Você está na página 1de 13

9.

Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harusd


memiliki kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan
pengemudi lain dan tidak ceroboh.
10. Hak-hak khusus ini meliputi :
- Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan
orang lain dan tidak merusak hak milik orang lain.
- Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain
- Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan
selama tidak membahayakan nyawa orang lain
- Mendahului kendaraan lain di daerah larangan, mendahului
setelah member sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan
menghindari hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan
harta benda
- Mengabaikan arah jalur dan aturan belokm setelah member
sinyal yang tepat.
d. Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)
Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan bahwa
pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak
antara 15-30meter.
e. Sirine
1. Sirine adalah alat peringatan audio
2. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah rasa
takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain
cendrung tidak member jalan karena dianggap sebagai penyalahgunaan.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya bangunan,
pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi
sirine
4. Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang menjadi
panic karena suara sirine.
5. Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain,
gunakan klakson.
6. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.
f. Lampu rotator
1. Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkatan
jalan pasal 59 ayat 5
2. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulance adalah berwarna
merah
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada
respon gawat darurat.
g. Kecepatan dan keselamatan
1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya tabrakan
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti
3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk
pengaman saat ambulance berjalan.
h. Kendaraan Pengiring dan Forwarder
1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan
karena jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon
pengemudi lain
Download
of 27

Panduan Pelayanan Ambulance


by santosa82

on Nov 22, 2015

Report

Category:

Documents

Download: 43

Comment: 0

2,113

views

Comments

Description

panduan Ambulance Pokja APK


Download Panduan Pelayanan Ambulance

Transcript

DAFTAR ISI HALAMAN DOKUMEN DAFTAR ISI BAB I DEFINISI PELAYANAN


AMBULANCE BAB II RUANG LINGKUP PELAYANAN AMBULANCE BABIII TATA
LAKSANA PELAYANAN AMBULANCE A. Tata tertib B. Persiapan pemeriksaan
ambulance C. Pemeriksaan dan persediaan dan perlengkapan kompartmen ambulance D.
Standar kelengkapan alat E. Mengoperasikan ambulance F. Memindahkan pasien ke
ambulance G. Transprortasi BAB IV DOKUMENTASI PELAYANAN AMBULANCE BAB
I DEFINISI PELAYANAN AMBULANCE Pelayanan ambulance adalah bagian dari
manajemen penatalaksanaan penderita gawar darurat yang memerlukan keseragaman
organisasi dan pedoman yang baik, sehingga mortalitas dan morbiditas dapat ditekan
serendah mungkin. Pelayanan ambulance merupakan rangkaian yang berkesinambungan dan
terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1. Rescue / Extrikasi 2. Resusitasi / Stabilisasi 3. Retrieve /
Evakuasi Pertolongan pertama saat terjadi cedera dapat dilakukan oleh siapapun, proses
pertolongan sangat beragam dan sering kali dijumpai masalah karena niat baik menolong
dilakukan dengan cara yang tidak benar / salah, sehingga sering kali terjadi cedera bertambah
berat. Focus perhatian sering kali tidak memperhatikan saluran nafas/aiway dan C-Spain
control, pernafasan / breathing, ventilation dan sirkulasi/circulation yang sangat berpotensi
menimbulkan kematian. Resusitasi dilakukan di tempat kejadian (pra rumah sakit) atau di
rumah sakit, resusitasi mencangkup 3 (tiga) hal yaitu resusitasi nafas/airway, resusitasi
breathing dan ventilasi serta peredaran darah/circulation. Tindakan ini dilakukan oleh
paramedic di pra rumah sakit, kompetensi penatalaksanaan penderita gawat darurat pada
umumnya. Setelah penatalaksanaan resusitasi, penderita selanjutnya melewati proses
rujukan /transper. Rujukan tersebut menyangkut ketersediaan tenaga medis (kompetensi yang
dimiliki), saranan maupun prasarana yang tersedia untuk tujuan rujukan (the right patient to
the right hospital by the right ambulance at the right time) BAB II RUANG LINGKUP
PELAYANAN AMBULANCE Ambulance RSU Bali Royal mengacu pada standar kendaraan
pelayanan medis dari departemen kesehatan yang terdiri dari : a. Ambulance Transportasi b.
Ambulance gawat darurat (Basic dan Advanced) Matrik persyaratan teknis ambulance
transportasi dan gawat darurat berdasarkan standarisasi depkes : NO JENIS AMBULANCE
TRANSPORTASI GAWAT DARURAT I Hard Ware A Jenis kendaraan Roda 4 Roda 4 B
Warna cat kendaraan PUTIH / KUNING PUTIH / KUNING C Perlengkapan kendaraan 1
Pendingin ruangan 2 Sirine (1-2 nada) 3 Lampu rotator warna biru 4 Sabuk
pengaman pengemudi 5 Sabuk pengaman petugas D Isi dan luas ruangan kendaraan 1
Penempatan alat medis 2 Almari obat 3 Lampu penerangan 4 Sumber listrik
12volt DC (stop kontak) 5 Luas ruang kendaraan 1 stretcher 1 petugas duduk 1 stretcher
1 petugas duduk 6 Lampu ruangan Cukup terang Cukup terang Dapat bergerakdan dilipat 7
Tambahan Temapat sampah E Perlengkapan petugas (APD) F Kualifikasi petugas 1
Dokter ATCLS dan lain-lain ATCLS dan lain-lain Paramedis BTCLS dan lain-lain BTCLS
dan lain-lain Non medis BHD BHD G Perlengkapan medis Pemeriksaan Umum 1
Tensimeter, stethoscope, thermometer dan senter Airway 1 Tongue Spatel metal
Magil forceps Portable suction, suction electric Chateter suction OPA (Gudel)
NPA LMA ETT Laringoscope Dewasa Mandrein/ Stylet Ky Jelly
NGT Breathing 1 Tabung O2, regulator & humidifier (statis) 2 Tabung O2
portable dan Regulator portable 3 Ambu Bag Dewasa & Anak 4 Sungkup Ambu bag
Dewasa & Anak 5 Conector Ambu bag 6 Selang O2 nasal canul dewasa dan anak 7
Selang O2 non Rebreathing mask dewasa dan anak 8 Ventilator portable Circulation
IV Cateter Tranfusion set Infusion set makro & Mikro Cairan kristaloid,
koloid dan dextrose Foley Chateter & Urine bag Spuit, Wing Needle, threeway
stopcock Tourniquet Monitor pasien AED chest electrode Trauma Set 1
Collar neck 2 Wound toilet 3 Gunting Verband 4 Kasa steril, verban balut 5
Plaster, hipapix 6 Elastis bandage NaCL 0,9% Spalk kaki & tangan dewasa &
Anak Transport / Evakuasi 1 Stretcher 2 Long spine board 3 Scope stretcher
4 Incubator transport Obat-obatan Obat Bantuan Hidup Dasar Obat-obat stabilisasi
Obat-obat definitive Cairan cristaloid H Alat Komonikasi 1 Radio medic 2
Mobile Phone II Soft Ware A Kendaraan 1 Buku Operasional Kendaraan 2 Buku
Pemeliharaan Kendaraan B Peralatan medis 1 Buku Operasional 2 Buku
Pemeliharaan alat medis C SPO 1 Penanganan Pasien 2 Operasional Ambulance
3 Komonikasi dan Informasi 4 Pemeriksaan Kesiapan Alat Medic Ambulance 5
Membersihkan dan dekontaminasi ambulance 6 Penilaian kebutuhan transportasi pasien
BAB III TATA LAKSANA PELAYANAN AMBULANCE A. TATA TERTIB AMBULANCE
1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu rotator 2. Pada saat
mengangkut pasien hanya boleh mengunakan lampu rotator 3. Semua peraturan lalulintas
harus di taati 4. Kecepatan maksimum 40 km / jam di jalan biasa dan 80 km / jam di jalan
bebas hambatan 5. Petugas membuat laporan keadaan penderita selama transportasi, yang
disebut dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas pasien waktu dan keadaan
penderita 6. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas 7. Setelah selesai
melakukan transportasi harus langsung menuju Rumah Sakit. 8. Penggunaan ambulance
harus sesuai fungsi dari masing-masing ambulance a. Ambulance transport Pengangkutan
penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan daruratnuntuk menyelamatkan
nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan. b. Ambulance
gawat darurat Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah di stabilkan ke tempat
pelayanan devinitive. Pasien memerlukan pengawasan medic khusus dan memungkinkan
tindakan resusitasi dalam perjalanan rujukan 9. Penggunaan ambulance untuk transportasi
diluar ketentuan tsb seperti antar jemput dokter, atau perawat dan lain-lain harus mendapat
persetujuan Direktur utama. 10. Tariff pelayanan mengacu pada tariff pelayanan ambulance
yang dikelauarkan oleh rumah sakit B. PERSIAPAN PEMERIKSAAN AMBULANCE 1.
Mesin mati Periksa seluruh bodi ambulance Periksa roda / ban tekanan Periksa sepion
dan jendela, pastikan spion bersih dan berada di posisi yang tepat Periksa fungsi setiap pintu
dan kunsi Periksa bagian system pendingin Periksa jumlah cairan kendaraan termasuk
minyak mesin, air radiator, pelumas, rem air aki, dan pelumas setir Periksa portal indicator
aki dan tanda-tanda korosi Periksa kebersihan kabin termasuk dashboard Periksa fungsi
jendela Tes fungsi klakson Tes fungsi sirene Periksa sabuk pengaman Posisikan kursi
pengemudi senyaman munkin Periksa jumlah bahan bakar dan kalao perlu isi bahan bakar
2. Mesin Hidup Nyalakan mesin dan keluarkan ambulance dari ruang penyimpanan dan
pemeriksaan sebagai berikut : Tes fungsi indicator di dashboard Periksa meteran yang
terletakdi dashboard Tes fungsi rem Tes fungsi rem tangan Tes fungsi stir Periksa fungsi
wifer Tes fungsi lampu Periksa fungsi pendingin baik di komponen pasien Periksa
perlengkapan komonikasi Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan
akronim ( EWAGON ) a. Enggine : Periksa mesin baik / tidak b. Water : Periksa air radiator,
wiper, air cadangan radiator, air accu sesuai dengan petunjuk pemakaian. c. Air : Periksa
tekanan udara ban cukup atau tidak, AC dan blower berfungsi baik atau tidak d. Gas : Periksa
bahan bakar minyak (solar / premium) sesuai petunjuk pemakaianatau tidak e. Oil : Periksa
indicator oli mesin dan minyak rem sesuai petunjuk pemakaian f. Noise : Dengarkan suara
mesin normal atau tidak g. Elektrikal system : Periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh, sign
hazard, rotator, sirine, lampu kabin depan dan belakang, dan lampu-lampu indicator menyala
atau tidak dan pecah atau tidak. h. Body : Periksa seluruh bodi mobil bersih dan mulus, ada
kerusakan atau tidak i. Alat penunjang : periksa toolkit, dongkrak, ban serep, triangle hazard,
dan APAR tersedia pada tempatnya j. Kondisi ban : Periksa kondisi ban mobil, kembang ban
baik atau sudah gundul, apakah retak atau sobek k. Sabuk pengaman : Pemeriksaan dan coba
sabuk pengamanan masih dalam kondisi baik atau tidak, kain sabuk pengaman sobek atau
tidak. 3. Pemeriksaan persediaan dan perlengkapan kompartemen pasien a. Periksa tekanan
tabung oksigen b. Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik c.
Bersihkan debu dan cari tanda-tanda kerat pada alat rescue d. Nyalakan semua peralatan
bertenaga aki untuk memastikan kinerjanya e. Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat
khusus seperti monitor pasien, suction electric dan AED (Automated External Defibrillation)
f. Lenkapi laporan pemeriksaan, Perbaiki kerusakan, ganti barang-barang yang hilang. g.
Bersihkan kompartmen untuk menghindari resiko infeksi 4. Standar kelengkapan alat
ambulance gawat darurat ( Advance) 1. Alat Non Medis a. Kunci inggris : Ada / tidak b. Alat
kebersihan : Lengkap / tidak c. Alat tenun : Bersih / kotor d. Administrasi & dokumentasi :
Ada / tidak e. Alat komonikasi : Baik / rusak f. Alat teknik untuk ambulance : Lengkap / tidak
g. Alat bPerlindungan diri (APD) : Lengkap / tidak 2. Alat Medis a. Airway : Lengkap / tidak
b. Breathing : Lengkap / tidak c. Circulation : Lengkap / tidak d. Alat proteksi diri (APD) :
Lengkap / tidak 3. Penunjang Evakuasi dan transportasi a. Stretcher : Baik / rusak b. Scope
stretcher : Baik / rusak c. Safety belt : Baik / rusak d. Long spine board : Baik / rusak e. Neck
collar, bidai : Lengkap / tidak f. CPR board : Baik / rusak 5. Mengoperasikan Ambulance a.
Syarat pengemudi ambulance 1. Sehat secara fisik 2. Sehat secara mental 3. Bisa mengemudi
di bawah tekanan 4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri 5. Bersikap toleran
selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi berbeda ketika mengetahui kendaraan
gawat darurat. 6. Tidak dalam pengaruh obat-obatan berbahaya, terlarang dan obat penenang
7. Mempunyai SIM yang masih berlaku 8. Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus
selalu di pakai 9. Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan,
kelelahan dan rasa kantuk 10. Mempunyai sertifikat paramedic level 1 (basic) atau BHD b.
Operasional Ambulance 1. Setiap hari ambulance yang disiapkan untuk operasional
berjumlah 4 buah 2. Penentuan layak tidaknya ambulance untuk operasional ditentukan oleh
coordinator sopir ambulance dan penanggung jawab medis ambulance dengan
memperhatikan ceklist yang di buat oleh perawat dan sopir. c. Aturan di jalan Ambulance
memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan, jika digunakan untuk respon gawat
darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam respon gawat darurat. Menurut UU
No. 22 Tahun 2009 pasal 134, pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk
didahulukan sesuai dengan urutan berikut : 1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang
melaksanakan tugas 2. Ambulance yang mengangkut orang sakit 3. Kendaraan untuk
memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas 4. Kendaraan pimpinan lembaga Negara
Republik Indonesia 5. Kendaraan pimpinan dan pejabat Negara Asing serta lembaga
internasional yang menjadi tamu Negara. 6. Iring-iringan pengantar jenasah 7. Konvoi dan /
kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas kepolisian Negara
Republik Indonesia. 8. Respon gawat darurat ini harus di tunjukkan dengan menghidupkan
alat peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator. Sebagaimana bunyi UU
No.22 tahun 2009 9. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harusd memiliki
kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak ceroboh. 10. Hak-
hak khusus ini meliputi : Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan
orang lain dan tidak merusak hak milik orang lain. Melewati lampu merah dan tanda
berhenti lain Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama tidak
membahayakan nyawa orang lain Mendahului kendaraan lain di daerah larangan,
mendahului setelah member sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari hal-
hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta benda Mengabaikan arah jalur dan aturan
belokm setelah member sinyal yang tepat. d. Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)
Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan bahwa pengemudi lain tidak
melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak antara 15-30meter. e. Sirine 1. Sirine
adalah alat peringatan audio 2. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine
hanya digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah rasa takut dan
cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain cendrung tidak member jalan
karena dianggap sebagai penyalahgunaan. 3. Selalu waspada meski sudah membunyikan
sirine. Adanya bangunan, pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi
sirine 4. Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang menjadi panic karena
suara sirine. 5. Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain, gunakan
klakson. 6. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang. f. Lampu rotator 1.
Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkatan jalan pasal 59 ayat 5 2.
Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulance adalah berwarna merah 3. Rotator,
lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon gawat darurat. g.
Kecepatan dan keselamatan 1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya tabrakan 2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti 3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat
ambulance berjalan. h. Kendaraan Pengiring dan Forwarder 1. Keadaan iring-iringan
kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan karena jarak yang terlalu dekat, berhenti
mendadak dan respon pengemudi lain 2. System EMS tidak merekomendasikan iring-iringan
ambulance dengan kendaraan lain kecuali lokasi tujuan tidak diketahui. i. Jalur Alternatif 1.
Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus diketahui dengan baik,
sehingga pertimbangan untuk mencari jalur alternative dapat segera di buat. 2. Dapatkan peta
detail wilayah pelayanan untuk segera mencari jalur alternative j. Posisi Parkir di Lokasi
Kejadian / Bencana 1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat termasuk menentukan
area bahaya dan jalur evakuasi 2. Ambulance di parkir sekurangnya 30meter dari lokasi
kejadian Jika ada tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika tidak
ada tanda bahaya ambulance di parkir sekurangnya 15 meter . 3. Rem tangan harus ditarik
dan sebaiknya di tambah penggajal roda 4. Jika anda kendaraan penolong yang pertama
datang parkir di belakang lokasi kejadian (dari arah datang). Sehingga lampu peringatan kita
dapat memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda lain diletakkan 5. Jika
lokasi kejadian telah di amankan, parkirlah di depan lokasi kejadian untuk mencegah
ambulance anda tertabrak arus lalulintas dari belakang. 6. Ambulance sebaiknya tidak
berjalan mundur, tetapi jika terpaksa harus ada orang lain yang memandu, karena pengemudi
ambulance memiliki keterbatasan pandangan kea rah belakang. k. Memindahkan pasien ke
ambulance 1. Pasien harus sudah di periksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan
gawat darurat jika dibutuhkan, di stabilisasi dan kemudian baru di pindahkan ke ambulance.
2. Pada kasus tertentu yang tidak mungkin intervensi di tempat, seperti lokasi yang
berbahaya, atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka pemindahan dapat dilakukan
terlebih dahulu. 3. Jika curiga cedera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical
collar harus terpasang dan pasien harus di mobilisasi dengan spinal board. l. Stabilisasi 1.
Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien sebelum di pindah. 2.
Stabilisasi meliputi : a. Kondisi ABCD b. Perawatan luka dan cidera lain c. Pemasangan balut
dan bidai d. Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh e. Alat pengangkut harus terfiksir
kepada pasien dengan baik, tali pengikat minimal diletakkan di tiga tempat. Setinggi dada
Setinggi pinggang atau panggul Setinggi tungkai Pada prinsipnya pemindahan harus
dilakukan secepat mungkin mengingat kondisi pasien 6. Langkah-langkah sebelum
transportasi pasien a. Penilaian awal 1. Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan,
gunakan sarung tangan, pakaian pelindung, kaca mata 2. Jumlah pasien Minta bantuan jika
diperlukan 3. Mekanisme cedera Curigai cedera / penyakit yang spesifik 4. Dapatkan kesan
umum tentang umur, jenis kelamin, berat badan, posisi, cidera minor dan mayor yang
kelihatan. 5. Dapatkan informasi mengenai data-data korban, riwayat penyakit b. Tingkat
kesadaran 1. A = Alert 2. V = Verbal 3. P = Pain 4. U = Unresponsive c. Primeri Survey 1.
Airway Pastikan dan amankan saluran nafas Jika tidak ada respons, bebaskan jalan nafas
Imobilisasi tulang leher jika trauma 2. Breathing Periksa pernafasan : lihat, dengar, dan
rasakan Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan Jika tidak bernafas
segera lakukan pernafasan buatan Berikan oksigen 3. Circulation Periksa arteri karotis
Periksa perdarahan Hentikan perdarahan Lakukan RJP 4. Disability GCS Pupil 5.
Exsposure Periksa bagian belakang dengan tehnik log roll Cegah hipotermi 6. Five
Intervention Perencanaan laboratorium Perencanaan rontgn Pasang catheter Pasang
NGT Pasang heart monitor 7. Give comport Intervensi nyeri Intervensi mual, muntah d.
Secondary survey 1. History / anamnesa dengan SAMPLE 2. Head to toe / pemeriksaan fisik
3. Vital sign 7. TRANSPRORTASI a. Penentuan Tujuan 1. Pasien kritis dapat dapat
dipindahkan ke rumah sakit lain dengan fasilitas gawat darurat terdekat 2. Termasuk dalam
kategori diatas adalah : Henti nafas atau henti jantung Sumbatan jalan nafas yang tidak
dapat diatasi Kejang berulang atau sedang terjadi Trauma mayor Amputasi Pasien luka
bakar Persalinan iminen Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan
nyeri dada hebat. 3. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya
atau berdasarkan keputusan DPJP 4. Gunakan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS
tujuan. Pilih rute alternative yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan pasang sabuk
pengaman. Gunakan sirine dan lampu sesuai kondisi. 5. Jika pasien memburuk selama
perjalanan dan kemungkinan hidup menuju RS yang dituju meragukan maka pasien dapat di
transport ke IGD rumah sakit yang mampu melakukan pertolongan sesuai kondisi pasien. b.
Modus berangkat 1. Sebelum transportasi,pastikan hal-hal berikut a) Kondisi vital meliputi
jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, pastikan ikatan pada alat pengangkut / stretcher tidak
menyebabkan pasien kesulitan bernafas jika pasien tidak sadar,pastikan pasien mendapatkan
pertukaran udara yang cukup. b) Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulance 2.
Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan meletakkan spine
board pendek atau papan RJP di bawah matras 3. Longgarkan pakaian yang ketat 4. Periksa
posisi balut dan bidai 5. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien.
Mereka harus di tempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman dengan baik
agar tidak mempengarugi peruses perawatan pasien. 6. Naikkan barang pribadi seperti
dompet, koper,dan tas serta pastikan barang-barang tersebut aman di ambulance jika
memungkinkan, beritahu petugas keamanan tentang hal ini. c. Selama perjalanan 1. Lengkapi
riwayat penyakit dan secondary survey 2. Lanjutkan perawatan kegawat daruratan yang
dibutuhkan 3. Catat dan monitoring vital sign secara terus menerus 4. Lakukan monitoring
dan observasi berkelanjutan yang berfokus pada airway, breathing, circulation dan tingkat
kesadaran. 5. Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih komponen ABCD
lakukan ulang primary survey dan laukan resusitasi 6. Yakinkan alat yang anda perlukan
terjangkau dan siapkan alat yang mungkin anda perlukan sesuai kondisi pasien 7.
Pertahankan komonikasi dengan pasien untuk memeriksa respon pasien 8. Jika pasien gelisah
a. Perbaiki ABCD b. Lakukan restrain jika pasien membahayakan diri sendiri dan orang lain.
9. Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara mengemudinya.
Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.
10. Jika terjadi henti jantung RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulance berhenti,
pastikan DPJP dan fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini. d. Sampai di tempat rujukan 1.
Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, janganterburu-buru menurunkan pasien, lanjutkan
penanganan pasien di atas ambulance sampai ada petugas yang siap mengambil alih. 2.
Damping petugas yang akan mengambil alih Lakukan operan / komonikasikan dengan
petugas penerima dengan tehnik SBAR Serahkan barang pribadi pasien Minta diri untuk
meninggalkan tempat rujukan 3. Kembalikan peralatan ambulance ke tempat semula 4. Tukar
barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik rumah sakit jika memungkinkan
Prinsifnya adalah satu untuk satu Termasuk dalam hal ini: balut steril, verban, masker
oksigen, sarung tangan, alat bantu nafas. Jika ada program pertukaran yang baik dengan
rumah sakit bidai, spinal dapat langsung di tukar dengan logistic rumah sakit, bidai, spinal
board, Keuntungannya adalah Tidak ada resiko perburukan cidera pasien akibat proses
tukar-menukar Kru ambulan tidak perlu berlama-lama di rumah sakit Segera periksa
kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan laporkan jika kerusakan. 5. Segera setelah
tidak menangani pasien, buat laporan tertulis sebainya mencari tempat tenang untuk
melakukan ini e. Kembali dari tempat rujukan 1. Dalam perjalanan kembali selalu isi ulang
bahan bakar hingga penuh 2. Bersihkan dengan cepat kopartemen pasien menggunakan
sarung tangan Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mongering di
permukaan mobil termasuk stretcher Buang sampah medis termasuk verban dan pembalut
yang sudah terbuka dan belum di gunakan Bersihkan sampah kotoran non medis Gunakan
pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada 3. Bersihkan dan desinfeksi peralatan
medis Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non disposable Ganti
barang-barang sekali pakai (disposable) dengan cadangan 4. Mengecek fungsi stretcher
ambulance f. Penolakan perawatan 1. Pasien / keluarga harus sudah dijelaskan tentang
kondisi penyakit, tindakan / transper yang harus dilakukan dan resikonya serta resiko jika
tindakan / transper tidak dilakukan 2. Inform consen harus di dokumentasikan dengan benar
3. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera / penyakit bersifat mengancam
jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa persetujuan mereka. Tujuan
transportasi harus di sampaikan, situasi ini harus dicatat dengan baik 4. Jika orang tua wali
menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam jiwa maka harus dijelaskan dan di
yakinkan tentang kemungkinan yang akan terjadi, jika tetap menolak bantuan perawat dan
transportasi harus di hentikan dan kejadian ini harus di dokumentasikan. g. Pasien dengan
gangguan emosional 1. DPJP bertanggung jawab untuk menentukan keamanan petugas
ambulance dan transper pasien. 2. Petugas ambulance dapat memutuskan untuk menunda
tindakan sampai ada jamianan keamanan 3. jika pasien gangguan jiwa itu cukup sadar dan
memutuskan untuk meminta pertolongan serta DPJP melihat bahwa tindakan cukup aman
dilakukan, transportasi dapat dilakukan tanpa jaminan keamanan h. Kematian yang belum di
pastikan 1. Jika timbul kondisi kematian yang belum di tetapkan, tindakan resusitasi harus
tetap dilakukan 2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik, ter
masuk waktu, tempat dan nama petugas yang ada 3. DPJP dan rumah sakit rujukan harus
diberitahu secepatnya i. Bencana masal 1. Jarak aman ambulance dari tempat kejadian adalah
30-50meter 2. Berlawanan dengan arah angin 3. Command dan control bersama- sama
dengan security dan rescue 4. APO Ambulance Parking Officer bertugas mengatur lokasi
ambulance dan kendaraan lain yang datang ke lokasi 5. ALO-Ambulance Loading Officer
bertugas menentukan korban yang akan di evakuasi (dirujuk) 6. Ado Ambulance Dispatch
Officer bertugas mencatat identitas, data korban dan rumah sakit rujukan sesuai dengan
warna kartu triage. Ambulance Gawat Darurat RSU Bali Royal akan merespon setiap
kejadian bencana ataupun korban masal apabila kondisi bencana / korban masal tersebut
memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Terjadinya structure collaps / Kerusakan infrastruktur 2.
Terjadinya fungsional collaps / tidak ada personil / petugas di rumah sakit atau di tempat
korban bencana / korban masal. 3. Terjadinya penurunan kualitas pelayanan medis di tempat
bencana / korban masal. BAB IV DOKUMENTASI PELAYANAN AMBULANCE 1. Buku
Operasional Kendaraan 2. Buku Pemeliharaan kendaraan 3. Buku pemakaian dan operand an
alat medis 4. Form monitoring pasien dalam ambulance PANDUAN PELAYANAN
AMBULANCE RUMAH SAKIT UMUM BALI ROYAL
X

Recommended

Panduan Pelayanan Ambulance New!

Panduan Pelayanan Ambulance Rumah Sakit


Pelayanan Ambulance

pelayanan ambulance

Panduan Pelayanan Restrain

panduan restrain

PANDUAN PELAYANAN BIMBINGAN KEROHANIAN.doc

PANDUAN PELAYANAN KESEHATAN

pandu
Panduan Pelayanan Tahap Terminal

FFF

Panduan pelayanan bedah

Panduan Pelayanan Tahap Terminal

panduan pelayanan pada pasien dengan tahap terfminal

Panduan Pelayanan Kasus Emergensi

panduan mergensi di IGD


Panduan pelayanan bedah

Panduan Pelayanan Bedah Kita

tes

Panduan Pelayanan Intensive Panam

krieteria intensif

PANDUAN PELAYANAN BEDAH.docx


Ambulance Boat

Ambulance Fiber Boat by PT. Kurnia Marina, Indonesian Fiber Boat Manufacturer

Panduan praktis pelayanan bpjs kesehatan

Panduan Pelayanan Pasien Resiko Jatuh

Panduan Hak Pasien Dalam Pelayanan

Contoh spo panduan hak pasien


Panduan Pelayanan Pasien Tahap Terminal

contoh panduan pelayanan pasien tahap terminal

Panduan Pelayanan Tahap Terminal RS

PPTT RS

Panduan Aplksi Pelayanan Apotik BPJS

Aplikasi apotik BPJS

View more

Você também pode gostar