Você está na página 1de 8

Nama: Ezra Hans Soputra

NIM: 04011281419137
Kelas: Alpha 2014 Kelompok A2
Analisis Masalah
1. Sandi, bayi laki-laki usia 6 bulan dibawa ibunya ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) karena tidak mau makan / anoreksia tetapi tidak disertai muntah dan diare
b. Bagaimana cara meningkatkan nafsu makan pada anak?
Jadwal

o Jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur

o Pemberian makan sebaiknya tidak > 30 menit

o Jangan menawarkan camilan yang lain saat makan kecuali minum

Lingkungan

o Lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan untuk makan)

o Siapkan serbet untuk alas makan agar tidak berantakan

o Tidak ada distraksi (mainan, televisi, perangkat permainan elektronik) saat makan

o Jangan memberikan makanan sebagai hadiah

Prosedur

o Berikan makanan dalam porsi kecil

o Berikan makanan utama dulu, baru diakhiri dengan minum

o Dorong anak untuk makan sendiri

o Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan
kepala, menangis), tawarkan kembali makanan secara netral, yaitu tanpa membujuk
ataupun memaksa

o Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan

o Hanya boleh membersihkan mulut anak jika makan sudah selesai

Sumber: Bernard-Bonnin, A. Feeding problems of infants and toddlers. Can Fam


Physician. 2006;52:1247-51.
2. Sandi juga belum bisa tengkurap, hanya berbaring saja.
a. Bagaimana perkembangan normal anak usia 6 bulan?
Nama: Ezra Hans Soputra
NIM: 04011281419137
Kelas: Alpha 2014 Kelompok A2

3. Riwayat nutrisi sebelumnya : usia 0-2 bulan : ASI saja dengan frekuensi pemberian sering
setiap kali menangis @5 menit, usia 2 bulan sampai sekarang : susu formula standar (67
kkal/100 ml), sekarang 12 kali sehari @2 sendok takar peres. Dalam membuat susu, si ibu
biasa mencampur susu 2 sendok takar dengan air panas sampai 40 cc dan air dingin 10 cc.
Walaupun sudah berusia 6 bulan, Sandi belum diberi makanan tambahan (MP ASI).
f. Bagaimana dampak penghentian ASI terlalu dini?
Banyak bukti ilmiah yang memperlihatkan bahwa ASI yang diberikan secara eksklusif
selama 6 bulan pertama kehidupan dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi untuk
tumbuh dan berkembang. Beberapa contoh diantaranya, kolostrum (ASI pada hari 1-5)
kaya protein, laktosa ASI sebagai sumber karbohidrat diserap lebih baik dibanding
yang terdapat di dalam susu formula.
Nama: Ezra Hans Soputra
NIM: 04011281419137
Kelas: Alpha 2014 Kelompok A2
Komposisi protein yang lebih banyak whey sehingga lebih mudah diserap oleh usus
bayi. Beberapa asam amino dan nukleotida yang berperan pada perkebangan jaringan
otak, saraf, kematangan usus, penyerapan besi, dan daya tahan tubuh berada dalam
jumlah yang lebih besar dibanding dalam susu formula. ASI secara eksklusif telah
terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kesehatan saluran cerna.
Lemak dalam ASI selain jumlahnya lebih besar, profilnya juga berbeda dibanding
lemak di dalam susu formula. Lemak juga diperlukan untuk pertumbuhan jaringan saraf
dan retina mata. Disamping itu, ASI juga kaya akan vitamin dan mineral yang sangat
berguna untuk pembentukan sel dan jaringan.
Yang perlu dipahami dalam pemberian ASI adalah produksi ASI yang tidak selalu
sama setiap harinya; yaitu antara 450 - 1200 ml per hari, sehingga bila dalam 1 hari
dirasakan produksinya berkurang, maka belum tentu akan begitu seterusnya. Bahkan
pada 1-2 hari kemudian jumlahnya akan melebihi rata-rata sehingga secara kumulatif
akan mencukupi kebutuhan bayi.
Resiko pemberhentian pemberian ASI adalah tidak tercapainya kebutuhan-kebutuhan
nutrisi yang terkandung dalam ASI yang esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan organ-organ bayi, terutama dalam hal kesehatan usus.
Sumber: Badriul Hegar. 2013. Mengapa ASI Eksklusif Dianjurkan pada Usia di Bawah
6 Bulan (http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/mengapa-asi-eksklusif-sangat-
dianjurkan-pada-usia-di-bawah-6-bulan). Artikel Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2017
5. Riwayat imunisasi : sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 1x, hepatitis B 1x, dan
polio 1x.
b. Apa dampak imunisasi yang belum lengkap?
1. Penyakit akan mudah menyerang.
Antibodi anak umumnya masih lemah dan imunisasi memperkuat sistem daya
tahan tubuh anak. Anak yang tidak diberikan imunisasi dengan lengkap dan dengan
baik bisa menyebabkan anak mudah terserang penyakit seperti polio, TBC dan
campak.
2. Anak jadi gampang tertular penyakit.
Daya tahan yang masih lemah membuat anak muda tertular penyakit berbahaya
seperti cacar, campak, difteri dan lain-lain. Imunisasi selain mencegah anak sakit,
juga memberikan pencegahan kepada anak agar tidak mudah tertular penyakit.
3. Bisa menimbulkan efek samping.
Vaksin sengaja diberikan secara bertahap karena mengikuti kemampuan dari Bayi
untuk menerima Vaksin tersebut. Ada beberapa Vaksin awal yang sifatnya adalah
aman untuk jangka waktu tertentu setelah itu akan menimbulkan efek samping.
Karena itu ada bentuk Vaksin-2, Vaksin-3, Vaksin-4 dan seterusnya, karena selain
memperpanjang usia Vaksin juga berguna untuk menghilangkan efek samping dari
Vaksin yang ada sebelumnya.
Sumber: Maulida N. Beberapa Akibat yang Terjadi Apabila Imunisasi Tidak
Lengkap (https://lintaspos.com/read/2015/07/13/27951/bebarapa-akibat-yang-
Nama: Ezra Hans Soputra
NIM: 04011281419137
Kelas: Alpha 2014 Kelompok A2
terjadi-apabila-imunisasi-tidak-lengkap/). Lintas Pos 2015. Diakses pada tanggal
29 Maret 2017.
6. Pemeriksaan fisik : tampak sangat kurus, kulit kusam dan pucat, dan kesadaran apatis,
cengeng, denyut nadi 140x/menit, isi dan tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu
350C.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari:
Denyut nadi 140x/menit denga nisi dan tegangan cukup.
Range normal 3-6 bulan = 90-120 mmHg.
Interpretasi: meningkat.
8. Hasil pengukuran antropometri : berat badan 3,8 kg, panjang badan 57 cm, lingkar kepala
42 cm, wajah seperti orang tua dengan tulang pipi menonjol, warna rambut seperti warna
rambut jagung-jarang, tipis, dan mudah dicabut. Pada mata terdapat bercak seperti busa
sabun, konjungtiva pucat, tidak ada edema di seluruh tubuh, ada iga gambang, perut
cekung, lengan dan tungkai atrofi, dan terdapat baggy pants.
a. Bagaimana interpretasi, makna, dan mekanisme dari pemeriksaan antoprometri:
Berat badan 3.8 kg, Panjang badan 57 cm, lingkar kepala 47 cm
Nama: Ezra Hans Soputra
NIM: 04011281419137
Kelas: Alpha 2014 Kelompok A2
Nama: Ezra Hans Soputra
NIM: 04011281419137
Kelas: Alpha 2014 Kelompok A2
BB/U: Di bawah -3 SD Gizi Buruk (Gizi sangat kurang)
PB/U: Di bawah -3 SD Perawakan sangat pendek
BB/PB: Di bawah -3 SD Sangat Kurus
Lingkar Kepala: Pada kurva -1 SD

Lengan dan tungkai atrofi


Abnormal. Hal ini disebabkan oleh kuranngnya asupan nutrisi yang diterima oleh
Sandi untuk memenuhi kebutuhan kalorinya. Rendahnya kadar insulin serta
tingginya kadar kortisol pada orang yang menderita marasmus memberi
kecenderungan yang tinggi untuk katabolisme otot sehingga terjadi peningkatan
mobilisasi protein.
Hipotesis: Sandi, bayi laki-laki usia 6 bulan diduga mengalami gizi buruk tipe marasmus dengan
anemia, dan defisiensi vitamin A.
4. Bagaimana Etiologi pada kasus?
Masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. Salah satu masalah sosio ekonomi dan
lingkungan yang sangat berpengaruh adalah kemiskinan yang merupakan akar dari
ketiadaan pangan pangan tempat tinggal yang tidak bersih dan sehat serta ketidakmampuan
menggunakan fasilitas kesehatan. Komponen biologi yang menjadi latar belakang KEP
antara lain malnutrisi ibu, baik sebelum maupun selama hamil, penyakit infeksi, serta diet
rendah energi protein.
Nama: Ezra Hans Soputra
NIM: 04011281419137
Kelas: Alpha 2014 Kelompok A2
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan
kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari
tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan
menyebabkan anak jatuh dalam marasmus. (Arisman, 2004)
1. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang
terlalu encer
2. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital
3. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng,
deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI
kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
6. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia,
lactose intolerance
7. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab
maramus yang lain disingkirkan
8. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
kurang akan menimbulkan marasmus
9. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan
kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari
tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis
akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus
Pemberian makanan bergizi seimbang. Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang
bergizi, dalam hal ini makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan
sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang
tepat, baik jumlah dan kualitasnya. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung
energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta
vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah.
Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya
harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena
ketidaktahuan.
Pola pengasuhan anak. Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian
banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal
orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak
berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih
sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu
Nama: Ezra Hans Soputra
NIM: 04011281419137
Kelas: Alpha 2014 Kelompok A2
dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur
pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian
anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak
berpendidikan.
Sumber: Ina Hernawati. 2010. Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk
(http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/pbadan07-4.pdf).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 29 Maret 2017.
11. Bagaimana edukasi dan pencegahan pada kasus?
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas
pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang
tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa
diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan
energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan
dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa
dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan
meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah
intelegensia di kemudian hari.

Você também pode gostar