Você está na página 1de 13

BAB I

KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

1.1 Definisi
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)adalah
suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis
vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di
dalam kanalis vertebralis (ruptur discus).
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang
terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus
fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang
kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa
berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang
berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan
yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral,
juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP
sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20
tahun. (Candra, )
Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di
bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian
dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos
dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus
fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schomorl
merupakan kelainan mendasari low back painsub kronik atau kronik yang kemudian
disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai khokalgia atau siatika
1.2 Etiologi

Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang


vertebra, dilingkari oleh anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan konsentrik dan
fibrokartilago dimana di dalamnya terdapat susbtansi setengah cair.Nukleus pulposus
terdiri dari jaringan kolagen yang hiperhidrasi dengan protein polisakarida yang tidak

1
mempunyai saraf sensoris. Herniasi terjadi oleh karena adanya degenerasi atau trauma
pada anulus fibrosus yang menyebabkan protrusi dari nukleus pulposus. Herniasi terjadi
pada daerah kostalateral yang menyebabkan ligamentum longitudinal posterior tergeser
dan menekan akar saraf yang keluar sehingga menimbulkan gejala skiatika. Herniasi
dapat juga terjadi kea rah posterior yang hanya menyebabkan gejala nyeri punggung
bawah. Kelainan ini jarang menyebabkan kompresi. Herniasi dapat pula terjadi ke atas
ke bawah melalui lempeng tulang rawan korpus vertebra untuk membentuk nodus
Schmorl.
1.3 Patofisiologi

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi diskus
invertebralis, kandungan air diskus berkursang bersamaan dengan bertambahnya usia.
Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan
yang mengakibatkan herniasi diskus invertebralis melalui anulus dengan menekan akar
akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di
bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan
Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari Hernia diskus invertebralis terjadi pada lumbal antara VL 4
sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral.
Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar
melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar
protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal
meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau
tidak langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan
transaksi nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan
keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal
terjadilah herniasi.

2
Pathway Hernia Nukleus Pulposus

3
BAB II
RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN HNP

2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
Manifestasi klinis
Biasanya keluhan dan gejala herniasi discus intervertebralis tergantung
kepada materi discus yang menonjol keluar atau mengalami herniasi. Herniasi
vertebra lumbalis biasanya menyebabkan nyeri punggung bawah dengan atau
tanpa disertai skiatika atau mungkin hanya berupa nyeri punggung bawah yang
bersifat kronis dengan skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari punggung
bawah ke bokong sampai ke tungkai bawah. Gejala klinis yang dapat
ditemukan:
1. Nyeri punggung bawah yang hebat, mendadak, menetap beberapa jam
sampai beberapa minggu secara perlahan-lahan.
2. Skiatika berupa rasa nyeri hebat pada satu atau dua tungkai sesuai dengan
distribusiakar saraf dan menjadi hebat bila batuk, bersin atau membungkuk.
3. Parestesia yang hebat dapat disertai dengan skiatika sesuai dengan distribusi
saraf dan mungkin terjadi sesudah gejala nyeri saraf menurun.
4. Deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis oleh karena
spasme otot lumbal yang hebat.
5. Mobilitas gerakan tulang berkurang. Pada stadium akut gerakan pada
bagian lumbal sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi
tulang belakang.
6. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pada daerah paravertebral atau
bokong.
7. Uji menurut Lasque-leg Raising (SLR). Tes ini akan menunjukkan derajat
terbatasnya dan besarnya tekanan pada akar saraf.
8. Tes tegangan saraf femoral. Pada herniasi diskus vertebra L-3/4, fleksi pada
sendi lutut secara pasif dalam posisi telungkup akan menyebabkan nyeri
pada paha bagian depan.
9. Gejala neurologis pada tungkai, berupa kelemahan otot, perubahan refleks
dan perubahan sensoris yang mengenai akar saraf.

4
2.1.2 Pemeriksaan fisik
Pengkajian terhadap masalah pasien terdiri dari awitan, lokasi dan
penyebaran nyeri, parestesia, keterbatasan gerak dan keterbatasan fungsi leher,
bahu dan ekstremitas atas. Pengkajian pada daerah spinal servikal meliputi
palpasi yang bertujuan untuk mengkaji tonus otot dan kekakuannya.
Pemeriksaan pada penderita dengan kecurigaan adanya herniasi diskus berupa:
Pemeriksaan klinik pada punggung, tungkai dan abdomen. Pemeriksaan rektal
dan vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada pelvis.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan
radiologis.Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah :
1. Foto polos
Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul
(sendi sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan
diskus, penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan vertebra yang tdak stabil.
(spondililistesis) Pemakaian kontras Foto rontgen dengan memalai zat
kontras terutama pada pemeriksaan miolegrafi radikuografi, diskografi serta
kadang-kadang diperlukan venografi spinal.
2. MRI
Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran
secara seksional pada lapisan melintang dan longitudenal.
3. Scanning
Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop
(SR dan F)>Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan
penyakit paget.
2.1.4 Pengobatan
Tindakan pengobatan yang dapat diberikan tergantung dari keadaan,
yaitu:
1. Pengobatan konservativ pada lesi diskus akut
Istirahat sempurna ditempat tidur, 1-2 minggu dengan pemberian
analgesik yang cukup. Kadang-kadang diperlukan obat-obatan untukl
mencegah spasme, pemanasan lokal atau anastesia lokal paravertebra.
Penderita tidur pada alas yang keras. Pada saat ini idak diperbolehkan

5
latihan sama sejali, bila pendeita dirawat dapat dianjurka untuk
mrnggunakan traksi. Pada fase akut dapat diberikan jaket plaster dari
politen selama 2-3 minggu. Injeksi epidural dengan 0,5 % prokain dalam 50
cc NaCl fisiologis. Dapat dimulai latihan lumbal secara hati-hati apabila
fase akut berakhir setelah 2-3 minggu.
2. Pengobatan konservatif pada fase subakut dan kronik,
Fisioterapi Latihan fleksi dan ekstensi tlang belakang yang mungkin
didahului dengan disterni gelombang pendek. Mobilisasi penderita dapat
dilakukan dengan manipulasi yanghati-hati tanpa anstesia, Instruksi untuk
mempergunakan posisi yang benar dan disiplin terhadap gerakan punggung
yaitu membungkuk dan mengangkat barang. Pemakaian alat bantu
lumbosakral Berupa korset dan penyangga. Traksi lumbal yang bersifat
intermiten.
3. Tindakan operatif
Tindakan dilakukan pada keadaan-keadaan seperti kelainan pada
kauda ekuina disertai dengan kelemahan hebat, bersifat bilateral, gangguan
dan kelemahan pada sfingter usus dan kandung kemih. Adanya analgesia
pelana pada bokong dan daerahj perineal. Kelemahan otot yang progresif
oleh karena tekanan pada saraf atau adanya tanda-tanda atrofi pada otot yag
dipersarafi. Adanya skiatika yang menetap dengan gejala neurologis, tidak
menghilang dengan terapi konservatif dan waktu patokan biaanya 6
minggu. Adanya lesi yang hebat disertai kelainan bawaan atau spondilitis
yang hebat. Cara operasi dapat dilakukan secara terbuka tapi akhir-akhir ini
operasi pada herniasi diskus dilakukan secara tertutup dengan
mempergunakan alat dan teropong.
2.2 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,
nyeri, hilangnya fungsi
4. Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake
cairan yang tidak adekuat

6
5. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegia
6. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama
2.3 Perencanaan
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
Tujuan : Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :

a. Klien mengatakan tidak terasa nyeri.


b. Lokasi nyeri minimal.
c. Keparahan nyeri berskala 0.
d. Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai).

Intervensi Rasional
Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya Nyeri merupakan pengalaman
serangan, faktor pencetus / yang subyektif dan harus dijelaskan
memperberat. Tetapkan skala 0 10 oleh pasien. Identifikasi
karakteristik nyeri dan faktor
yang berhubungan merupakan
suatu hal yang amat penting
untuk memilih intervensi yang
cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang
diberikan.

Pertahankan tirah baring, posisi Untuk menghilangkan stres


semi fowler dengan tulang spinal, pada otot-otot punggung
pinggang dan lutut dalam keadaan
fleksi, posisi telentang.

Gunakan logroll (papan) selama Logroll (Papan) mempermudah


melakukan perubahan posisi melakukan mobilisasi

7
Batasi aktifitas selama fase akut Untuk menghindari adanya
sesuai dengan kebutuhan cidera

Berikan relaksan otot yang Agen-agen ini secara sistematik


diresepkan, analgesik, dan agen menghasilkan relaksasi umum
antiinflamasi dan evaluasi dan menurunkan inflamasi.
keefektifan
Tindakan penghilangan rasa nyeri
Tindakan ini memungkinkan
noninvasif dan nonfarmakologis
klien untuk mendapatkan rasa
(posisi, balutan (24-48 jam), kontrol terhadap nyeri.
distraksi dan relaksas

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia


Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi kontraktur sendi.
b. Bertabahnya kekuatan otot.
c. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi Rasional
Berikan / bantu pasien untuk Dapat meningkatkan
melakukan latihan rentang gerak kemampuan pasien untuk
pasif dan aktif. melakukan rentang gerak pasif
dan aktif.
Berikan perawatan kulit dengan Untuk menghindari adanya
baik, masase titik yang tertekan tekanan pada area penonjolan
setelah rehap perubahan posisi. tulang.
Periksa keadaan kulit dibawah brace
dengan periode waktu tertentu.
Penggunaan analgetik yang
Kolaborasi dalam pemberian
berlebihan dapat menutupi
analgetik sesuai progran dan
efektivitasnya. gejala, dan ini menyulitykan
defisit neurologis lebih lanjut.
Rujuk pasien untuk konsultasi Pasien yang mengalami
psikologis bila kelemahan motorik, kehilangan fungsi tubuh

8
sensorik, dan fungdi seksual terjadi permanen akan merasasedih.
permanen. Semakin besar makna
kehilangan, semakin dalam
lama reaksi kesedihan ini
dialami.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi Menurunkan resiko terjadinnya
untuk latihan fisik klien. iskemia jaringan akibat
sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan.

3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,


nyeri, hilangnya fungsi
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
a. Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
b. Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Rasional
Berikan lingkungan yang nyaman. Menurunkan stimulasi yang
berlebihan dapat mengurangi
kecemasan
Catat derajat ansietas. Pemahaman bahwa perasaan
normal dapat membantu klien
meningkatkan beberapa
perasaan control emosi.
Libatkan keluarga dalam proses Peran serta keluarga sangat
keperawatan. membantu dalam menentukan
koping

Diskusikan mengenai kemungkinan Menunjukkan kepada klien


kemajuan dari fungsi gerak untuk bahwa dia dapat berkomunikasi
mempertahankan harapan klien dengan efektif tanpa
dalam memenuhi kebutuhan sehari- menggunakan alat khusus,
hari. sehingga dapat mengurangi rasa

9
cemasnya.
Berikan support sistem (perawat, Dukungan dari bebarapa orang
keluarga atau teman dekat dan yang memiliki pengalaman
pendekatan spiritual). yang sama akan sangat
membantu klien.
Reinforcement terhadap potensi dan Agar klien menyadari sumber-
sumber yang dimiliki berhubungan sumber apa saja yang ada
dengan penyakit, perawatan dan disekitarnya yang dapat
tindakan. mendukung dia untuk
berkomunikasi.

4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, nyeri


Tujuan : Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan
klien.
b. Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan
bantuan sesuai kebutuhan.

Intervensi Rasional
Monitor kemampuan dan tingkat Membantu dalam
kekurangan dalam melakukan mengantisipasi/ merencanakan
perawatan diri. pemenuhan kebutuhan secara
individual.
Beri motivasi kepada klien untuk Meningkatkan harga diri dan
tetap melakukan aktivitas dan beri semangat untuk berusaha terus-
bantuan dengan sungguh-sungguh. menerus.

Hindari melakukan sesuatu untuk Klien mungkin menjadi sangat


klien yang dapat dilakukan klien ketakutan dan sangat
sendiri, tetapi berikan bantuan tergantung meskipun bantuan
sesuai kebutuhan. yang diberikan bermanfaat
dalam mencegah frustasi,
adalah penting bagi klien untuk
melakukan sebanyak mungkin

10
untuk diri-sendiri untuk
mepertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan.
Berikan umpan balik yang positif Meningkatkan perasaan makna
untuk setiap usaha yang diri dan kemandirian serta
dilakukannya atau keberhasilannya. mendorong klien untuk
berusaha secara kontinyu.
Kolaborasi dengan ahli Memberikan bantuan yang
fisioterapi/okupasi. mantap untuk mengembangkan
rencana terapi dan
mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus.

5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake


cairan yang tidak ade kuat.
Tujuan : Klien tidak mengalami konstipasi
Kriteria hasil :
a. Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat.
b. Konsistensifses lunak.
c. Tidak teraba masa pada kolon ( scibala ).
d. Bising usus normal ( 15-30 kali permenit ).

Intervensi Rasional
Berikan penjelasan pada klien dan Klien dan keluarga akan
keluarga tentang penyebab mengerti tentang penyebab
konstipasi. obstipasi.
Auskultasi bising usus. Bising usus menandakan sifat
aktivitas peristaltik.

Anjurkan pada klien untuk makan Diet seimbang tinggi


maknanan yang mengandung serat. kandungan serat merangsang
peristaltik dan eliminasi
reguler.
Berikan intake cairan yang cukup (2 Masukan cairan adekuat
liter perhari) jika tidak ada membantu mempertahankan

11
kontraindikasi. konsistensi feses yang sesuai
pada usus dan membantu
eliminasi reguler.
Lakukan mobilisasi sesuai dengan Aktivitas fisik reguler
keadaan Klien. membantu eliminasi dengan
memperbaiki tonus otot
abdomen dan merangsang nafsu
makan dan peristaltik.
Kolaborasi dengan tim dokter dalam Pelunak feses meningkatkan
pemberian pelunak feses (laxatif, efisiensi pembasahan air usus,
suppositoria, enema). yang melunakkan massa feses
dan membantu eliminasi.

6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama


Tujuan : Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil :
a. Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
b. Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
c. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

Intervensi Rasional
Anjurkan untuk melakukan latihan Meningkatkan aliran darah
ROM (range of motion) dan kesemua daerah..
mobilisasi jika mungkin.
Rubah posisi tiap 2 jam. Menghindari tekanan dan
meningkatkan aliran darah.
Gunakan bantal air atau pengganjal Menghindari tekanan yang
yang lunak di bawah daerah-daerah berlebih pada daerah yang
yang menonjol. menonjol.
Lakukan massage pada daerah yang Menghindari kerusakan-
menonjol yang baru mengalami kerusakan kapiler-kapiler.
tekanan pada waktu berubah posisi.
Observasi terhadap eritema dan Hangat dan pelunakan adalah
kepucatan dan palpasi area sekitar tanda kerusakan jaringan.
terhadap kehangatan dan pelunakan

12
jaringan tiap merubah posisi.

Jaga kebersihan kulit dan seminimal Mempertahankan keutuhan


mungkin hindari trauma, panas kulit.
terhadap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi
8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002.
2. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.
3. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.
4. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.
5. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat,
1996.
6. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta :
Gajahmada University Press, 1993.

13

Você também pode gostar

  • Cover Sop
    Cover Sop
    Documento7 páginas
    Cover Sop
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • ASKEP
    ASKEP
    Documento7 páginas
    ASKEP
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Sunday
    Sunday
    Documento5 páginas
    Sunday
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Persepsi Sensori
    Persepsi Sensori
    Documento14 páginas
    Persepsi Sensori
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Ispa Puka Des
    Ispa Puka Des
    Documento33 páginas
    Ispa Puka Des
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento5 páginas
    Cover
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • SYAIR
    SYAIR
    Documento4 páginas
    SYAIR
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Asuhan Gagal Jantung
    Asuhan Gagal Jantung
    Documento40 páginas
    Asuhan Gagal Jantung
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Vaskularisasi
    Anatomi Vaskularisasi
    Documento52 páginas
    Anatomi Vaskularisasi
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Askep Thalasemia Pada Anak
    Askep Thalasemia Pada Anak
    Documento95 páginas
    Askep Thalasemia Pada Anak
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Uji Tapis Nan Tongga
    Uji Tapis Nan Tongga
    Documento29 páginas
    Uji Tapis Nan Tongga
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Jadwal Kegiatan Penulisan Proposal
    Jadwal Kegiatan Penulisan Proposal
    Documento1 página
    Jadwal Kegiatan Penulisan Proposal
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Documento1 página
    Daftar Tabel
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Lembaran Pengesahan
    Lembaran Pengesahan
    Documento1 página
    Lembaran Pengesahan
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Documento1 página
    Abs Trak
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Thorax Blok 3
    Anatomi Thorax Blok 3
    Documento60 páginas
    Anatomi Thorax Blok 3
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • SYARAF Baru
    SYARAF Baru
    Documento50 páginas
    SYARAF Baru
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Documento1 página
    Daftar Gambar
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Master Tabel
    Master Tabel
    Documento4 páginas
    Master Tabel
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Awal Bab II
    Awal Bab II
    Documento1 página
    Awal Bab II
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • DAFTAR Gambar
    DAFTAR Gambar
    Documento1 página
    DAFTAR Gambar
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Documento1 página
    Abs Trak
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Lembar Balik Ispa
    Lembar Balik Ispa
    Documento11 páginas
    Lembar Balik Ispa
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Documento1 página
    Daftar Tabel
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi Dan Kata Pengantar
    Daftar Isi Dan Kata Pengantar
    Documento3 páginas
    Daftar Isi Dan Kata Pengantar
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Askep Thalasemia Pada Anak
    Askep Thalasemia Pada Anak
    Documento95 páginas
    Askep Thalasemia Pada Anak
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Bab II Sambungan Nicnoc Teoritis
    Bab II Sambungan Nicnoc Teoritis
    Documento1 página
    Bab II Sambungan Nicnoc Teoritis
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet Ispa
    Leaflet Ispa
    Documento4 páginas
    Leaflet Ispa
    Yohana Destia
    Ainda não há avaliações