Você está na página 1de 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CA TYROID
DI RUANG BOUGENVIL RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

Disusun oleh :
TYAS FIBRI S. PANGESTIKA
P1337420215038
Tingkat 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN
CA TYROID

A. Konsep Teori
1. Definisi
Kanker tiroid merupakan kelainan malignansi pada kelenjar tiroid dapat berupa
adenokarsinoma papiler, adenokarsinoma folikuler, adenokarsinoma anaplastik,
adenokarsinoma medular, (brunner & suddart, 2002).
Kanker tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dijumpai dan
diperkirakan 1,1% dari seluruh keganasan manusia. Pada tahun 2004 American Cancer
Society memperkirakan terdapat lebih kurang 22.500 kasus baru kanker tiroid di Amerika
Serikat. Dimana perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 3 : 1, dengan estimasi 16.875
kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-laki.1 Di Indonesia dari registrasi
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia didapatkan kanker tiroid menempati urutan
ke 9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%).2 (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)
Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan
penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada kanker
tiroid tipe papiler.3 Mortalitas paling rendah pada individu dengan usia dibawah 50 tahun
dan meningkat tajam pada usia di atasnya, namun sebagian kecil ada pula yang tumbuh cepat
dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal.4 Angka rekurensi tumor umum pada kanker
tiroid tipe papiler, berkisar setinggi 30% jika terapi awal tidak komplit.3 Angka kematian
akibat kanker tiroid 0,4% dari semua kematian akibat kanker atau berkisar 5 kematian per
sejuta penduduk pertahun. Angka ketahanan hidup lima tahun relatif kanker tiroid adalah
96%.5 Tujuan utama tata laksana kanker tiroid adalah memperkecil resiko rekurensi dan
metastasis jauh, sehingga bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita. Terapi
utama dalam tata laksana kanker tiroid adalah operasi, sedangkan terapi adjuvan adalah
ablasi tiroid dengan iodine radioaktif, supresi thyrotropin dan radiasi eksternal. (Jurnal,
Oktahermoniza, 2013)
2. Etiologi
Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khusus untuk well differentiated
carcinoma(papilar dan folikular) adalah radiasi dan goiter endemis dan untuk jenis medular
adalah faktor genetik.Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker
anaplastik dan medular. Diperkirakan kanker anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid
berdiferensiasi baik (papiler dan folikuler). Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan
karena perubahan-perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis Hashimoto.
Terdapat faktor resiko,yaitu:
a. Masa kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher atau sekitarnya.
b. Anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok(endemis)
c. Tetangga atau penduduk sekampungnya ada yang menderita kelainan kelenjar
d. 50 % pada anak-anak dibawah umur 14 tahun dan kurang dari 10 % pada orang dewasa
e. pria mempunyai insiden nodula tiroid yang bersifat karsinoma yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita
f. karsinoma medularis tiroid, dapat timbul dengan insiden familial. Kalau seorang
penderita goiter mempunyai riwayat positif karsinoma jenis ini, merupakan penting untuk
diagnosis keganasan tiroid

3. Manifestasi klinis
Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di
dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid. (Jurnal,
Oktahermoniza, 2013)
a. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
b. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
c. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan selama
pemeriksaan fisik.
d. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
e. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
f. Adanya pembengkakan pada leher
g. Kesulitan menelan
4. Patofisiologi
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret. Kadang-
kadang mirip goiter nodular jinak. Nodula-nodula tiroid dapat diraba secara klinis pada
sekitar 5-10 % orang dewasa. Kebanyakan nodular tersebut jinak, tetapi beberapa nodula
tiroid ganas atau tidak, harus dinilai faktor-faktor resiko dan gambaran klinis massa tersebut
dan dilakukan beberapa pemeriksaan.
Kelenjar tiroid memiliki mekanisme yang asngat efisien untuk mengeluarkan iodium
dari dalam darah dan memekatkan atai menangkap unsur ini bagi sintesis hormon tiroid
berikutnya. Efektifitas mekanisme untuk memekatkan iodida ini dicerminkan oleh
konsentrasi iodida dalam jaringan tiroid yang dapat mencapai 20-40 kali konsentrasi iodida
dalam plasma.
Jika susu dan sumber makanan lain terkontaminasi oleh bahan radioaktif sebagai
akibat dari detonasi nuklir atau kecelakaan pada pabrik tenaga nuklir, maka iodida radioaktif
akan dipekatkan dalam kelenjar tiroid pada konsentrasi yang sangat tinggi dan akan
menyebabkan radiasi kelenjar tiroid sehingga meningkatkan resiko terjadinya kanker kelenjar
tiroid. Dengan demikian, dalam masyarakat yang terpajan radioaktif yang tinggi harus
dilakukan upay-upaya untuk menghalangi pengambilan iodida radioaktif dengan cara
membanjiri atau menjenuhkan kelenjar tiroid dengan iodida nonradioaktif
Pemberian larutan jenuh kalium iodida atau preparat iodida lainnya sesegera mungkin
setelah terjadinya pajanan akan menghasilkan inhibisi yang hampir penuh terhadap absorbsi
iodida radioaktif oleh kelenjar tiroid dan meningkatkan kecepatan eksresi setiap zat
radioaktif yang terserap.

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut ( Brunner & Suddarth. 2001)
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum
ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat
obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun
cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih
sederhna dan murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai
penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai
prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik
dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 23 serta alat pemegang, sediaan
aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat
diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan
karsinoma meduler.

6. Komplikasi
Menurut (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :
a. Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan
drain pada pasien setelah operasi.
b. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara.
c. Trauma pada nervus laringeus rekurens
Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
d. Sepsis yang meluas ke mediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik
tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.

7. Penatalaksanaan
Terapi pilihan untuk karsinoma tiroid adalah pembedahan untuk mengangkat tumor
tersebut. Tiroidektomi total atau hampir total dilakukan bila keadaan memungkinkan.
Sesudah pembedahan, hormon tiroid diberikan dengan dosis supresip untuk menurunkan
kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid. Jika jaringan tiroid yang tertinggal tidak cukup
untuk menghasilkan hormon tiroid dengan jumlah memadai, maka preparat tiroksin
dibutuhkan secara permanen.
Radiasi pada kelenjar tiroid atau jaringan leher dapat dilakukaan lewat beberapa jalur
: pemberian peroral dan lewat pemberian eksternal terapi radiasi. Namun radiasi eksternal
mengakibatkan mukositis, kekeringan mulut, disfagia, kemerahan kulit, anoreksia dan
kelelahan. Kemoterapi jarang digunakan dalam pengobatan kanker tiroid.
Sesudah pembedahan, pasien memerlukan penjelasan tentang perlunya hormon tiroid
dari luar untuk mencegah hipotiroidisme. Pemeriksaan tindak lanjut pengkajian klinis adalah
untuk mendeteksi kembalinya nodul atau massa, tanda-tanda disfonia, disfagia atau dispnea.
Pemeriksaan rontgen torak dilakukan sesuai rekomendasi. Pemeriksaan pemindai CT untuk
seluruh tubuh dilakukan setahun sekali secara teratur berturut-turut selama 3 tahun pertama
setelah pembedahan, dan setelah itu dilakukan sekali-sekali.
Kadar T4 , TSH, kalsium dan fosfor dalam serum dipantau untuk menentukan apakah
suplementasi hormon tiroid sudah memadai dan keseimbangan kalsium dapat dipertahankan.
Meskipun reaksi lokal dan sistemik terhadap radiasi dapat terjadi dan mencakup
neutropenia atau trombositopenia, semua komplikasi ini jarang dijumpai kalau digunakan
pembedahan yang dikombinasikan dengan terapi radiasi iodium akan memberikan
keberhasilan hidup yang lebih tinggi dari pada yang dihasilkan oleh pembedahan saja.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Biodata, meliputi : nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dll.
b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang


a) Pembesaran kelenjar pada daerah leher, merasakan adanya gangguan mekanik di
daerah leher
b) Perasaan sesak karena inflitrasi atau desakan ke trakea
c) Nyeri atau nyeri tekan bagi jenis anaplastik
2) Riwayat kesehatan dahulu
a) Pernah terpajan dengan radiasi eksternal leher, kepala atau dada
b) Defisisensi iyodium
c) Adanya goiter endemis di sekitar tempat tinggal atau sekitar lingkungan
d) Makanan terkontaminasi dengan zat radioaktif
3) Riwayat kesehatan keluarga
a) Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita kanker tiroid.

c. Dasar data pengkajian pasien


1) Aktifitas atau istirahat : kelemahan, keletihan, perubahan pola tidur,keterbatasan
dalam hobi dan latihan.
2) Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah.
3) Integritas ego
Gejala : faktor stress, cara mengatasi stress,menunda mencari pengobatan,
menyangkal diagnosa,tidak berdaya, putus as, tidak mampu, tidak bermakana, rasa
bersalah, depresi.
Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
4) Eliminasi
Gejala: perubahan pola defekasi, nyeri pada defekasi, perubahan eliminasi urin.
Tanda: perubahan pada bissing usus, distensi abdomen.
5) Makanan /cairan
Gejala : anoreksia,mual, muntah,intoleransi makanan, perubahan berta badan,
kakeksia, berkurangnya massa otot.
Tanda: perubahan pada kelembaban/turgor kulit,edem.
6) Neurosensori
Gejala : pusing ,sinkop.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: tidak ada nyeri,atau bervariasi ketidaknyamanan ringan sampai berat.
8) Pernafasan
Gejala: sesak krena penekanan trakea.
9) Seksualitas
Gejala: masalah seksul,dampak pada hubungan.

d. Pemeriksann Penunjang

1) Pemeriksaan labor tidak ada yang spesifik, kecuali pemeriksann kadar kalsitonin yang
dicurigao karsinoma medular.
2) Kadar hormon thyroglobulin, petanda tumor.
3) USG: untuk menentukan apakah nodul padat atau kistk.
4) Radiolois untuk mencari metastasis
5) BAJAH
6) Diagnosa pasti dengan histopatologi: parafin coupe
7) Pemeriksaan fungsi tiroid dapat membantu mengevaluasi nodul dan massa tiroid.
Namun, hasil evaluasi ini jarang bersifat pasti
8) Biopsi jarum pada kelenjar tiroid digunakan untuk menegakkandiagnosis kanker
tiroid, membedakan nodul tiroid yang bersifat kanker dan nodul bukan kanker, dan
untuk menentukan stadium kanker
9) Pemeriksaan diagnostik tambahan mencakup pemeriksaan MRI, pemindai CT, pemindai
tiroid, pemeriksaan ambilan iodium radioaktif, dan tes supresi tiroid
10) Teknik sidik tiroid kamera taknetium 99M, yang dapat menentukan appakah nodula itu
bersifat soliter atau bagian dari goiter multinodular. Dan untuk menentukan apakah
nodula tersebut masih berfungsi atau tidak
11) Pemeriksaan ekografik dari nodula dapat dilakukan untuk membedakan secara akurat
apakah massa itu bersifat kistik atau padat. Karsinoma tiroid umumnya padat, dan massa
kistik biasanya merupakan kista jinak.

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Ansietas b.d. perubahan dalam status kesehatan.
Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan

3. Intervensi
Pre operatif
a. Ansietas b.d. perubahan dalam status kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mengurangi
stressor yang membebani sumber-sumber individu.
Kriteria Hasil :
1) Ansietas berkurang, bibuktikan dengan menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas,
koping.
2) Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress
3) Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Intervensi
1) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional: mengukur tingkat ansietas
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
Rasional: Efek-efek kelebihan hormon tiroid menimbulkan manifestasi klinik dari
peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal.
3) Berikan obat anti ansietas, contohnya : transquilizer, sedatif dan pantau efeknya.
Rasional : membantu mengurangi ansietas klien dalam menghadapi operasi.

Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan dapat mengendalikan
nyeri dan dapat berkurang.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada rintihan
2) ekspresi wajah rileks
3) melaporkan nyeri dapat berkurang atau hilang., dari skala 7 berkurang menjadi 2.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas
(skala 0-10), dan lamanya.
Rasional : bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi
menentukan efektivitas terapi.
2) Memberikan pasien pada posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal
kecil.
Rasional : mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan
3) Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut,
relaksasi progresif.
Rasional : membantu untyuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu
pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
4) Berikan analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi keefektifannya.
Rasional : Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat untuk memblok rasa nyeri.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan klien memasukkan atau menelan makanan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan tingkat zat gizi yang
tersedia mampu memenuhi kebutuhan metabolik.
Kriteria Hasil :
1) Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi
2) Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
3) Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
4) Melaporkan keadekuatan tingkat energy
Intervensi
1) Auskultasi bising usus
Rasional: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motalitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
2) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta
laporkan adanya penurunan.
Rasional: penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
3) Hindarkan pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus.
Rasional: peningkatan motalitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan
gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.
4) Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau vitamin yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta : EGC
Dr. Danis Difa, Kamus Istilah kedokteran.Gitamedia Press. http://www. Oktahermoniza, Jurnal
Kesehatan Andalas. 2013.
NANDA, (2012).Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Sjamsuhidajat R, de Jong W. (2005). Sistem Endokrin, In : Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd edition.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Você também pode gostar