Você está na página 1de 16

Pelaku Kegiatan

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa,
dan masyarakat yang berkepentingan. Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas
menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup,
di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi,
dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup
Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang
terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi
keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum
yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut:
kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi,
faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-
nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat
dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

Contoh Analisis Dampak Lingkungan Rumah Sakit :

ANALISIS ANDAL PADA RUMAH SAKIT

Lingkungan

1. Lingkungan Rumah Sakit harus mempunyai batas yang jelas dilengkapi dengan pagar yang
kuat dan tida memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas b.
Lingkungan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup c.
Tidak becek, tidak berdebu dan tidak terdapat genangan air serta dibuat landai menuju
kesaluran terbuka/tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan terhadap luas
halaman.d. Saluran air limbah harus tertutup dan dihubungkan langsung dengan sistem
pengolahan air limbah. Ditempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu
harus tersedia tempat pengumpul sampah pada setiap radius 20 meter.
Ruang dan Bangunan

Ruang dan bangunan harus dalam keadaan bersih dan mudah dibersihkan, tersedia tempat
sampah sesuai dengan jenis sampahnya serta tersedia fasilitas sanitasi sesuai dengan kebutuhan
Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan ruang isolasi
sebagai berikut:

1. Ruang bayi: 1) Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur 2) Ruang isolasi minimal 3,5
m2/tempat tidur
Ruang Dewasa 1) Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur 2) Ruang isolasi minimal 6
m2/tempat tidur
Ruang dan bangunan harus bebas dari gangguan serangga, binatang pengerat dan binatang
penganggu lainnya. Lantai harus selalu bersih, tingkat kebersihan lantai untuk ruang operasi 0-5
kuman/cm2 dan untuk ruang perawata 5-10 kuman/cm2. Mutu udara memenuhi persyaratan
sebagai berikut:

1. tidak berbau (terutama H2S dan Amoniak)


2. kadar debu tidak melampaui 150 ug/m3 udara dalam pengukuran rata-rata 24 jam
3. Angka kuman 1) Ruang operasi kurang dari 350 koloni/m3 udara dan bebas kuman pathogen
alpha streptococus haemolitius) dan spora gasn gangren2) Ruang perawatan isolasi kurang dari
700 koloni/m3 udara dan bebas kuman pathogen alpha streptococus haemolitius)
Kadar gas dan bahan berbahayaKadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi
konsentrasi, maksimum
4. Suhu dan kelembaban, kebisingan dan pencahayaan harus sesuai dengan peraturan
5. Fasilitas Sanitasi
6. Fasilitas penyediaan air

1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan 2) Tersedia air bersih minimal 500
lt/tempat tidur/hari3) Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan4) Distribusi air minum dan air bersih di setiap
ruangan/kamar harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif

1. Fasilitas toilet dan kamar mandi

1) Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat,
kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan3) Pada setiap unit ruangan harus
tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci tangan) tersendiri. Khususnya untuk unit rawat
inap da kamar karyawan harus tersedia kamar mandi.4) Pembuangan air limbah dari toilet dan
kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau (water seal)5) Letak toilet dan kamar mandi tidak
berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya6) Lubang
penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar7) Toilet dan kamar mandi pria dan
wanita harus terpisah8) Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan karyawan harus terpisah
9) Toilet dan kamar mandi karyawan harus terpisah dengan toilet pengunjung
10) Toilet pengunjung harus terletak ditempat yag mudah terjangkau dan ada petunjuk arah.
11) Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan
12) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk
13) Tersedia toilet pengunjung dengan perbandingan 1 toilet untuk 1-40 pengunjung wanita, 1
toilet untuk 1-60 pengunjung pria.

1. Fasilitas pembuangan sampah/limbah padat


1) Tempat pengumpul sampah
2. a) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya
b) Mempunyai tutup yag mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan
c) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 meter dan setiap
radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka
d) Setiap tempat pengumpul sampah harus dilapisi kantong plastik sebagai pembungkus
sampah dengan lambang dan warna sebagai berikut:
(1) Warna merah, untuk kategori radioaktif
(2) Warna kuning, untuk kategori infeksius
(3) Warga ungu, untuk citotoksis
(4) Warna hitam, untuk umum
e) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian telah terisi
sampah
f) Khusus untuk tempat pengumpul sampah kategori infeksius (plastik kuning) dan sampak
citotoksis (plastik ungu) segera dibersihkan dan didesinfeksi setelah dikosongkan, apabila akan
dipergunakan kembali

2) Tempat penampungan sampah sementara


a) Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen
b) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah
c) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali 24 jam

3) Tempat pembuangan sampah akhir


a) Sampah radio aktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
b) Sampah infeksius dan citotoksis dimusnahkan melalui incinerator pada suhu di atas 1000 o C
c) Sampah umum (domestik) dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir yang dikelola oleh
PEMDA, atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
d) Sampah farmasi dikembalikan kepada distributor, bila tidak memungkinkan supaya
dimusnahkan melalui incinerator pada suhu di atas 1000 o C
e) Sampah bahan kimia berbahaya, bila mungkin dan ekonomis supaya di daur ulang, bila tidak
supaya pembuangannya dikonsultasikan terlebih dahulu ke instansi yang berwenang

1. Fasilitas Pembuangan Limbah


1) Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air dan
limbah harus mengalir dengan lancar
2) Rumah Sakit harus memiliki unit pengelolaan limbah sendiri atau bersama-sama secara
kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada
atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan
3) Kualitas limnbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
persyaratan Baku Mutu effluent sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Fasilitas pembuangan gas buagan (emisi)
1) Rumah sakit harus memiliki sarana pengendalian gas buangan (emisi)
2) Gas buangan yang dibuang ke dalam lingkungan harus memenuhi Baku Mutu Emisi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Fasilitas pengendalian serangga dan tikus
1) Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga
atau tikus.
2) Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat.
3) Setiap sarana penampungan air harus bersih dan tertutup.
4. Fasilitas Sanitasi lainnya
1) Harus tersedia tempat penampungan tinja, air seni, muntahan dan lain-lain, (Spoelhok) yang
terbuat dari logam tahan karat pada setiap unit perawatan.
2) Tersedia ruang khusus untuk penyimpanan perlengkapan kebersihan pada setiap unit
perawatan.

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)


Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

2.5 Sistimatika Laporan

Berikut ini akan diuraikan secara singkat butir-butir yang harus tercantum dalam setiap dokumen
dan beberapa hal penting yang harus ada pada setiap dokumen.

1. a) Kerangka Acuan ANDAL

Sesuai dengan pedoman teknis Kerangka Acuan ANDAL harus disusun dengan sistimatika
sebagai berikut :

1) Pendahuluan

2) Tujuan studi

3) Ruang lingkup studi

4) Metodologi

5) Tim studi ANDAL

6) Biaya

7) Waktu pelaksanaan

8) Daftar pustaka.

1. b) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)


Sesuai dengan pedoman teknis secara sistimatis dokumen ANDAL rumah sakit harus memuat
uraian tentang :

Ringkasan:

1) Pendahuluan

2) Dasar pembangunan rumah sakit

3) Rencana rumah sakit

4) Rona lingkungan hidup awal

5) Perkiraan dampak penting

6) Evaluasi dampak penting

7) Kepustakaan

8) Lampiran

Laporan hasil studi ANDAL harus disusun berdasarkan Kerangka Acuan yang telah ditetapkan
oleh Komisi. Untuk hal-hal yang bersifat sangat rahasia dan tidak mungkin

diungkapkan dalam laporan misalnya menyangkut rahasia yang dipatenkan harus diberikan
catatan tersendiri dan hal ini dituangkan dalam ringkasan ANDAL.

1. c) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).


Sesuai dengan pedoman teknis RKL dan RPL harus disusun dengan sistimatika sebagai berikut
:

RKL :

1) Identitas pemrakarsa

2) Uraian kegiatan

3) Tujuan, kegunaan, ruang lingkup, dan pendekatan pengelolaan lingkungan

4) Rencana pengelolaan lingkungan

5) Kepustakaan.

RPL:

1) Identitas pemrakarsa

2) Uraian kegiatan
3) Tujuan, kegunaan, dan alternatif pemantauan lingkungan

4) Uraian rencana pemantauan lingkungan

5) Kepustakaan.

Uraian yang disajikan dalam laporan RKL dan RPL harus dapat mengungkap secara jelas
tentang apa, bagaimana, dimana, siapa, dan kapan pengelolaan dan pemantauan lingkungan akan
dilakukan. Perlu diingat bahwa dokumen RKL dan RPL termasuk dokumen yuridis yang
menjadi pegangan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan
pengawasan pelaksanaan RKL dan RPL.

2.6 Penatalaksanaan AMDAL Rumah Sakit

2.6.1 Organisasi

Sesuai dengan PP 51 tahun 1993, satuan kerja yang bertanggung jawab dalam penatalaksanaan
AMDAL adalah Komisi AMDAL Bidang Kesehatan yang berstatus pusat (perijinan atau
pemilikannya) adalah Komisi AMDAL Pusat Departemen Kesehatan yang pembentukannya
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 041/MENKES/SK/I/1989 , dan telah
diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.280/MENKES/SK/I/1993 . Dalam
rangka pelaksanaan PP 51 tahun 1993 keanggotaan Komisi AMDAL Departemen Kesehatan
akan ditambah dengan wakil-wakil dari Badan Pertanahan Nasional dan Badan Koordinasi
Penanaman Modal. Dalam melaksanakan tugasnya Komisi AMDAL Departemen Kesehatan
melakukan hubungan kerja dengan instansi yang bertanggung jawab dalam Rumah Sakit dalam
hal ini Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Hubungan kerja tersebut lebih lanjut akan diuraikan
dalam tata cara penyampaian dokumen AMDAL Rumah Sakit.

Komisi AMDAL Departemen Kesehatan diketuai oleh Direktur Jenderal PPM PLP dengan
pertimbangan bahwa urusan pengelolaan lingkungan secara fungsional menjadi tanggung jawab
Direktur Jenderal PPM PLP. Adapun anggota Komisi AMDAL Departemen Kesehatan terdiri
dari pejabat di lingkungan unit utama Departemen Kesehatan yang tugas pokoknya berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan maupun

berkaitan dengan kegiatan bidang kesehatan yang wajib AMDAL. Para pejabat tersebut terdiri
dari :

1) Kepala Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan (sebagai Wakil Ketua Komisi)

2) Kepala Pusat Data Kesehatan (sebagai Sekretaris Komisi)

3) Kepala Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman

4) Kepala Direktorat Penyehatan Air


5) Kepala Direktorat Pemberantasan Bersumber Binatang

6) Kepala Direktorat Pengawasan Obat dan Bahan Berbahaya

7) Kepala Direktorat Pengawasan Obat

8) Kepala Direktorat Pengawasan Obat Tradisional

9) Kepala Direktorat Instalasi Medik

10) Kepala Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan

11) Kepala Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta

12) Kepala Direktorat Bina Peranserta Masyarakat

13) Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Dep.Kes.

14) Kepala Pusat Laboratorium Kesehatan

15) Wakil dari Departemen Dalam Negeri

16) Wakil dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan/Kantor Menteri Negara KLH

17) Wakil dari Badan Pertanahan Nasional

18) Wakil dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.

2.6.2 Tugas Komisi AMDAL

Adapun tugas Komisi AMDAL Departemen Kesehatan adalah :

1. a) Menyusun Pedoman Teknis Pembuatan AMDAL.


2. b) Menetapkan Kerangka Acuan bagi pembuatan ANDAL.
3. c) Menilai ANDAL.
4. d) Menilai RKL dan RPL.
5. e) Memberikan rekomendasi kepada Menteri Kesehatan berdasarkan hasil penilaian AMDAL.
6. f) Membantu menyelesaikan diterbitkannya surat keputusan tentang AMDAL.
7. g) Memberikan bimbingan kepada Komisi Daerah.
8. h) Menilai rencana teknis pengelolaan lingkungan dan rencana teknis pemantauan lingkungan.
Untuk membantu pelaksanaan penilaian AMDAL, Komisi AMDAL dibantu oleh Tim Teknis
AMDAL yang anggotanya terdiri dari tenaga-tenaga yang berkualifikasi AMDAL B yang
berasal dari unit kerja di lingkungan Departemen Kesehatan yang terkait dengan AMDAL.

2.6.3. Tata Cara Penyampaian Dokumen AMDAL Rumah Sakit

1) Dokumen Kerangka Acuan (KA).

Dokumen KA ANDAL disampaikan oleh pemrakarsa kepada Komisi AMDAL Departemen


Kesehatan
Komisi AMDAL setelah membahas Kerangka Acuan tersebut memberikan tanggapan dan
komentar tertulis terhadap KA tersebut dan menyampaikannya kembali kepada pemrakarsa
selambat-lambatnya 12 hari seiak dokumen tersebut diterima oleh Komisi AMDAL.

2) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL

ANDAL, RKL dan RPL diajukan sekaligus oleh pemrakarsakepada Direktur Jenderal
Pelayanan Medik.
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik memberikan bukti penerimaan dokumen-dokumen
tersebut kepada pemrakarsa dengan mencantumkan tanggal penerimaan.
Dokumen tersebut diteruskan kepada Komisi AMDAL Departemen Kesehatan untuk kemudian
dilakukan pembahasan dan penilaian.
Berdasarkan hasil penilaian Komisi terhadap dokumen-dokumen tersebut, Direktur Jenderal
Yanmed menetapkan keputusan tentang dokumen tersebut selambat-lambatnya 45 hari sejak
tanggal pengajuan.
1. Apabila keputusan tersebut berupa penolakan karena dokumen-dokumen tersebut dinilai belum
memenuhi persyaratan maka dokumen tersebut harus diajukan kembali kepada Dirjen Yanmed,
dan selambat-lambatnya 30 hari sejak pengajuan kembali harus sudah dikeluarkan keputusan
atas dokumen- dokumen tersebut berdasarkan hasil penilaian Komisi AMDAL.
2. Apabila hasil penilaian menyimpulkan bahwa dampak negatif tidak dapat ditanggulangi
berdasarkan IPTEK dan biaya penanggulangan dampak negatif lebih besar dibandingkan
dengan hasil dampak positifnya, maka Dirjen Yanmed memutuskan menolak rencana kegiatan
rumah sakit
3. Pengajuan keberatan atas keputusan dapat disampaikan kepada Menteri Kesehatan dengan
tembusan kepada Bapedal selambat-lambatnya 14 hari sejak diterimanya keputusan penolakan.
4. Menteri Kesehatan akan memberikan keputusan terhadap pengajuan keberatan tersebut setelah
mendapat pertimbangan dari Bapedal selambat-lambatnya 30 hari sejak diterima pengajuan
tersebut dan keputusan ini merupakan keputusan terakhir.
BAB III

DASAR HUKUM DAN PERATURAN DALAM MENYUSUN ANALISIS MENGENAI


DAMPAK LINGKUNGAN

No.
Materi PP 29/1986 PP 51/1993

Pasal 2 ayat (3) :

Ditetapkan Menteri LH/

Kepala BAPEDAL
setelah mendengar dan

memperhatikan saran
Pasal 2 ayat (2) :
dan pendapat instansi
Ditetapkan oleh Menteri/
Kegiatan Wajib AMDAL
yang bertanggung jawab.
1. Pimpinan LPND yang
(Penapisan)
Pasal 2 ayat (4) :
membidangi..dst
Penapisan kegiatan

ditinjau secara berkala

sekurang-kurangnya

sekali dalam 5 (lima)

tahun.
Pasal 5 : Pasal 5:

Keputusan tentang Pemberian izin usaha dan


Kaitan antara AMDAL dengan kegiatan oleh instansi
2.
Perizinan pemberian izin terhadap yang berwenang untuk
jenis kegiatan
rencana kegiatan oleh sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 hanya dapat
instansi yang berwenang diberikan setelah adanya
pelaksanaan rencana
di bidang perizinan
pengelolaan lingkungan
hanya dapat diberikan
dan rencana pemantauan
setelah adanya keputusan lingkungan yang telah
disetujui oleh instansi
persetujuan atas RKU yang bertanggung jawab.

RPL

Pasal 6:

ayat (1) : AMDAL


Pasal 6:
merupakan bagian
kegiatan studi kelayakan
ayat (1) : AMDAL
rencana usaha dan
Kedudukan dan AMDAL
kegiatan
3. merupakan komponen
ayat (2) : Hasil studi
studi kelayakan rencana
AMDAL digunakan
kegiatan
sebagai bahan
perencanaan
pembangunan wilayah.
PIL dihilangkan

Pasal 7 :

KA hanya perlu
tanggapan tertulis dari
Pasal 10 : PIL = 30 hari
komisi
Pasal 12 : KA = 30 hari
Batas waktu tanggapan
Pasal 16 : ANDAL = tertulis KA sejak diterima
Lama waktu penilaian AMDAL
4. oleh Komisi adalah 12
(Putusan persetujuan)
90 hari hari

Pasal 19 : RKL = 30 hari Pasal 10 :

Pasal 20 : RPL = 30 hari Batas waktu penetapan

ANDAL, RKL/RPL

sejak diterima oleh

Komisi adalah 45 hari


Pasal 12:
AMDAL
5.
Kegiatan
Kegiatan Terpadu
Bagi kegiatan yang
Terpadu saling terkait,
berada dalam satu
ekosistem dan dimiliki
oleh satu Pemrakarsa
Pedoman teknis, penilaian
dan persetujuan oleh

instansi yang ditugasi


mengendalikan dampak
lingkungan Komisi
AMDAL Terpadu
merupakan komisi
gabungan yang ditetapkan
oleh Menteri LH/Kepala
BAPEDAL.
Pasal 13:

-berada dalam

kawasan sesuai peraturan


6. AMDAL Kawasan perundangan

-Pedoman teknis,
penilaian dan persetujuan
oleh instansi yang
bertanggung jawab
Pasal 14:

Amdal regional akan


7. AMDAL Regional
diatur lebih lanjut dengan
keputusan Menteri
LH/Kepala Bapedal
Pasal 21: Pasal 15:

Kadaluwarsa, apabila Kadaluwarsa, apabila


Kadaluwarsa persetujuan
dalam 5 (lima) tahun dalam 3 (tiga) tahun
AMDAL
8.
rencana kegiatan tidak rencana kegiatan tidak

dilaksanakan dilaksanakan.

Hanya ada 2, yaitu :

Komisi: Komisi AMDAL Pusat

9. Komisi Pusat Pasal 23 Komisi AMDAL


Daerah
Komisi Daerah
Pasal 17
18 : (tetap)

Keanggotaan komisi
ditambahkan unsur BPN,
BKPM sebagai anggota
tetap dan LSM sebagai
anggota tidak tetap.

Lisensi dihilangkan
Pasal 30:
Pasal 20 :
Pengawasan
Pendidikan, pelatihan,
Kualifikasi penyusun
penelitian, dan
10. Pembinaan
AMDAL dengan pem-
pengembangan AMDAL
berian lisensi dst.
diselenggarakan dengan
koordinasi BAPEDAL.
Pasal 22 25

Setiap rencana usaha/

kegiatan wajib
diumumkan oleh instansi
yang bertanggung jawab

Dokumen AMDAL

bersifat terbuka untuk

umurn
Pasal 31, 32, 33
11. Pengawasan
Peran serta masyarakat
dalam bentuk saran dan
pemikiran (lisan atau
tertulis) kepada Komisi
sebelum dokumen
AMDAL disetujui
BAPEDAL menggunakan
dokumen

AMDAL sebagai bahan


penguji hasil pemantauan
BAPEDAL dapat
melakukan koordinasi
dalam pengawasan

Adapun Undang-Undang dan Peraturan lain yang terkait, yaitu :


1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3. PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
4. KepMen LH No. 12/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
5. KepMen LH No. 13/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja
Komisi AMDAL
6. KepMen LH No. 14/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
7. KepMen LH No. 15/MENLH/3/ 1994 tentang Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu
8. KepMen LH No. 42/MENLH/1 1/ 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit
Lingkungan
9. KepMen LH No. 54/MENLH/1 1/ 1995 tentang Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu/
Multisektor dan Regional
10. KepMen LH No. 55/MENLH/1 1/ 1995 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Regional
11. KepMen LH No. 57/MENLH/12/ 1995 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Usaha
atau Kegiatan Terpadu/Multisektor
12. KepMen LH No. 02/MENLH/1/ 1998 tentang Penetapan Pedoman Baku Mutu Lingkungan
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup
14. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidu
p
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 Tentan Pedoman
penyusunan analisis mengenai Dampak lingkungan hidup
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau
Kegiatan Tetapi Belum memiliki dokumen lingkungan hidup
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun 2007 Tentang Dokumen
Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Tidak
Memillki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
18. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
20. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
21. KepMen LH No. 30/MENLH/1 0/ 1999 tentang Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan
Lingkungan
22. KepMen LH No. 42/MENLH/1999 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan
23. KepMen LH No. 2 Tahun 2000 tentang Pedoman PenilaianDokumen AMDAL
24. KepMen LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan
PembangunanPermukiman Terpadu
25. KepMen LH No. 5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan
di Daerah Lahan Basah
26. KepMen LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata KerjaKomisi Penilai AMDAL
27. KepMen LH No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai AMDAL
Kabupaten/Kota
28. KepMen LH No. 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Penilai Tim Teknis
AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup
29. KepMen LH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi Dengan AMDAL
30. KepMen LH No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
31. KepMen LH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang
diwajibkan
32. KepMen LH No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
33. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92/MENKES/PER/IV/2010
TentangPersyaratan Kualitas Air Minum
34. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Pengendalian Pencemaran Air
35. KepMen LH No. Kep-35/MenLH/7/ 1995 tentang Program Kali Bersih (PROKASIH)
36. KepMen LH No. Kep-35A/ MenLH /7/ 1995 tentang Program Penilaian Kinerja Perusahaan/
Kegiatan Usaha Dalam Pengendalian Pencemaran di Lingkup Kegiatan PROKASIH (Proper
Prokasih)
37. KepMen LH No. 58/MENLH/10/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah
Sakit
38. KepMen LH No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan
Pemanfaatan Air
39. KepMen LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan
40. KepMen LH No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air Pada Sumber Air
41. KepMen LH No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
PerizinanSerta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
42. KepMen LH No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
43. KepMen LH No. 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian tentang Pedoman Pengkajian
Untuk Menetapkan Kelas Air
44. KepMen LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
45. KepMen LH No. 142 Tahun 2003 tentang Perubahan KepMen LH No. 111 Tahun 2003 tentang
Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air
Limbah ke Air atau Sumber Air
46. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
47. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sunber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
48. PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
49. PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
50. PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
51. Kep. Dirjen Batan No. 119/DJ/III/1992 tentang Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL Untuk
Kegiatan Nuklir di Bidang Nuklir Non Reaktor
52. Kep. Dirjen Batan No. 294/DJ/IX/1992 tentang Nilai Batas Radioaktif di Lingkungan
53. PP. No, 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.
54. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
55. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006
56. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 tahun 2010 Tentang Sertifikasi kompetensi penyusun
dokumen analisis mengenai Dampak lingkungan hidup dan persyaratan lembaga
pelatihan Kompetensi penyusun dokumen analisis mengenai dampak Lingkungan hidup
57. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06
tahun 2006 tentang Pedoman Umum Standardisasi Kompetensi Personil dan Lembaga Jasa
Lingkungan
58. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
59. PP No. 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedian Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa
Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
60. KepMen LH No. 07/ MENLH/2001 tentang Pejabat Pengawasan Lingkungan Hidup dan
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
61. Keputusan Bersama Meneg LH dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 08 & 22 Tahun
2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Hidup
dan Angka Kreditnya
62. KepMen LH No. 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan
Hidup Bagi Pejabat Pengawas.
63. KepMen LH No. 58Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
PropinsiKabupaten/Kota.
64. Kep. MENPAN Nomor : 47/KEP/M.PAN//8/2002 tentang Jabatan Fungsional Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya.
65. Keputusan Bersama Men PAN dan Mendagri Nomor : 01 /SKB/M.PAN/4/2003 dan Nomor 17
Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Pemerintah.
66. Keputusan Presiden No. 100 Tahun 2004 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendali
Dampak Lingkungan.
67. KepMen LH No. 145 Tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Pengendali Dampak Lingkungan dan Angka Kreditnya.
68. KepMen LH No. 146 Tahun 2004 tentang Pedoman Kualifikasi Pendidikan Untuk Jabatan
Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan.
69. KepMen LH No. 147 Tahun 2004 tentang Kode Etik Profesi Pengendali Dampak Lingkungan.
70. KepMen LH No. 197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan
Hidup Di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
71. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
72. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
73. KepMen LH No. 19 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran
dan atau Perusakan Lingkungan.

Você também pode gostar