Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Siswa hanya mengenal lingkungan yang sama dengan kondisinya, kurang meluas dalam
interaksi dan bermasyarakat
2. Terkadang karena kekurangan guru, dalam satu kelas masih ada bermacam-macam
kemampuan sehingga siswa harus beradaptasi dengan semuanya
3. Kurangnya pemantauan pemerintah dalam mengevaluasi hasil pembelajaran di sekolahan
Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan, semua anak
seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang
mungkin ada pada mereka. Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua
anak secara bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan
pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-
bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik,
keluarga, bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan
perbedaan kondisi fisik atau mental.
Tidak semua kondisi siswa berkebutuhan khusus mampu menjalani program di sekolah
inklusi ini, sehingga beberapa difabel yang memungkinkan yaitu : tuna netra, tuna rungu,
tuna daksa, autis, slow learner, hiperaktif.
1. masih banyak sekolah inklusi yang hanya sekedar menerima siswa berkebutuhan khusus
tanpa memberikan fasilitas sarana, prasarana dan mengakomodasi pembelajaran
2. masih banyak sekolah inklusi yang membutuhkan guru pendamping khusus yang lulusan
pendidikan luar biasa namun realitasnya banyak diisi dengan lulusan di luar pendidikan luar
biasa
3. masih belum akuratnya dalam adanya standarisasi dalam pengelolaan dan pembukaan
pendidikan khusus di sekolah reguler
4. masih banyaknya guru guru di sekolah reguler yang belum memahami siswa berkebutuhan
khusus dan pendidikan inklusif
5. seringnya terjadi ketumpang tindihan anatar guru, GPK dan orang tua siswa, disamping orang
tua terkadang memiliki harapan besar yang kurang sesuai, atau guru yang belum memahami
kondisi siswa
6. masih kurangnya aksesibilitas dan sarana yang memadai bagi siswa berkebutuhan khusus
seperti tuna netra dan tuna daksa dalam mendapatkan aksesibilitas di sekolah
Peran GPK
Selain berperan seperti halnya guru pada umunya, GPK memiliki peran khusus yaitu:
Tugas Gpk
1. Tugas Asesmen
Asesmen adalah penilaian yang mengacu pada berbagai Instrumen yang dapat digunakan
untuk memperoleh informasi seperti pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan tingkah
laku anak. Proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk
membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak
Penyelenggaraan asesmen khusus bertujuan :
a. Mengetahui jenis dan tingkat ABK.
b. Mengetahui jenis dan tingkat kendala ABK.
c. Mengetahui berbagai potensi yang dimiliki ABK.
d. Mengetahui berbagai kebutuhan ABK.
e. Mengetahui kemajuan atau hasil pencapaian ABK dalam proses pelayanan kependidikan
khusus.
Tugas menyelenggarakan asesmen dilakukan secara bertahap meliputi:
a. Asesmen diagnostik, dilaksanakan pada waktu ABK mulai masuk sekolah atau pada waktu
mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar.
b. Asesmen formatif, dilaksanakan bersamaan penyelenggaraan bimbingan, latihan, pengajaran
kompensatif.
c. Asesmen sumatif, dilaksanakan pada tahap akhir penyelenggaraan pendidikan khusus.
2. Tugas berkaitan dengan kurikulum plus/ kompensatoris
Kurikulum tambahan ini tidak ada dalam kurikulum standar. Kurikulum tambahan ini
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan kompensatoris yang bersifat membimbing, melatih,dan
membenahi anak berkebutuhan khusus untuk mempersiapkan berintegrasi ke dalam klas
bersama-sama anak awas.Penyelenggaraan kurikulum plus bertujuan mencapai kesepadanan
optimal ABK dengan peserta didik lain.
Kurikulum plus ini terdiri dari dua bagian :
1. Memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk meningkatkan
kemampuan mereka melaksanakan kehidupan sekolah. Bagian ini meliputi: latihan kedriaan,
latihan Orientasi dan Mobilitas (tunanetra), bina persepsi bunyi dan irama (tunarungu), bina
diri (tunagrahita), bina gerak (tunadaksa), bina pribadi dan sosial (tunalaras), bina komunikasi
(autis), latihan Olah Raga dan Kesehatan, latihan keterampilan sehari-hari, dan bimbingan
sosialisasi. Bagian pertama dari kurikulum plus ini disebut juga bimbingan penyesuaian anak
berkebutuhan khusus di sekolah.
2. Memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk mempersiapkan diri
mengikuti pelajaran di dalam kelas.
Bagian ini meliputi pengajaran konsep dasar bahasa, baca tulis Braille (tunanetra),
komunikasi total (tunarungu) dan pengajaran konsep dasar matematika, IPA, dan IPS; serta
latihan alat bantu-peraga khusus. Bagian kedua dari kurikulum plus ini disebut bimbingan
penyesuaian anak berkebutuhan khusus ke dalam kelas.
3. Tugas: Layanan Pembelajaran Khusus
Pengajaran khusus adalah pengajaran yang diberikan kepada ABK yang di dalam
proses belajar mengalami ketidaksesuaian dengan tuntutan kurikulum
standar.Penyelenggaraan ini bertujuan mencapai kesesuaian optimal ABK dengan tuntutan
program pendidikan mereka.
Pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan meliputi:
1. Pengajaran remedial, diberikan jika ABK di dalam proses belajar mengajar di klas
mengalami ketidakjelasan, salah pengertian dan atau kesalahan cara mengajar guru,
2. Pengajaran akselerasi, diberikan kepada ABK yang mengalami kecerdasan istimewa dan
berprestasi luar biasa dalam pelajarannya,
3. Pengajaran pengayaan, diberikan kepada semua ABK untuk memperkaya pengalaman
kongkret sesuai dengan program pengajaran mereka.
4. Pembelajaran individual dengan program pembelaaran individual (PPI): dilaksanakan
terhadap ABK dengan kecerdasan di bawah rata-rata dan tidak mampu mengikuti
pembelajaran dengan kurikulum standar.
4. Tugas Kunjungan Rumah
Tugas menyelenggarakan kunjungan rumah adalah pelayanan kepada orang tua dan
anggota keluarga ABK untuk mengembangkan pengertian dan sikap wajar terhadap
ABK. Penyelenggaraan kunjungan rumah bertujuan menyelaraskan, menyerasikan, dan
menyepadankan suasana pendidikan di rumah dan suasana pendidikan & sekolah, yang tugas-
tugasnya meliputi:
1. Bimbingan kepada orangtua dan keluarga ABK.
2. Bimbingan dan latihan-latihan kepada ABK terhadap hal-hal yang sulit dilaksanakan di
sekolah.
5. Tugas Adaptasi Media/ alat Khusus
Adaptasi media misalnya kegiatan mengalihhurufkan dari huruf Braille ke huruf
visual, atau sebaliknya, serta memperbesar ukuran huruf untuk anak low vision.
Penyelenggaraan adaptasi media bertujuan:
1. Menghilangkan kesenjangan komunikasi tertulis/ lesan antara ABK dengan para Guru Klas /
Guru Bidang studi.
2. Melengkapi bahan pelajaran tertulis yang relevan dengan ABK (tunanetra: dalam huruf
Braille dan atau huruf visual ukuran besar).
6. Tugas pengelolaan alat bantu/ paraga khusus/ buku khusus/ media khusus
Pengelolaan alat bantu/ peraga khusus adalah pengelolaan alat pengajaran, alat peraga,
dan buku-buku khusus bag! ABK,
Pengelolaan alat bantu/ peraga khusus bagi ABK bertujuan:
1. Menjamin efisiensi optimal penggunaan alat bantu/peraga khusus dan buku-buku ABK.
2. Membebaskan para Guru Klas / Guru Bidang studi dari tugas mengelola alat bantu/peraga
khusus.
Tugas mengelola alat bantu/peraga khusus dan buku ABK meliputi:
1. Menyimpan serta merawat alat bantu/peraga khusus dan buku ABK.
2. Mengatur penggunaan alat bantu/peraga khusus dan buku ABK.
3. Mengurus pengadaan alat bantu/peraga khusus dan buku ABK.
4. Mengembalikan alat bantu/peraga khusus dan buku ABK yang sudah tidak digunakan secara
aktif pada Pusat Material Pendidikan Inklusi Tunanetra.
5. Membuat alat bantu/peraga sederhana.
7. Tugas pengembangan program
Pengembangan program Pendidikan Inklusi adalah:
1. Pembinaan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas para GPK dan guru kelas/ mata
pelajaran/ BP.
2. Pembinaan wawasan, sikap dan perilaku profesional di kalangan para GPK dan guru kelas/
mata pelajaran/ BP.
3. Melakukan bimbingan kepada guru kelas/ mata pelajaran dalam mengadaptasi pembelajaran
agar pembelajaran dapat dilakukan mampu mengakomodasi kebutuhan semua peserta didik
(termasuk ABK).
4. Melakukan bimbingan kepada guru kelas/ mata pelajaran dalam mengadaptasi penilaian.
5. Melakukan bimbingan kepada warga sekolah dalam memperlakukan ABK dengan tepat.
Pendidikan inklusi adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap anak penuh
berpartisipasi dalam kegiatan kelas reguler tanpa mempertimbangkan kecacatan atau
karakteristik lainnya.
LANDASAN HUKUM
-Landasan Spiritual
1.Surat An Nisa ayat 9 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Maka hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang benar.
2.Surat Az Zuhruf ayat 32 Allah telah menentukan diantara manusia penghidupan mereka
dalam kehidupan dunia, dan Allah telah meninggikan sebagian dari mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat saling mengambil
manfaat(membutuhkan).
-Landasan Yuridis
Kalau kita cermati lebih teliti, landasa spiritual maupun landasan yuridis tersebut telah
memberikan dasar hukum yang jelas tentang bagaiman penyelenggaraan pendidikan inklusi
yang memang merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi.
-Implementasi Di Lapangan
Indonesia Menuju Pendidikan inklusi Secara formal dideklarasikan pada tanggal 11 agustus
2004 di Bandung, dengan harapan dapat menggalang sekolah reguler untuk mempersiapkan
pendidikan bagi semua anak termasuk penyandang cacat anak. Setiap penyandang cacat
berhak memperolah pendidikan pada semua sektor, jalur, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal
6 ayat 1). Setiap penyandang cacat memiliki hak yang sama untuk menumbuh kembangkan
bakat, kemampuan dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat (Pasal 6 ayat 6 UU RI No. 4 tahun 1997 tentang
penyandang cacat).
Sejak tahun 2001, pemerintah mulai uji coba perintisan sekolah inklusi seperti di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 12 sekolah didaerah Gunung Kidul dan di Provinsi
daerah Khusus Ibukota Jogyakarta dengan 35 sekolah. Pada sekolah sekolah reguler yang
dijadikan perintis itu memang diuntukkan anak-anak lambat belajar dan anak-anak sulit
belajar sehingga perlu mendapat pelayanan khusus. Karena masih dalam tahap rintisan
sampai sekarang belum ada informasi yang berarti dari sekolah-sekolah tersebut
http://www.diknas-padang.org/mod.php?mod=sekolah&op=sek&kat=SDLB