Você está na página 1de 20

Asuhan Keperawatan dengan Penyakit Anemia

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Hematologi

STIKES WIDYA HUSADA


PRODI S1 KEPERAWATAN
SEMARANG
2010/ 2011
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia Nya kepada penyusun.Sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Penyakit Efusi Pleura.
Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahawa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Semarang,

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul ................................................................................................... i


Kata pengantar ................................................................................................... ii
Daftar isi .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian Anemia ...........................................................................
2.2 Etiologi .............................................................................................
2.3 Manifestasi Klinik ...........................................................................
2.4 Patofisiologi Anemia ........................................................................
2.5 Pathways Anemia .............................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................
2.7 Komplikasi ........................................................................................
2.8 Penatalaksanaan Medis ....................................................................
2.9 Pengkajian Fokus ..............................................................................
2.10 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul ..............................
2.11 Fokus Intervensi ..............................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .....................................................................................
3.2 Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, anak-anak, remaja
usia subur, ibu hamil dan orang tua. Penyebabnya sangat beragam dari yang karena
perdarahan, kekurangan asam folat, zat besi, vitamin B12 dan sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan
laboratorium. Secara fisik penderita tampak lemah, pucat dan secara laboratorik didapat
penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1.1.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit Anemia.

1.1.2 Tujuan Khusus


a) Untuk mengetahui Pengertian Anemia.
b) Untuk mengetahui Etiologi Anemia.
c) Untuk mengetahui Tipe Anemia.
d) Untuk mengetahui Manifestasi klinik Anemia.
e) Untuk mengetahui Patofisiologi Anemia.
f) Untuk mengetahui Pathways Anemia.
g) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Anemia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price,
2006 : 256).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan
perubahan patotisiologis yang mendasar.

2.2 Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan
akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik,
keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:

a) Perdarahan hebat
b) Akut (mendadak)
c) Kecelakaan
d) Pembedahan
e) Persalinan
f) Pecah pembuluh darah
g) Penyakit Kronik (menahun)
h) Perdarahan hidung
i) Wasir (hemoroid)
j) Ulkus peptikum
k) Kanker atau polip di saluran pencernaan
l) Tumor ginjal atau kandung kemih
m) Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
n) Berkurangnya pembentukan sel darah merah
o) Kekurangan zat besi
p) Kekurangan vitamin B12
q) Kekurangan asam folat
r) Kekurangan vitamin C
s) Penyakit kronik
t) Meningkatnya penghancuran sel darah merah

2.3 Manifestasi Klinik

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica,
serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul
5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya
sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung
(Sjaifoellah, 1998).

2.4 Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan
meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan
oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak.
Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak,
tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
2.5 Pathways Anemia

Kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronis
dan keracunan obat

Kegagalan sumsum tulang

Gangguan pembentukan sel darah merah berkurang/hilang

Sel darah putih (leukosit) Anemia perubahan status kesehatan

Pertahanan sekunder tidak Hb menurun Cemas

adekuat suplai darah ke organ menurun

Resti infeksi

Suplai O2 ke jaringan otot-otot kekurangan darah

Menurun suplai O2 tidak seimbang pada otot

gangguan perfusi jaringan Kelemahan

komplikasi :
- Infeksi
- Batuk, pilek
- Jantung lemah
- Shock hipovolemik
2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.


2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
7. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
8. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
9. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
10. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
11. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
12. TBC serum : meningkat (DB)
13. Feritin serum : meningkat (DB)
14. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
15. LDH serum : menurun (DB)
16. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
17. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
18. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
19. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
20. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).

2.7 Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa
darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ
tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

2.8 Penatalaksanaan

Tindakan umum :

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.

1) Transpalasi sel darah merah.

2) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen

5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.


Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1) Anemia defisiensi besi

a. Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang


diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
b. Pemberian preparat fe
c. Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
d. Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan
dan transfusi darah.

2.9 Pengkajian Fokus

1) Aktivitas / istirahat

Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas; penurunan


semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan
lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan
pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik
(DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning
lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku :
mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego

Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya


penolakan transfusi darah.

Tanda : Depresi.

4) Eleminasi

Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).


Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan


produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia,
penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie


dan ekimosis (aplastik).

2.10 Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
2. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

2.11 Fokus Intervensi

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

Tujuan : peningkatan perfusi jaringan.

Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

Intervensi & Rasional

a. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,


dasar kuku.

Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi


jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.

b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi


untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.

c. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi


adventisius.

Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena


regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

d. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial


risiko infark.
e. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air
mandi dengan thermometer.

Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan


oksigen.

2. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

Kriteria hasil : a. melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas


sehari-hari)

b. menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,


pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

Intervensi & Rasional

a. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

b. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan


otot.

Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin


B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.

c. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk


membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

d. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,


pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

e. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi


kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri).

Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan


memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri
dan rasa terkontrol.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak


adekuat.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil : a.mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko


infeksi.

b. meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau


eritema, dan demam.

Intervensi & Rasional

a. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.

Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien


dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.

b. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.

Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.

c. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.

Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.


d. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas
dalam.

Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu


memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.

e. Tingkatkan masukkan cairan adekuat.

Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk


mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya
pernapasan dan ginjal

f. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.

Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi


dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.

g. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam.

Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan


evaluasi/pengobatan.

h. Amati eritema/cairan luka.

Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak


ada bila granulosit tertekan.

4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan : Kecemasan berkurang

Kriteria hasil : Tampak rileks dan tidur / istirahat tidur

Intervensi & Rasional

a. Kaji tingkat kecemasan klien.


Rasional : Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kece-
masan sehingga memudahkan mengantisipasi rasa cemasnya.

b. Dorong klien dapat mengekspresikan pera-saannya.

Rasional: Dengan mengungkapkan perasaannya maka kecemasannya


berkurang.

c. Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.

Rasional : Memudahkan klien dalam memahami dan mengerti tentang proses


penyakitnya.

d. Beri dorongan spiritual

Rasional : Kesembuhan bukan hanya diperoleh dari pengobatan atau pera-


watan tetapi yang menentukan adalah Tuhan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anemia sering dijumpai dan mudah dikenali (di diagnosa). Tanda dan gejalanya
beragam seperti mual, muntah, pucat, dan lain-lain. Pendiagnosaan anemia dapat ditunjang
dengan pemeriksaan laboratorium yakni penurunan kadar Hb.

3.2 Saran

Sebagai perawat harus mampu mengenali tanda-tanda anemia dan memberikan


asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah.2001.Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta:EGC

Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Doenges, Marylinn dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


dan pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta:EGC

http://www.docstoc.com/docs/6600656/Askep-Anemia

Você também pode gostar