Perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan untuk menjaga tekanan darah di ginjal yang penting dalam proses penyaringan. Selain itu
batasi pula konsumsi garam.

Efek Samping Cuci Darah Pada Penderita Gagal Ginjal

Selamat datang di Ragam Obat Herbal | Situs Kesehatan Terbaik & Terpercaya dalam
memberikan informasi penting dan tips-tips menarik mengenai masalah dengan kesehatan tubuh.
Simak dengan baik dan benar pembahasan berikut ini:

Efek Samping Cuci Darah Pada Penderita Gagal Ginjal

cuci darah 1

Hemodialisis berasal dari kata hemo artinya darah, dan dialisis artinya pemisahan zat-zat
terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses
penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis.
Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah cuci darah.

Dialisis adalah proses perpindahan molekul terlarut dari suatu campuran larutan yang terjadi
akibat difusi pada membran semi-permeabel. Molekul terlarut yang berukuran lebih kecil dari
pori-pori membran tersebut dapat keluar, sedangkan molekul lainnya yang lebih besar akan
tertahan di dalam kantung membran.

Cara Kerja

Pada cuci darah, dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan dalam sebuah mesin di luar
tubuh, sehingga cara ini memerlukan jalan keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat jalur
buatan di antara pembuluh arteri dan vena atau disebut fistula arteriovenosa melalui
pembedahan. Lalu dengan selang darah dari fistula, darah dialirkan dan dipompa ke dalam mesin
dialisis. Untuk mencegah pembekuan darah selama proses pencucian, maka diberikan obat
antibeku yaitu Heparin.

Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar mesin yang bernama dialiser.
Di dalam dialiser, terjadi proses pencucian, mirip dengan yang berlangsung di dalam ginjal. Pada
dialiser terdapat 2 kompartemen serta sebuah selaput di tengahnya. Mesin digunakan sebagai
pencatat dan pengontrol aliran darah, suhu, dan tekanan.

Dialisis adalah pengobatan menyelamatkan nyawa bagi mereka dengan penyakit ginjal tahap
akhir (ESRD) . Namun, dengan kedua dialisis peritoneal (PD) dan hemodialisis , ada kesempatan
ketika pasien mungkin memiliki efek samping dari pengobatan atau efek samping cuci darah.

Risiko Dan Efek Samping Dari Dialisis

Kedua efek samping cuci darah (hemodialisis) dan dialisis peritoneal dapat menyebabkan. Hal
ini karena cara dialisis dilakukan dan fakta itu hanya dapat sebagian mengkompensasi hilangnya
fungsi ginjal.

Kelelahan

Kelelahan, di mana Anda merasa lelah dan kelelahan sepanjang waktu, adalah efek samping
yang umum pada orang yang menggunakan salah satu bentuk dialisis secara jangka panjang.
Kelelahan diduga disebabkan oleh kombinasi dari:
1. Hilangnya fungsi ginjal yang normal

2. Efek dialisis dapat memiliki pada tubuh

3. Pantangan berhubungan dengan dialisis

4. Keseluruhan stres dan kecemasan bahwa banyak orang dengan pengalaman gagal ginjal

Efek Samping Cuci Darah Pada Penderita Gagal Ginjal (Hemodialisis)

Tekanan Darah Rendah

Tekanan darah rendah ( hipotensi ) adalah salah satu efek samping yang paling umum dari
hemodialisis. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan tingkat cairan selama dialisis. Tekanan
darah rendah dapat menyebabkan mual dan pusing .

Cara terbaik untuk meminimalkan ini gejala tekanan darah rendah adalah untuk menjaga harian
rekomendasi asupan cairan Anda. Jika gejala bertahan, Anda harus berkonsultasi dengan tim
perawatan dialisis Anda karena jumlah cairan yang digunakan selama dialisis mungkin perlu
disesuaikan.

Keracunan Darah

Orang yang menerima hemodialisis berada pada peningkatan risiko mengembangkan sepsis
(keracunan darah). Di sinilah bakteri memasuki tubuh dan menyebar melalui darah, berpotensi
menyebabkan kegagalan organ multiple.

gejala peringatan termasuk pusing dan suhu tinggi (demam) dari 38 C (100.4F) atau di atas.

Jika Anda memiliki suhu tinggi, telepon Unit dialisis Anda segera untuk saran. Atau, Anda dapat
menghubungi NHS 111 atau lokal Anda layanan out-of-jam.

Jika Anda mengembangkan sepsis, Anda harus dirawat di rumah sakit dan diobati dengan
suntikan antibiotik .

Kram Otot
Selama hemodialisis, beberapa orang mengalami kram otot , biasanya di kaki mereka lebih
rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh otot-otot bereaksi terhadap kehilangan cairan yang terjadi
selama hemodialisis. Konsultasikan tim perawatan dialisis Anda jika Anda memiliki kram otot
yang menjadi sangat menyakitkan.

Kulit Yang Gatal

Banyak orang yang menerima pengalaman hemodialisis kulit gatal , yang disebabkan oleh
penumpukan mineral dalam tubuh antara sesi dialisis. Memberitahu tim perawatan Anda jika
kulit Anda menjadi sangat gatal.

Efek Samping Lain

Efek samping lain dari hemodialisis dapat mencakup:

1. kesulitan jatuh tertidur ( susah tidur )

2. tulang dan sendi nyeri

3. hilangnya libido (gairah seks) dan disfungsi ereksi

4. mulut kering

5. kegelisahan

Efek Samping Dari Dialisis Peritoneal

Radang Selaput Perut

Efek samping yang umum dari dialisis peritoneal adalah infeksi bakteri pada peritoneum (
peritonitis ). Peritonitis dapat terjadi jika peralatan dialisis tidak tetap bersih. Jika ada bakteri
pada peralatan, mereka dapat menyebar ke peritoneum (lapisan tipis jaringan yang melapisi
bagian dalam perut).

Cara yang paling efektif untuk mencegah peritonitis adalah untuk menjaga peralatan dialisis
Anda bersih. Anda akan diberikan pelatihan dalam cara untuk melakukan hal ini.

Tanda dan gejala peritonitis dapat meliputi:


1. sakit perut

2. suhu tinggi (demam) dari 38 C (100.4F) atau di atas

3. perasaan dan sakit

4. mengalami menggigil

5. cairan dialisis yang digunakan menjadi berawan

Peralatan Haemodialisa

1.Arterial Venouse Blood Line (AVBL)

AVBL terdiri dari :


a) Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses vaskular
tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b) Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing akses
vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume AVBL
antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL
dan kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen pump,tubing
arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port
darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.

2. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)

Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu:
a. Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
b. Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping
untuk keluar masuk dialisat.

3. Water Treatment

Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu
dengan cara "water treatment sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the
Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session
hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.

4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran
beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat menurut
komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-
lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air
murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).

5. Mesin Haemodialisis

Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi prinsipnya sama
yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood
circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen
tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi,
kateter vena, blood volume monitor

Komplikasi Haemodialisa
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.

2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat
cairan.

3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien
hemodialisa.

4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa


Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-
osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang
mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik
ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini
tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan
azotemia berat.

5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien
yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor
risiko terjadinya perdarahan.

7. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.

8. Pembekuan darah
Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun
kecepatan putaran darah yang lambat.

I. Bagian beserta fungsi dialis


a. Pompa darah
Pompa ini berguna untuk memompa darah dari dalam tubuh ke alat hemodialisa dan
mengalirkannya ke blood path. Pompa juga berguna untuk memompa darah dari alat ke
dalam tubuh.

Gambar 2. Pompa Hemodialisa


b. Blood path (jalur darah)
Blood path ini merupakan saluran darah pada proses hemodialisa. Digunakan untuk
mengalirkan darah dari pasien ("arterial" catheter port) menuju filter dan detektor udara
gumpalan dan kembali ke pasien.
c. Ultrafiltrate path
Ultrafiltrate path merupakan jalur yang digunakan untuk mengeluarkan air, zat terlarut,
creatinin, dan zat tertentu lainnya dari darah pasien. Zat-zat tersebut dikeluarkan
melewati detektor dan saringan ultrafiltrasi, yang nantinya berakhir pada collection bag
(kantong penampung).
d. Fluid replacement path
Cairan yang diambil oleh pompa ketiga, dipanaskan, dan dipompa kembali ke sirkuit
sebelum filter.
e. Quinton catheter
Kateter ini memiliki ujung terbuka (bercabang). Masing-masing ujung terbuka tersebut
digunakan sebagai aliran darah pasien untuk mengalir ke luar tubuh dan kembali lagi ke
tubuh.

f. Hemofilter

Gambar 3. Hemofilter

Darah mengalir melalui bagian ini. Hemofilter memiliki beberapa ruang di sekitar tabung
clump dan dinding plastik bening.
g. Membran
Digunakan untuk menyaring molekul-molekul yang lewat, dengan ukuran lebih besar
dari lubang-lubang membran. Membran bersifat semipermeabel.
h. Air detector
Detektor udara ini berguna untuk memantau blood path utama, memantau kondisi darah
sebelum kembali ke tubuh pasien agar tidak terdapat udara yang masuk. Sehingga
menghindarkan terjadinya penyumbatan darah karena adanya udara.
i. Blood leak detector
Detektor ini digunakan untuk mendeteksi adanya darah pada jalur ultrafiltrasi
(ulttrafiltrate path).
j. Transducer
Transduser berfungsi untuk memantau tekanan dalam sistem. Terdapat beberapa macam
transduser, yaitu arterial transducer, venous transducer, dan transducer lainnya. Arterial
transducer digunakan untuk mengukur tekanan negatif, yaitu ketika darah ditarik ke luar
tubuh pasien. Venous transducer digunakan untuk mengukur tekanan positif yaitu ketika
darah dikembalikan masuk ke dalam tubuh. Transduser lainnya salah satunya berfungsi
untuk mengukur tekanan yang berasal dari blood leak detector yang penuh dengan
ultrafiltrat.

k. Circuit heater
Digunakan untuk meningkatkan suhu (panas) pada aliran replacement fluid bags, karena
cairan pada replacement fluid bags akan terasa dingin pada tubuh pasien jika tanpa
pemanasan.

II. Prinsip Kerja Dialysis

Prinsip dialisis digunakan dalam alat cuci darah bagi penderita gagal ginjal, di mana
fungsi ginjal digantikan oleh dialisator. Prinsip dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan
proses osmotis dan ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme
tubuh. Pada hemodialisis, darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin dialiser
(yang berfungsi sebagai ginjal buatan) untuk dibersihkan dari zat-zat beracun melalui proses
difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis (dialisat).

Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam
darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui
selaput dan masuk ke dalam dialisat. Proses hemodialisis melibatkan difusi solute (zat terlarut)
melalui suatu membrane semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa metabolisme) dari
kompartemen darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat
terlarut dapat melewati membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Setelah dibersihkan,
darah dialirkan kembali ke dalam tubuh
Gambar 4. Skema Hemodialisa

Gambar 5. Proses Hemodialisa

Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan dialisat, dan
sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah dari tempat tusukan
vaskuler ke alat dializer.
Dializer adalah tempat dimana proses HD berlangsung sehingga terjadi pertukaran zat-zat
dan cairan dalam darah dan dialisat. Sedangkan tusukan vaskuler merupakan tempat
keluarnya darah dari tubuh penderita menuju dializer dan selanjutnya kembali lagi
ketubuh penderita. Kecepatan dapat di atur biasanya diantara 300-400 ml/menit.
Lokasi pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor larutan
dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39 C sebelum dialirkan kepada
dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah ataupun melebihi suhu tubuh dapat
menimbulkan komplikasi.
Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin efektifitas proses
dialisis dan keselamatan.

III. Prosedur Hemodialisa

Setelah pengkajian pradialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa keamanan


peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke system sirkulasi dicapai
melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter
hemodialisis dua lumen. Dua jarum berlubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk
mengkanulasi fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena
subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka dalam kondisi aseptic sesuai dengan
kebijakan institusi.

Gambar 6. Fistula (Arteriovenous Fistula)


Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh pompa darah.
Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran arterial, keduanya
untuk membedakan darah yang masuk ke dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser
dan dalam acuan untuk meletakkan jarum: jarum arterial diletakkan paling dekat dengan
anastomosis AV pada vistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan
normal salin yang di klep selalu disambungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah.

Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan
normal salin yang diklem dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk
memperbaiki tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke
sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah. Infus
heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah pompa darah, tergantung peralatan yang
digunakan.

Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir ke dalam
kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang
meninggalkan dialiser melewati detektor udara dan foam yang mengklem dan menghentikan
pompa darah bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan
diberikan pada dialysis diberikan melalui port obat-obatan. Penting untuk diingat, bahwa
kebanyakan obat-obatan ditunda pemberiannya sampai dialysis selesai kecuali memang
diperintahkan.

Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui venosa atau selang
postdialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialysis diakhiri dengan mengklem darah
dari pasien, membuka selang aliran normal salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan
darah pasien. Selang dan dialiser dibuang kedalam perangkat akut, meskipun program dialisis
kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.
Gambar 7. Prosedur Hemodialisis

Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan dialysis
karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib untuk
digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis.

Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini,
maka dibuat suatu hubungan buata diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa), lebih populer
disebut (Brescia-) Cimino Fistula, melalui pembedahan yang cukup baik agar dapat diperoleh
aliran darah yang cukup besar. Fistula arteriovenosa dapat berupa kateter yang dipasang di
pembuluh darah vena di leher atau paha dan bersifat temporer.
Gambar 8. Pemasangan selang inlet dan outlet

Kemudian aliran darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi darah mesin HD yang
terdiri dari selang Inlet/arterial (ke mesin) dan selang Outlet/venous (dari mesin ke tubuh).
Kedua ujungnya disambung ke jarum dan kanula yang ditusukkan ke pembuluh darah pasien.
Selama proses HD, darah pasien diberi Heparin agar tidak membeku ketika berada di luar tubuh
yaitu dalam sirkulasi darah mesin. Selama menjalani HD, posisi pasien dapat dalam keadaan
duduk atau berbaring. Selain menjalani HD, dalam jangka panjang, obat-obat yang diperlukan
antara lain obat yang mengatasi anemia seperti suntikan hormon eritropoetin serta pemberian zat
besi. Selain itu obat yang menurunkan kadar fosfat darah yang meningkat yang dapat
mengganggu kesehatan tulang, diberikan obat pengikat fosfat (Phosphate binder). Obat-obat lain
yang diperlukan sesuai kondisi pasien misalnya obat hipertensi, obat-obat antigatal, vitamin
penunjang (yang bebas fosfor maupun mineral yang tidak perlu).

Você também pode gostar