Você está na página 1de 4

Apakah syiah itu ?

Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari sekian banyak
aliran-aliran sempalan dalam Islam.
Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang ajaran-
ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya yang telah
disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut Ahli Bidah.
Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran Syiah Zaidiyah ada
aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah Ismailiyah dll, maka saat ini apabila kita
menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang
sedang berkembang di negara kita dan berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan Syiah
Khumainiyah.
Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan dan
permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu dan merusak persatuan
dan kesatuan bangsa kita.
Tokoh-tokoh Syiah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat Islam dari
ajaran Islam yang sebenarnya.

Apa arti kata Syiah menurut bahasa ?

Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang artinya pengikut, juga mengandung makna pendukung
dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok.
Sebagai contoh : Syiah Muhammad artinya pengikut Muhammad atau pecinta Muhammad atau
kelompok Muhammad.
Oleh karena itu dalam arti bahasa, Muslimin bisa disebut sebagai Syiahnya Muhammad bin
Abdillah SAW dan pengikut Isa bisa disebut sebagai Syiahnya Isa alaihis salam.
Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah SAW Syiah-syiah atau kelompok-
kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah SAW, sehingga saat
itu tidak ada lagi Syiah itu dan tidak ada Syiah ini.
Hal mana karena Rasulullah SAW diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk
membuat kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu.
Allah berfirman :

):(

Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian
bercerai berai (berkelompok-kelompok).

Tapi setelah Rasulullah SAW wafat, benih-benih perpecahan mulai ada, sehingga saat itu ada
kelompok-kelompok atau syiah-syiah yang mendukung seseorang, tapi sifatnya politik.
Misalnya sebelum Sayyidina Abu Bakar di baiat sebagai Khalifah, pada waktu itu ada satu
kelompok dari orang-orang Ansor yang berusaha ingin mengangkat Saad bin Ubadah sebagai
Khalifah. Tapi dengan disepakatinya Sayyidina Abu Bakar menjadi Khalifah, maka bubarlah
kelompok tersebut.
Begitu pula saat itu ada kelompok kecil yang berpendapat bahwa Sayyidina Ali lebih berhak
menjadi Khalifah dengan alasan karena dekatnya hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah
SAW. Tapi dengan baiatnya Sayyidina Ali kepada Khalifah Abu Bakar, maka selesailah masalah
tersebut.
Oleh karena dasarnya politik dan bukan aqidah, maka hal-hal yang demikian itu selalu terjadi,
sebentar timbul dan sebentar hilang atau bubar.
Begitu pula setelah Sayyidina Ali dibaiat sebagai Khalifah, dimana saat itu Muawiyah
memberontak dari kepemimpinan Kholifah Ali, maka hal yang semacam itu timbul lagi,
sehingga waktu itu ada kelompok Ali atau Syiah Ali dan ada kelompok Muawiyah atau syiah
Muawiyah.
Jadi istilah syiah pada saat itu tidak hanya dipakai untuk pengikut atau kelompok Imam Ali saja,
tapi pengikut atau kelompok Muawiyah juga disebut Syiah.
Argumentasi tersebut diperkuat dengan apa yang tertera dalam surat perjanjian atau Sohifah At-
tahkim antara Imam Ali dengan Muawiyah, dimana dalam perjanjian tersebut disebutkan:


( )

Ini adalah apa yang telah disepakati oleh Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi Sufyan dan
kedua Syiah mereka.
(Ushul Mazhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah)

Dengan demikian penyebutan kata syiah pada saat itu memang sudah ada, tetapi hanya dalam
arti bahasa dan dasarnya hanya bersifat politik dan bukan landasan aqidah atau mazhab.
Adapun aqidah para sahabat saat itu, baik Imam Ali dan kelompoknya maupun Muawiyah dan
kelompoknya, mereka sama-sama mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh
Rasulullah SAW.
Hal ini dikuatkan oleh keterangan Imam Ali, dimana dalam suratnya kepada Ahli Amsor, beliau
menceritakan mengenai apa yang terjadi antara beliau (Imam Ali) dengan Ahli Syam
(Muawiyah) dalam perang Siffin sbb:




) -(

Adapun masalah kita, yaitu telah terjadi pertempuran antara kami dengan ahli syam (Muawiyah
dan Syiahnya).
Yang jelas Tuhan kita sama, Nabi kita juga sama dan dawah kita dalam Islam juga sama. Begitu
pula Iman kami pada Allah serta keyakinan kami kepada Rasulullah, tidak melebihi iman
mereka, dan iman mereka juga tidak melebihi iman kami.
Masalahnya hanya satu, yaitu perselisihan kita dalam peristiwa terbunuhnya (Kholifah) Usman,
sedang kami dalam peristiwa tersebut, tidak terlibat.
(Nahjul Balaghoh 448)

Selanjutnya, oleh karena permasalahannya hanya dalam masalah politik yang dikarenakan
terbunuhnya Khalifah usman RA dan bukan dalam masalah aqidah, maka ketika Imam Ali
mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah
dan melarang, seraya berkata:



)- (

Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan
perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih
diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan :
Yaa Allah selamatkanlah darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka
(Nahjul Balaghoh 323)

Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki
Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang
Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya,
layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam Ali
Kembali kepada pengertian Syiah dalam bahasa yang dalam bahasa Arabnya disebut Syiah
Lughotan, sebagaimana yang kami terangkan diatas, maka sekarang ini ada orang-orang Sunni
yang beranggapan bahwa dirinya otomatis Syiah. Hal mana tidak lain dikarenakan kurangnya
pengetahuan mereka akan hal tersebut. Sehingga mereka tidak tahu bahwa yang sedang kita
hadapi sekarang ini adalah Madzhab Syiah atau aliran syiah atau lengkapnya adalah aliran Syiah
Imamiyah Itsna Asyariyah (Jafariyyah).
Oleh karena itu, istilah Syiah Lughotan tersebut tidak digunakan oleh orang-orang tua kita
(Salafunassholeh), mereka takut masyarakat awam tidak dapat membedakan antara kata syiah
dengan arti kelompok atau pengikut dengan aliran syiah atau Madzhab Syiah. Hal mana karena
adanya aliran-aliran syiah yang bermacam-macam, yang kesemuanya telah ditolak dan dianggap
sesat oleh Salafunassholeh.
Selanjutnya salafunassholeh menggunakan istilah Muhibbin bagi pengikut dan pecinta Imam Ali
dan keturunannya dan istilah tersebut digunakan sampai sekarang.
Ada satu catatan yang perlu diperhatikan, oleh karena salafunassholeh tidak mau menggunakan
kata Syiah dalam menyebut kata kelompok atau kata pengikut dikarenakan adanya aliran-aliran
Syiah yang bermacam-macam, maka kata syiah akhirnya hanya digunakan dalam menyebut
kelompok Rofidhah, yaitu orang-orang Syiah yang dikenal suka mencaci maki Sayyidina Abu
Bakar dan Sayyidina Umar.
Sehingga sekarang kalau ada yang menyebut kata Syiah, maka
yang dimaksud adalah aliran atau madzhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.
Memang dengan tidak adanya penerangan yang jelas mengenai Syiah Lughotan dan Syiah
Madhhaban, maka mudah bagi orang-orang Syiah untuk mengaburkan masalah, sehingga
merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dalam usaha mereka mensyiahkan masyarakat
Indonesia yang dikenal sejak dahulu sebagai pecinta keluarga Rasulullah SAW.

Apa yang dimaksud dengan aliran (madzhab)Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah itu ?

Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah salah satu aliran Syiah dari sekian banyak aliran-aliran
Syiah yang satu sama lain berebut menamakan aliran Syiahnya sebagai madzhab Ahlul Bait. Dan
penganutnya mengklaim hanya dirinya saja atau golongannya yang mengikuti dan mencintai
Ahlul Bait. Aliran Syiah inilah yang dianut atau diikuti oleh mayoritas (65 %) rakyat IRAN.
Begitu pula sebagai aliran Syiah yang diikuti oleh orang-orang di Indonesia yang gandrung
kepada Khumaini dan Syiahnya.
Apabila dibanding dengan aliran-aliran Syiah yang lain, maka aliran Syiah Imamiyah Itsna
Asyariyah ini merupakan aliran Syiah yang paling sesat (GHULAH) dan paling berbahaya bagi
agama, bangsa dan negara pada saat ini.
Dengan menggunakan strategi yang licik yang mereka namakan TAGIYAH (berdusta) yang
berakibat dapat menghalalkan segala cara, aliran ini dikembangkan.
Akibatnya banyak orang-orang yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah tertipu dan termakan
oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya (Islam) dan masuk
Syiah.
Karena didasari oleh Ashobiyah atau kefanatikan yang mendalam, maka aliran ini cepat menjalar
dan berkembang, terutama dikalangan awam Alawiyyin (keturunan nabi Muhammad) dan
Muhibbin (pecinta mereka). Sehingga bagaikan penyakit kanker yang ganas sedang berkembang
didalam tubuh yang sehat, yang ratusan tahun dikenal beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Sebenarnya bagi orang-orang yang berpendidikan agama, wabah ini tidak sampai menggoyahkan
iman mereka, tapi bagi orang-orang yang kurang pengetahuan Islamnya, mudah sekali terjangkit
penyakit ini.
Dalam situasi yang memprihatinkan ini, bangkitlah orang-orang yang merasa terpanggil untuk
melawan dan memerangi aliran tersebut. Berbagai cara telah mereka tempuh, ada yang dengan
jalan berceramah, ada yang dengan menulis, bahkan ada yang dengan jalan berdiskusi dan
Alhamdulillah mendapat sambutan yang positif dari masyarakat dan dari pemerintah.
Berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang penuh dengan saling hormat
menghormati dan penuh dengan cinta mencintai serta penuh dengan maaf memaafkan karena
berdasarkan Al Ahlaqul Karimah dan Al Afwa Indal Magdiroh (pemberian maaf disaat ia dapat
membalas) serta Husnudhdhon (baik sangka), maka ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini
penuh dengan caci maki dan penuh dengan fitnahan-fitnahan serta penuh dengan laknat-
melaknat, karena dilandasi dengan Suudhdhon (buruk sangka) dan dendam kesumat serta
kefanatikan yang tidak berdasar.
Dapat kita lihat bagaimana mereka tanpa sopan berani dan terang-terangan mencaci maki para
sahabat, memfitnah istri-istri Rasulullah SAW, khususnya Siti Aisyah, bahkan Rasulullah sendiri
tidak luput dari tuduhan mereka.
Ajaran-ajaran Syiah yang meresahkan dan membangkitkan amarah umat Islam ini, membuat
para ulama di seluruh dunia sepakat untuk memberikan penerangan kepada masyarakat. Ratusan
judul kitab diterbitkan, berjuta kitab dicetak dengan maksud agar masyarakat mengetahui
kesesatan Syiah dan waspada terhadap gerakan Syiah. Dalam menulis kitab-kitab tersebut para
ulama kita itu mengambil sumber dan sandaran dari kitab-kitab Syiah (kitab-kitab rujukan
Syiah), sehingga sukar sekali bagi orang-orang Syiah untuk menyanggahnya.
Selanjutnya dengan banyaknya beredar kitab-kitab yang memuat dan memaparkan kesesatan
ajaran Syiah, maka banyak orang-orang yang dahulunya terpengaruh kepada Syiah, menjadi
sadar dan kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Hal ini tentu tidak lepas hidayah
dan inayah serta taufiq dari Allah SWT. Terkecuali orang-orang yang memang bernasib buruk,
yaitu orang-orang yang sudah ditakdirkan oleh Allah sebagai orang Syagi (celaka dan sengsara).
Semoga kita dan keluarga kita digolongkan sebagai orang-orang yang Suada atau orang-orang
yang beruntung yang diselamatkan oleh Allah dari aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang
sesat dan menyesatkan.

Apa Madhab Ahlul Bait ?


Apa Ahlussunnah Waljamaah ?
Kapan lahirnya Agidah Ahlussunnah Waljamaah ?
Apa perbedaan Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah ?

Você também pode gostar