Você está na página 1de 45

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua & Guru

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

Berbakti kepada orang tua dalam Islam merupakan sebuah kewajiban yang sudah jelas
tertuang di dalam Al Quran. Artinya, hal ini akan menjadi dosa bagi siapapun yang tidak mau
melakukannya. Dan untuk dapat melakukannya, tentu harus tahu terlebih dahulu seperti apakah
sebenarnya yang termasuk kedalam berbakti tersebut.

A. Bentuk-bentuk berbakti kepada orang tua di dalam Islam :

1. Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mumin termasuk
shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.

2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan
berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain.
Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ah
apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar
dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua.
3. Tawadhu (rendah diri). Tidak boleh sombong apabila sudah meraih sukses atau mempunyai
jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan
pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan
semuanya.

4. memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Taala
surat Al-Baqarah ayat 215.




Artinya :
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkah-kan. Jawablah, Apa saja harta
yang kamu nafkahkan, hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan kebaikan apa saja
yang kamu buat, maka sesungguh-nya Allah Maha Mengetahuinya. (Al-Baqarah: 215).

5.
Mendoakan orang tua. Sebagaimana dalam ayat .
serta
kasihilah mereka berdua seperti mereka mengasihiku sewaktu kecil.Seandainya orang tua
belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bidah, kita harus tetap berlaku
lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah
lembut sambil berdoa di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jumat dan di tempat-tempat
dikabulkannya doa agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa
Taala.

B. Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dan Pahalanya.

1. Merupakan Amal Yang Paling UtamaAbdullah bin Masud radhiyallaahu anhu


berkata :
: :
:


:
Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, Amal apakah yang paling utama?
Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menjawab, Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain
disebutkan shalat di awal waktunya). Aku bertanya lagi, Kemudian apa? Nabi menjawab:
Berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa? Nabi menjawab, Jihad
di jalan Allah

2. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu
alaihi wa sallam, disebutkan:

:







Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallaahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu
alaihi wa sallam bersabda: Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka
Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua

3. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami. Yaitu,
dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu
Umar radhiyallaahu anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah
seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya.
Hadistnya sebagai berikut :


: .





: .



.


.

...Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan, lalu kehujanan.
Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka berada di dalamnya,
tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada
yang lain: Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan. Kemudian mereka memohon
kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan
kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: Ya Allah, sesung-guhnya aku
mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai isteri dan anak-
anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah
susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus
berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam
dan aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana
sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya
masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku
tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku
perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun.
Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya
minum lalu kuberikan kepada anak-anakku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan
yang baik karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah mulut gua ini. Maka batu yang
menutupi pintu gua itu pun bergeser sedikit..

C. Akan Diluaskan Rizki dan Dipanjangkan Umur.


Sesuai sabda Nabi shallallaahu alaihi wa sallam :




Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka hendaklah ia
menyam-bung silaturrahimnya.

Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua sebelum kepada
yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering berkunjung kepada teman-
temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih
kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk
bersilaturahmi kepada kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya -insya Allah- akan
dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.

D. Akan Dimasukan Surga ALLAH.


Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan
menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak
masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang Allah Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia
adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak
berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan meng-hindarkannya dari berbagai malapetaka,
dengan izin Allah Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.
E. BENTUK-BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA.

1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang
mem-buat orang tua sedih atau sakit hati.
2. Berkata ah atau cis dan tidak memenuhi pang-gilan orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang
lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya
memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan
bodoh, kolot, dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan
tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan lemah. Tetapi,
jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa,
dan karena itu seorang anak harus berterima kasih dan membantu orang tua.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang
tua.
8. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, mengisap rokok, dan lain-
lain.
9. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang yang tega
mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya.
10. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua
dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu
adalah sikap yang sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
F. BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA.
1. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi shallallaahu alaihi
wa sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin termasuk
shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang tua kita.
2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan
adab ber-bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada anak, teman atau dengan yang
lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.
3. Tawadhu (rendah hati). Tidak boleh kibr (som-bong) apabila sudah meraih sukses atau
memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam keadaan hina dan
membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan pakaian oleh orang tua.
4. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya semua harta
kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik
ketika mereka minta ataupun tidak.
5. Mendoakan kedua orang tua. Di antaranya dengan doa berikut:



Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu
kecil.
Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bidah, kita tetap harus berlaku lemah lembut
kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali kepada Tauhid dan Sunnah.
Bagaimana pun, syirik dan bidah adalah sebesar-besar kemungkaran, maka kita harus
mencegahnya semampu kita dengan dasar ilmu, lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus
berdoa siang dan malam agar orang tua kita diberi petunjuk ke jalan yang benar.
BERBAKTI KEPADA GURU

Pengertian Guru secara ethimologi (harfiah) ialah orang yang pekerjaannya mengajar. Kemudian
seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu`alim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan
mu`addib, yang artinya orang yang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan
dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik. Sedangkan
pengertian guru ditinjau dari sudut therminologi yang diberikan oleh para ahli dan cerdik
cendekiawan, adalah sebagai berikut:
1. Menurut Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menguraikan bahwa guru
adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan siswanya, baik secara
individual ataupun klasikal. Baik disekolah maupun diluar sekolah. Dalam pandangan Islam
secara umum guru adalah mengupayakan perkembangan seluruh potensi/aspek anak didik, baik
aspek cognitive, effective dan psychomotor.
2. Zakiah Daradjat dalam bukunya ilmu pendidikan Islam menguraikan bahwa seorang guru
adalah pendidik Profesional, karenanya secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendidikan.
3. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam setiap melakukan pekerjaan yang tentunya dengan
kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang dikerjakan merupakan profesi bagi setiap individu
yang akan menghasilkan sesuatu dari pekerjaannya. Dalam hal ini yang dinamakan guru dalam
arti yang sederhana adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
4. M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Praktis dan Teoritis menjelaskan
guru adalah orang yang telah memberikan suatu ilmu/ kepandaian kepada yang tertentu kepada
seseorang/ kelompok orang.

Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang
memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta
didik mampu memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian apabila istilah kata guru dikaitkan dengan kata agama islam menjadi guru agama
islam, maka pengertiannya adalah menjadi seorang pendidik yang mengajarkan ajaran agama
Islam dan membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian
muslim yang berakhlak mulia, sehingga terjadi keseimbangan antara kebahagiaan didunia dan
kebahagiaan diakhirat.

Dalam kitab disebutkan bahwa setiap murid dalam jiwanya harus ada akhlak kepada
gurunya dan akhlak kepada temannya. Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik
murid-muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh SWT. Sebagaimana
wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru
selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat agama. Dalam pandangan tasawuf
ilmu tidak bermanfaat salah satunya karena tidak hormatnya murid terhadap gurunya. Akhlak
terhadap guru diantaranya adalah :
Memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rasulullah SAW
:



Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak
menyayangi orang yang lebih muda. (HR.Ahmad dan At-Tirmidzi)
Memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Said Al-Khudri
ra :



Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka. (HR.Al-Bukhori).
Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahulloh berkata : Bila kamu melihat ada anak muda yang
bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu, maka berputus-asalah dari
kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya. (HR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan).
Bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik. Allah
berfirman :

Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu. (Qs.An-Nahl : 43 dan
Al-Anbiya:7)
Rasulullah SAW bersabda :


Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah
bertanya ? ( HR. Ab
400 224 - englishindo.com
Makalah Akhlak muslim terhadap orang tua dan guru

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga atas ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini.

Tugas makalah ini diselesaikan untuk memenuhi tugas yang diberikan dan sebagai sarana
menambah wawasan.

Walaupun telah berusaha semaksimalkan mungkin penulis menyadari penuh bahwa tugas
makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan penulis sebagai pengetahuan dan perbaikan di masa yang akan
datang.
Mudah-mudahan makalah yang penulis buat ini bisa bermanfaat baik bagi pembaca maupun
bagi penulisnya.

DAFTAR ISI

VIII. AKHLAK MUSLIM TERHADAP ORANG TUA dan GURU

Pendahuluan

Definisi Akhlak

A. Akhlak terhadap orang tua

1.1 Syarat Menjadi Anak Berbakti

B. Akhlak Terhadap Guru

2.1 Adab-Adab Menghormati Guru :

C. Realita Anak Zaman Sekarang

D. Durhaka Kepada Orang Tua dan Guru

4.1 Definisi Durhaka

4.2 Di antara Bentuk Durhaka pada Orang Tua

DAFTAR PUSTAKA

Pendahuluan

Seberapa hormatkah kita sebagai anak kepada orang tua kita?guru kita?mungkin kata
tersebut bukanlah kata yang mesti ditanyakan,karena rasa hormat kepada orang tua dan guru itu
merupakan sebuah kewajiban bagi seorang anak.
Beginilah cara al-Quran dan hadits-hadits menjelaskan mengenai kewajiban anak terhadap
orang tua. Mereka harus menghormati, mentaati , berbuat baik dan tidak berkata buruk atau
sesuatu yang menyakitkan kedua orang tua. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia QS. Al-Isra, 17: 23. Karena kedua orang tua, terutama ibu, telah
mengawali melakukan kewajiban dengan kasih sayang yang dilimpahkan. Sejak anak masih
berupa bayi, bahkan masih dalam kandungan. Hamil dengan penuh beban kesusahan,
melahirkan, menyusui, merawat, mendidik dan menafkahi dan saat melahirkan ibu melakukan
taruhan nyawa dan darah. Semua itu merupakan bentuk kasih sayang yang telah dilakukan kedua
orang tua (Lihat: QS. Luqman, 31: 14 dan QS al-Ahqaf, 46: 15). Jadi, tinggal anak yang
berkewajiban untuk menghormati dan memuliakan kedua orang tuanya.

Namun nyatanya pada zaman yang modern seperti sekarang ini istilah hormat kepada orang
tua itu mulai berkurang.Anak zaman sekarang saat ini banyak sekali anak yang tidak berbakti
kepada orang tuanya dan mulai berlaku tidak sopan kepada orang tuanya,kebanyakan anak
mempunyai pendengaran yang tidak peka pada perkataan orang tua sehingga mempunyai istilah
masuk telinga kanan keluar telinga kiri.Tidak sedikit anak yang membangkang peintahnya dan
menyakiti hati orang.Sungguh perbuatan yang sangat tercela yang menyakiti orang tua dan
termasuk kedalam golongan anak yang durhaka.

Perlu diketahui orang tua merawat dan mengasuh anak-anakmya hampir sepanjang hidup
mereka, hingga pada sampai saat orang tua menjadi tua dan lemah sehingga membutuhkan
perawatan dan pememeliharaan untuk dirinya. Dan anak-anaknyalah yang wajib melakukannya
sebagai bentuk ketaatan kepada perintah-Nya dan hanya mengharapkan pahala-Nya.

VIII. AKHLAK MUSLIM TERHADAP ORANG TUA dan GURU

Definisi Akhlak
Akhlak adalah suatu sikap yang melekat dalam jiwa seseorang yang melahirkan perbuatan-
perbuatan berdasarkan kemauan dan pilihan,baik dan buruk, terpuji dan tercela. Akhlak tersebut
melekat menjadi tabiat jiwa karena pengaruh pendidikan baik dan buruk. Seorang mukmin yang
paling sempurna imannya ialah yang paling sempurna akhlaknya dan akhlak merupakan amalan
yang paling utama serta merupakan amalan yang paling banyak memasukkan ke surga1.

Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu alkhulq, al-khuluq yang mempunyai arti watak,
tabiat. Secara istilah akhlak menurut Ibnu Maskawi adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang
mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan
pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang
diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui
pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan
akhlak.

A. Akhlak terhadap orang tua

Orang tua adalah penyebab perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak ada, kitapun tidak
akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang
tak terhingga banyaknya, plus berbagi rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih.
Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari
diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan
kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai
penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.

1. Abu Fatiyah Al-Adnani, 2002, AGENDA MUKMIN Panduan Membina Pribadi


Mukmin Ideal,Qisty Saufa Abadi, halaman 70

Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak
mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa diharap
menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk allah mempunyai
peranan yang sangat besar, tentunya siapa tahu pula bagaimana harus berbuat baik kepada orang
yang semestinya diperlakukan dengan baik., bersikap mulia terhadap orang yang telah
membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia
sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak
mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang\orang yang bersedia berkorban demi anaknya,
tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya1.

Kewajiban anak adalah penghormatan (dan tentu ketaatan) dan haknya adalah memperoleh
kasih- sayang. Idealnya, prinsip ini tidak bisa dipisahkan. Artinya, seorang diwajibkan
menghormati jika memperoleh kasih-sayang. Dan orang tua diwajibkan menyayangi jika
memperoleh penghormatan. Ini timbal balik, yang jika harus menunggu yang lain akan seperti
telur dan ayam. Tidak ada satupun yang memulai untuk memenuhi hak yang lain. Padahal
biasanya, seseorang memperoleh hak jika telah melaksanakan kewajiban. Karena itu, yang harus
didahulukan adalah kewajiban. Tanpa memikirkan hak yang mesti diperoleh. Orang tua
seharusnya menyayangi, dengan segala perilaku, pemberian dan perintah kepada anaknya,
selamanya. Begitu juga anak, harus menghormati dan memuliakan orang tuanya, selamanya.
Sebagai wujud bakti kita terhadap orang tua, kita harus mengetahui mana akhlak yang harus kita
lakukan dan kebiasaan buruk yang harus kita jauhi agar tidak menyakiti hati orang tua2.

Allah mewasiatkan agar berterima kasih kepada kedua orang tua disamping bersyukur
kepadaNya. Allah juga memerintahkan agar sang anak memperlakukan kedua orang tua dengan
cara yang baik walaupun mereka memaksanya berbuat kufur terhadap Allah. Berdasarakan ini
anda tahu, bahwa yang disyariatkan bagi anda adalah tetap memperlakukan ayah anda dengan
baik, tetap berbuat baik kepadanya walaupun ia bersikap buruk terhadap anda. Terus berusaha
mengajaknya kepada al-haq. Kendati demikian, anda tidak boleh mematuhinya dalam hal
kemaksiatan1.

Sebagai wujud rasa berterima kasih kita terhadap orang tua tentulah tidak cukup hanya
dengan mengucapkan rasa syukur dan terima kasih. Kasih sayang orang tua harus kita balas juga
dengan kasih sayang dengan cara berbakti kepada mereka dengan tiada akhir. Meskipun si anak
sudah dewasa dan berkeluarga, anak masih memiliki kewajban dan tanggung jawab terhadap
orang tuanya.

1.1 Syarat Menjadi Anak Berbakti

Ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi, agar seorang anak bisa disebut sebagai anak yang
berbakti kepada kedua orang tuanya:

Satu, lebih mengutamakan ridha dan kesenangan kedua orang tua daripada ridha diri sendiri,
isteri, anak, dan seluruh manusia.

Dua, menaati orang tua dalam semua apa yang mereka perintahkan dan mereka larang baik
sesuai dengan keinginan anak ataupun tidak sesuai dengan keinginan anak. Selama keduanya
tidak memerintahkan untuk kemaksiatan kepada Allah.

Tiga, memberikan untuk kedua orang tua kita segala sesuatu yang kita ketahui bahwa hal
tersebut disukai oleh keduanya sebelum keduanya meminta hal itu. Hal ini kita lakukan dengan
penuh kerelaan dan kegembiraan dan selalu diiringi dengan kesadaran bahwa kita belum berbuat
apa-apa meskipun seorang anak itu memberikan hidup dan hartanya untuk kedua orang tuanya.

B. Akhlak Terhadap Guru Sebagai penuntut ilmu, sesungguhnya kewajiban menuntut ilmu
merupakan suatu kewajiban yang Allah berikan kepada setiap muslim dan muslimah. Seorang
muslim berkewajiban untuk menuntut ilmu yang dengannya ia dapat beribadah dengan benar dan
sesuai dengan ketentuan syariat.

Allah berfirman yang artinya :

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat1.
Hendaknya seorang muslim meniatkan upaya menuntut ilmu tersebut untuk mencari ridha
Allah semata, ditujukan agar menuntut ilmu tersebut ia dapat mengerti apa yang diwajibkan dan
diharamkan Allah terhadapnya. Maka ilmu utama yang harus ia cari adalah ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan tugas hidupnya sebagai hamba Allah, yaitu untuk beribadah. Adapun ilmu-ilmu
yang berkaitan dengan kehidupan sosial, seperti kedokteran, matematika, fisika, pengetahuan
alam dan ilmu-ilmu lainnya, maka yang demikian itu merupakan suatu keutamaan jika ia
mempelajarinya2.

Untuk memperoleh ilmu tersebut, tentulah kita membutuhkan orang yang ahli dalam bidang
ilmu. Orang yang ahli dalam bidang ilmu adalah guru. Sebagaimana orang tua kita, ternyata guru
juga mempunyai jasa yang sangat besar kepada kita. Mereka mengajari kita ilmu yang berguna,
mendidik ahklaq, tentunya kita juga wajib mencintai dan menghormatinya, menyenangkan
hatinya dan memperlakukannya dengan baik. Menerima pelajaran yang diberikan guru dengan
hati yang penuh rasa ikhlas, perasaan senang, mematuhi perintahnya tentunya akan bermanfaat
bagi kita sendiri.
1. (Q.S Al Mujadilah : 11)

2. Abu Fatiyah Al-Adnani, 2002, AGENDA MUKMIN Panduan Membina Pribadi Mukmin
Ideal,Qisty Saufa Abadi, halaman 28.

sabda Rosululloh saw :

Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya
dengannya jalan menuju syurga.1

Murid yang sopan dan rendah hati akan mudah mendapatkan ilmu dan mendapatkan manfaatnya.
Sebaliknya murid yang sombong dan tidak sopan hanya akan menambah kesombongan dan
meperburuk perilakunya2.

2.1 Adab-Adab Menghormati Guru :


1. Mulai memberi salam dan hormat.

2. Banyakkan berdiam diri.

3. Meminta izin guru untuk bertanya.

4. Jangan sekali-kali berhujah dengan guru.

5. Tunjukkan sikap menerima pendapatnya.

6. Tidak menyinggung perasaannya.

7. Duduk bersopan dan tenang di hadapan guru.

8. Cari masa yang sesuai untuk bertanya.

9. Sentiasa berbaik sangka dengan guru.

10.Tidak memandang besar kelemahannya kerana dia juga manusia biasa.

11.Memberikan segala keutamaan terhadap guru.

12.Sentiasa merendah diri kepadanya


C. REALITA ANAK ZAMAN SEKARANG

Orang tua merawat dan mengasuh anak-anaknya hampir sepanjang hidup mereka,sejak sang ibu
mengandung seorang anak selama kurang lebih selama 9 bulan,mungkin bisa kita ibaratkan kita
sedang menggendong tas yang berisi buku-buku yang menambah beban pikul kita waktu
berangkat kuliah,mungkin akan terasa berat dan capek sehingga mengurangi buku itu dan
mungkin kalau sudah diambang batas buku yang ada dalam tas itu kita keluarkan atau bahkan
kita lempar sejauh mungkin karena menyebabkan punggung kita sakit. Berbeda jauh dengan
sang ibu yang yang sedang mengandung,dia tidak pernah mengeluh bahkan sang ibu sangat
senang dengan sepenuh hati saat sedang mengandung,kasih sayangnya dia sampaikan dengan
mengelus-elus perutnya sambil memejamkan matanya penuh harapan kepada sang illahi dengan
harapan semoga anak yang dikandungnya ini menjadi anak yang sholeh dan berbakti kepada
orang tuanya.

Berbeda dengan perjuangan seorang ayah dalam mencari rejeki yang halal untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya terutama pada sang anak yang dalam masa kandungan.Pada pagi hari
sang ayah pergi bekerja dan terus bekerja hingga larut malam

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya ; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah , dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu , hanya kepadaKu-lah
kembalimu . Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu1.

Orang tua semakin lama semakin termakan oleh usia mereka menjadi tua rentan dan
melemah. Kulit ibu yang cantik semakin tua semakin mengkerut, ayah yang biasa menggendong
kini tulang punggungnya semakin rapuh dan bungkuk. Mereka menjadi sangat tua dan lemah
sehingga membutuhkan perawatan dan pememeliharaan untuk dirinya. Dan tidak ada lagi orang
selain anak-anaknyalah yang wajib melakukannya sebagai bentuk ketaatan kepada perintah-Nya
dan hanya mengharapkan pahala-Nya.

1. Quran surat Lukman ayat 14-15

Namun kenyataannya pada zaman sekarang ini Panti Jompo masih sangat penuh oleh orang
tua.Panti jompo adalah suatu tempat orang tua. Maksudnya, merekalah orang tua yang
dicampakkan oleh anaknya atau lebih parahnya si anak itu sudah malas merawat orang tuanya
yang sudah tua, karena orang tuanya selalu merengek kesakitan karena penyakit umurnya
sehingga si anak itu merasa risih dan terganggu karena keberadaannya,ada juga karena sang anak
lebih mengutamakan kebebasan semu dari pada bakti kepada orang tuanya .Berbeda sekali
dengan orang tua yang merawat sang anak dari kecil hingga dewasa sampai sekarang ini. Mereka
selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan tidak
pernah ada rasa keluh kesal didalam hati mereka.
Masih banyak juga anak yang masih sangat malas untuk melayani dan merawat orang
tua.Seperti kejadian yang seperti ini, Nak,bisa tolong belikan ibu garam dapur ke warung?Ibu
sedang masak kehabisan garam,suruh seorang kepada anaknya.

Namun,si anak menjawab,ah,bu malas aku barus aja pulang sekolah.

Mungkin percakapan seperti ini sudah sering kita dengar dan bahkan pernah kita alami.

Sungguh si anak itu telah menjawab dengan perkataan yang salah dan durhaka. Padahal garam
juga untuk kebutuhan makan si anak. Bagaimana rasa sayur tanpa garam tentu tidak enak.
Bahkan ironis sekali ada juga orang tua yang secara tidak sadar dianggap sebagai pembantu.
Mereka membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan menjadi pengasuh anak dari si anak yang
sudah berumah tangga.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sungguh merugi, sungguh merugi, dan
sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orangtuanya yang sudah renta atau salah
seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga1.

1. Hadist Riwayat Muslim

D. DURHAKA KEPADA ORANG TUA dan GURU

4.1 Definisi Durhaka

Kata al-uquuq (durhaka) berasal dari kata al-aqq yang berarti asy-syaq (mematahkan) dan
al-qathu atau dalam bahasa Arab disebut al-aaq (anak yang durhaka). Jamak dari kata al-aaq
adalah al-aqaqah. Yang dimaksud dengan al-uquuq (durhaka) adalah mematahkan tongkat
ketaatan dan memotong (memutus) tali hubungan antara seorang anak dengan orang tuanya.
Jadi, yang dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua orang tua adalah mematahkan
tongkat ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali hubungan yang terjalin antara orang tua
dengan anaknya. Seorang anak dikatakan telah durhaka kepada orang tuanya jika dia tidak patuh
dan tidak berbuat baik kepadanya, meninggalkan sesuatu yang disukai keduanya, dan tidak
menaati apa yang diperintahkan atau diminta oleh mereka berdua1.
4.2 Di antara Bentuk Durhaka pada Orang Tua

Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma berkata,

Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua.

Mujahid mengatakan,

Tidak sepantasnya seorang anak menahan tangan kedua orang tuanya yang ingin memukulnya.
Begitu juga tidak termasuk sikap berbakti adalah seorang anak memandang kedua orang tuanya
dengan pandangan yang tajam. Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya sedih, berarti dia
telah mendurhakai keduanya.

Kaab Al Ahbar pernah ditanyakan mengenai perkara yang termasuk bentuk durhaka pada orang
tua, beliau mengatakan,

Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan dalam maksiat,
pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai macam
kedurhakaan terhadap keduanya.

Oleh karena itu berbuat baiklah kepada orang tua dan guru selagi masih ada kesempatan untuk
berbakti kepada mereka. Terutama berbakti kepada ibu.

Dalam kedua kitab Shahih diriwayatkan, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam dan bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak mendapatkan perlakuan
baik? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, Ibumu. Beliau bertanya, Kemudian
siapa? Rasulullah menjawab, Ibumu la bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? la menjawab, ibumu.
la bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, Ayahmu. Kemudian yang paling dekat dan
yang paling dekat.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengulangi kewajiban berbakti kepada seorang ibu
hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu kali. Hal itu disebabkan karena derita yang
dialami seorang ibu lebih besar dari pada yang dialami seorang ayah dan kasih sayang yang
diberikannya juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi kalau dibandingkan dengan beratnya
mengandung, kontraksi, melahirkan, menyusui, dan berjaga malam1.

Pengorbanan ibu terhadap kita sebagai anak sungguhlah besar. Tidak ada materi berupa
uang, dan harta untuk membalas jasa seorang ibu melainkan menjadi anak yang saleh dan
berbakti kepadanya

Setiap manusia mendambakan kebahagiaan dan kesuksesan, terhindar dari kesengsaraan dan
kegagalan di dunia dan akhirat. Di sinilah pentingnya kita mengenal secara baik akibat-akibat
durhaka kepada orang tua, selain mempersiapkan bekal dan perangkat yang profesional untuk
menggapai cita-cita.

Tidak jarang kita saksikan anak yang durhaka pada orang tuanya, ia harus menghadapi kendala-
kendala yang berat, sulit meraih kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidupnya. Belum lagi ia
harus dan pasti menghadapi penderitaan yang berat saat sakratul maut, dan ini pernah terjadi di
zaman Rasulullah saw. Beliau sendiri tak sanggup membimbingnya untuk mempertahankan
keimanannya kecuali setelah ibunya memaafkan.

Tidak sedikit juga anak yang durhaka, ia sangat sulit menemukan dan merasakan kebahagiaan
dan kedamaian dalam hidupnya sekalipun ia memiliki kemampuan profesional dan
berkecukupan dalam materi. Bahkan tidak jarang di antara mereka hampir-hampir putus asa
dalam hidupnya akibat kedurhakaannya terhadap kedua orang tuanya.

Fakta dan kenyataan yang kita jumpai dalam kehidupan keseharian bahwa dalam kehidupan ini
penuh dengan energi, yang positif dan negatif, yang dapat menolong kita atau sebaliknya
menghantam kekuatan kita. Sehingga kita kehilangan kendali, gelap dan tak mampu melihat
rambu-rambu kebahagian dan kesuksesan yang sejati.
Kenyataan inilah yang rambu-rambunya sering diungkapkan oleh Allah dan Rasul-Nya serta
Ahlul baitnya (sa). Kita mesti menyadari bahwa mata lahir kita, bahkan pikiran kita, punya
keterbatan untuk menyoroti rambu-rambu itu. Karena rambu-rambu itu jauh berada di atas
kemampuan sorot mata lahir dan analisa pikiran. Yang mengetahui semua itu secara sempurna
hanya Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang suci dari Ahlul bait Nabi saw.
Tolok Ukur durhaka kepada orang tua
Allah swt berfirman: Jika salah seorang di antara mereka telah berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah,
dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-
Isra: 23).

Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw: Apakah ukuran durhaka kepada
kedua orang tua?

Rasulullah saw menjawab: Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka
meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka
sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka. (Mustadrak Al-Wasil 15: 195)

Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): Wahai Ali, barangsiapa yang
membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka. (Al-Wasail 21: 389;
Al-Faqh 4: 371)

Tingkatan Dosa durhaka pada orang tua


Rasulullah saw bersabda: Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka
kepada kedua orang tua (Al-Mustadrak 17: 416)

Rasulullah saw bersabda: Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada
hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan. (Al-
Mustadrak 12: 360)

Rasulullah saw bersabda: Di atas setiap durhaka ada durhaka yang lain kecuali durhaka
kepada orang tua. Jika seorang anak membunuh di antara kedua orang tuanya, maka tidak ada
lagi kedurhakaan yang lain di atasnya. (At-Tahdzib 6: 122)
Akibat-akibat durhaka kepada orang tua
Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia,
saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat itu antara lain:

Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla


Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di
Lawhil mahfuzh adalah kalimat: Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang
diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meridhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh
keduanya, maka Aku murka kepadanya. (Jmius Saadt, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).

Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan


Imam Jafar Ash-Shadiq (sa) berkata: Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan
silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada
kedua orang tua. (Al-Kafi 2: 447)

Celaka di dunia dan akhirat


Imam Jafar Ash-Shadiq (sa) berkata: Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar
karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang durhaka sebagai
orang yang sombong dan celaka: Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang
yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32) (Man l yahdhurul Faqh 3: 563)

Dilaknat oleh Allah swt


Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): Wahai Ali, Allah melaknat kedua
orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan
akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti
menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya (Al-Faqh 4: 371)

Ya Allah, jangan jadikan daku orang yang menyebabkan kedua orang tuaku dilaknat oleh-Mu
karena kedurhakanku pada mereka. Ya Allah, jadikan daku anak yang berbakti kepada kedua
orang tuaku sehingga Engkau sayangi mereka karena kebarbaktianku pada mereka.

Duhai saudaraku, di sinilah letak hubungan erat yang tak terpisahkan antara kita dan kedua orang
tua kita. Betapa pentingnya menanamkan pendidikan akhlak yang mulia pada anak-anak kita,
sehingga kita meninggalkan warisan yang paling berharga yaitu anak-anak yang saleh, yang
dapat mengalirkan kebahagiaan dan kedamaian pada kita bukan hanya di dunia tetapi juga di
alam Barzakh dan akhirat.

Dikeluarkan dari keagungan Allah swt


Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua karena
durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan
terhadap kedua orang tua. (Al-Faqih 3: 565)

Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt


Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan
kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan
semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya. (Jmius Saadt 2: 263).

Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt


Imam Jafar Ash-Shadiq (sa) berkata: Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya
dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak
diterima. (Al-Kafi 2: 349).

Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat


Rasulullah saw bersabda: Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang
durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan namaku lalu
ia tidak bershalawat kepadaku. (Jmius Saadt 2: 263).

Naudzubillh, semoga kita tidak tergolong kepada mereka yang tidak diizinkan untuk berjumpa
dengan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), karena hal ini harapan dan idaman bagi setiap
muslimin dan mukminin. Sudah tidak berjumpa di dunia, tidak berjumpa pula di akhirat.
Naudzubillh, semoga kita semua dijauhkan dari akibat ini.

Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka


Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya
akan dibukakan dua pintu neraka. (Jmius Saadt 2: 262).
Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena
bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh
orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia
yang berzina (Al-Wasil 21: 501)

Menderita saat Saktatul maut


Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa
pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:

Kisah nyata di zaman Nabi saw


Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau
membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lilha illallh, tapi pemuda itu lisannya
terkunci.

Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang
menghadapi sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.

Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lilha illallh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lilha illallh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya
menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah
padanya.

Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:




Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah
amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun
dan Maha Penyayang. 1)

Sang pemuda kini dapat mengucapkannya.


Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah
wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah
hitam itu telah berpaling dariku.
Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau
bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat
orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihrul Anwr 75: 456).

https://syamsuri149.wordpress.com/2008/10/09/akibat-durhaka-kepada-orang-tua/

Tokoh Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern

1. Muhammad bin Abdul Wahab


Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Uyainah, daerah Najed pada tahun 1115 H dan wafat
pada tahun 1206 H. Negeri tempat kelahirannya adalah sebuah daerah terpencil di pedalaman
Arab Saudi. Daerah ini tandus dan tidak banyak diperhatikan orang sebelum timbulnya gerakan
pemberharuan yang dipelopori Muhammad bin Abdul Wahab. Meskipun daerah ini secara resmi
merupkan daerah jajahan turki, tetapi pemerintahan turki tidak begitu memerhatikan daerah ini.
Karena tidak begitu mempunyai wakil pemerintahan yang efektif, kabilah-kabilah Arab yang
mendiami daerah ini tersebut tetap sebagai kelompok-kelompok yang bebas. Mereka di bawah
bimbingan berbagai kepala suku (amir-amir) mereka. Pada masa itu, kebesaran dan kekuasaan
kerajaan Turki Usmani mulai merosot dan rapuh.
Muhammad bin Abdul Wahab melajutkan belajar ke berbagai negeri, seperti Basrah (tinggal
selama 4 tahun), Bagdad (tinggal selama 5 tahun), Kurdistan (selama setahun), dan Hamadan
(tinggal selama 2 tahun). Kemudian, ia pergi ke Isfahan untuk mempelajari filsafat dan tasauf.
Setelah itu, ia pulang ke negerinya setelah singgah di Kota Qum.

Paham dan gerakan Muhamman bin Abdul Wahab di bidang akidah dan syariah adalah sebagai
berikut:
1. Tauhid adalah pemahaman tentang ketuhanan yang penting memadai sebagai jalan
yang mampu memurnikan akidah Islam yang dikehendaki Allah dan rasul-Nya.
2. Tidak ada perkataan seorang pun yang patut dijadikan dalil agama Islam, melaikan
firman Allah dan sunah Rasulullah saw.
3. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
4. Pintu ijtihad terbuka sepanjang masa dan tidak pernah terputus.
5. Syirik dalam segala bentuk, khurafat dan takhayul harus dikikis habis.
6. Ia menhendaki system pendidikan diubah dengan system dinamis dan kreatif.

2. Shah Waliullah

1. Biografi singkat:
Nama lengkapnya adalah Qutb al-Din Ahmad bin Abd al-Rahim bin Wajih al-Din al-
Syahid bin Muazam bin Mansur bin Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia
dilahirkan pada hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat, sebuah
kota kecil di dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki Shah
Waliullah yang berarti sahabat Allah karena kesalehan yang ia miliki. Dia memulai studinya di
usia lima tahun dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari Al-Quran pada usia tujuh. Dia adalah
pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan penganut mazhab fikih Hanafi.

2. pemikiran pemikiran:
Ketika ia dewasa ia menyaksikan kemunduran yang dialami oleh umat Islam India dalam
berbagai hal dan berada pada titik kritis kemundurannya. Hal ini sangat berbeda sekali dengan
ketika ia dilahirkan, dimana kerajaan moghul Islam sedang dalam puncak kebesarannya.
Dalam keadaan demikian ia terpanggil hatinya untuk mengubah tatanan sosial dan politik di
India zaman itu. Sebagai seorang yang realistik, ia berusaha memberikan diagnose terhadap
perbagai penyakit yang merasuki politik maupun semangat keagamaan masyarakat Islam, dan
menganjurkan cara pengobatan untuk kesembuhannya dari jurang kehancuran.
Menurutnya, salah satu sebab kemunduran umat Islam salah satunya adalah masuknya
adat-istiadat dan ajaran-ajaran bukan islam ke dalam keyakinan umat islam (bidah). Umat Islam
di India menurutnya banyak dipengaruhi oleh adat-istiadat dan ajaran Hindu. Karena itu
keyakinan ajaran umat islam harus dibersihkan dari hal-hal asing tersebut. Mereka mesti dibawa
kembali kepada ajaran-ajaran islam yang sebenarnya bersumber yang asli yaitu Al Quran dan
Hadits. Dan untuk mengetahui ajaran-ajaran islam sejati, orang harus kembali kepada 2 sumber
tersebut bukan kepada buku-buku tafsir, fiqih, ilmu kalam dan sebagainya.
Dan penyebab kemunduran umat yang lainnya adalah taqlid atau mengikut dan patuh
pada penafsiran dan pendapat-pendapat ulama-ulama masa lampau. Ia mensarankan agar
masyarakat Islam bersifat dinamis. Penafsiran yang sesuai untuk suatu zamannya belum tentu
sesuai dengan zaman sesudahnya. Oleh karena itu ia menentang taqlid dan sangat menganjurkan
untuk berijtihad. Ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Al Quran dan hadits, melalui ijtihad
harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Karena itu dalam rangka pemikiran ajaran islam
yang murni dan yang telah kemasukan adat istiadat, ia membedakan antara Islam yang universal
dan Islam yang mempunyai corak lokal. Islam universal mengandung ajaran-ajaran dasar yang
kongkrit, sedang islam lokal mempunyai corak yang ditentukan oleh kondisi tempat yang
bersangkutan, dan yang harus dikembangkan menurutnya adalah Islam yang universal.
Syah Waliyullah juga berusaha mendamaikan perpecahan yang terjadi dikalangan umat
islam, yang diakibatkan oleh pertentangan oleh aliran dan mazhab. Menurutnya hal ini
merupakan sebab lain bagi lemahnya umat Islam. Pada zamannya memang terjadi
pertentangan yang sangat tajam antara Sunni dengan Syiah, Mutazilah dengan Asyariyah dan
Maturidiyah, dilain pihak Kaum Sufi dan kaum Syariah dan diantara pengikut Mazhab yang 4-
pun demikian. Oleh sebab itu ia berusaha untuk mengadakan suasana damai antara golongan-
golongan tersebut. Syiah oleh kalangan sunni yang mayoritas dipandang telah keluar dari Islam,
pendapat ini dilawan oleh Syah Waliyullah dengan menegaskan bahwa kaum Syiah sama halnya
dengan kaum Sunni, masih tetap Islam. Ajaran-ajaran yang mereka anut tidak membuat mereka
keluar dari Islam.
Dalam bidang tasauf ia berupaya menyelaraskan konsepsi Ibn Arabi tentang wihdah al
wujud (kesatuan wujud) dengan konsepsi Syaikh Ahmad Sirhindi (1624 M) tentang wahdah al
syuhud (kesatuan penyaksian).
Dalam bidang hadist, ia adalah pelopor kebangkitan hadits di wilayah India, dimana
waktu itu studi hadits di Timur Tengah mengalami kemandegan. Dalam bidang hadits ini, ia
membuat syarah kitab Al Muwaththa karya Imam Malik dalam dua bahasa (bahasa Arab dan
Persia), yaitu Al Mushaffa dan Al Maswa. Pembaharuan dalam pemikiran dan juga studi hadits
ini ini dilanjutkan oleh anak dan cucu-cucunya.

3. Al-Tahtawi
Rifaah Badawi Rafi al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran pembaharuan yang besar
pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke-19 di Mesir. Dalam gerakan pembaharuan
Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi turut memainkan peranan.
Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian Selatan, dan
meninggal di Kairo pada tahun 1873. Ketika Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan
di Mesir, harta orang tua al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan yang di kuasai saat itu. Ia
terpaksa belajar di masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16
tahun, ia pergi ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu ia selesai
dari studinya di Al-Azhar pada tahun 1822.
pemikirannya:

Bidang Ekonomi
Dalam bukunya manahijul-albab al-Misriyyah, fi mana hijil adab al-Asriyyah: beliau
menerangkan bahwa betapa pentingnya kemajuan ekonomi bagi kemajuan suatu negara.
Menurut pendapatnya masyarakat kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan seperti
yang beliau lihat di Eropa. Dan menurut beliau kesejahteraan akan dicapai dengan tiga cara:
berpegang teguh pada agama, berbudi pekerti baik, dan kemajuan ekonomi. Sedangkan ekonomi
mesir sendiri bergantung pada pertanian, ia memuji usaha yang di jalankan Muhammad Ali
dalam lapangan ini.
Bidang Pemerintahan
Menurut pendapat Al-Tahtawi masyarakat suatu negara tersusun dari empat golongan:
Raja, kaum Ulama dan Ahli-ahli, Tentara dan Kaum Produsen. Dua golongan pertama adalah
golongan yang memerintah dan menjalankan kesejahteraan suatu negara sedangkan dua
golongan yang lain adalah golongan rakyat yang harus patuh dan setia kepada pemerintahan.

Bidang Pendidikan
Al-Tahtawi semasa hidupnya banyak waktu yang dihabiskan untuk mengejar, dan mengatur
pendidikan, dia menemukan ide-ide mengenai pendidikan dalam buku yang ditulisnya. Dia
menyatakan, bahwa pendidikan itu harus ada kaitanya dengan masalah-masalah masyarakat dan
lingkungan.
Dan dalam bukunya Al-Mursyidul-Amin lil Banati wal Banin, beliau menjelaskan bahwa,
pendidikan dasar mesti bersifat universal dan sama bentuknya untuk segala golongan.
Pendidikan menengah mesti mempunyai kualitas tinggi. Anak-anak perempuan mesti
memperoleh pendidikan yang sama dengan anak laki-laki. Kaum ibu harus mempunyai
pendidikan, gar dapat menjadi istri yang baik dan dapat menjadi teman suami dalam kehidupan
intlektual dan sosial dan bukan hany a menjadi istri yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani
keluarganya juga agar dapat bekerja seperti laki-laki dalam batas-batas kesanggupan dan
pembawa mereka, selanjutnya agar mereka dapat melepas kekosongan waktu di rumah dan dari
kebiasaan mengobrol dengn tetangga.
Patriotisme
Menurut Al-Tahtawi pendidikan bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga
membentuk rasa kepribadian dan menanamkan hubb al-watan (rasa patriotisme). Patriotisme
adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai
peradaban. Al-Tahtawi adalah orang mesir yang pertama kali menganjurkan patriotisme. Kata-
kata watan dan hubb al-watan kelihatan selalu di pakai oleh Al-Tahtawi dalam buku kedua dan
ketiga.
Ijtihad Dan Pengetahuan Modern
At-Tahtawi berpendapat bahwa kaum ulama harus mengetahui Ilmu-ilmu moderen agar
mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan-kebutuhan modern. Ini mengandung arti
bahwa ijtihad yang tertutup pintunya semenjak abad ke-11 M, bagi Al-Tahtawi dalah tebuka,
tetapi beliau belum berani mengungkapkan secara terang-terangan. Karena masyarakat islam
belum bisa menerima pendapat pada masa itu karena di anggap telalu radikal.

4. Jamaluddin al-Afgani

Jamaluddin al-Afgani nama aslinya adalah Muhammad Ibnu Safdar al-Husainy. Ia lahir
pada tahun 1838 M di Kota Asadabad. Kawasan distri Kabul, bagian timur Afghanistan. Ia wafat
pada tahun 1897 M di Iran dalam status tahanan politk.
Sejak kecil, ia sudah belajar membaca al-Quran, bahasa Arab, Persia, Ilmu tafsir, imu
hadis, tasawuf, dan filsafat. Ia juga pernah menuntut ilmu ke Iran dan Irak, pusat perguruan
Syiah. Selama beberapa tahun, ia menjadi murid seorang sarjana syiah bernama Murtada an-
Nasary.
Pada usia 20 tahun, Jamaluddin al-Afgani menjadi pembantu pangeran Muhammad Khan
di Afghanistan pada tahun 1864 M, ia menjadi penasihat Sher Ali Khan, kemudian ia diangkat
menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Muhammad Azham Khan berkat kecerdasan
dan kepribadiannya yang menarik. Jamaluddin al-Afgani banyak memperoleh pengalaman selam
mengembara ke berbagai Negara, seperti ke India dan Mesir. Ia juga menjadi dosen kaum
intelektual di Universitas al-Azhar Mesir.Di antara muridnya yang cukup terkenal adalah
Muhammad Abduh dan Saad Zaglul.
Pokok pemikiran Jamaluddin al-Afgani:
1. Bangkitkan kesadaran berpolitik melawan absolutism.
2. Lengkapi diri dengan sains dan tekonologi modern.
3. Kembali pada Islam yang sebenarnya.
4. Hidupkan aqidah Islam sebagai aqidah yang komprehensif dan independen.
5. Lawan kolonialisme asing.
6. Tegakkan persatuan Islam.
7. Infuskan ruh jihad ke jasad masyarakat Islam yang setengah mati.
8. Hilangkan rasa rendah diri dan rasa takut terhadap barat.

5. MUHAMMAD ABDUH

1. Biografi
Ia lahir di suatu desa (tidak jelas nama desanya) pada tahun 1849 M. Bapak Muhammad
Abduh bernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir.
Ibunya menurut riwayat berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai kepada
Umar bin Khattab
.
2. Pemikiran-pemikirannya
Faktor penyebab terjadinya kemunduran di kalangan umat Islam adalah :

a) Paham jumud, yaitu paham yang beku, tidak berkembang, statis di kalangan umat Islam.
Paham ini berpendapat, bahwa dalam ajaran Islam tidak perlu lagi didakan perubahan-
perubahan sebab sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun.
b) Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa nasib manusia itu secara mutlak sudah
ditentukan oleh Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap
fatalis ini sudah mewabah di kalangan umat Islam sebagai akibat faham tasawuf yang
keliru yang berkembang sejak abad 11- 13 M. Umat Islam melakukan tasawuf karena
sikap frustasi dan putus asa sebagai akibat kekalahan politik umat Islam, terutama sejak
hancurnya Baghdad pada abad XIII. Akibat dari perilaku tasawuf ini, umat Islam tidak
lagi mencintai ilmu pengetahuan sebagaimana pernah terjadi pada abad II hijriyah ( abad
VII M).
c) Paham taqlid yang sudah mewabah di kalangan umat Islam. Paham taqlid ini diakibatkan
karena fanatik yang membabi buta terhadap mazhab, akibat dari paham taqlid ini
mengakibatkan umat Islam tidak memiliki semangat untuk berijtihad, dan umat Islam
menjadi terpecah-pecah dan sulit untuk disatukan kembali menjadi ummatan wahidah.
d) Umat Islam sudah tidak lagi memfungsikan peran akal secara maksimal, sehingga umat
Islam lebih banyak tunduk pada keadaan dan pasrah kepada nasib. Menurut Muhammad
Abduh, banyak sekali dalam ayat Al-Quran yang memerintahkan kepada umat Islam
untuk menggunakan akalnya. Dari lemahnya akal ini mengakibatkan umat Islam mundur
peradabannya dan tidak berdaya menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan yang
berkembang di dunia Barat (Perancis dan Inggris).

Problem solving :

Untuk memecahkan permasalahan umat Islam yang harus dilakukan adalah :


1. Membangkitkan kembali semangat ijtihad yang telah teetutup. Dengan ijtihad ummat
Islam bekembang ilmu pengetahuan dan peradabannya.
2. Menghilangkan sikap fatalis (pasrah) pada keadaan di kalangan umat Islam, sebab Allah
telah mencipakan akal yang memilki kemauan bebas (free will) dan free act (bebas
berbuat) berdasarkan hukum sunnatullah (hukum sebab akibat).
3. Ummat Islam harus menguasai ilmu dunia sebagaimana Barat sehingga ummat Islam
akan mengalami kemajuan dan kemenangan.

6. RASYID RIDHA

Biografi

Rasyid Ridla adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865

M. di desa Al-Qalamun Libanon. Menurut riwayat ia berasal dari keturunan AL-Husein, cucu

Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ia selalu memakai gelar Al- Sayyid di depan namanya

Pemikiran-pemikirannya

Pemikiran Rasyid Ridla tidak jauh berbeda dengan sang guru (Muhammad Abduh).

Menurut pendapat Rasyid Ridla, bahwa yang menyebabkan kemunduran umat Islam adalah

sebagai berikut :

1. Tidak adanya semangat pemikiran dan penelitian (ijtihad) di kalangan umat Islam

secara dinamis. Umat Islam beranggapan bahwa pintu ijtihad telah tertutup.

Hilangnya semangat ijtihad ini bertentangan dengan hukum sunnatullah yang selalu

berkembang dan tidak pernah berhenti Ajaran Islam yang tidak boleh dirubah

adalah mengenai masalah ibadah, yang secara tegas sudah diatur secara jelas,

(ibadah mahdlah). Akan tetapi mengenai persoalan muamalah (hubungan manusia


dengan yang lain) seperti : ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik,

dll, akan selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Oleh karena itu, fiqh

yang menyangkut persoalan kehidupan manusia dalam masyarakat tadi selalu

membutuhkan ketetapan hukum baru yang bersumber pada ijtihad.

2. Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa nasib manusia itu secara mutlak sudah

ditentukan oleh Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap

fatalis ini sebagai akibat tidak difungsikannya peran akal secara maksimal. Menurut

Rasyid Ridla, akal adalah hidayah Allah ( disamping wahyu) yang berfungsi untuk

mencari kebenaran terhadap ayat-ayat Allah, baik ayat yang tertulis (Al-Quran)

maupun ayat-ayat kauniyyah (alam semesta).

3. Untuk mewujudkan kejayaan ummat Islam perlu digalang persatuan umat Islam, dan

agar persatuan umat Islam terwujud perlu dibentuk khilafah islamiyah. Rasyid Ridla

tidak sependapat dengan gurunya (Muhammad Abduh) yang terlalu liberal (bebas)

dan kebarat-baratan. Rasyid Ridla juga tidak sependapat dengan paham nasionalime

yang berkembang di Negara Islam (terutama di Turki). Sebab nasionalisme tidak

dikenal dalam Islam.

1) Sayyid ahmad Khan

A. Biografi Singkat
Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein,
cucu Nabi Muhammad saw melalui Fatimah dan Ali. Ia mendapat pendidikan tradisional dalam
pengetahuan agama dan di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang
rajin membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia depalan belas
tahun ia masuk bekerja pada Serikat India Timur, kemudian ia bekerja pula sebagai hakim.
Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
B. Pemikiran-pemikiran Pembaharuan
Bidang Politik :
a) Peningkatan kemajuan umat Islam di India dapat diwujudkan bukan melawan penjajah
Inggris, tetapi harus bekerja sama dengan Inggris sebagaimana yang dilakukan umat
Hindu.
b) Umat Hindu lebih maju peradabanya dari pada umat Islam sebab umat Hindu lebih
senang bekerja sama dengan Inggris.
c) Inggris maju dalam hal peradabannya karena lebih menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, oleh karena itu umat Islam harus belajar Iptek dari penjajah Inggris.
d) Memberontak atau melawan Inggris tidak ada artinya apabila umat Islam belum mampu
melawan.
e) Berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa umat Islam bukan musuh tetapi umat yang
cinta damai.
f) Umat Islam adalah satu umat yang tidak dapat membentuk suatu Negara dengan umat
Hindu, oleh karena itu umat Islam harus memiliki Negara sendiri.
Bidang agama :
a) Umat Islam mundur dikarenakan faham fatalist (jabbariyah), yaitu paham bahwa nasib
manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sehingga manusia tidak sanggup merubahnya.
Akibat dari paham ini menyebabkan umat Islam tidak memiliki kemauan keras untuk
maju, pasrah tanpa usaha serta lebih senang menyerahkan persoalannya kepada Tuhan.
Padahal Tuhan telah memberikan akal dan potensi lain yang dianugerahkan kepada
manusia untuk mencapai kemjuan-kemajuan.
b) Sebenarnya manusia diberikan kebebasan untuk memaksimalkan peran akalnya (free
will) dan berbuat sesuatu secara bebas (free act) namun tetap dalam koridor tauhid
kepada Allah dan tidak bertentangan dengan hukum Allah.
c) Kebebasan dalam berfikir umat Islam terhenti karena pendapat, bahwa pintu ijtihad
telah tertutup. Akibat dari pendapat ini umat Islam tidak memiliki gairah untuk
menemukan teori-teori baru melalui jalan ijtihad sebagaimana telah terjadi pada abab II
H, di mana umat Islam pernah mencapai kejayaan di semua bidang pengetahuan.
d) Dalam kehidupan ini, Allah telah menentukan hukum alam (nature law) yang telah
ditetapkan sesuai kehendaknya. Hukum itu berupa hukum sebab akibat yang berlaku
bagi setiap orang /manusia. Dalam menentukan hukum alam ini , manusia diberikan
kebebasan untuk memilih (ikhtiyar) antara baik atau jelek, dan antara maju atau
mundur.

2) Sultan Mahmud II
biografi singkat:
Mahmud lahir di Istambul pada tanggal 13 Ramadhan 1199 bertepatan dengan tanggal
20 Juli 1785 dan meninggal pada tanggal 1 Juli 1839. Dia adalah sultan ke-33 dari sultan
Kerajaan Ottoman di Turki. Diangkat menjadi sultan pada tanggal 28 Juli 1808 menggantikan
kakaknya Mustafa IV sampai ia meninggal. Ayahnya bernama Salim III (sultan ke-31). Sultan
Mahmud II dipandang sebagai pelopor pembaruan di Kerajaan Ottoman, sebanding dengan
Muhammad Ali (1805-1849) yang memelopori pembaruan di Mesir. Sementara itu dalam
Kerajaan Ottoman, pembaruan sudah dimualai sejak Sultan Mustafa IV sampai pada sultan-
sultan sesudahnya, sehingga masa ini disebut periode modern. Mahmud II semasa kecilnya selain
memperoleh pendidikan tradisional dalam bidang agama, juga memperoleh pendidikan
pemerintahan dan sastra (sastra Arab, Turki, dan Parsi). Dalam suatu pemberontakan tentara
Janissary (Turki: yeni cheri), pada masa pemerintahan Mustafa IV, semua anggota keluarga
Ottoman terbunuh kecuali Mahmud II yang sempat lolos.
pemikiran pemikiranya:
sultan Mahmud II adalah pelopor pembaharuan Islam di Turki. Dia banyak melakukan
pembaharuan (modernisasi) diantaranya:
1. Pembaharuan di bidang militer. Ia membentuk korps tentara baru yang pelatihnya
dikirim dari Mesir oleh Muhammaad Ali Pasya.
2. Sultan Mahmud II menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahan.
3. Kedudukan sadrazam dihapus dan diganti dengan Perdana Menteri. Kekuasaan
yudikatif yang pada mulanya di tangan sadrazam dipindahkan ke Syekh Islam.
4. Menghapus hukuman mati yang biasa dilakukan para penguasa terhadap tersangka
tanpa melalui prosedur hukum.
5. Menghapus tradisi rakyat Turki, apabila mereka menghadap sultan maka mereka harus
berlutut.
6. Pembaharuan di bidang pendidikan. Dia memasukkan kurikulum pendidikan umum ke
dalam lembaga pendidikan madrasah.
7. Mengirim siswa-siswa untuk belajar di Eropa.
8. Mendirikan sekolah Kedokteran, Kemiliteran, Teknik dan Pembedahan.
9. Mengadakan pembaharuan di bidang Ekonomi.

3) Muhamad Iqbal

Biografi Singkat
Muhammad Iqbal adalah The founding father of Pakistan (Bapak pendiri Pakistan),
seorang filosof serta penyair. Ia berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di
Sialkot pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar di
sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan MA. Di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas
Arnold, seorang Orientalis, yang menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untuk
melanjutkan studi di Inggris. Di tahun 1905 ia pergi ke Negara ini dan masuk ke Universitas
Cambridge untuk mempelajari filsafat, Dua tahun kemudian dia pindah ke Munich di Jerman,
dan di sinilah ia memperoleh gelar Ph.D (Philosophy of Doctor) dalam tasawuf. Tesis doctoral
yang dimajukannya berjudul : The Development of Metaphyscs in Persia.
Pada tahun 1908 ia berada kembali di Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai
pengacara ia menjadi dosen falsafat. Bukunya The Reconstruction of Religius Thought in Islam
adalah hasil ceramah-ceramah yang diberikannya di beberapa universitas di India.

Pemikiran-pemikirannya
A. Bidang agama
1) Ajaran Islam itu bersifat dinamis tidak statis. Dalam Islam ada ungkapan :
Al- Islam shalih li kulli zaman wa makan (Islam itu fleksibel dalam sitiuasi dan
kondisi apapun).
2) Barat maju karena pemikiran Barat selalu dinamis, tidak pernah berhenti. Barat sangat
cinta ilmu pengetahuan dan senantiasa berijtihad (mengadakan research/penelitian).
3) Umat Islam agar senantiasa menciptakan ide-ide baru dalam dunia baru, tidak boleh
pasrah terhadap keadaaan dan tidak boleh lama-lama tidur. Umat Islam harus bangkit dari
tidurnya. Dalam pandangan Iqbal, bahwa orang kafir yang aktif lebih baik dari pada
muslim yang suka tidur. (pemikirannya serta malas usaha).
B. Bidang Politik :
1. Umat Islam bisa maju harus hidup dalam satu ikatan umatan wahidah, yaitu adanya
Pemimpin Islam dunia untuk menyatukan umat Islam.
2. Iqbal menolak nasionalisme Barat yang membuat umat Islam terpecah-pecah menjadi
negara negara kecil. Negara boleh beda, tetapi bangsa tetap satu yaitu umat Islam.
3. Iqbal menolak kapitalisme dan imperialisme Barat yang menyengsarakan bangsa-
bangsa, sebaliknya Iqbal lebih tertarik sosialisme yang berkembang di Barat, sebab
sosialisme identik bahkan sebagian dari ajaran Islam.
4. Nasionalisme yang berkembang di India yang terdiri dari dua kekuatan yaitu Islam dan
Hindu ia setuju, tetapi sulit untuk diwujudkan. Oleh karena itu ia berpendapat bahwa
umat Islam di India harus memilih antara tetap hidup di India dengan tetap menjadi kaum
minoritas, atau memisahkan diri dari India dengan memiliki Negara dan kekuasaan
sendiri. (ini merupakan embrio kelahiran Negara Pakistan).

Kesimpulan : Hikmah mempelajari sejarah perkembangan Islam pada abad modern dapat
disikapi dengan sejarah tersebut dapat memberikan ide dan kreatifitas tinggi untuk
mengadakan perubahan-perubahan supaya lebih maju dengan cara yang efektif dan efisien,
Problema-problema masa lalu dapat menjadi pelajaran dalam bidang yang sama pada masa
yang selanjutnya, Pembaharuan dapat dilakukan dalam berbagai bidang baik ekonomi,
pendidikan ,politik dan lain sebagainya.
Bangun dan bangkitlah wahai pejuang islam

1. ISLAM MASA 1800-2000 Periode Modern/ Kebangkitan umat islam ISLAM Adanya
benturan antara kekuatan Islam dengan kekuatan Eropa. Benturan itu menyadarkan umat
Islam bahwa mereka sudah cukup jauh tertinggal dengan Eropa. Kesadaran tersebut
membuat penguasa dan pejuang- pejuang Turki tergugah untuk belajar dari Eropa
2. Abad XIII M Taqiyudin Ibnu Taimiyah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah Gerakan Salaf
Memperkokoh Islam dalam segala bidang dan sisi mengembalikan seperti islam pada
zaman khalifah dan rasulullahTokoh-tokoh pembaharu islam
3. Ibnu Qoyyim Ibnu Taimiyyah Mengadakan pembaharuan di bidang agama, sosial,
ekonomi, memberantas takhayul dan bidah yang masuk ke ajaran agama islam serta
menghilangkan paham fatalisme, menghilangkan paham salah yang dibawa tarekat
tasawuf, dan meningkatkan mutu pendidikan dan pembela umat islam terhadap
permainan politik negara barat.
4. Tokoh-tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern Muhammad Bin Abdul Wahab
Syah Waliyullah Muhammad Ali Pasya Al- Tahtawi Jamaludin Al- Afgani Muhammad
Abduh Rasyid Rida Sayyid Ahmad Khan Sultan Mahmud
5. Nama : Muhammad Bin Abd Wahab Penemu : wahabiyah Lahir : Uyainah, Nejed Saudi
Arabia 1703 Tempat : -Madinah -Basrah -Baghdad -Kurdistan -Hamdan & -
Isfahan(Filsafat dan tasawuf) -Nejed. Muhammad Bin Abdul Wahab
6. Pendapatnya mengenai islam : 1. Hanya Allah SWT yang boleh disembah, orang yang
selain menyembah Allah SWT musyrik dan boleh dibunuh 2. Meminta pertolongan
bukan dari Allah tetapi dari syekh, wali, dan kekuatan gaib musyrik. 3. Menyebut nama
nabi , syekh, atau malaikat sebagai perantara doa merupakan syirik. 4. Bernazar selain
dari Allah SWT adalah syirik. 5. Meminta syafaat selain dari Allah SWT juga syirik 6.
Memperoleh pengetahuan selain dari AL-Quran , Hadis dan Qias (analogi) merupakan
kekufuran . 7. Tidak percaya kepada qada dan qadar merupakan kufur 8. Demikian pula
menafsirkan Al-Quran dengan tawil (Interpretasi bebas ) adalah kufur.
7. Syah Waliyullah Nama : Syah Waliyullah Karya : 1. Hujjatullah Al Baligah dan Fuyun
Al- Haramain 2. 1783 Menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Persia untuk pelajar
Islam India. Lahir : 21 Feb 1703 M Delhi. Tempat : 1. Hejaz 2. 2. Belajar di Mekkah dan
Madinah.
8. Penyebab pembawa kemunduran dan kelemahan umat islam : 1. Terjadinya perubahan
sistem pemerintahan islam dari sistem kekhalifan menjadi sistem kerajaan. 2. Sistem
demokrasi yanga ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki absolut. 3.
Perpecahan di kalangan umat islam yang disebabkan oleh berbagai pertentangan aliran
dalam islam 4. Adat istiadat dan ajaran bukan islam masuk ke dalam keyakinan umat
islam
9. Nama : Muhammad Ali Pasya Karya : Pemikiran akan kemajuan ilmu ekonomi dan
militer, serta yang bersangkutan dengan urusan militer. Lahir : Kawala, Yunani 1765 M
Tempat : Mesir Muhammad Ali Pasya Mendirikan sekolah-sekolah islam, madrasah-
madrasah yang memasukkan ilmu-ilmu modern dan sains ke dalam kurikulum. Walau
agak sulit, maka ia harus mendirikan sekolah modern di samping sekolah tradisional.
10. Al-Tahtawi Nama : Rifaah Baidawi Al- Tahtawi Karya : pemikiran dari Lahir : 1801 M
di Tahta Tempat : Mesir, Kairo. 1. Umat islam harus dinamis, 2. Syariat harus diartikan
sesuai perkembangan modern, 3. Kaum ulama harus belajar ilmu filsafat dan ilmu
pengetahuan modern agar syariatdapat menyesuaikan dengan kebutuhan modern, 4. Raja
harus dibatasi oleh syriat dan bermusyawarah dengan ulama dan kaum intelektual.
11. Jamaluddin Al-Afghani Nama : Jamaluddin Al-Afghani. Karya : - Lahir : 1839. Tempat :
- Pemikiran pembaharuan islam : 1. Umat islam harus kembali kepada ajaran islam yang
murni dan islam harus dipahami dengan akal serta kebebasan, 2. Corak pemerintahan
otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan demokratis. Kepala negara harus
bermusyawarah kepada pemuka masyarakat yang berpengalaman, 3. Tidak ada
pemisahan antara agama dan politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas antarumat islam
harus dihidupkan kembali.
12. Muhammad Abduh Nama : Muhammad Abduh. Karya : Karangan-karangan Al- Ahram.
Lahir : 1849 M, Mesir. Tempat : Mesir. Ide-ide pembaharuan: 1. Pembukaan pintu
ijtihad. 2. Penghargaan terhdap akal. Islam adalah ajaran rasional yang sejalan dengan
akal sebab dengan akal, ilmu pengetahuan akan maju. 3. Kekuasaan negara harus dibatasi
oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara yang bersangkutan.
13. Rasyid Rida Sultan Mahmud II Sayyid Ahmad Khan
14. Contoh Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Masa Modern India Mesir Turki - Syeh
Waliyullah - Syeh Abdul Aziz - Sayid Ahmad Syahid -Jamaludin Al- Afghani - Muh.
Abduh - Muhammad Rasyid Ridha - Tooha Husein - San Yusuf Al- Qardawi Sultan
Mahmud 2
15. Contoh Perkembangan Politik Islam Masa Modern Persoalan internasional politik islam
Persoalan hubungan agama dengan konsep pemerintahan Islam Umat islam harus
menyatukan barisan dan kekuatannya dalam satu bentuk Pan-Islamisme. Revivalis :
bentuk negara islam dikembalikan kedalam bentuk pengalaman awal sejarah islam
Modernis : bentuk negara isalm diserahkan penuh keapada kebutuhan zaman dan yang
penting aah pengolahan politiknya Sekularis : islam tidak menagtur masalah-masalah
kenegaraan, tidak memerintahkan, dan tidak melarangnya.
16. Contoh Perkembangan Ekonomi Islam Masa Modern A. Menguasai jalur perdagangan.
B. Menjadi pusat perdagangan D. Membangun kota-kota besar C. Memperbaiki sarana
haji agar menjadi kegiatan bisnis

Você também pode gostar