Você está na página 1de 6

Persediaan

Persediaan (inventory) merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi perusahaan.
Penting bagi perusahaan untuk menganalisis tentang persediaan baik perhitungan persediaan,
metode pengumpulan persediaan, atau penilaian persediaan.

Untuk perhitungan persediaan menggunankan metode full costing atau variable costing.

Perhitung persediaan menjadikan siklus tersendiri dalam aktivitas investasi dan operasi
perusahaan. Dampak persediaan berpengaruh pada posisi keuangan perusahaan hal ini terkait
dengan bagaimana perusahaan menilai adanya persediaan ini. Setelah persediaan yang ada
dalam perusahaan digunakan dalam proses produksi atau proses pedagangan untuk
perusahaan jasa sehingga mampu menghasilkan penjualan maka perusahaan dapat
mengeluarkan persediaan menjadi harga pokok penjualan yang memberikan pengaruh
terhadap harga pokok penjualan di dalam Laba rugi sebagai pengurang pendapatan.

Adapun jurnal yang berkaitan dengan peprsediaan adalah sebagai berikut;

No Keterangan Ref Debet Kredit

1 Persediaan Rp xxx,-
Kas Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat pembelian secara kredit)

2 Persediaan Rp xxx,-
Utang usaha Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat pembelian secara krefit)

3 Harga Pokok Penjualan Rp xxx,-


Persediaan Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat harga pokok penjualan)

Jumlah Rp xxx,- Rp xxx,-

Untuk perhitungan akumulasi biaya persediaan menggunakan tiga metode yaitu


menggunakan metode LIFO, FIFO dan Biaya rata-rata.

Untuk mennyamakan perhitungan persediaan maka dapat diberikan satu contoh sebagai
berikut;
Persediaan tanggal 1 Januari 2011 sebesar 40 Unit @Rp 500 = Rp 20.000,-
Pembelian persediaan tahun berjalan 60 Unit @ Rp 600 = Rp 36.000,-
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual adalah sebesar Rp 56.000,-
Apabila perusahaan telah melakukan penjualan sejumlah 30 unit @ Rp 800 maka akan
menghasilkan penjualan sebesar Rp 24.000,-
Penggunaan metode tersebut berpengaruh terhadap laporan keungan perusahaan baik pada
posisi keuangan perusahaan (Neraca) maupun pada laporan hasil operasi perusahaan (laporan
laba rugi).
Untuk pembahasannnya sebagai berikut;

1. Metode FIFO (First in First Out)


Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang petama kali dibeli merupakan barang yang
pertama kali dijual. Dengan menggunakan metode ini maka dapat diketahui laba kotor
perusahaan adalah sebagai berikut;
Penjualan Rp 24.000,-
Harga Pokok Penjualan (30@Rp500,-) Rp 15.000,-
Laba kotor Rp 9.000,-

Jika dibandingkan dengan metode yang lain pengunaan metode ini mampu menghasilkan
tingkat laba yang lebih tinggi memberikan pengaruh terhadap laporan laba rugi perusahaan.
Namun yang menjadi perhatian adalah dengan menggunakan metode ini tidak
memperhatikan factor kenaikan harga perusahaan.

2. Metode LIFO (Last In First Out)


Metode pengumpulan biaya menggunakan LIFO mengasumsikan bahwa barang yang dibeli
paling akhir dikeluarkan pertama. Penggunaan metode ini diperjelas pada contoh-contoh
berikut ini;
Penjualan Rp 24.000,-
Harga Pokok Penjualan (30@Rp600,-) Rp 18.000,-
Laba kotor Rp 6.000,-

Dengan menggunakan metode pengumpulan harga menjadikan harga pokok penjualan sesuai
dengan tingkat harga saat ini, mempeprhitungkan inflasi akibatnya perusahaan mengalami
peningkatan nilai harga pokok penjualan di banding menggunakan metode yang lain.

3. Metode Biaya rata-rata (Avarage cost)


Metode ini mencoba menghilangkan harga masuk dan keluar persediaan, metode ini
menggunakan rata-rata tertimbang terhadap barang yang dibeli.
Penjualan Rp 24.000,-
Harga Pokok Penjualan (30@Rp560,-) Rp 16.800,-
Laba kotor Rp 7.200,-

Apa kita merangkum perhitungan laba kotor perusahaan adalah sebagai berikut;

Keterangan FIFO LIFO AVERAGE

Penjualan 24.000,00 24.000,00 24.000,00

Harga Pokok Penjualan 15.000,00 18.000,00 16.800,00

Laba Kotor 9.000,00 6.000,00 7.200,00

Perhitungan laba kotor menggunakan metode pengumpulan harga pokok penjulan


menggunakan metode LIFO memiliki tingkat laba yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
LIFO menggunakan biaya persediaan yang lebih rendah dari nilai persediaan yang ada. Pada
tingkat harga yang meningkat memang FIFO memiliki kecenderungan peningkatan laba yang
lebih tinggi dari pada metode yang lainnya.

Hal ini sering dinyatakan sebagai keuntungan fiktif dari penggunaan metode FIFO hal ini
dikarenakan sebenarnya perhitungan laba ekonomi merupakan penjumlahan dari dua
komponen yaitu komponen laba ekonomi dan laba kepemilikan.

Laba ekonomi merupakan laba atas penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dikaitkan
dengan biaya persediaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan barnag tersebut. Harga
persediaan yang diberikan adalah harga terkini dari nilai persediaan yang ada dalam
perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut;
Laba ekonomi = 30 Unit x (800-600) = Rp 6.000,-

Laba kepemilikan merupakan kenaikan pada biaya penggantian karena persediaan yang
dimiliki. Untuk lebih mudahnya perhitungan kenaikan nilai persediaan dihitung dengan
menggunakan mengkalikan nit yang terjual dengan selisih harga antara pembelian awal dan
harga pembelian akhir.
Laba kepemilikan = 30 unit x (600-500) = Rp 3.000,-

Dapat diambil kesimpulan dari laba kotor Rp 9.000,- sebesar Rp 3.000,- merupakan
keuntungan inflasi yang diperoleh oleh perusahaan dari kepemilikan persediaan yang
memiliki tingkat harga lebih tinggi dari pada saat perolehannya.

Laba kepemilikan merupakan fungsi dari perputaran aset (dalam hal ini adalah persediaan)
dan tingkat inflasi. Namun yang perlu menjadi perhatian pada perhitungan ini adalah pada
tingkat inflasi yang lebih rendah, atau penurunan nilai persediaan maka akan menjadi laba
kepemilikan ini perlu untuk dikoreksi.

Keuntungan atas laba kepemilikan telah lama hilang pada dekade ini dikarenakan oleh
pengawasan manajemen yang relatif lebih baik serta pengendalian manajemen terkait dengan
persediaan juga lebih baik yang menyebabkan laba kememilikan ini menjadi hilang.

Perlu untuk diingan untuk negara yang memiliki tingkat inflasi yang tinggi, keuntungan yang
digunakan dengan menggunakan perhitungan FIFO masih menjadi masalah tersendiri.

Analisis Persediaan- Menggunakan Persediaan sebagai bahan prediksi laba


perusahaan
Pertanyan mendasar untuk hal ini adalah dapatkah perusahaan menggunakan tingkat
persediaan untuk memprediksi penjualan dan laba pada masa depan?. Dipandang dari
perspektif peningkatan persediaan merupakan ungkapan harapan manajer akan meningkatkan
penjualan. Akan tetapi apabila kita memandang dari perspektif yang lain peningkatan
persediaan merupakan indikator penurunan penjualan yang tidak diharapkan. Penelitian
analisis menunjukan bahwa interpretasi perubahan tingkat persediaan harus dilakukan secara
hati-hati meskipun industri dan tingkat persediaan yang ada merupakan kelompok sejenis.

Untuk perusahaan manufaktur, peningkatan persediaan barang jadi merupakan prediksi


peningkatan penjualan tetapi disertai dengan penurunan laba. Hal ini dikarenakan ketika
terjadi kenaikan persediaan maka perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan penjualan
yang dilakukan dengan mengurangi margin laba atau pengurangan harga. Pada periode ini
penurunan nilai laba perusahaan, dan prediksi penjualan dan laba perusahaan pada masa yang
akan datang akan mengalami penurunan pada posisi normalnya atau dapat dikatakan laba
belum pulih sepenuhnya.
Berbeda kondisis jika terjadi kanaikan pada peningkatan persediaan bahan mentah atau baha
setengah jadi merupakan indikator peningkatan laba.

A. Dampak persediaan pada Neraca dan Laba Rugi


Dampak persediaan pada neraca, merupakan analisis lebih lanjut dari metode pengumpulan
harga pokok produksi. Untuk tingkat harga yang meningkat penggunaan metode harga FIFO
tidak akan menjadi masalah. Namun untuk penggunaan metode pengumpulan persediaan
menggunakan metode LIFO akan menjadi masalah. Masalah dikarenakan dengan LIFO tidak
menyajikan persediaan akhir yang sesuai dengan penggantiaannya. Hal ini dikarenakan
persediaan akhir merupakan nilai persediaan dengan menggunakan nilai persediaan pada
tingkat harga awal. Ketika harga meningkat apabila LIFO tidak menyesuaikan harga pada
persediaan akhirnya maka penggunaan LIFO kurang mencerminkan nilai penggantian
persediaan awal dengan harga pasar.
Dampak lain dari penggunaan pengumpulan harga pokok penjualan adalah pegaruh pada arus
kas. Pada tingkat harga yang tinggi Penggunaan metode LIFO akan menyajikan harga pokok
persediaan atau laba rugi yang telah sesuai dengan penggantian persediaan. Namun akan
menjadi masalah pada menggunaan metode pengumpulan harga pokok penjualan
menggunakan metode FIFO akan menghadapi kondisi yang dilema. Penggunaan metode
pengumpulan harga pokok penjualan menggunakan metode FIFO akan menyebapkan
peningkatan laba perusahaan hal ini dikarenakan pada tingkat harga yang meningkat
perusahaan masih menggunakan metode persediaan dengan tingkat harga yang lebih lamma
dengan nilai yang lebih rendah dari harga pasar. Hal ini menyebabkan perusahaan akan
melaporkan laba dengan tingkat tinggi, yang menyebakan pembayaran pajak yang lebih
tinggi pula. Pada tingkat harga yang lebih tinggi perusahaan mungkin akan mengalami
kesulitan likuiditas. Hal ini dikarenakan perusahaan akan mengalami permasalahan dengan
membayar pajak yang lebih tinggi. Selain itu dengan penggunaan tingkat harga yang lama
tidak mencerminkan penggantian persediaan pada masa kini. Pada posisi ini perusahaan akan
mengalami masalah terlebih masalah likuiditasnya. Dengan arus kas yang masih sama, dan
peningkatan harga pembelian menyebabkan perusahaan gagal mendapatkan persediaan pada
masa sekarang. Dengan tingkat harga yang meningkat perlu mempertikan kemampuan
persediaan membeli bahan baku pada masa yang akan datang.

B. Restatement Penilaian Persediaan


Penggunaan metode pengumpulan harga pokok penjualan perusahaan memang memerlukan
konsistensi dalam penerapannya. Terdapat kasus yang mungkin muncul yaitu penghentian
operasi atau pengurangan persediaan. Pada tingkat harga yang meningkat pada perusahaan
yang menggunakan metode FIFO tidak akan menjadi masalah. Hal ini dikarenakan tingkatan
harga yang digunakan adalah lapis pertama yang dikeluarkan perusahaan. Dengan demikian
persediaan yang dihasilkan pada akhir yang tercantum pada neraca merupakan nilai
persediaan yang sesuai dengan harga pasar.
Permasalahan akan menjadi lain apabila perusahaan menerapkan metode LIFO. LIFO
menjadikan lapisan terakhir yang keluar pertama, sehingga setiap laba rugi yang dikeluarga
sesuai dengan tingkat harga saat ini. Akan menjadi masalah apabila perusahaan melakukan
penghentian atau pengurangan persediaan. Pengurangan ini akan berakibat pada peningkatan
Laba perusahaan. Peningkatan laba perusahaan ini dikarenakan tingkat harga dari persediaan
adalah tingkat harga pada lapis bawah sedangkan untuk barang dengan kondisi harga barang
semakin meningkat menyebabkan harga penggantian atau penghapusan persediaan tidak
sesuai dengan saat ini. Yang berakibat pada peningkatan nilai laba pada perusahaan.Namun
pada tingkat harga yang semakin menurun menyebabkan perusahaan mengalami penurunan
laba.
Permasalahan lain dari perusahaan adalah ketika perusahaan melakukan analisis terkait
dengan metode pengumpulan harga pokok penjualan. Hal ini terkait dengan Laba rugi
ataupun perkiraan neraca atau laporan posisi keuangan perusahaan. Pada penggunaan metode
pengumpulan laba rugi menggunakan metode pengumpulan hagra pokok penjualan
menggunakan metode FIFO akan terdapat masalah pada laporan laba ruginya, tidak terdapat
masalah pada laporan posisi keuangan. Hal ini dikarenakan penggunaan metode FIFO akan
menyajikan laba usaha dan laba kepemilikan. Laba usaha berkaitan dengan usaha yang
dilakukan. Laba kepemilikan berkaitan dengan peningkatan harga (atau inflasi) atas nilai
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Pada penggunaan metode LIFO tidak akan mendapatkan masalah pda saat melaporkan laba
rugi hal ini dikarenakan tingkat harga pada harga pokok penjualan yang digunakan telah
sesuai dengan harga pasar. Permasalahan terletak pada penilaian persediaan pada laporan
posisi keuangan. Penilaian harga pada laporan posisi keuangan dinilai dari persediaan awal.
Sehingga nilai persediaan awal perusahaan menjadi lebih rendah dari harga persediaan yang
ada di dalam pasar.
a. Penyajian kembali (Restatement) Analisis dari LIFO ke FIFO
Jika perusahaan menghendaki penilaian pengumpulan harga pokok penjualan menggunakan
metode LIFO untuk laporan laba rugi tidak memerlukan penyesuaian. Hal ini dikarenakan
laba rugi yang disajikan dalam laporan keuangan telah sesuai dengan kondisi harga pasar.
Namun untuk penyajian laporan posisi keuangan terlebih untuk pos persediaan dalam neraca
penggunaan metode LIFO akan menjadi masalah. Permasalahan disebabkan oleh penyajian
persediaan disajikan dibawah nilai wajar. Untuk itu analis perlu melakukan penyesuaian.
Penyesuaian dikarenakan akibat penyajian persediaan terlalu kecil menjadikan rasio lancar
(current ratio) atau rasio perputaran persediaan (Inventory trunover) tidak sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya. Permasalahan tersebut terkait dengan akibat perusahaan
melaporkan nilai persediaan terlalu rendah dari posisi yang sebenarnya, hal ini berakibat pada
penilaian rasio lancar yang terlalu rendah yang mencerminkan rasio liquiditas yang terlalu
rendah pula. Selain itu penggunaan metode ini menyebabkan perputaran perusahaan menjadi
lebih tinggi. Dengan demikian menyebabkan perusahaan memungkinkan adanya manajemen
laba.
Untuk kondisi tersebut perlu dilakukan analisis penyesuaian nilai persediaan agar pro
perform. Penyesuaian ini dapat dilakukan dengan mengasumsikan FIFO. Maksud dari
penggunaan pengasumsian FIFO adalah menghitung seslisih persediaan dengan nilai kini dan
nilai FIFO. Penyesuaian perusahaan dimungkinkan jika perusahaan mampu mengungkapkan
seslisih biaya kini atas biaya yang dihitung dengan menggunakan metode LIFO atau akan
kita sebut sebagai cadangan LIFO. Adapun penyesuaiannya adalah sebagai berikut;
Penyesuaian pertama adalah mengenai nilai persediaan. Nilai persediaan disesuaikan
dengan menjumlah persediaan yang dilaporkan dengan cadangan LIFO, atas penambahan ini
akan berpengaruh pada persediaan akhir perusahaan yang menyebabkan nilai harga pokok
produksi menjadi rendah dan menyebabkan laba menjadi lebih tinggi. Atas tersebut akan
berpengaruh terhadap kenaikan laba perusahaan. Oleh karena itu pajak penghasilan
merupakan penyesuaian atas perubahan nilai persediaan ini. Penyesuaian kedua adalah
penilaian pajak penghasilan. Pertambahan pajak penghasilan atau biasa kita sebut dengan
pertambahan pajak tangguhan atas kenaikan nilai persediaan. Perhitungan pertambahan nilai
kewajiban pajak pajak tangguhan diperoleh dengan mengkalikan tarif pajak dengan jumlah
cadangan LIFO yang telah ditentukan. Pada penyesuaian LIFO akan berpengaruh pada laba
perusahaan sebagai akibat bertambahnya persediaan akhir perusahaan, yang mengakibatkan
HPP perusahaan menjadi lebih rendah yang berakibat naiknya laba perusahaan. Oleh karena
itu diperlukan penyesuaian ketiga adalah penyesuaian laba periode berjalan. Penyesuaian
laba periode berjalan dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan laba ditahan peridoe
berjalan (atau alab yang dilaporkan) dengan cadangan lifo yang dibentuk yang dikalikan
terlebih dahudu dengan pengurangan atas pajak penghasilan.

Adapun penyesuaian akan di ringkas sebagai berikut;


1. Penyesuaian persediaan
Persediaan= Persediaan Akhir LIFO + Cadangan LIFO
2. Penyesuaian kewajiban pajak tangguhan
Pertambahan pajak = Cadangan LIFo x Tarif Pajak
3. Penyesuaian laba ditahan
Laba = Laba dilaporkan + Cadangan LIFOx(1-Tarif Pajak)

b. Penyajian kembali (Restatement) Analisis dari FIFO ke LIFO


Analsis untuk menyajikan kembali dari FIFO ke LIFO meruapakan hal penting. Untuk
laporan posisi keuangan penggunaan metode FIFO tidak menjadi masalah. Permasalahan
terletak pada laporan laba rugi yang dihasilkan perusahaan. Hal ini dikarenakan untuk tingkat
harga yang semakin meningkat perusahaan juga melaporkan laba atas kepemilikan
perusahaan yang bersumber dari perubahan harga persediaan. Seperti yang dibahas pada
pembahasan sebelumnya bahwa laba FIFO merupakan penjumlahan dari laba perusahaan dan
laba kepemilikan. Pada tingkat lini harga dengan inflasi sebesar r maka dapat kita
menghitung laba kememilikan sebesar persediaan awal dikalikan dengan jumlah inflasi (Pa x
r). Maka dapat diketaui HPP LIFO adalah HPP FIFO dijumlah dengan (PA+r). Namun perlu
diketahui nilai dari inflasi sebesar r adalah bukan nilai pada indeks harga tetapi merupakan
nilai perubahan nilai persediaan. Jumlah inflasi sebesar r dapat diketahui melalui
R = Perubahan cadangan LIFO : Persediaan FIFO di awal tahun.

C. Penilaian persediaan (Biaya Perolehan atau nilai pasar, atau mana yang lebih rendah dar
keduanya
Prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk persediaan adalah menilai persediaan pada biaya
perolehan atau nilai pasar, mana yang lebih rendah (lower of cost or marjet-LOCOM).
Kalimat sederhana ini menyembuyikan kerumiatan dan keragaman alternatif yang diusulkan.
Konsep ini menjadikan jika harga pasar persediaan turun melabihi biaya perolehannya untuk
alasan apapun termasuk dalam hal ini adalah keusangan, kerusakan, perubahan harga, maka
harga persediaan diturunkan. Penurunan biaya ini akan mencerminkan kerugian pada periode
berjalan. Karena peningkatan biaya menjadi harga pasar (Kecuali untuk menutupi kerugian
hingga kembali pada biaya perolehan awal), maka penilaian persediaan ini menjadi
konservatif.
Nilai atau harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya penggantian terkini melalui
pembelian atau reproduksi. Meskipun demikian nilai pasar tidak boleh melebihi realisasi
bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan bahwa
harga persediaan merupakan biaya penyelesaian dan penyerahan terkait dengan penjualan
barang.

Você também pode gostar