Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
Melalui Teknologi Informasi (TI), Bank BTN meraih keunggulan kompetitif karena dapat
melakukan eksekusi pemasaran yang langsung, customer service yang lebih baik dan proses
bisnis yang lebih efisien. Sistem TI juga mendukung keputusan dan konsistensi manajemen,
sehingga Bank BTN diuntungkan karena menjadi lebih kompetitif di industri perbankan. Dalam
penerapan TI tidak semuanya berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan, sehingga akan
menimbulkan risiko. Untuk mengantisipasi atau mengurangi kemungkinan terjadi risiko
tersebut, perlu adanya suatu manajemen resiko. Salah satu penerapan manajemen resiko TI di
Bank BTN dapat menggunakan standar ISO 31000. Implementasinya mencakup penentuan
konteks resiko, asesmen resiko, penanganan, review dan monitoring terhadap risiko.
Kata Kunci : Teknologi Informasi, Nilai IT, Manajemen Risiko TI, ISO 31000:2009
1. PENDAHULUAN
Bank BTN (IDX: BBTN) adalah pemimpin pasar dalam pembiayaan perumahan di Indonesia
dengan total asset Rp 89,12 triliun per 31 Desember 2011 dengan total 1.180 mesin ATM
dan 2.728 outlet di seluruh Indonesia yang mencakup kantor cabang dan kantor cabang
pembantu (konvensional dan syariah) serta kantor pos BTN.
Bank BTN sendiri telah dipercaya oleh pemerintah sebagai penyalur kredit perumahan
sejak 1974, dan telah berdiri sebagai perseroan sejak 1897 (saat itu bernama Postpaar
Bank). Sejak saat itu pula, Bank BTN telah berjuang untuk membantu keluarga Indonesia
dari seluruh lapisan masyarakat untuk memiliki tempat tinggal yang baik.
Sejalan dengan visi Bank BTN untuk menjadi Bank Terkemuka dalam Pembiayaan
Perumahan, maka pembagian bidang usaha dibagi menjadi KPR & Perbankan Konsumer,
Perumahan & Perbankan Komersial, serta Perbankan Syariah untuk memberikan pilihan
lebih luas dalam melayani nasabah selain bidang pembiayaan perumahan yang sudah
merupakan komitmen awal perusahaan.
1.2 VISI & MISI PERUSAHAAN
Sebagai Bank yang berfokus pada pembiayaan perumahan, Bank BTN berkeinginan untuk
membantu masyarakat Indonesia dalam mewujudkan impian mereka untuk memiliki
rumah idaman. Keinginan ini ditunjukkan dengan konsistensi selama lebih dari enam
dekade, dalam menyediakan beragam produk dan layanan di bidang perumahan, terutama
melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR), baik KPR Bersubsidi untuk segmen menengah ke
bawah maupun KPR Non Subsidi untuk segmen menengah ke atas.
Bercita-cita menjadi the world class company dengan tujuan memberikan hasil terbaik
kepada para pemangku kepentingan, Bank BTN senantiasa konsisten dalam menekankan
fokusnya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan. Saat ini, fokus bisnis Bank BTN
dikonsentrasikan pada tiga sektor, yakni KPR & Perbankan Konsumer, Perumahan &
Perbankan Komersial, serta Perbankan Syariah. Setiap bidang menjalankan bisnis lewat
pembiayaan, pendanaan, serta jasa yang terkait dengan ruang lingkupnya.
Seiring berkembangnya langkah bisnis Bank BTN menjadi perusahaan terbuka, maka
Dewan Komisaris dan direksi telah menetapkan Visi dan Misi Bank BTN sebagaimana yang
tertuang dalam Rencana Jangka Panjang Bank BTN Tahun 20082012 dan Kebijakan
Direksi.
Visi menjadi Bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan, mengandung harapan
bahwa Bank BTN senantiasa unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri yang
terkait.
Sementara Misi merupakan cita-cita Bank BTN, yang akan ditempuh melalui tiga tahapan
transformasi jangka panjang yaitu:
Bank BTN menjadi Bank yang Ready To Compete pada tahun 2012.
Bank BTN akan Beat Competitors pada tahun 2017.
Bank BTN akan menjadi World Class Bank pada tahun 2023.
1.3 TUJUAN & STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN
Bank BTN berkomitmen untuk tetap berfokus pada pembiayaan perumahan sebagai bisnis
utama Bank. Perubahan berkelanjutan senantiasa dilakukan guna memanfaatkan kekuatan
untuk menghadapi persaingan bisnis perbankan yang semakin ketat. Maka, setiap
perubahan yang dilakukan pun senantiasa direncanakan dengan cermat sebelumnya.
Bank BTN juga melakukan penajaman visi dan misi. Visi Bank BTN adalah Bank yang
Terkemuka Dalam Pembiayaan Perumahan. Visi ini sesuai dengan posisi yang ingin
dicapai Bank BTN dalam memenuhi kriteria fokus bank, sebagaimana diatur dalam
Arsitektur Perbankan Indonesia. Berdasarkan Rencana Jangka Panjang Bank BTN, strategi
bisnis Bank BTN adalah:
Funding based yang lebih kuat dengan meningkatkan pertumbuhan dana ritel.
Profil customer based yang lebih optimal dalam rangka peningkatan core funding.
Pertumbuhan kredit yang semakin meningkat.
Komposisi kredit Bank BTN sebesar 85% pada kredit perumahan dan 15% pada kredit
lainnya (kredit pendukung perumahan).
Terselenggaranya pengelolaan manajemen yang optimal dalam bidang Human Capital,
Sistem Informasi, Pemasaran, Research and Development, Bisnis Cabang, Pengukuran
Kinerja, Manajemen Risiko, dan Operasional untuk mendukung bisnis bank.
Struktur organisasi yang mampu mendukung bisnis Bank BTN sehingga akan
mempunyai daya saing yang tinggi.
Corporate culture berubah, dari hanya sebatas slogan menjadi perilaku pada seluruh
jajaran Bank BTN, termasuk sales culture.
Efisiensi di segala bidang.
Jaringan distribusi yang beragam dan efektif.
Manajemen risiko yang lebih baik untuk pasar yang dipilih.
Proses dan pelaporan yang akurat.
Berdasarkan rencana kerja tersebut, ditentukan target utama yang akan dicapai, yaitu:
Pertumbuhan kredit direncanakan mencapai lebih dari 20% dengan tetap menjaga
kualitas, sehingga target non performing loans gross berada di bawah 3%.
Pertumbuhan dana pihak ketiga direncanakan lebih tinggi dari pertumbuhan kredit
yaitu di atas 25%.
Penurunan rasio efisiensi sebagai cerminan dari perbaikan proses bisnis dan pangsa
bisnis secara bertahap menuju pada rasio rata-rata industri.
Pertumbuhan aset direncanakan untuk mempertahankan peringkat Bank BTN pada
posisi 10 besar bank di Indonesia.
2. ANALISIS NILAI TI BAGI PERUSAHAAN
2.1 Nilai TI
Kemajuan teknologi telah memungkinkan pengiriman produk dan jasa perbankan yang
lebih nyaman dan efektif dari sebelumnya, sehingga menciptakan fondasi baru dalam
berkompetisi. Akses langsung ke informasi yang penting, serta kemampuan untuk
bertindak cepat dan efektif menyajikan tren baru dalam industri perbankan.
Melalui Teknologi Informasi (TI), Bank BTN meraih keunggulan kompetitif karena dapat
melakukan eksekusi pemasaran yang langsung, customer service yang lebih baik dan
proses bisnis yang lebih efisien. Sistem TI juga mendukung keputusan dan konsistensi
manajemen, sehingga Bank BTN diuntungkan karena menjadi lebih kompetitif di industri
perbankan.
Selama dasawarsa terakhir, Bank BTN telah menerapkan IT untuk mendukung kinerja
karyawan, di samping menerbitkan sejumlah produk baru. Sejak 2008, Bank BTN telah
menyusun blueprint Rencana Strategis Teknologi Informasi (RSTI) 2008-2012. Dalam RSTI
tersebut, Bank BTN telah menetapkan Visi dan Misi TI sesuai tahapan pencapaian tujuan
yang diharapkan sampai dengan 2012.
Dalam rangka mewujudkan mimpi sebagai the world class company, Bank BTN meyakini
pentingnya implementasi TI yang tidak hanya modern dan mengikuti perkembangan
zaman, namun juga selaras dengan regulasi Bank Indonesia dan Pemerintah. Beberapa
proyek TI yang akan dilakukan pada 2013, selain melanjutkan proyek-proyek tahun
sebelumnya, juga memberikan support kepada divisi lain dalam pengembangan
aktivitasnya. Sesuai RSTI 2008-2012, road map pengembangan TI diarahkan menuju
Banking 2.0 sehingga beberapa program kerja yang akan dikembangkan adalah sebagai
berikut:
Lanjutan proyek tahun 2012, di antaranya aplikasi risk profile, Customer Relationship
Management System, penajaman iLoan Consumer dan iColl, aplikasi Asset Liabilities
Management dan Fase III aplikasi Human Capital Information System (HCIS).
Pengadaan dan implementasi aplikasi strategis dan inovatif, di antaranya adalah Mobile
Banking, pengembangan Banking 2.0, pengembangan aplikasi ALM, pengembangan
corebanking Syariah, dan sebagainya.
2.2. Kapabilitas TI
Teknologi Informasi (TI) jika dilihat secara lebih spesifik tidak berdampak secara langsung
kepada tujuan perusahaan. TI berperan sebagai enabler pada perusahaan untuk menunjang
aktifitas operasional yang nantinya berdampak langsung kepada tujuan dan strategi
perusahaan. Peran TI yang seperti ini lah yang dapat dikatakan sebagai kapabilitas
teknologi informasi dalam suatu perusahaan. Adapun beberapa kapabilitas TI pada Bank
BTN antara lain :
Pengembangan Produk
Dalam rangka mengembangkan dana-dana ritel berorientasi low cost dan memperbaiki
komposisi kredit untuk meningkatkan kualitasnya, akan dilakukan pengembangan dan
peluncuran beberapa produk dan fitur baru di bidang pembiayaan dan pendanaan.
Berdasarkan strategi bisnis yang telah dirancang oleh Bank BTN, maka didapat prioritas
utama Bank BTN dalam mencapai visi perusahaan. Bank BTN berusaha menitikberatkan
tujuan perusahan pada bidang financial dan internal. Jika dilakukan mapping antara
strategi bisnis dengan enterprise goals pada COBIT, maka akan terlihat pada table berikut :
BSC
Enterprise Goals Strategi Bisnis
Dimension
Stakeholder value of Struktur organisasi yang mampu mendukung bisnis Bank
business investments BTN sehingga akan mempunyai daya saing yang tinggi
Funding based yang lebih kuat dengan meningkatkan
pertumbuhan dana ritel
Financial Profil customer based yang lebih optimal dalam rangka
Portfolio of competitive
products and services peningkatan core funding
Komposisi kredit Bank BTN sebesar 85% pada kredit
perumahan dan 15% pada kredit lainnya (kredit
pendukung perumahan)
Terselenggaranya pengelolaan manajemen yang optimal
dalam bidang Human Capital, Sistem Informasi,
Optimisation of business
Pemasaran, Research and Development, Bisnis Cabang,
process functionality
Pengukuran Kinerja, Manajemen Risiko, dan Operasional
untuk mendukung bisnis bank
Optimisation of business
Efisiensi di segala bidang
Internal process costs
Corporate culture berubah, dari hanya sebatas slogan
Managed business change
menjadi perilaku pada seluruh jajaran Bank BTN,
programmes
termasuk sales culture
Operational and staff Jaringan distribusi yang beragam dan efektif
productivity Proses dan pelaporan yang akurat
Dari proses mapping tersebut, didapat IT-Related-Goal yang dapat digunakan perusahaan
yaitu:
Banking 2.0
Aplikasi ini meliputi internet banking, mobile banking, dan IVR. Aplikasi ini bisa juga
disebut Full Service Banking yang menawarkan pengalaman berbeda bagi setiap pelanggan,
dimana saja, kapan saja, dan melalui berbagai saluran layanan.
BI RTGS Generasi II
Aplikasi ini merupakan mandatory dari Bank Indonesia, di mana proses BI RTGS yang ada
saat ini akan dikembangkan sehingga berbasis media web dengan metode SWIFT
messaging.
Web Reconciliation
Merupakan aplikasi e-rekon (Web Recon) untuk mempermudah kegiatan rekonsiliasi.
Tata Kelola TI
Untuk mendukung implementasi tata kelola perusahaan di bidang informasi teknologi,
maka di 2011 telah dibangun aplikasi iGov, yaitu sebuah gateway, baik bagi manajemen
maupun karyawan dalam mengakses informasi yang terkait dengan materi yang relevan
dengan Bank BTN. Aplikasi ini difungsikan juga sebagai sarana dan prasarana bagi
terciptanya pemahaman yang mendalam tentang penerapan GCG di Bank BTN. Aplikasi
iGov merupakan perangkat GCG yang berfungsi untuk memonitor praktik-praktik GCG,
sekaligus untuk mendeteksi tingkat kesadaran para karyawan dalam hal penerapan SOP
dan ketentuan eksternal, seperti PBI, Peraturan Perpajakan, dan sebagainya.
Berdasarkan analisa VRIO, Bank BTN berupaya untuk menjadi world class banking
company dengan mengoptimalkan semua sumber daya nya termasuk teknologi informasi.
Bank BTN juga berupaya dalam melakukan hal-hal baru yang bersifat inovatif agar dapat
lebih dulu melangkah kearah yang lebih maju dalam penerapan teknologi informasi.
Bank BTN juga merupakan salah satu bank yang telah melakukan tata kelola informasi yang
baik. Bank BTN merupakan tata laksana dalam bentuk perencanaan dalam menerapkan
dan menggunakan IT yang digunakan oleh suatu organisasi agar sesuai dengan visi, misi
dan tujuan organisasi. Penerapan dan pengembangan IT Governance Bank BTN mengacu
kepada penerapan manajemen risiko sesuai ketentuan BI untuk penggunaan teknologi
informasi yang wajib disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan
kompleksitas usaha bank dan telah ditetapkan tolak ukur dan standar yang harus dipatuhi
oleh Bank mengenai IT Governance, yakni: PBI nomor: 9/15/2007, tentang penerapan
manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi oleh bank umum dimana Bank
wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif dalam penggunaan Teknologi
Informasi.
Dalam rangka mengelola dan mengembangkan Portofolio Aset TI yang dimilikinya. Bank
BTN mersakan tiga manfaat utama, antara lain:
Kelincahan (Agility) dalam mengembangkan bisnis dan meningkatkan daya saing, dengan
memperluas dan membangun model bisnis baru (mendukung Blue Ocean Strategy).
Kesesuaian (Alignment) antara bisnis dan TI. Bagi Bank BTN, TI tidak lagi menjadi
support, tetapi sudah mulai menjadi enabler bisnis.
Manajemen risiko merupakan suatu proses pengukuran atau penilaian risiko serta
pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah
menghindari risiko, memindahkan risiko, mengurangi efek negatif risiko dan
menampung sebagian atau seluruh konsekuensi atas risiko tersebut. Salah satu
manajemen risiko yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan ISO 31000
dengan gambaran proses seperti pada gambar dibawah ini :
Adapun untuk Bank BTN sendiri akan dilakukan asesmen risiko pada operasional ATM,
sms banking, dan software atau aplikasi penunjang operasional Bank (iLoan, HCIS, dll ),
serta infrastruktur yang terkait data center.
3.2.1. Identifikasi Risiko
Pada identifikasi risiko ini dilakukan pengelompokan risiko dari setiap operasional yang
terjadi. Identifikasi yang dilakukan menghasilkan beberapa risiko yang mungkin terjadi,
antara lain:
ATM
Jaringan Terputus
Kerusakan Hardware
Kegagalan Software
Perampokan
SMS Banking
Kegagalan Software / Hardware
Transaksi Gagal (Jaringan)
Human Error
Analisa risiko dilakukan dengan cara memberikan nilai dari setaip risiko yang muncul.
Dari setiap risiko yang muncul akan dilakukan penilaian (bobot) dari sisi dampak yang
diakibatkan dan frekuensi terjadinya. Adapun table nilai (bobot) dapat dilihat pada table
dibawah ini:
Evaluasi risiko dilakukan dengan melakukan mapping pada grafik (x,y) yang
menggambarkan hubungan antara frekuensi kemunculan dan dampak yang diakibatkan.
Pada grafik tersebut dibagi menjadi tiga daerah yaitu : tinggi, biasa, rendah. Dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
4 Biasa Tinggi
3
Frekuensi
2
1
Rendah Biasa
0
0 1 2 3 4 5
Dampak
Selanjutnya setiap identifikasi risiko yang muncul, diletakkan pada grafik sesuai dengan
nilai (bobot) frekuensi dan dampak yang telah ditentukan sebelumnya.
4 Biasa Tinggi
3
Frekuensi
2
1 Rendah Biasa
0
0 1 2 3 4 5
Dampak
Jika dilihat dari grafik di atas, maka dapat dianalisa bahwa yang menjadi prioritas Bank
BTN dalam manajemen risiko adalah layanan ATM, Hardware & Software penunjang
operasional, infrastruktur, dan sms banking.
Bank telah memiliki panduan kebijakan di bidang manajemen risiko yaitu Pedoman
Kebijakan Manajemen Risiko (PKMR) di mana di dalamnya telah mencakup ketentuan-
ketentuan minimal yang disyaratkan di dalam Peraturan Bank Indonesia. Pengkajian
ulang terhadap kebijakan internal juga dilakukan agar sesuai dengan ketentuan terkini
dari regulator dengan melakukan gap analysis serta mengakomodasi best practices yang
lazim digunakan untuk meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko.
Sistem informasi manajemen risiko pada tahap awal difokuskan pada pengumpulan dan
perbaikan database risiko yang diharapkan dapat dikembangkan dan diaplikasikan ke
dalam sistem teknologi informasi secara bertahap agar proses pengukuran risiko dan
pemantauan risiko dapat dilakukan secara terintegrasi dan dapat disajikan secara tepat
waktu.
Pusat pengaduan nasabah pada saat ini dapat ditangani oleh Contact Center di Kantor
Pusat dan Customer Service serta Loan Service Unit di masing-masing Kantor Cabang
(KC)/Kantor Cabang Syariah (KCS).
DAFTAR PUSTAKA
[1] ISACA, COBIT 5: A Business Framework for the Governance and Management of
Enterprise IT, 2012
[4] Bank Tabungan Negara. PT, tbk. Laporan Tahunan 2011, 2011
[6] ISO. (2009). Risk managment - Principles guidelines. International Standart ISO 31000 .
Switzerland.
[7] Pyle, D. H. (1997). Bank Risk Management : Theory. Berkeley: University of California.