Você está na página 1de 33

CHAPTER 1 AKUNTANSI MANAJEMEN DAN LINGKUNGAN BISNIS

Pekerjaan Manajemen dan Kebutuhan Informasi Akuntansi Manajemen

Perencanaan (planning) pemilihan serangkaian aktivitas dan spesifikasi bagaimana aktivitas


tersebut dilaksanakan

Pengarahan (directing) dan pemberian motivasi (motivating) aktivitas untuk menggerakkan orang-
orang agar melaksanakan aktivitas yang sudah direncanakan dan menjalankan kegiatan rutin.

Pengendalian (controlling) aktivitas untuk memastikan bahwa perencanaan telah dilaksanakan dan
telah disesuaikan dengan kondisi yang ada dan lingkungan yang selalu berubah.
Merumuskan rencana jangka panjang dan jangka pendek

Membandingkan kinerja yang direncanakan dengan kinerja aktual (pengendalian)Menerapkan rencana (pengarahan dan pemb
Pembuatan Keputusan

Mengukur kinerja (pengendalian)

Perbandingan Akuntansi Manajemen dengan Akuntansi Keuangan

Perbedaan Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan


Pemakai laporan Pihak internal, terkait pengambilan Pihak eksternal (investor, kreditur,
keputusan operasional perusahaan otoritas pajak, pemerintah)
Orientasi waktu Berorientasi pada waktu yang akan Sepenuhnya menggunakan data
datang dengan menggunakan data historis (ikhtisar hasil-hasil
dan informasi masa lalu untuk keuangan dari aktivitas masa lalu)
pengambilan keputusan yang
mempengaruhi masa depan
Penekanan pada data Data yang relevan Data objektif dan dapat diverifikasi
Kebutuhan informasi Informasi yang tepat waktu Informasi yang akurat
Ruang lingkup Terbatas hanya pada satu Meliputi keseluruhan bagian dalam
bagian/divisi/ segmen tertentu organisasi
Sifat pelaporan Bersifat voluntary (sukarela), dibuat Bersifat mandatory (wajib)
berdasarkan kebutuhan
Dasar penyusunan Tidak harus sesuai dengan PABU, Laporan harus disusun berdasarkan
sehingga bentuk laporan dapat PABU, sehingga bentuk laporan
berbeda-beda sesuai kebutuhan menjadi seragam dan dapat
masing-masing perusahaan diperbandingkan
Dasar ilmu Didasari ilmu ekonomi dan psikologi Didasari ilmu ekonomi murni
sosial, karena akuntansi manajemen
fokus pada pengambilan keputusan
sehingga terkait dengan perilaku

Struktur Organisasi

Desentralisasi

Desentralisasi adalah pendelegasian otoritas pembuatan keputusan dalam organisasi


dengan memberikan otoritas kepada manajer dalam berbagai tingkat operasional untuk membuat
keputusan yang terkait dengan bidang pertanggungjawabannya.

Hubungan Lini dan Staf

Bagan organisasi juga menggambarkan posisi lini dan staf. Seseorang dalam posisi lini
terlibat langsung dalam pencapaian tujuan organisasi, sedangkan orang dalam posisi staf tidak
terlibat secara langsung. Posisi staf memberikan dukungan terhadap posisi lini atau bagian lain
dalam organisasi, tetapi merkea tidak memiliki kewenangan langsung terhadap posisi lini.

Perubahan Lingkungan Bisnis

Just In Time (JIT)

Pendekatan pengendalian persediaan dan biaya atas persediaan dengan meminimalisasi


sisa, baik sisa persediaan, sisa aktivitas, maupun sisa sumber daya lainnya. Perusahaan membeli
bahan baku dan memproduksi unit output sesuai dengan permintaan aktual dari pelanggan. Dalam
sistem JIT, persediaan dikurangi sampai dengan tingkat minimum, bahkan dalam beberapa kasus
samapi menjadi nol. Pendekatan JIT dapat diterapkan baik untuk perusahaan perdagangan maupun
perusahaan manufaktur. Contoh perusahaan : Carefour (tidak memiliki gudang penyimpanan).

Konsekuensi JIT

Jika diterapkan pada Departemen Pembelian, maka perusahaan harus mengusahakan


agar bahan/barang yang dibeli sama dengan bahan/barang yang dibutuhkan untuk proses
produksi atau dijual
Jika diterapkan pada Departemen Produksi, maka perusahaan harus mengusahakan
agar barang yang diproses sama dengan barang yang selesai atau produk jadi.

Jika diterapkan pada Departemen Penjualan, maka perusahaan harus mengusahakan


agar barang jadi yang dimiliki sama dengan barang jadi yang terjual

Kondisi Ideal untuk Penerapan JIT

Adanya kepastian ketersediaan bahan/barang di pasar, sehingga pada waktu


kapanpun dan dalam jumlah berapapun yang dibutuhkan akan selalu tersedia.

Zero defect (tingkat kecacatan = 0) tidak mentoleransi adanya produk rusak atau
produk cacat dalam proses produksi.

Total Quality Management (TQM)

TQM merupakan pendekatan perbaikan kualitas perusahaan secara terus-menerus


(berkelanjutan) dalam rangka mencapai tingkatan kualitas manajemen tertentu dan memecahkan
permasalahan yan terjadi dalam suatu organisasi. TQM memiliki dua karakteristik utama, yaitu (1)
fokus pada pelayanan pelanggan, dan (2) pemecahan masalah secara sistematis. TQM menyediakan
alat dan teknik untuk peningkatan yang berkelanjutan berdasarkan fakta dan analisis, dan jika
diimplementasikan secara tepat dapat menghindari pertentangan dalam organisasi.

Process Reengineering (PR)

Pendekatan ini mirip dengan TQM, hanya saja lebih radikal. PR lebih menekankan pada
perubahan yang menyeluruh, meliputi desain ulang secara menyeluruh untuk menghilangkan
tahapan yang tidak bermanfaat, mengurangi kesalahan, dan mengurangi biaya. PR juga menekankan
pada pendekatan tim yang melibatkan orang-orang yang terlibat langsung dalam proses bisnis serta
menggunakan jasa konsultan luar. Fokus PR adalah menyederhanakan dan menghilangkan aktivitas
yang tidak bermanfaat atau tidak bernilai tambah.

Theory of Constraint (TOC)

TOC didasarkan pada pandangan bahwa manajemen kendala secara efektif merupakan
kunci keberhasilan. Pendekatan TOC menyempurnakan pendekatan TQM dan PR karena
memfokuskan pada usaha-usaha perbaikan yang tampaknya paling efektif.

CHAPTER 2 TERMINOLOGI, KONSEP, DAN KLASIFIKASI COST


Cost adalah nilai uang kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh
barang/jasa, yang diharapkan membawa manfaat sekarang maupun masa depan bagi perusahaan.
Cost juga berarti nilai uang yang melekat pada barang/jasa (resources).

Klasifikasi Cost

Berdasarkan Fungsi Produksi

Manufacturing Cost

Seluruh biaya yang terjadi/diakui selama proses produksi untuk mengubah bahan baku
hingga menjadi produk/barang jadi. Manufacturing Cost diklasifikasikan menjadi :

a. Direct material biaya atas bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi, yang melekat pada produk jadi dan jumlah biayanya dapat
ditelusur/diidentifikasi secara mudah ke harga pokok produksi.

b. Direct labor biaya (upah) untuk karyawan bagian produksi yang melakukan
proses produksi secara langsung dan jumlah biayanya dapat diidentifikasi secara
mudah ke harga pokok produksi.

c. Manufacturing overhead seluruh biaya produksi selain direct material dan


direct labor, biayanya tidak dapat diidentifikasi secara langsung ke harga pokok
produksi.

Nonmanufacturing Cost

Seluruh biaya yang terjadi/diakui perusahaan, di luar fungsi produksi, dimana biaya tersebut
ada karena terjadinya aktivitas untuk mendukung proses produksi dan distribusi produk.

Product Cost and Period Cost

Product Cost seluruh biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu
produk. Biaya ini melalui tahapan-tahapan persediaan sehingga disebut inventoriable cost.

Period Cost seluruh biaya yang tidak termasuk dalam product cost. Biaya ini dicatat
sebagai beban dalam laporan R/L pada periode dimana biaya tersebut terjadi/diakui.

Berdasarkan Laporan Keuangan

Laba rugi Biaya dalam laporan R/L terkait dengan matching principle. Oleh karena
itu, biaya yang disajikan berupa biaya dalam satu periode tertentu, seperti cost of goods sold
yang merupakan harga pokok produksi atas produk yang terjual dan biaya operasional
(biaya administrasi dan pemasaran).
Neraca Biaya yang disajikan dan dilaporkan dalam neraca berupa cost persediaan
yang masih ada sampai dengan tanggal disusunnya neraca. Terdiri dari cost atas persediaan
bahan baku, cost atas persediaan barang dalam proses, dan cost atas persediaan barang jadi.

Berdasarkan Sifat (Perilaku)

Variable Cost biaya yang dalam jumlah total berubah secara proporsional dengan
perubahan volume/aktivitas, tetapi dalam jumlah per unit konstan, tidak terpengaruh dengan
perubahan volume/aktivitas.

Fixed Cost biaya yang dalam jumlah total konstan, tidak berubah oleh adanya
perubahan volume/aktivitas, tetapi dalam jumlah per unit berubah, berbanding terbalik
dengan perubahan volume/aktivitas.

Berdasarkan Objek Cost

Direct Cost biaya yang dapat dengan mudah ditelusur ke objek biaya yang
bersangkutan

Indirect Cost biaya yang tidak dapat ditelusur dengan mudah ke objek biaya yang
bersangkutan

Berdasarkan Pengambilan Keputusan

Differential Cost perbedaan jumlah biaya diantara alternatif-alternatif yang tersedia


dalam pengambilan keputusan.

Opportunity Cost manfaat potensial yang akan hilang bila salah satu alternatif telah
dipilih dari sejumlah alternatif yang tersedia.

Sunk Cost biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan apapun
yang dibuat saat ini maupun masa depan.

Berdasarkan Keberadaan

Prime Cost unsur biaya produksi yang keberadaannya bersifat mutlak di dalam
proses produksi. Tanpa adanya prime cost, fungsi produksi tidak dapt berlangsung. Product
cost terdiri dari direct material cost dan direct labor cost.

Conversion Cost unsur biaya produksi yang keberadaannya di dalam fungsi


produksi membantu proses konversi dari bahan mentah menjadi produk jadi. Keberadaannya
tidak bersifat mutlak. Conversion cost terdiri dari direct labor cost dan manufacturing
overhead.

Quality Cost
Produk yang memenuhi atau melebihi spesifikasi desain dan bebas dari cacat yang mungkin
mempengaruhi penampilan atau mengurangi kinerjanya disebut produk yang memiliki kualitas
kesesuaian (quality of conformance) yang tinggi. Biaya untuk pencegahan, deteksi, dan aktivitas
lain yang berkaitan dengan produk catat disebut biaya kualitas (quality cost).

1) Prevention cost berkaitan dengan aktivitas untuk mengurangi/mencegah jumlah


produk/ jasa yang cacat

2) Appraisal cost biaya pengidentifikasian produk cacat sebelum produk tersebut


dikirimkan kepada konsumen

3) Internal failure cost diakibatkan oleh identifikasi cacat selama proses penilaian

4) External failure cost terjadi bila produk cacat sampai ke tangan konsumen

CHAPTER 3 DESAIN SISTEM : PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN JOB

Job costing merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang dilakukan dengan
menggunakan dasar pengumpulan beberapa job/pekerjaan dimana masing-masing job memiliki
karakteristik khusus sehingga harga pokok untuk masing-masing job berbeda.

Ciri perusahaan yang menggunakan Job costing

Produknya bersifat heterogen (beraneka ragam)

Biasanya produknya bersifat musiman

Proses produksinya terputus-putus

Memisahkan biaya ke dalam direct material (biaya bahan baku), direct labor (biaya
tenaga kerja langsung), dan manufacturing overhead (BOP).

Menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka.

Kartu biaya (Job cost sheet) merupakan dokumen pengendali biaya berdasarkan job

Pembebanan BOP

Cara untuk membebankan BOP ke produk/jasa adalah dengan menggunakan proses


alokasi. Basis alokasi (allocation base) adalah suatu ukuran, seperti jam kerja langsung atau jam
mesin, yang digunakan untuk membebankan BOP ke produk/jasa.

Tarif BOP ditentukan dimuka = Estimasi BOP total.......


Estimasi unit produksi total
BOP dibebankan u/ job tertentu = tarif BOP ditentukan dimuka x jumlah basis alokasi job tertentu

Alasan penggunaan tarif BOP ditentukan dimuka :


Sebelum akhir periode, manajer ingin penilaian sistem akuntansi terhadap job
diselesaikan.

Jika BOP aktual dihitung beberapa kali, faktor musiman dalam BOP dan basis
alokasi dapat menimbulkan adanya fluktuasi tarif BOP.

Penggunaan tarif BOP ditentukan di muka dapat menyederhanakan pencatatan.

Penghapusan saldo BOP yang dibebankan terlalu rendah atau terlalu tinggi

Ditutup ke Harga Pokok Penjualan.

HPP xxx
BOP xxx
Dialokasikan antara Barang dalam Proses, Barang Jadi, dan Harga Pokok Penjualan
dalam proporsi BOP yang dibebankan selama periode tersebut, yaitu pada saldo akhir
masing-masing akun.

BDP xxx
Barang Jadi xxx
HPP xxx
BOP xxx
Aliran Cost dalam Job Costing

Saat pembelian bahan baku Persediaan bahan baku

Utang usaha/kas
Saat pemakaian bahan baku Persediaan BDP (direct material)

BOP (indirect material)

Persediaan bahan baku


Saat pengakuan gaji dan upah Gaji dan upah

Utang gaji dan upah


Saat distribusi gaji dan upah Persediaan BDP (direct labor)

BOP (indirect labor)

Gaji dan upah


Saat pembayaran unsur BOP Biaya listrik pabrik

Kas

Biaya depresiasi pabrik

Akumulasi depresiasi pabrik


Saat pembebanan BOP BOP

Biaya listrik pabrik

Biaya depresiasi pabrik


Saat pembebanan BOP ke HPPd Persediaan BDP

BOP
Saat mencatat produk jadi Persediaan barang jadi

Persediaan BDP
Saat mencatat produk terjual Kas/Piutang Usaha

Penjualan

HPP

Persediaan barang jadi

CHAPTER 4 DESAIN SISTEM : PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PROSES

Process costing merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang menggunakan


dasar pengumpulan periode untuk masing-masing tahapan/departemen produksi, sehingga harga
pokok produksi per unit dihitung dengan pembagian antara biaya produksi untuk periode tertentu
dengan jumlah unit produk yang dihasilkan pada periode bersangkutan.

Ciri perusahaan yang menggunakan Process Costing

Produknya bersifat homogen

Tidak bergantung pada musim

Proses produksi dilakukan secara massal dan berkelanjutan (memperhitungkan BDP)

Mengklasifikasikan biaya produksi ke dalam raw material cost, labor cost, dan
manufacturing overhead.

Biasanya menggunakan departementalisasi dalam proses produksi

Harga pokok produksi tiap unit dalam satu periode akan selalu sama

Laporan Departemen Produksi merupakan dokumen penting yang menunjukkan


akumulasi biaya per departemen

Langkah Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi untuk Process Costing

1) Menyusun laporan produksi untuk mengidentifikasi unit BDP awal, unit masuk
proses produksi, unit jadi dan ditransfer, serta unit BDP akhir
2) Menghitung biaya produksi yang diperhitungkan, terdiri dari biaya untuk BDP awal
dan biaya untuk periode berjalan. Rekonsiliasi biaya menunjukkan bagaimana perhitungan
biaya yang dibebankan ke departemen selam satu periode.

3) Menentukan unit ekuivalen produksi unit jadi dan ditransfer ditambah dengan unit
BDP akhir dengan tingkat penyelesaian tertentu

4) Menghitung biaya produksi per unit, baik untuk bahan baku, tenaga kerja langsung,
maupun overhead. Biaya produksi per unit dihitung dengan membagi jumlah biaya dengan
jumlah unit ekuivalen produk.

5) Menentukan harga pokok persediaan untuk barang jadi dan BDP akhir.

CHAPTER 5 PERILAKU COST : ANALISIS DAN PENGGUNAAN

Tipe Pola Perilaku Cost

Variable Cost

Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional terhadap
perubahan tingkat aktivitas. Suatu biaya bersifat variabel dikarenakan basis aktivitasnya. Basis
aktivitas adalah ukuran segala sesuatu yang menyebabkan adanya biaya variabel. Basis aktivitas
juga disebur cost driver. Contoh basis aktivitas : jam tenaga kerja langsung, jam mesin, unit yang
diproduksi, dan unit terjual.

True Variable and Step Variable

Beberapa biaya variabel berperilaku sebagai biaya variabel sejati (true variable).
Sedangkan lainnya memiliki pola bertahap (step variable). Contoh biaya variabel sejati adalah
bahan baku, karena jumlah yang digunakan selama satu periode akan memiliki proporsi langsung
dengan tingkat aktivitas produksi. Contoh biaya variabel bertahap adalah upah tenaga kerja bagian
pemeliharaan. Waktu kerja bagi tenaga pemeliharaan biasanya ditentukan dalam bentuk borongan.
Sumber daya diperoleh dalam jumlah besar dan biayanya meningkat/berkurang hanya karena ada
perubahan besar dalam tingkat aktivitas.

Fixed Cost

Biaya tetap dalam jumlah total bersifat konstan, tetapi dalam jumlah per unit akan
semakin kecil bila tingkat aktivitasnya naik. Biaya tetap dipisahkan menjadi commited fixed cost
dan discretionary fixed cost. Commited fixed cost adalah biaya tetap yang secara alamiah telah
terklasifikasi sebagai biaya tetap, sehingga antara satu perusahaan dengan perusahaan lain akan
memperlakukan biaya tersebut dengan klasifikasi yang sama. Faktor yang berkaitan yaitu (1) biaya
tersebut bersifat jangka panjang (2) tidak dapat dikurangi menjadi nol meskipun dalam jangka
pendek tanpa mengganggu tingkat profitabilitas atau tujuan jangka panjang organisasi. Contoh :
biaya penyusutan pabrik. Sedangkan discretionary fixed cost adalah biaya yang terklasifikasi
sebagai fixed cost karena menjadi kebijakan dalam satu perusahaan tertentu, sehingga atas biaya
yang sama dimungkinkan terjadi pengklasifikasian yang berbeda. Contohnya biaya iklan. Jika
perusahaan menetapkan besar kecilnya iklan tidak bergantung pada banyak sedikitnya unit
produksi, maka biaya iklan menjadi fixed cost. Jikan besar kecilnya biaya iklan bergantung pada
jumlah unit produk, maka harus diklasifikasikan sebagai biaya variabel atau biaya semi variabel.

Semi Variable Cost (Mixed Cost)

Biaya yang terdiri atas elemen biaya variabel maupun biaya tetap. Biaya ini dalam jumlah total
maupun unit berubah dengan perubahan jumlah unit/volume/aktivitas produksi, tetapi pola
perubahannya tidak dapat ditentukan. Oleh karena biaya semi variabel memiliki pola yang tidak
jelas, maka di dalam akuntansi manajemen, terkait pengambilan keputusan, biaya tersebut harus
dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Metode yang digunakan untuk memisahkan
biaya semi variabel antara lain :

Metode observasi melakukan pengamatan dan identifikasi, kemudian ditentukan


sebagai biaya tetap dan biaya variabel. Untuk sifat yang cenderung tetap, maka
diklasifikasikan sebagai biaya tetap, dan sebaliknya.

Scattergraph method menggambarkan titik-titik observasi (plotting) dan kemudian


menggambarkan dengan menghubungkan masing-masing titik yang bersangkutan.
Berdasarkan garis tersebut, kemudian dicari slope/kemiringan untuk penentuan biaya tetap
dan biaya variabel.

High low method memisahkan biaya semivariabel berdasarkan perilaku biaya pada
titik ekstrim (tertinggi dan terendah) yang kemudian digeneralisai hasilnya pada titik-titik
lain.

Least square regression method menggunakan persamaan regresi linier antara biaya
dengan jumlah unit atau titik-titik observasi. Metode ini biasanya menggunakan bantuan
komputer sehingga objektivitasnya terjamin.

CHAPTER 6 HUBUNGAN COST-VOLUME-PROFIT

Analisis CVP merupakan pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis hubungan atas
biaya, volume produksi, dan tingkat laba guna menghasilkan informasi dalam pengambilan
keputusan. CVP memfokuskan pada interaksi antarlima komponen, sebagai berikut :
1) Harga produk

2) Volume atau tingkat aktivitas

3) Biaya variabel per unit

4) Total biaya tetap

5) Bauran produk yang dijual

Dasar Analisis CVP

Contribution Margin jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel,
yang menggambarkan jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan kemudian
menjadi laba untuk periode tersebut.

Contribution Margin Ratio perbandingan diantara contribution margin dengan


penjualan yang menggambarkan besarnya bagian penjualan yang menjasdi bagian
kontribusi.

CMR = Contribution Margin

Sales

Analisis Break Even Point (BEP)

BEP merupakan satu titik/tingkat dimana nilai penjualan/pendapatan sama dengan nilai biaya, baik
biaya tetap maupun biaya variabel, sehingga menghasilkan laba bersih sama dengan nol. Metode
penentuan BEP antara lain :

Equation method menggunakan dasar bahwa penjualan selalu sama dengan total
biaya ditambah dengan tingkat laba yang diharapkan

Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba

Contribution margin method didasarkan pada contribution margin (CM) dan


contribution margin ratio (CMR).

CM digunakan untuk menentukan BEP dalam unit, sedangkan CMR digunakan untuk
menentukan BEP dalam nilai uang (Rupiah).

BEP (unit) = Fixed Cost BEP (Rp) = Fixed Cost

CM/unit CM
RManfaat Analisis BEP

BEP dapat digunakan oleh manajemen untuk menentukan itngkat laba yang diharapkan. Dengan
menentukan tingkat laba tersebut, maka manajemen dapat memperkirakan jumlah unit yang harus
dijual dan nilai penjualan yang harus dicapai untuk meraih tingkat laba tersebut. Ketika tingkat laba
telah ditentukan, maka formula BEP untuk measing-masing pendekatan adalah sebagai berikut :

Equation approach harga jual x kuantitas = FC + (VC/unit x kuantitas) + Laba

CM approach BEP (unit) = FC + Laba

CM/unit

BEP (Rp) = FC + Laba

CMR

Asumsi dalam Analisis CVP

Harga jual adalah konstan. Harga produk/jasa tidak berubah ketika volume berubah.

Biaya adalah linier dan secara akurat dapat dibagi menjadi elemen variabel dan tetap.

Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.

Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang


diproduksi sama dengan jumlah unit terjual.

CHAPTER 7 VARIABLE COSTING : ALAT UNTUK MANAJEMEN

Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam penentuan harga pokok produk untuk
tujuan penilaian persediaan dan penentuan harga pokok barang yang terjual, yaitu absorption
costing/full costing dan variable costing.

Gambaran Umum Variable Costing dan Full Costing

Full costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai product cost, tanpa
membedakan variable cost maupun fixed cost. Jadi, biaya produk per unit terdiri atas bahan baku,
tenaga kerja langsung, dan overhead variabel maupun overhead tetap. Sedangkan jika menggunakan
variable costing, hanya biaya produksi yang berubah sesuai dengan output yang akan diperlakukan
sebagai biaya produksi. Jadi, biaya produk per unit terdiri atas bahan baku, tenaga kerja langsung,
dan overhead variabel. Biaya overhead tetap diperlakukan sebagai period cost. Konsekuensinya,
biaya per unit produk dalam persediaan atau dalam harga pokok barang yang terjual untuk variable
costing tidak mengandung elemen biaya overhead tetap.

Perbandingan Laporan R/L antara Full Costing dengan Variable Costing

Contoh :
BB = $ 2/unit Unit produksi = 6.000 unit
BTKL = $ 4/unit Unit terjual = 5.000 unit
BOP Variabel = $ 1/unit Persediaan awal =0
BOP Tetap = $ 30.000 Biaya operasional variabel = $ 3/unit
Harga Jual = $ 20/unit Biaya operasional tetap = $ 10.000

Full Costing Variable Costing


Bahan Baku = 2 Bahan Baku = 2
Tenaga kerja langsung = 4 Tenaga kerja langsung = 4
BOP variabel = 1 BOP variabel = 1
BOP tetap = 5 30.000 : 6.000 HPPd/unit = 7
HPPd/unit = 12
Laporan R/L Laporan R/L
Penjualan 100.000 Penjualan 100.000
HPP Beban variabel
Persediaan awal 0 Persediaan awal 0
HPPd 72.000 HPPd 42.000
BTUD 72.000 BTUD 42.000
Persediaan akhir (12.000) Persediaan akhir (7.000)
HPP (60.000) HPP variabel (35.000)
Laba kotor 40.000 B.operasional variabel (15.000)
Beban operasional Total beban variabel (50.000)
B.operasional variabel (15.000) Margin Kontribusi 50.000
B.operasional tetap (10.000) Beban tetap
Laba Bersih 15.000 BOP tetap (30.000)
B.operasional tetap (10.000)
Laba Bersih 10.000

Keterangan :

Dalam metode full costing, jika persediaan meningkat, maka beberapa biaya
produksi tetap dalam periode berjalan tidak tampak dalam laporan R/L sebagai bagian dari
HPP. Biaya ini akan ditangguhkan ke periode berikutnya dan akan dimasukkan dalam akun
persediaan di neraca (fixed manufacturing overhead cost deffered in inventory). Melalui
contoh di atas, dapat digambarkan bahwa dalam full costing, dari BOP tetap sebesar $30.000
yang terjadi dalam periode berjalan, hanya $25.000 (5.000 unit terjual x $5/unit) yang
dimasukkan dalam HPP. Sisanya sebesar $5.000 (1.000 unit tidak terjual x $5/unit) telah
ditangguhkan ke persediaan periode berikutnya. Dalam metode variable costing, seluruh
BOP tetap $30.000 diperlakukan sebagai beban periode berjalan.

Persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah $5.000 dibandingkan
full costing. Alasannya yaitu dalam variable costing, hanya biaya produksi variabel yang
dibebankan ke unit produk dan dimasukkan ke persediaan. Selisih $5.000 dalam persediaan
akhir menjelaskan selisih dalam laba bersih kedua metode perhitungan biaya tersebut. Laba
bersih operasional dalam full costing lebih tinggi $5.000 dibandingkan variable costing,
karena BOP sebesar $5.000 ditangguhkan dalam persediaan untuk periode berikutnya.

Laporan R/L full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel,
sehingga metode ini tidak cocok untuk analisis CVP yang penting untuk perencanaan dan
pengendalian yang baik. Pendekatan variable costing untuk menentukan biaya produksi per
unit sesuai dengan pendekatan margin kontribusi karena mengklasifikasikan biaya
berdasarkan perilakunya.

Perbandingan Efek Laba Full Costing dan Variable Costing

Hubungan antara produksi dan Pengaruh pada persediaan Hubungan antara laba bersih
penjualan untuk periode yang operasional full costing dan
bersangkutan variable costing
Produksi = Penjualan Persediaan tidak berubah Laba bersih full costing = laba
bersih variable costing
Produksi > Penjualan Persediaan meningkat Laba bersih full costing > laba
bersih variable costing
Produksi < Penjualan Persediaan menurun Laba bersih full costing < laba
bersih variable costing
Keunggulan Variable Costing dan Pendekatan Margin Kontribusi

Data yang akan digunakan utnuk melakukan analisis CVP dapat diambil langsung
dari Laporan R/L yang disusun dengan format kontribusi.

Dengan menggunakan variable costing, laba periodik tidak dipengaruhi oleh tingkat
persediaan. Dengan asumsi hal-hal lain konstan, maka laba akan searah dengan penjualan
apabila menggunakan variable costing.

Manajer selalu mengasumsikan bahwa biaya produksi per unit adalah biaya variabel.
Hal ini akan menjadi masalah dalam full costing, karena biaya produksi per unit adalah
kombinasi biaya variabel dan biaya tetap. Dengan variable costing, biaya produksi per unit
tidak mengandung biaya tetap.
Dampak biaya tetap terhadap laba bersih ditekankan dalam variable costing dan
pendekatan kontribusi. Total biaya tetap dinyatakan secara eksplisit dalam laporan R/L.

Data variable costing memudahkan estimasi tingkat profitabilitas produk, konsumen,


dan segmen bisnis yang lain.

Variable costing berkaitan dengan metode pengendalian biaya seperti standard cost
dan anggaran fleksibel.

Laba bersih berdasarkan variable costing lebih dekat dengan arus kas bersih
dibandingkan dengan laba bersih berdasarkan full costing.

CHAPTER 8 ACTIVITY BASED COSTING : ALAT BANTU PEMBUATAN KEPUTUSAN

ABC adalah metode perhitungan biaya produksi dan nonproduksi berdasarkan aktivitas
dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk yang diproses dalam satu periode tertentu. ABC
dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan
keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. ABC biasanya
digunakan sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti sistem biaya yang dipakai oleh perusahaan.

Karakteristik ABC :

Biaya produksi dan nonproduksi dibebankan ke produk

Beberapa biaya produksi tidak dimasukkan ke biaya produk

Ada sejumlah cost pool BOP. Setiap pool dialokasikan ke produk dan objek costing
lainnya dengan menggunakan ukuran khusus aktivitas masing-masing.

Basis alokasi biasanya berbeda dengan basis alokasi dalam sistem akuntansi biaya
tradisional. ABC menggunakan lebih dari satu jenis cost driver.

Tarif overhead atau tarif aktivitas disesuaikan dengan kapasitas aktivitas, bukan
dengan kapasitas yang dianggarkan.

Tahap Penerapan ABC

1) Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas

Tingkat aktivitas :

Aktivitas tingkat unit dilakukan untuk tiap unit produksi

Aktivitas tingkat batch dilakukan tiap batch diproses, tanpa memperhatikan jumlah
unit
Aktivitas tingkat produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan
tanpa memperhatikan berapa batch atau berpa unit yang diproduksi/dijual.

Aktivitas tingkat pelanggan berkaitan dengan pelanggan khusus, seperti


telepon/komunikasi untuk penjualan, pengiriman katalog, dll.

Aktivitas tingkat pemeliharaan organisasi aktivitas tingkat fasilitas, seperti


kebersihan kantor eksekutif, penyediaan jaringan komputer, dll.

2) Menelusuri BOP secara langsung ke aktivitas dan objek biaya (bila mungkin)

3) Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas

4) Menghitung tarif aktivitas

5) Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran
aktivitas

6) Menyiapkan laporan manajemen

Perbandingan Traditional Costing dan ABC

Traditional Costing ABC


Hanya biaya produksi yang dibebankan Baik biaya produksi maupun
ke produk nonproduksi dibebankan ke produk

Hanya menggunakan satu jenis cost Menggunakan lebih dari satu cost driver
driver

Kelebihan ABC

Menghasilkan informasi harga pokok produksi yang lebih akurat dibanndingkan


metode lain, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk analisis profitabilitas.

Kelemahan ABC

Membutuhkan sumber daya yang besar untuk mengimplementasikan ABC.

ABC akan mengubah aturan main, menimbulkan perubahan dalam organisasi,


sehingga cenderung mendapat perlawanan dari karyawan.

Data ABC dapat dengan mudah disalahartikan dan harus digunakan dengan hati-hati
ketika mengambil keputusan (identifikasi biaya yang relevan dengan keputusan).

CHAPTER 9 PERENCANAAN LABA

Kerangka Dasar Penganggaran


Anggaran (budget) adalah rencana terperinci tentang pemerolehan dan penggunaan sumber daya
keuangan dan sumber daya lainnya selama satu periode tertentu. Anggaran induk (master budget)
merupakan ringkasan dari rencana perusahaan yang menetapkan target tertentu untuk aktivitas
penjualan, produksi, distribusi, dan pendanaan, biasanya bermuara pada anggaran kas, anggaran
R/L, dan anggaran neraca. Anggaran induk terdiri dari :

Anggaran operasional anggaran penjualan dan anggaran produksi

Anggaran keuangan rincian arus masuk dan keluar kas serta posisi keuangan secara
menyeluruh

Perbedaan perencanaan dengan pengendalian

Perencanaan meliputi perumusan tujuan dan penyusunan berbagai anggaran untuk mencapai tujuan
tersebut. Pengendalian meliputi langkah-langkah yang dilakukan manajemen untuk memperbesar
kemungkinan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan dan memastikan
bahwa seluruh bagian organisasi berfungsi sesuai tujuan organisasi.

Manfaat Penganggaran

Sebagai alat komunikasi bagi rencana manajemen kepada seluruh bagian organisasi

Untuk memaksa manajer agar memikirkan dan merencanakan masa depan

Alat alokasi sumber daya

Dapat mengungkap adanya potensi masalah sebelum masalah tersebut benar-benar terjadi

Anggaran mengkoordinasikan aktivitas seluruh organisasi

Menentukan tujuan dan sasaran yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja.

Akuntansi Pertanggungjawaban

Dasar pemikiran seorang manajer harus dibuat bertanggung jawab atas permasalahan tertentu dan
hanya masalah tersebut saja sehingga manajer dapat melakukan pengendalian pada tingkat yang
signifikan. Akuntansi pertanggungjawaban menempatkan informasi akuntansi atas dasar ukuran
perorangan dengan cara memandang permasalahan (pendapatan dan biaya) dari sudut pandang
pengendalian perorangan.

Memilih Periode Anggaran

Anggaran operasional biasanya mencakup periode satu tahun sesuai dengan tahun pajak
perusahaan. Banyak perusahaan membagi tahun anggarannya menjadi empat kuartal, dan kemudian
dibagi lagi menjadi bulanan. Anggaran berlanjut atau perpetual (continuous budget atau perpetual
budget) adalah anggaran 12 bulanan yang bergerak maju ke bulan berikutnya (atau kuartal
berikutnya) bila bulan/kuartal ini telah berakhir. Dengan kata lain, dilakukan penambahan periode
satu bulan (atau kuartal) pada bagian akhir anggaran.

Self Imposed Budget (Partisipative Budget)

Anggaran yang ditetapkan sendiri atau anggaran partisipatif merupakan pendekatan penganggaran
yang melibatkan seluruh manajer pada segala tingkatan dalam pembuatan estimasi anggarannya
sendiri sehingga merupakan metode penyusunan anggaran yang paling efektif.

Keunggulan Anggaran Partisipatif

Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui sebagai anggota tim yang
pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak.

Estimasi anggaran yang dibuat oleh front-line manager seringkali lebih akurat dan
andal dibandingkan dengan estimasi yang dibuat oleh manajer puncak yang kurang memiliki
pengetahuan mendalam mengenai pasar dan operasi harian.

Timbul motivasi yang lebih tinggi bila individu berpartisipasi dalam menentukan
tujuan.

Seorang manajer yang tidak dapat memenuhi anggaran yang ditetapkan dari level
atas (top-down budgeting) selalu dapat berkata bahwa anggaran tersebut tidak realistis.
Dengan anggaran partisipatif, alasan semacam ini tidak akan timbul.

Faktor Manusia dalam Penganggaran

Keberhasilan program anggaran juga bergantung pada (1) seberapa jauh manajemen puncak
menerima program anggaran sebagai bagian penting dari aktivitas perusahaan (2) cara manajemen
puncak menggunakan data yang dianggarkan. Program anggarna harus diterima dan didukung
penuh oleh personel yang emmegang posisi penting dalam manajemen. Dalam pelaksanaan
Anggaran
program anggaran, penting bagi manajemen Penjualan
puncak untuk tidak menggunakan anggaran untuk
menekan atau menyalahkan karyawan.

Zero-Based Budgeting
Anggaran Persediaan Akhir Anggaran Produksi Anggaran penjualan
Dalam pendekatan tradisional penganggaran, manajer memulai dengan anggaran tahun lalu dan
menambah sesuai dengan kebutuhan (pendekatan incremental). Sedangkan zero based budgeting
merupakan pendekatan penganggaran dimana manajer dituntut untuk menentukan selulruh
pengeluaran yang dianggarkan,
Anggaran BBtidak hanyaAnggaran
sekedar mengubah
TKL anggaran tahun
Anggaran BOP lalu, sehingga dasar
penyusunannya adalah nol.

Anggaran Induk

Anggaran Kas

Anggaran Laporan R/L Anggaran Neraca


CHAPTER 10 STANDARD COST DAN BALANCED SCORECARD

Standar merupakan tolak ukur atau norma dalam pengukuran kinerja. Standar dalam akuntansi
manajemen terkait dengan kuantitas dan cost input yang digunakan dalam produksi barang atau
penyediaan jasa. Standar terdiri dari standar harga/biaya dan standar kuantitas. Standar kuantitas
menentukan berapa banyak input yang dibutuhkan untuk tiap unit produksi. Standar harga/biaya
menentukan berapa yang harus dibayar untuk tiap unit input. Management by exception
penyimpangan dari standar yang dianggap signifikan akan menjadi perhatian manajemen.

Menetapkan Standard Cost

Standar Ideal standar yang dapat dicapai hanya dalam kondisi terbaik

Standar Praktis standar yang ketat, tetapi tetap dapat dicapai

Analisis Selisih (Variance)

Manfaat Standard Cost

Penggunaan standard cost merupakan elemen kunci dalam pendekatan management by


exception, sehingga membantu manajer memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting.

Standar dapat meningkatkan nilai ekonomi dan efisiensi. Standar menjadi tolak ukur yang
dapat digunakan oleh individu untuk mengukur kinerjanya.

Standard cost dapat menyederhanakan pembukuan.


Standard cost sesuai untuk penerapan sistem terintegrasi atas akuntansi
pertanggungjawaban.

Balanced Scorecard

Balanced Scorecard (BSC) merupakan konsep penilaian kinerja baik finansial maupun nonfinansial,
dengan menggunakan perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran
dan pertumbuhan.

Ukuran kinerja finansial harus diintegrasikan dengan ukuran kinerja nonfinansial, karena :

Ukuran finansial merupakan indikator jasa, dalam artian melaporkan hasil dari
tindakan di masa lampau. Sebaliknya, ukuran nonfinansial merupakan faktor keberhasilan
utama yang menjadi leading indicator dari kinerja finansial di masa mendatang.

Manajer puncaklah yang umumnya bertanggung jawab atas ukuran kinerja finansial,
bukan para manajer tingkat yang lebih rendah.

Karakteristik BSC Ukuran Kinerja

Keuangan

Pelanggan

Proses Bisnis Internal

Pembelajaran & Pertumbuhan

CHAPTER 11 ANGGARAN FLEKSIBEL DAN ANALISIS BIAYA OVERHEAD

Anggaran Fleksibel

Karakteristik Anggaran Fleksibel

Anggaran statis dibuat pada awal periode penganggaran dan validitasnya hanya untuk
tingkataktivitas yang direncanakan. Anggaran statis sesuai untuk tujuan perencanaan, namun tidak
sesuai untuk mengevaluasi bagaimana biaya-biaya dikendalikan. Sebaliknya, anggaran fleksibel
memperhitungkan perubahan biaya yang terjadi sebagai akibat dari perubahan aktivitas. Anggaran
fleksibel memberikan estimasi mengenai berapakah biaya yang seharusnya terjadi untuk setiap
tingkat aktivitas dalam rentang tertentu. Pada saat anggaran fleksibel digunakan dalam evaluasi
kinerja, biaya aktual dibandingkan dengan biaya yang seharusnya terjadi pada tingkat aktivitas
aktual selama periode tertentu.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilik dasar aktivitas untuk anggaran fleksibel BOP

Harus ada hubungan sebab akibat antara dasar aktivitas dengan BOP variabel.

Dasar aktivitas sebaiknya dinyatakan dalam nilai uang (Rp).

Dasar aktivitas seharusnya sederhana dan mudah dipahami.

Selisih BOP Variabel

Selisih pengeluaran

Selisih efisiensi

Selisih BOP Tetap

Selisih anggaran selisih jumlah BOP aktual dengan jumlah BOP tetap yang
dianggarkan ukuran tingkat BOP tetap yang dikeluarkan dimana pengeluaran BOP tetap
tidak terkendali.

Selisih volume selisih jumlah BOP tetap yang dibebankan ke persediaan dengan
jumlah BOP tetap yang dianggarkan akibat perlakuan BOP tetap yang seolah-olah variabel
dan hal tersebut sulit unutk diinterpretasikan secara jelas.

CHAPTER 12 PELAPORAN SEGMEN DAN DESENTRALISASI

Kelebihan dan Kelemahan Desentralisasi

Kelebihan Desentralisasi

Manajemen puncak dibebaskan dari pemecahan persoalan sehari-hari yang


terlampau banyak sehingga memiliki kesempatan untuk fokus pada strategi.

Manajer tingkat lebih rendah umumnya memiliki informasi yang lebih rinci dan
lebih update mengenai kondisi setempat.

Pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada manajer tingkat lebih


rendah membuat mereka dapat lebih cepat memberikan respon ke pelanggan.

Memberikan pengalaman pengambilan keputusan kepada manajer tingkat lebih


rendah.
Dapat meningkatkan motivasi manajer tingkat lebih rendah.

Kelemahan Desentralisasi

Manajer tingkat lebih rendah mungkin membuat keputusan tanpa sepenuhnya


memahami gambaran perusahaan secara menyeluruh.

Memungkinkan terjadinya kurang koordinasi diantara manajer.

Manajer tingkat lebih rendah mungkin memiliki tujuan yan gberbeda dengan tujuan
perusahaan secara keseluruhan.

Mungkin lebih sulit untuk secara efektif menyebarkan ide-ide inovatif.

Akuntansi Pertanggungjawaban

Karena organisasi terdesentralisasi mendelegasikan tanggung jawab pengambilan keputusan kepada


manajer tingkat lebih rendah, maka diperlukan sistem akuntansi pertanggungjawaban yang
menghubungkan wewenang pengambilan keputusan manajer tingkat lebih rendah dengan
akuntabilitas berupa hasil dari keputusan yang diambil tersebut. Setiap unit/bagian dalam organisasi
yang manajernya diberikan wewenang dalam pengambilan keputusan dan harus mempertanggung
jawabkan keputusannya disebut pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggunjawaban terdiri dari
pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi.

Desentralisasi dan Pelaporan Segmen

Desentralisasi yang efektif memerlukan pelaporan segmen. Segmen merupakan bagian atau
aktivitas organisasi yang memuat data biaya, penjualan, atau laba yang diperlukan oleh manajer.
Contoh : divisi perusahaan, wilayah penjualan, departemen pemasaran, dll. Laporan R/L tersegmen
bermanfaat untuk menganalisis profitabilitas segmen dan menguur kinerja manajer segmen. Margin
segmen merupakan ukuran terbaik profitabilitas jangka panjang suatu segmen, karena hanya
mencakup biaya-biaya yang ditimbulkan oleh segmen tersebut. Margin segmen diperoleh dengan
mengurangkan biaya tetap yang dapat ditelusur (traceable fixed cost) untuk suatu segmen dari
margin kontribusi segmen. Hal ini menunjukkan margin yang tersedia setelah suatu segmen
menutup seluruh biayanya.

Mengevaluasi Kinerja Pusat Investasi Return on Investment (ROI)

ROI = Laba Operasi Bersih : Rata-rata Aktiva Operasi

Laba operasi bersih laba sebelum bunga dan pajak EBIT

Aktiva operasi aktiva yang dipertahankan untuk penggunaan produktif dalam organisasi.

Rata-rata aktiva operasi (nilai buku awal aktiva nilai buku akhir aktiva)/2
Setiap peningkatan ROI harus melibatkan minimal salah satu dari hal berikut :

Peningkatan penjualan

Penurunan beban operasi

Penurunan aktiva operasi

Kelebihan ROI

Mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan
investasi

Mendorong manajer unutk fokus pada efisiensi biaya

Mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi

Kelemahan ROI

Mengakibatkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan


profitabilitas keseluruhan perusahaan.

Mendorong manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek daripada jangka
panjang.

Laba Residu (Residual Income)

Laba residu = Laba operasi bersih (rata-rata aktiva operasi x imbal hasil minimum yang diminta)

Economic Value Added (EVA) merupakan adaptasi dari laba residu. Pendekatan laba residu
mendorong manajer untuk membuat investasi yang menguntungkan untuk seluruh perusahaan.
Manajer yang dievaluasi berdasarkan laba residu akan cenderung membuat keputusan yang lebih
baik berkenaan dengan proyek-proyek investasi daripada manajer yang dievaluasi berdasarkan ROI.

CHAPTER 13 RELEVANT COST UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Terkait dengan pengambilan keputusan, ada dua konsep yang menjadi dasar, yaitu

Relevant and Irrelevant Cost

Relevant cost adalah biaya yang dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Yang termasuk relevant cost adalah diffential cost dan
opportunity cost.

Irrelevant cost adalah biaya yang tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Yang termasuk irrelevant cost yaitu sunk cost.

Avoidable and Unavoidable Cost


Avoidable Cost adalah biaya yang dapat dihilangkan baik seluruhnya maupun
sebagian dengan memilih salah satu dari alternatif yang tersedia (biaya yang tidak
berulang ketika sebuah keputusan diambil). Avoidable cost pasti relevant cost.

Unavoidable Cost adalah biaya yang tidak dapat dihindari (biaya yang akan
terus berulang/terjadi apapun alternatif yang dipilih dalam pengambilan keputusan).
Unavoidable cost pasti irrelevant cost.

Biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda manajer memerlukan biaya yang berbeda untuk
tujuan yang berbeda. Untuk tujuan tertentu, kelompok biaya tertentu mungkin relevan; untuk tujuan
lain, sekelompok biaya yang lain yang relevan.

Penambahan/Pengurangan Lini Produk dan Segmen Lain

Keputusan Membuat atau Membeli

Pesanan Khusus

Penggunaan Sumber Daya yang Terbatas

Biaya Produk Gabungan dan Pendekatan Kontribusi

Penentuan ABC dan Biaya Relevan

CHAPTER 14 KEPUTUSAN PENGANGGARAN MODAL

Keputusan Penganggaran Modal Khusus

1) Keputusan penurunan biaya

2) Keputusan ekspansi

3) Keputusan pemilihan peralatan

4) Keputusan membeli atau menyewa

5) Keputusan penggantian peralatan

Keputusan penganggaran modal cenderung dibagi menjadi :

Screening decision apakah proyek yang diusulkan memnuhi beberapa standar


penerimaa yang telah ditetapkan sebelumnya

Preference decision pemilihan diantara beberapa pilihan tindakan

Discounted Cash Flow Net Present Value Method

Jika Net Present Value Maka Proyek Tersebut


Positif Dapat diterima sejauh menjanjikan return yang lebih besar dari
required rate of return
Nol Dapat diterima sejauh menjanjikan return sama dengan required rate
of return
Negatif Tidak dapat diterima sejauh menjanjikan return lebih rendah dari
required rate of return

Discounted Cash Flow Internal Rate of Return

Faktor internal rate of return = Investasi yang disyaratkan

Arus kas masuk bersih tahunan

Keputusan Penyaringan Penganggaran Modal

Cost of capital sebagai alat penyaringan

Net Present Internal Rate of


Value Method Return Method

Cost of capital dibandingkan


digunakan sebagai
dengan
tingkat
internal
diskonto
rate ofketika
returnmenghitung
yang dijanjikan
net present
oleh suatu
valueproyek.
suatu proyek.
Tiap proyek
Suatuyang
proyek
memiliki
denganin

CHAPTER 15 COSTINGSERVICE DEPARTMENT : PENDEKATAN ABC

Sebagian besar organisasi memiliki operating department dan service department. Departemen jasa
dialokasikan ke departemen produksi karena beberapa alasan, yaitu :

Mendorong departemen operasi agar menggunakan sumber daya departemen jasa


secara bijaksana

Memberikan data biaya yang lebih lengkap dalam pengambilan keputusan kepada
departemen operasi

Membantu mengukur profitabilitas departemen operasi


Memberikan insentif untuk departemen jasa agar beroperasi secara efisien

Menilai persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan kepada pihak eksternal

Bila penetapan biaya plus digunkan, maka biaya departemen jasa biasanya
dialokasikan ke departemen operasi.

Alokasi Menggunakan Metode Langsung dan Metode Bertahap

Metode Langsung (direct method)

Metode ini mengabaikan jasa yang diberikan oleh departemen jasa lainnya dan mengalokasikan
seluruh biaya secara langsung ke departemen operasi. Dengan menggunakan metode ini, dasar
alokasi yang berkaitan dengan departemen jasa itu sendiri diabaikan, hanya dasar alokasi yang
berkaitan dengan departemen operasi yang digunakan dalam alokasi.

Metode Bertahap (step method)

Metode ini menyediakan alokasi biaya departemen jasa ke departemen jasa lainnya, juga ke
departemen operasi. Metode ini mengikuti urutan. Urutannya biasanya dimulai dengan
departemen yang memberikan jasa yang paling besar ke departemen jasa lainnya. Dalam
metode ini, sejumlah dasar alokasi yang berhubungan dengan departemen jasa yang biayanya
telah dialokasikan, selalu diabaikan.

Metode Timbal Balik (reciprocal method)

Metode ini memberikan pengakuan penuh terhadap jasa antardepartemen. Metode ini
mengalokasikan biaya departemen jasa dengan dua arah (arah depan dan belakang).

Alokasi Biaya berdasarkan Perilaku Biaya

Biaya tetap dan biaya variabel departemen jasa harus dialokasikan secara terpisah. Biaya variabel
harus dialokasikan sesuai dnegan aktivitas yang memunculkan biaya tersebut. Sedangkan biaya
tetap harus dialokasikan dengan jumlah lump-sum yang ditentukan dimuka menurut kebutuhan
pada periode puncak atau berdasarkan tingkat kebutuhan rata-rata departemen penggunanya dalam
jangka panjang.

CHAPTER 16 BAGAIMANAKAH KINERJA SAYA? LAPORAN ARUS KAS

Laporan arus kas menggambarkan arus masuk dan keluar kas & setara kas, baik dari
aktivitas operasional, aktivitas investasi, maupun aktivitas pendanaan oleh entitas dalam satu
periode tertentu. Secara umum, sumber pemasukan kas meliputi laba bersih, penurunan aktiva,
peningkatan utang, dan peningkatan modal saham. Penggunaan kas meliputi peningkatan aktiva,
penurunan utang, penurunan modal saham, dan dividen. Untuk tujuan pelaporan eksternal, laporan
arus kas harus disusun dengan merinci aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

Unsur Laporan Arus Kas

1.Aktivitas Operasional menggambarkan arus kas dari aktivitas pokok bisnis perusahaan,
yang biasanya diwakili oleh perubahan atas rekening-rekening berikut :
Laba bersih
Keuntungan/kerugian non-operasional R/L
Depresiasi, amortisasi, deplesi
Aktiva lancar nonkas neraca
Kewajiban lancar
2.Aktivitas Investasi menggambarkan arus kas dari kegiatan penyertaan harta perusahaan,
baik pada entitas lain maupun entitias sendiri yang berjangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi. Rekening-rekening terkait investasi jangka panjang dan aktiva tetap.
3.Aktivitas Pendanaan menggambarkan arus kas atas kegiatan entitas dalam rangka
memperoleh dan menggunakan modal, baik dari pihak internal maupun eksternal, serta
seluruh konsekuensi dari kegiatan perolehan dan penggunaan modal tersebut (ex : dividen
sebagai konsekuensi dari penerbitan saham). Rekening-rekening terkait utang obligasi,
modal saham, dan dividen tunai.

Tata Cara Penyusunan Laporan Arus Kas

1.Menyusun neraca komparatif, minimal dua periode berturut-turut


2.Menentukan kenaikan/penurunan tiap-tiap rekening dalam neraca komparatif
3.Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan rekening sesuai dengan aktivitas
4.Menentukan arus kas bersih dari masing-masing aktivitas
5.Menentukan kenaikan/penurunan kas dengan menjumlahkan saldo kas bersih masing-
masing aktivitas (harus sama dengan kenaikan/penurunan kas di neraca)
6.Menambahkan saldo kas awal atas jumlah kenaikan/penurunan untuk menentukan saldo kas
akhir.

Bentuk Laporan Arus Kas


Direct Method
Menyesuaikan seluruh pos akrual di dalam laporan R/L
Memisahkan arus kas dalam tiap aktivitas menjadi penerimaan dan
pengeluaran, sehingga saldo kas bersih aktivitas ditentukan dengan mengurangkan
secara langsung total penerimaan dengan total pengeluaran.

Rekonsiliasi Arus Kas


Payment
Accrual Basis (-) Cash Basis
(+)

Penjualan xx Piutang usaha Piutang usaha xx Kas dari pelanggan


HPP (xx) Persediaan Persediaan (xx) Kas untuk pemasok
Utang dagang Utang dagang

Beban (xx) Prepaid expense Prepaid expense (xx) Kas untuk operasional
Operasional Accrued expense Accrued expense
Depresiasi

Pajak (xx) Utang pajak Utang pajak (xx) Kas untuk bayar pajak

Laba Bersih xx xx Kas bersih untuk


aktivitas operasional

Ilustrasi melalui Jurnal


Akun Accrual Basis Cash Basis

Depresiasi Biaya depresiasi No entry


Akumulasi depresiasi

Prepaid Expense Prepaid expense Biaya xxx


Cash Kas

Accrued Expense Biaya Gaji (accrued expense) No entry


Utang Gaji

Indirect Method
Menyesuaikan laba bersih dengan pos akrual guna penentuan kas bersih aktivitas
operasional
Memisahkan ke dalam klasifikasi kenaikan/penurunan rekening dalam tiap aktivitas

AbQori Corporation
Laporan Arus Kas (Direct Method)
Untuk Periode XXX
Aktivitas Operasional
Pemasukan
Kas dari pelanggan xxx
Pengeluaran
Kas untuk pemasok xxx
Kas untuk operasional xxx
Kas untuk bayar pajak xxx (xx)
Arus Kas Bersih Aktivitas Operasional xxx
Aktivitas Investasi
Pemasukan
Kas dari penjualan aktiva tetap xxx
Kas dari penjualan investasi jangka panjang xxx xxx
Pengeluaran
Pembelian aktiva tetap xxx
Pembelian investasi jangka panjang xxx (xx)
Arus Kas Bersih Aktivitas Investasi xxx
Aktivitas Pendanaan
Pemasukan
Kas dari penerbitan saham xxx
Kas dari penerbitan utang jangka panjang xxx xxx
Pengeluaran
Kas untuk penarikan saham (treasury stock) xxx
Kas untuk pelunasan utang jangka panjang xxx
Kas untuk dividen tunai xxx (xx)
Arus Kas Bersih Aktivitas Pendanaan xxx
Kenaikan/Penurunan Kas xxx
Kas Awal Periode xxx
Kas Akhir Periode xxx

AbQori Corporation

Laporan Arus Kas (Indirect Method)


Untuk Periode XXX
Aktivitas Operasional
Laba Bersih xxx
Penyesuaian
Depresiasi xxx
Keuntungan penjualan aset/inventaris (xx)
Pendapatan dividen (xx)
Kenaikan piutang (xx)
Kenaikan persediaan (xx)
Kenaikan perlengkapan (xx)
Kenaikan biaya ddm (xx)
Kenaikan utang dagang xxx
Kenaikan utang biaya xxx
Kenaikan utang lancar lain xxx
Total penyesuaian xxx
Arus Kas Bersih Aktivitas Operasional xxx
Aktivitas Investasi
Penurunan aktiva tetap xxx
Penurunan investasi jangka panjang xxx
Kenaikan aktiva tetap (xx)
Kenaikan investasi jangka panjang (xx)
Arus Kas Bersih Aktivitas Investasi xxx
Aktivitas Pendanaan
Kenaikan utang jangka panjang xxx
Kenaikan modal saham xxx
Penurunan utang jangka panjang (xx)
Penurunan modal saham (xx)
Arus Kas Bersih Aktivitas Pendanaan xxx
Kenaikan/Penurunan Kas xxx
Kas Awal Periode xxx
Kas Akhir Periode xxx

Keterangan
Depresiasi merupakan aktivitas nonkas, sehingga tidak tercatat dalam cash basis.
Padahal depresiasi telah tercatat mengurangi laba bersih dalam laporan R/L. Akibatnya
Laba/Rugi dicatat terlalu rendah/tinggi sehingga perlu ditambah/dikurangi dalam
penyesuaian.
Keuntungan (gain) mengurangi penyesuaian
1. Karena keuntungan penjualan aset merupakan keuntungan di luar
operasional. Jadi harus dikeluarkan dari arus kas aktivitas operasional
2. Keuntungan.kerugian hanyalah pengakuan selisih antara cost (nilai buku)
dengan harga jual yang sebenarnya tidak terdapat arus kasnya
Pendapatan dividen merupakan pendapatan non-operasional di Laporan R/L. Oleh
karena itu, pendapatan dividen harus dikeluarkan dari arus kas aktivitas operasional

Dividen dari aktivitas operasional sudut pandang perusahaan sebagai investor yang menerima dividenX
Dividen dari aktivitas pendanaan sudut pandang perusahaan sebagai investee yang membayar dividen kepada investornyaX

Piutang
Kenaikan piutang menurut accrual basis sekaligus menaikkan penjualan laba (overstate).
Padahal menurut cash basis, tidak ada arus kas. Dengan demikian, dalam laporan arus kas,
kenaikan piutang harus dibatalkan (dikurangkan dari laba bersih dalam penyesuaian).
Penurunan piutang menurut cash basis berarti ada pelunasan (pembayaran piutang).
Sedangkan menurut accrual basis belum diakui. Sehingga laba menurut accrual basis
terlalu kecil. Dengan demikian, penurunan piutang menambah laba bersih dalam
penyesuaian.
Persediaan
Persediaan HPP (overstate) Laba (understate) maka Laba bersih harus (+)
Persediaan HPP (understate) Laba (overstate) maka Laba bersih harus (-)

Interpretasi Laporan Arus Kas

Seorang analis/manajer harus memberikan perhatian lebih terhadap kas bersih yang tersedia dari
aktivitas operasi karena menjadi ukuran bagaimana kesuksesan perusahaan dalam menghasilkan kas
secara terus-menerus. Arus kas negatif dari aktivitas operasi menunjukkan adanya masalah
fundamental. Arus kas positif dari aktivitas operasi diperlukan untuk menghindari penjualan aktiva
atau meminjam uang untuk menopang operasional perusahaan sehari-hari.

CHAPTER 17 BAGAIMANAKAH KINERJA SAYA? ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan

1) Pembandingan data keuangan perbedaan metode akuntansi diantara berbagai


perusahaan menyulitkan pembandingan data keuangan antarperusahaan.

2) Perlunya melihat informasi selain rasio rasio keuangan memunculkan banyak


pertanyaan dan peluan untuk analisis lebih lanjut, tetapi jarang bisa menjawab pertanyaan
dengan sendirinya. Selain rasio, sumber data lain sebaiknya dianalisis untuk membuat
pertimbangan mengenai masa depan perusahaan.

Teknik Analitis untuk Pembandingan

1) Nilai uang (Rp) dan persentase perubahan pada laporan (analisis horizontal)

2) Laporan common-size (analisis vertikal)

3) Rasio

Ringkasan Rasio Keuangan


Rasio Rumus Keterangan
Persentase laba Laba kotor : Penjualan Ukuran umum profitabilitas
kotor
Earning per share (Laba bersih dividen saham Cenderung memiliki pengaruh terhadap
(EPS) preferen) : rata-rata jumlah lembar harga pasar per lembar saham,
saham biasa yang beredar sebagaimana terrcermin dalam price
earning ratio
Price earning Harga pasar per lembar saham : Suatu indeks apakah saham relatif murah
ratio (PER) EPS atau relatif mahal dalam hubungannya
dengan laba saat ini
Dividend payout Dividen per lembar saham : EPS Suatu indeks yang menunjukkan apakah
ratio perusahaan membayar sebagian besar
laba sebagai dividen atau
menginvestasikannya kembali secara
internal
Dividend yield Dividen per lembar saham : harga Menunjukkan imbal hasil dalam bentuk
pasar per lembar saham dividen tunai yang disediakan oleh
selembar saham
Return on asset {Laba bersih + [beban bunga x (1- Ukuran mengenai seberapa baik aktiva
(ROA) tarif pajak)]} : rata-rata total aktiva dikelola oleh manajemen
Return on (Laba bersih dividen saham Jika dibandingkan dengan ROA,
common equity preferen) : rata-rata ekuitas saham mengukur seberapa besar leverage
(ROCE) biasa keuangan menguntungkan atau
merugikan pemegang saham biasa
Nilai buku per Ekuitas pemegang saham biasa : Mengukur jumlah yang akan
lembar saham jumlah lembar saham biasa yang didistribusikan kepada pemegang saham
beredar biasa jika semua aktiva dijual pada nilai
yang tercantum di neraca dan jika semua
kreditur telah dibayar
Modal kerja Aktiva lancar kewajiban lancar Mengukur kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban lancar dengan hanya
menggunakan aktiva lancar
Rasio Lancar Aktiva lancar : kewajiban lancar Uji kemampuan membayar utang jangka
(Current ratio) pendek
Acid test ratio (Kas + sekuritas yang dapat Uji kemampuan membayar utang jangka
diperdagangkan + piutang lancar) : pendek tanpa tergantung pada persediaan
kewajiban lancar
Perputaran Penjualan kredit : rata-rata piutang Ukuran kasar mengenai berapa kali
piutang usaha usaha piutang usaha perusahaan dikonversi
menjadi kas dalam satu tahun
Periode rata-rata 365 hari : perputaran piutang usaha Ukuran rata-rata jumlah hari yang
pelunasan diperlukan untuk menagih piutang usaha
piutang
Perputaran HPP : rata-rata persediaan Ukuran berapa kali persediaan
persediaan perusahaan terjual selama setahun
Jumlah hari untuk 365 hari : perputaran persediaan Ukuran rata-rata jumlah hari yang
menjual diperlukan untuk menjual persediaan
persediaan
Times interest Laba sebelum beban bunga dan Ukuran kemampuan perusahaan untuk
earned pajak : beban bunga membayar bunga
Debt to equity Total kewajiban : ekuitas pemegang Ukuran jumlah aktiva yang disediakan
ratio saham oleh kreditur untuk tiap Rp aktiva yang
disediakan oleh pemegang saham

Você também pode gostar