Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
1. Apakah pengertian dari akhlak?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut bahasa, akhlak adalah peragai, tabiat, dan agama. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti
kejadian, serta erat hubungannya denga kata khaliq yang berarti Pencipta
dan makhluq yang berati yang diciptakan (Rosihon Anwar 2010:11).
Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang membedakan baik dan
buruk, lalu disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktekkan dalam
perbuatan, sedang yang buruk di benci dan dihilangkan. (Marzuki 2012:173
(Ainan,1985:186).
Terkadang defini akhlak (moral) sebagaimana disebutkan atas dalam batas-
batas tertentu berbaur dengan definisi kepribadian, hanya saja perbedaan
yang pokok antara keduanya sebagai berikut:
- Moral lebih terarah pada kehendak dan diwaranai dengan nilai-nilai.
- Kepribadian mencakup pengaruh fenomena sosial bagi tingkah laku.
Demikian para pakar ilmu-ilmu sosial mendefinisikan akhlak (moral). Ada
sebuah definisi ringkas yang bagus tentang akhlak (moral) dalam kamus la
Lande, yaitu moral mempunyai empat makna berikut:
1. Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang diterima dalam satu
zaman atau oleh sekelompok, buruk, atau rendah.
3. Moral adalah teori akal tentang kebaikan dan keburukan, ini menurut
filsafat.
Baik dan buruk akhlak manusia sangat tergantung pada tata nilai yang
dijadikan pijakannya. Abul Ala al-Maududi membagi sistem moralitas
menjadi dua. Pertama, sistem moral yang berdasar kepada kepercayaan
kepada Tuhan dan kehidupan setelah mati. Kedua, sistem moral yang
tidak mempercayai Tuhan dan timbul dari sumber-sumber sekuler
(Marzuki, 2013:175 (al-Maududi, 1971:9)
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika kita
mengatakan bahwa si A misalnya sebagai orang yang berakhlak
dermawan, maka sikap dermawn tersebut telah mendarah daging, kapan
4
dan di manapun sikapnya itu dibawanya, sehingga menjadi identitas yang
membedakan dirinya dengan orang lain. Jika si A tersebut kadang-kadang
dermawan dan kadang-kadang bakhil, maka si A tersebut belum dapat
dikatakan sebagai seorang yang dermawan. Demikian juga jika kepada si
B kita mengatakan bahwa ia termasuk orang yang taat beribadah, maka
sikap taat beribadah tersebut telah dilakukannya di manapun ia berada.
(Nata, Abuddin 2011:4-5)
Dikutip dari (Rosihon Anwar 2010: 13-15) bahwa pengertian akhlak
menurut ulama akhlak antara lain:
a. Ibnu Maskawaih (941-1030M)
: .
, ....
,
.
Artinya :
keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Keadaan
ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya adapula yang
diperoleh dari kebiasaan berulang-ulang. Boleh jadi,pada mulanya
tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan,kemudian dilakukan terus
menerus,maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
b. Imam Al-Ghazali (1055-1111 M)
.
Artinya :
akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang
mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran.
c. Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M)
,
,.
Artinya :
keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa
melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut pada
seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan dan boleh jadi juga
5
merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.
d. Syekh Makarim Asy-Syirazi
.
Artinya :
akhlak adalah sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat batini
manusia.
e. Al-Faidh Al-Kasyani (w. 1091 H)
Artinya :
akhlak adalah ungkapan untuk menunjukkan kondisi yag mandiri dalam
jiwa yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
digahului perenungan dan pemikiran.
Dari semua pengertian diatas memberikan gambaran bahwa
tingkah laku merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa dibuat-buat
atau tanpa dorongan dari luar. Jika baik menurut agama dan pandangan
akal tindakan spontan ini disebut akhlak baik (akhlakul karimah/akhlakul
mahmudah) sebaliknya jika akhlak tersebut buruk tindakan spontan ini
disebut akhlak tercela (akhlakul madzmudah).
6
Jenis perilaku yang pertama yakni yang lahir dengan kehendak dan
disengaja, inilah perilaku yang menjadi objek dari ilmu akhlak. Jenis yang
kedua tidak menjadi objek ilmu akhlak sebab perilaku-perilaku yang lahir
tanpa kehendak manusia (seperti gerakan reflek mengedipkan mata karena
ada benda akan masuk) tidak menjadi kajian ilmu akhlak. Perilaku ini
tidak dapat dinilai baik atau buruk karena perilaku tersebut terjadi dengan
sendirinya tanpa dikehendaki dan tanpa disengaja. (Ajad Sudrajat, dkk
2013:92)
Menurut Rohison Anwar dalam Buku Akhlak tasawuf, mengenai
ruang lingkup akhlak, Abdullah Darraz dalam buku Dustur al-Akhlaq fi
Al-Quran, membagi ruang lingkup akhlak atas lima bagian:
1. Akhlak Pribadi
2. Akhlak berkeluarga
3. Akhlak bermasyarakat,
4. Akhlak bernegara
7
5. Akhlak beragama;
6. Ahlak bernegara.
8
b. Syirik
c. Murtad
d. Fasik
e. Riya
f. Takabur
g. Mengadu domba
h. Dengki/iri
i. Hasut
j. Kikir
k. Dendam
l. Khianat
m. Memutuskan silaturahmi
n. Putus asa
o. Segala perbuatan tercela menurut pandangan Islam
Berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua:
1. Akhlak kepada khalik
2. Akhlak makhluk
9
khuluq (QS. Al Qalam (68): 4) (Marzuki:2012)
Dan sungguh-sungguh engkau berbudi pekerti yang agung.
(QS. Al Qalam (68): 4)
10
D. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
2. Mengharap pujian dari yang akan memuji, atau menakuti celaan dari
yang akan mencela.
11
Si pasien boleh memilih informasi yang disampaikan dokter tersebut:
meninggalkannya agar tubuhnya sehat atau tetap meminumnya dan dokter
tidak dapat mencegahnya. Etika tidak dapat menjadikan manusia baik atau
buruk. Etika tidak akan bermanfaat apa-apa jika petunjuk-petunjuknya tidak
diikuti. Tujuan etika bukan hanya sebagai teori, tetapi juga mempengaruhi
dan mendorong kita supaya membentuk hidup suci serta menghasilkan
kebaikan dan kesempurnaan. (Anwar, Rosihon 2010:29)
Akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai
berbagai aktivitas kehidupan manusia di degala bidang. Seseorang yang
memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju yang disertai dengan
akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang ia
milikinya itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup
manusia. Sebaliknya orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi
modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan dan sebagainya namun tidak
disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan
yang akibanya akan menimbulkan bencana di muka bumi. (Nata, Abuddin
2011:15).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
Islam berdasar pada nilai-nilai Al-Quran dan Al-Hadis. Dalam
pelaksanaannya, Akhlak Islam perlu dijabarkan oleh pemikiran-pemikiran
manusia melalui usaha ijtihad.
Dengan akhlak Islam, manusia diharapkan dapat menempuh jalan yang baik.
Jalan yang sesuai ajaran-ajaran Islam, pandangan akal tentang kebaikan dan
keburukan. Memiliki akhlak islam, manusia akan dapat kebersihan batin yang
membawanya melakukan perilaku terpuji. Dengan perilaku terpuji akan
melahirkan keadaan antar umat menjadi harmonis, damai serta sejahtera lahir
dan batin. Sehingga setiap aktivitas akan dilakukan karena untuk
mendapatkan kerahmatan Allah yang akan membawa insan mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dapat dikatakan bahwa Akhlak Islam bertujuan memberikan pedoman atau
penerangan bagi manusia untuk mengetetahui perbuatan yang baik dan buruk.
Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha melakukannya dan terhadap
perbuatan yang buruk ia berusaha menghindarinya.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Nurasmawi. 2011. Buku Ajar Aqidah Akhlak, Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau
Anwar, Khairul. 2014. Pengantar Studi Islam: Rajawali Pers
http://www.gudangnews.info/2015/02/makalah-pendidikan -agama-islam-
tenatang.html?m=1
http://urgensiakhlakdalam kehidupan.com
http://akhlakdalamislam.com
14