Você está na página 1de 41

Giyanto Muhammad Abrar Tri Aryono Hadi Agus Budiyanto

Muhammad Hafizt Abdullah Salatalohy Marindah Yulia Iswari

COREMAP-CTI
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
STATUS
TERUMBU KARANG INDONESIA
2017

Penulis:
Giyanto
Muhammad Abrar
Tri Aryono Hadi
Agus Budiyanto
Muhammad Hafizt
Abdullah Salatalohy
Marindah Yulia Iswari

Editor:
Suharsono

COREMAP-CTI
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
Jakarta
2017
Status Terumbu Karang Indonesia 2017
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Penulis: Giyanto, Muhammad Abrar, Tri Aryono Hadi, Agus Budiyanto,
Muhammad Hafizt, Abdullah Salatalohy, Marindah Yulia Iswari
Editor : Suharsono
Desain sampul, Tata letak & Ilustrasi : Dudy & Radit

Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Puslit Oseanografi LIPI, Juni 2017
Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur
Jakarta Utara 14430
Telp. 021 - 64713850
Fax. 021 - 64711948
http:// www.oseanografi.lipi.go.id

Giyanto
Status Terumbu Karang Indonesia/ Giyanto, Muhammad Abrar,
Tri Aryono Hadi, Agus Budiyanto, Muhammad Hafizt, Abdullah Salatalohy,
Marindah Yulia Iswari -- Jakarta : Puslit Oseanografi - LIPI.
ix + 30 hlm.; 17,6 cm x 25 cm
Bibliografi : hlm. 25 - 26
ISBN 978-602-6664-09-9

Keterangan foto sampul:


Terumbu karang di Batu Hangus Selat Lembeh Sulawesi Utara
(Foto: Agus Budiyanto, P2O-LIPI)

ii
Foto: Agus Budiyanto, P2O-LIPI
KATA

Sambutan
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Berbicara tentang kawasan konservasi


perairan laut, tentunya tidak terlepas dari apa
yang ada di dalamnya. Kawasan ini diharapkan
mampu untuk mendukung kesejahteraan
masyarakat sekitar khususnya dan menjaga
keanekaragaman hayati dalam konteks yang
lebih umum. Pada tahun 2020 pemerintah
Indonesia diharapkan telah memiliki 20
juta hektar kawasan konservasi perairan
laut. Ekosistem terumbu karang dan lamun
menjadi bagian dari kawasan konservasi tersebut. Telah diketahui
bahwa manfaat yang diberikan oleh ekosistem terumbu karang
adalah sebagai habitat dan tempat memijah berbagai biota laut
bernilai ekonomis penting; pelindung pantai dari gempuran ombak;
sumber benih budidaya, obat-obatan serta memiliki nilai estetika.
Manfaat yang serupa juga dimiliki oleh ekosistem lamun, sehingga
kedua ekosistem tersebut penting untuk dikelola dengan baik,
guna mempertahankan fungsi dan manfaatnya sehingga dapat
menunjang kegiatan perikanan berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (P2O LIPI) turut memiliki tanggung jawab dalam
membantu kesuksesan kawasan konservasi perairan laut. Selama
ini yang dilakukan oleh P2O LIPI adalah melakukan monitoring
untuk menilai kondisi terumbu karang dan padang lamun melalui
Proyek COREMAP. Selanjutnya P2O LIPI juga diberi tanggung
jawab untuk menjadi Wali Data untuk karang dan lamun. Saya
mengucapkan terima kasih pada Tim Wali Data yang telah bekerja
keras sehingga Status terumbu karang dan lamun dapat diketahui
oleh publik.

Jakarta, 7 Juni 2017


Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI,
Dr. Dirhamsyah, M.A.

iv
Pengantar
KATA

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari


pulau-pulau dengan dikelilingi oleh lautan yang luas. Laut yang
merupakan pemersatu negara Indonesia, luasnya hampir mencapai
dua pertiga luas wilayah Indonesia. Laut yang menyimpan
kekayaan sumberdaya hayati maupun non hayati, perlu dikelola
dengan baik agar bisa dimanfaatkan secara optimal dan
berkesinambungan sehingga dapat memberikan manfaat yang
besar bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Letak Indonesia yang berada di kawasan tropis memungkinkan
ekosistem di laut dangkal seperti terumbu karang untuk tumbuh
dan berkembang. Terumbu karang merupakan salah satu potensi
kekayaan laut Indonesia, yang bila dikelola dan dimanfaatkan
secara baik akan dapat memberikan nilai ekonomi yang tinggi bagi
masyarakat. Oleh karena itu, data dan informasi yang berkaitan
dengan status terumbu karang di Indonesia sangatlah dibutuhkan.
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
akhirnya kami berhasil menyusun buku tentang Status Terumbu
Karang Indonesia. Buku ini merupakan bentuk sumbangsih kami
untuk menyebarluaskan informasi tentang kondisi terumbu karang
di Indonesia. Isinya didasarkan pada hasil-hasil monitoring jangka
panjang kondisi terumbu karang yang dimulai sejak tahun 1993
di berbagai perairan Indonesia yang telah dilakukan oleh Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI dan juga beberapa institusi lain. Data
dan informasi telah melalui verifikasi untuk keakurasian hasilnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah mendukung sehingga buku ini dapat
diterbitkan.
Kami menyadari bahwa buku ini belum sempurna. Saran
dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Jakarta, Juni 2017


Tim Penulis

v
daftar
isi
KATA SAMBUTAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Indonesia Sebagai Pusat Keanekaragaman Hayati Laut 1
B. Dasar Penetapan Pusat penelitian Oseanografi LIPI
sebagai Wali Data Terumbu Karang Indonesia 1
C. Penentuan Status Terumbu Karang 2
BAB 2 PENGENALAN TERUMBU KARANG 3
A. Pengertian Terumbu Karang 3
`B. Faktor Yang Mempengaruhi Sebaran Terumbu Karang 4
BAB 3 FUNGSI DAN MANFAAT TERUMBU KARANG 7
BAB 4 TERUMBU KARANG INDONESIA 11
A. Luas Terumbu Karang Indonesia 11
B. Sebaran dan Kekayaan Jenis Karang di Indonesia 11
C. Jenis Karang Endemis 12
D. Status terumbu karang Indonesia 12
UCAPAN TERIMA KASIH 23
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27

vi
daftar
tabel
Tabel 1. Luas terumbu karang di masing - masing pulau 11
Tabel 2. Status terumbu karang Indonesia 19

vii
daftar
gambar
Gambar 1. Kategori untuk penetapan status terumbu karang 2
Gambar 2. Polip dan skeleton dari karang (Veron, 2000). 3
Gambar 3. Karang dengan polip yang terlihat jelas (kiri) dan
polip yang kurang terlihat jelas (kanan). 4
Gambar 4. Karang jenis Cycloseris yang merupakan karang
dari famili Fungiidae yang hidup soliter. 5
Gambar 5. Faktor pembatas terumbu karang 6
Gambar 6. Pantai yang mengalami abrasi 7
Gambar 7. Biota laut sumber bahan pangan. 8
Gambar 8. Salah satu produk jelli yang berasal dari teripang. 8
Gambar 9. Kegiatan penelitian terumbu karang 9
Gambar 10. Wisata bahari di Banda, Maluku (kiri) dan Bali (kanan) 9
Gambar 11. Spesies karang endemis di perairan Indonesia. 13
Gambar 12. Acropora suharsonoi 14
Gambar 13. Indophyllia macassarensis 14
Gambar 14. Isopora togeanensis 15
Gambar 15. Euphyllia baliensis 15
Gambar 16. Pembagian wilayah untuk penyajian
status terumbu karang di Indonesia. 17
Gambar 17. Kecenderungan perubahan
status terumbu karang di Indonesia. 18

viii
daftar
lampiran
Lampiran 1. Peta sebaran terumbu karang di Indonesia 27
Lampiran 2. Peta sebaran jumlah jenis (spesies) karang di Indonesia 28
Lampiran 3. Peta sebaran jumlah marga (genera) karang di Indonesia 29
Lampiran 4. Peta status terumbu karang di Indonesia 30

ix
x
Foto: Agus Budiyanto, P2O-LIPI
Pendahuluan
A. Indonesia Sebagai Pusat Keanekaragaman Hayati Laut
1
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 13.466
pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483
km2. Berdasarkan kebijakan satu peta (one map policy) yang
diamanatkan dalam UU No.4 tahun 2011, dirilis bahwa luas terumbu
karang di Indonesia berdasar analisis dari citra satelit adalah sekitar
2,5 juta hektar.
Letak Indonesia yang berada di kawasan segitiga terumbu
karang dunia, menjadikan Indonesia dipertimbangkan sebagai pusat
keanekaragaman terumbu karang dunia. Sebanyak sekitar 569 jenis
karang yang termasuk dalam 82 genus karang dijumpai di Indonesia.
Meskipun terumbu karang memiliki nilai ekonomi yang tinggi
bagi Indonesia, Sayangnya, terumbu karang sangat rentan terhadap
kerusakan, terutama oleh tekanan manusia. Penurunan terumbu
karang di Indonesia disebabkan oleh berbagai macam hal, antara
lain sedimentasi, pencemaran yang berasal dari daratan seperti
pembuangan limbah industry maupun domestik, penambangan
karang untuk bahan bangunan ataupun kerusakan-kerusakan
fisik lainnya seperti eksploitasi berlebih sumberdaya laut, dan
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan
bahan peledak dan racun seperti potassium.

B. Dasar Penetapan Pusat penelitian Oseanografi LIPI


sebagai Wali Data Terumbu Karang Indonesia
Pemerintah Indonesia, melalui Keputusan Kepala Badan
Informasi Geospasial No.54 Tahun 2015 menetapkan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai walidata untuk bidang
ekosistem terumbu karang dan ekosistem padang lamun. Pusat
Penelitian Oseanografi yang merupakan salah satu satuan kerja di
bawah LIPI, adalah pusat penelitian yang memiliki tugas pokok dan
fungsi melakukan penelitian di bidang kelautan, termasuk kegiatan
pemantauan kondisi terumbu karang di Indonesia. Oleh karena itu,
Pusat Penelitian Oseanografi bertanggung jawab sebagai walidata
terumbu karang di Indonesia. Data yang dihasilkan dari penelitian-
penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi
- LIPI di semua perairan Indonesia, ditambah dengan beberapa

STATUs TERUMBU KARANG


1
hasil penelitian dari institusi lain di luar LIPI juga digunakan untuk
penyusunan status terumbu karang Indonesia. Tentunya setelah
melewati proses verifikasi data untuk ditampilkan sebagai informasi
kondisi terumbu karang di Indonesia.

C. Penentuan Status Terumbu Karang


Status terumbu karang di Indonesia disajikan secara sederhana.,
sehingga diharapkan dapat lebih mudah untuk dimengerti. Status
terumbu karang dikelompokkan atas 4 kategori berdasarkan tutupan
karang hidupnya, seperti yang disajikan pada gambar 1.

Sangat Baik
(Excellent)
Baik
Cukup atau
Sedang
(Good)
76-100%
Jelek atau (Fair) 51-75%
Rusak
(Poor) 26-50%
0-25%

Tutupan karang
hidup (%)

0 100
Gambar 1. Kategori untuk penetapan status terumbu karang.

2 STATUs TERUMBU KARANG


PENGENALAN

Terumbu Karang
2
Pengertian Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan ekosistem yang dibangun oleh
biota laut penghasil kapur, terutama oleh hewan karang, bersama-
sama dengan biota lain yang hidup di dasar laut maupun kolom
air. Hewan karang, yang merupakan penyusun utama terumbu
karang, terdiri dari polip dan skeleton (Gambar 2). Polip merupakan
bagian yang lunak, sedangkan skeleton merupakan bagian yang
keras. Pada bagian polip terdapat tentakel (tangan-tangan) untuk
menangkap plankton sebagai sumber makanannya. Setiap polip
karang mengsekresikan zat kapur CaCO3 yang membentuk kerangka
skeleton karang.

EKTODERMIS NEMATOKIS

MULUT

TENTAKEL
MESOGLEA

GASTROMEDIS POLIP

SKELETON
Gambar 2.
Polip dan skeleton
dari karang
(Veron, 2000)

STATUs TERUMBU KARANG 3


Pada beberapa jenis karang, polipnya terlihat jelas, sedangkan
pada beberapa jenis lainnya kurang begitu terlihat jelas (Gambar 3).
Pada umumnya, karang hidup membentuk koloni, yang dibentuk
oleh ribuan polip yang tumbuh dan bergabung menjadi satu koloni.
Namun ada pula sebagian kecil karang yang hidup soliter dan tidak
membentuk koloni, misalnya pada beberapa karang dari famili
Fungiidae (Gambar 4).
Foto: Giyanto, P2O-LIPI Foto: Agus Budiyanto, P2O-LIPI

Gambar 3. Karang dengan polip yang terlihat jelas (kiri) dan polip yang kurang terlihat jelas (kanan).

Faktor Yang Mempengaruhi Sebaran Terumbu Karang


Sebaran terumbu karang tidak merata oleh karena adanya faktor
pembatas atau faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terumbu
karang (Gambar 5) yaitu:
1. Suhu Perairan
Karang dapat hidup pada suhu perairan di atas 18oC. Suhu
ideal untuk pertumbuhan karang berkisar antara 27-29C.
Adanya kenaikan suhu air laut di atas suhu normalnya, akan
menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) sehingga
warna karang menjadi putih. Bila hal tersebut berlanjut hingga
beberapa minggu, akan menyebabkan kematian. Adanya
pengaruh suhu untuk pertumbuhan karang menyebabkan
penyebaran karang hanya terjadi pada daerah subtropis dan
tropis, yaitu pada sekitar 30o LU - 30o LS.
2. Cahaya Matahari
Karang hidup bersimbiosis dengan alga zooxanthellae, yang
hidup di dalam jaringan karang sehingga memerlukan cahaya

4 STATUs TERUMBU KARANG


matahari untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu, karang sulit
tumbuh dan berkembang pada kedalaman dimana penetrasi
cahaya sangat kurang, biasanya pada kedalaman lebih dari 50
m.
3. Salinitas
Salinitas ideal bagi pertumbuhan adalah berkisar antara 30-36 o/
oo.
Air tawar dengan salinitas rendah dapat membunuh karang.
Oleh karena itu karang tidak dijumpai di sungai ataupun muara
sungai yang memiliki salinitas yang rendah.
4. Sedimentasi
Butiran sedimen dapat menutupi polip karang, dan bila
berlangsung lama bisa menyebabkan kematian karang. Oleh
karena itu, karang tidak dijumpai pada perairan yang tingkat
sedimentasinya tinggi.
5. Kualitas perairan
Perairan yang tercemar, baik yang diakibatkan karena limbah
industri maupun rumah tangga (domestik) akan mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan karang. Perairan dapat saja
menjadi keruh dan kotor karena limbah pencemar, ataupun penuh
dengan sampah. Bahan pencemar tentu saja akan berpengaruh
langsung terhadap pertumbuhan karang, sedangkan perairan

Foto: Agus Budiyanto, P2O-LIPI

Gambar 4.
Karang jenis
Cycloseris yang
merupakan
karang dari famili
Fungiidae yang
hidup soliter.

STATUs TERUMBU KARANG 5


yang keruh dapat menghambat penetrasi cahaya ke dasar
perairan sehingga mengganggu proses fotosintesis pada
zooxanthellae yang hidup bersimbiosis dengan karang.
6. Arus dan sirkulasi air laut
Arus dan sirkulasi air diperlukan dalam penyuplaian makanan
yang diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dan suplai
oksigen dari laut lepas. Selain itu, arus dan sirkulasi air juga
berperan dalam proses pembersihan dari endapan material yang
menempel pada pada polip karang. Tempat dengan arus dan
ombak yang tidak terlalu besar merupakan tempat yang ideal
untuk pertumbuhan karang. Tempat dengan arus dan ombak
yang besar dapat mengganggu pertumbuhan karang, misalnya
pada daerah-daerah terbuka yang langsung menghadap ke laut
lepas, dengan ombak yang selalu besar sepanjang masa.
7. Substrat
Larva karang yang disebut planula memerlukan substrat yang
keras dan stabil untuk menempel, hingga tumbuh menjadi
karang dewasa. Substrat yang labil, seperti pasir akan sulit bagi
planula untuk menempel.

Arus & sirkulasi air laut Cahaya Matahari

Udara

Sedimentasi

Air
Suhu perairan
Kedalaman

Salinitas
Gambar 5. Polip Karang
Faktor pembatas
Skeleton
terumbu karang

6 STATUs TERUMBU KARANG


FUNGSI & MANFAAT

Terumbu Karang
3
Sebagai sebuah ekosistem yang berada di perairan laut dangkal,
terumbu karang memiliki fungsi dan manfaat, antara lain sebagai
berikut:

1 Sebagai benteng alami untuk melindungi pantai dari hempasan


ombak. Adanya terumbu karang dapat mengurangi energi
ombak yang menuju ke daratan. Pantai yang terumbu karangnya
rusak akan mudah mengalami abrasi (Gambar 6).

Foto: Bayu Prayudha, P2O-LIPI

Gambar 6.
Pantai yang
mengalami
abrasi

STATUs TERUMBU KARANG 7


Foto: Agus Budiyanto, P2O-LIPI

Gambar 7. Biota laut sumber bahan pangan.

2 Sebagai tempat tinggal,


berlindung, mencari makan
dan memijah ikan dan biota
laut lain yang merupakan
sumber bahan pangan (Gambar
7) maupun sumber bahan obat/
makanan suplemen dari laut
(Gambar 8).

3 Sebagai penunjang kegiatan


pendidikan dan penelitian
agar biota laut yang ada dalam
ekosistem terumbu karang
dapat lebih dikenal dan mudah
untuk dipelajari (Gambar 9).

Gambar 8.
Salah satu produk
jelli yang berasal dari
teripang

8 STATUs TERUMBU KARANG


Gambar 9.
Kegiatan
penelitian
terumbu karang
Foto: Giyanto, P2O-LIPI

4 Sebagai tempat wisata. Perpaduan antara karang dengan biota


laut lainnya menjadikan terumbu karang sebagai ekosistem
yang memiliki panorama bawah air yang indah dan menarik, yang
sangat potensial sebagai tempat rekreasi bawah air (Gambar 10).
Foto: Giyanto, P2O-LIPI

Gambar 10. Wisata bahari di Banda, Maluku (kiri) dan Bali (kanan)

STATUs TERUMBU KARANG 9


STATUs TERUMBU KARANG
10
Foto: Agus Budiyanto, P2O-LIPI
Terumbu Karang
di INDONESIA
A. Luas Terumbu Karang Indonesia
4
Berdasarkan kebijakan satu peta (one map policy) yang
diamanatkan dalam UU No.4 tahun 2011, dirilis bahwa total luas
terumbu karang di Indonesia adalah 2,5 juta hektar. Informasi tersebut
dihasilkan dari citra satelit yang dikompilasi dari berbagai institusi
terkait dan telah diverifikasi oleh tim yang tergabung dalam Kelompok
Kerja (Pokja) Nasional Informasi Geospasial Tematik (IGT) Pesisir
dibawah koordinasi BIG (Badan Informasi Geospasial). Sedangkan
luas terumbu karang untuk masing-masing pulau besar yang ada di
perairan Indonesia ditampilkan pada Tabel 1. Perhitungan total luas
terumbu karang tersebut berdasarkan peta sebaran terumbu karang
yang ada di Lampiran 1.

Tabel 1. Luas terumbu karang di masing-masing pulau

No Regional Luas (Ha)


1 Bali 8,837
2 Jawa 67,869
3 Kalimantan 119,304
4 Maluku 439,110
5 Nusa Tenggara 272,123
6 Papua 269,402
7 Sulawesi 862,627
8 Sumatra 478,587
Total 2,517,858

B. Sebaran dan Kekayaan Jenis Karang di Indonesia


Indonesia berada di daerah tropis, tempat yang memungkinkan
bagi berbagai jenis karang untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Sekitar dua pertiga jenis karang dapat dijumpai di Indonesia, sehingga
wilayah Indonesia digambarkan berada dalam area segitiga karang
(coral triangle) dunia Kekayaan jenis karang Indonesia berada dalam
14 ecoregion dari total 141 ecoregion sebaran karang dunia dengan
kisaran 300-500 lebih jenis karang. Total kekayaan jenis karang keras
(ordo Scleractinia) Indonesia diperkirakan mencapai 569 jenis atau
sekitar 67% dari 845 total spesies karang di dunia. Kekayaan jenis
karang paling tinggi berada dalam wilayah perairan kepala burung

STATUs TERUMBU KARANG 11


Papua dan sekitarnya meliputi perairan Raja Ampat dan Halmahera,
kemudian semakin berkurang ke arah barat dan selatan perairan
Indonesia. Kekayaan jenis karang keras tersebut tersebar dalam 569
jenis , 82 genera dan 15 famili. Sejarah geologi masa lalu, pola arus
samudera terkait penyebaran larva karang, proses evolusi dan pola
biogeografi merupakan faktor pendukung tingginya kekayaan jenis
karang di perairan Indonesia. Sebaran karang di perairan Indonesia,
baik berdasarkan genera (marga) maupun spesies (jenis) ditampilkan
pada Lampiran 2, Lampiran 3.
Meskipun Indonesia merupakan tempat yang ideal bagi karang
untuk tumbuh dan berkembang, seperti telah diuraikan sebelumnya,
terdapat beberapa faktor pembatas yang menyebabkan penyebaran
karang tidak merata di seluruh Indonesia. Secara alamiah, sebaran
karang tertinggi dijumpai di bagian tengah Indonesia dan timur
Indonesia, seperti di perairan sekitar Sulawesi, Maluku, bagian barat
Papua dan Nusatenggara. Sebaliknya, di perairan Jawa, terutama
bagian selatan dan Sumatera bagian timur memiliki persentase tutupan
karang yang rendah dan keanekaragaman jenis yang juga rendah.
Lokasi perairan yang langsung menghadap Samudera Hindia dan selalu
mendapatkan hempasan gelombang yang sangat kuat turut berperan
terhadap kurang berkembangnya karang di kawasan ini.
Selain itu, di perairan Kalimantan, terutama pada perairan tempat
bermuaranya sungai-sungai besar seperti di perairan bagian barat dan
selatan Pulau Kalimantan, hampir tidak dijumpai pertumbuhan karang.
Pertumbuhan karang dijumpai pada pulau-pulau yang letaknya relatif
jauh dari Pulau Kalimantan seperti Pulau Sangalaki dan Pulau Derawan.

C. Jenis Karang Endemis


Kejadian geologi masa lalu dan kondisi lingkungan perairan
saat ini telah menciptakan penghalang geologis yang memberikan
variasi terhadap pola spesiasi dan endemisasi biota karang. Perairan
barat dan timur Indonesia yang dipisahkan oleh garis Wallace secara
geologis memiliki asal usul lempeng benua yang berbeda, sehingga
sangat memungkinkan terjadi proses spesiasi dan endemisasi yang
tinggi terhadap biota karang. Beberapa jenis karang endemis telah
ditemukan dan diidentifikasi di beberapa perairan Indonesia (Gambar
11), yaitu Acropora suharsonoi (Gambar 12), Indophyllia macassarensi
(Gambar 13), Isopora togianensis (Gambar 14) dan Euphyllia baliensis
(Gambar 15).

D. Status terumbu karang Indonesia


Terumbu karang sangatlah dinamis dimana perubahannya dari
waktu ke waktu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
aktivitas manusia. Kedua faktor tersebut berbeda baik secara waktu
maupun tempat. Adanya fenomena-fenomena alam seperti aktivitas

12 STATUs TERUMBU KARANG


STATUs TERUMBU KARANG
Gambar 11. Spesies karang endemis di perairan Indonesia

13
Foto: Muhammad Abrar, P2O-LIPI

Gambar 12. Acropora suharsonoi

Foto: Agus Budiyanto, P2O-LIPI

Gambar 13. Indophyllia macassarensis

14 STATUs TERUMBU KARANG


Foto: Muhammad Abrar, P2O-LIPI

Gambar 14. Isopora togeanensis

Sumber: Turak, 2012

Gambar 15. Euphyllia baliensis

STATUs TERUMBU KARANG 15


vulkanis, tsunami, dan peningkatan suhu air laut secara global juga sangat
berpengaruh secara langsung kepada kondisi terumbu karang secara
umum. Kondisi terumbu karang terkini merupakan hasil dari proses-
proses dinamika terumbu karang baik itu berupa penurunan maupun
kenaikan persentase tutupan karang hidup.
Berdasarkan data yang terkumpul di masing-masing stasiun
penelitian, kondisi terumbu karangnya dikelompokkan kedalam 4
kategori berdasarkan tutupan karang hidupnya, seperti yang telah
diuraikan pada Gambar 1 sebelumnya. Selanjutnya, masing-masing
stasiun yang terdiri dari beberapa lokasi tersebut, untuk praktisnya,
dikelompokkan ke dalam 3 wilayah yaitu (1) bagian barat Indonesia, (ii)
bagian tengah Indonesia, dan (iii) bagian Timur Indonesia. Pembagian
wilayah tersebut berdasarkan peta pada Gambar 16.
Secara umum, hasil yang diperoleh dari 1064 stasiun di 108 lokasi
yang menyebar di seluruh perairan Indonesia (Lampiran 4), kondisi
terumbu karang yang dalam kondisi sangat baik sebesar 6,39%, kondisi
baik sebesar 23,40%, kondisi cukup sebesar 35,06% dan kondisi jelek
sebesar 35.15% (Tabel 2). Adanya perbedaan kondisi terumbu karang
yang diperoleh erat kaitannya dengan kondisi lingkungan masing-masing
wilayah. Wilayah Indonesia bagian barat dipengaruhi langsung oleh
Samudra Hindia dan fenomena-fenomena alam, baik tsunami ataupun
gempa. Di Indonesia Tengah dan Timur merupakan jalur Arlindo dimana
arus yang berasal dari Pasifik yang membawa banyak larva dan kaya akan
nutrient. Hal ini akan membuat daerah-daerah yang dilalui mempunyai
keanekaragaman yang tinggi dan tentunya kondisi habitat yang baik.
Meskipun demikian, gangguan manusia terhadap terumbu karang
sangat menentukan kondisi terumbu karang itu sendiri. Sebaik apapun
kondisi terumbu karang di suatu lokasi, bila terus menerus mendapatkan
gangguan/tekanan tentunya akan dapat merusak ekosistem terumbu
karang. Kecenderungan perubahan status terumbu karang Indonesia
mulai dari tahun 1993 hingga akhir 2016 disajikan pada Gambar 17

16 STATUs TERUMBU KARANG


Bagian Barat Indonesia
Bagian Tengah Indonesia
Bagian Timur Indonesia

STATUs TERUMBU KARANG


17
Gambar 16. Pembagian wilayah untuk penyajian status terumbu karang di Indonesia.
Jelek
Cukup
Baik

STATUs TERUMBU KARANG


Sangat
Baik
Gambar 17. Kecenderungan perubahan status terumbu karang di Indonesia.

18
Tabel 2. Status terumbu karang Indonesia 2017 (berdasarkan data hingga tahun 2016)
Jumlah Sangat
No Lokasi Baik Cukup Jelek
stasiun Baik
Bagian Barat Indonesia
1 Weh, Sabang (Aceh) 10 0 1 8 1
2 Simeulue (Aceh) 5 0 0 3 2
3 Sibolga dan Tapanuli Tengah (Sumatera Utara) 13 0 1 2 10
4 Nias Utara (Sumatera Utara) 8 0 0 0 8
5 Kepulauan Hinako, Nias Barat (Sumatera Utara) 4 0 0 2 2
6 Teluk Dalam, Nias Selatan (Sumatera Utara) 3 0 0 0 3
7 P.P. Batu, Nias Selatan (Sumatera Utara) 9 0 0 0 9
8 Mentawai (Sumatera Barat) 9 0 1 2 6
9 KKPN Pieh (Sumatera Barat) 10 0 4 4 2
10 Enggano (Bengkulu) 12 0 1 3 8
11 Pulau Tikus, Bengkulu (Bengkulu) 3 0 0 3 0
12 Kaur (Bengkulu) 7 0 1 3 3
13 Pulau Pisang, Lampung Barat (Lampung) 14 5 5 4 0
14 Teluk Ratai (Lampung) 4 1 2 0 1
15 Bakauheni (Lampung) 10 0 2 4 4
16 Teluk Lampung (Lampung) 18 5 8 3 2
17 Krakatau (Lampung) 8 0 1 5 2
18 Tambelan, Kepri (Kepulauan Riau) 12 8 3 1 0
19 KKPN Anambas (Kepulauan Riau) 12 0 4 7 1
20 Natuna (Kepulauan Riau) 18 0 0 5 13
21 Bintan (Kepulauan Riau) 14 0 2 12 0
22 Senayang-Lingga (Kepulauan Riau) 11 0 0 7 4
23 Batam (Kepulauan Riau) 19 0 5 9 5
24 Bangka (Bangka Belitung) 10 1 3 3 3
25 Belitung (Bangka Belitung) 11 0 2 6 3
26 Taman Nasional Baluran, Situbondo (Jawa Timur) 5 1 0 2 2
27 Pasir Putih, Situbondo (Jawa Timur) 4 0 2 2 0
28 Merak (Banten) 5 0 0 1 4
29 Ujung Kulon, Selat Sunda (Banten) 16 0 1 6 9
30 Teluk Banten (Banten) 4 0 4 0 0
31 Kepulauan Seribu (Jakarta) 52 0 16 12 24
32 Indramayu (Jawa Barat) 10 6 1 2 1
33 Nusakambangan, Cilacap (Jawa Tengah) 3 0 0 1 2
34 Jepara (Jawa Tengah) 5 0 0 1 4
35 Karimunjawa (Jawa Tengah) 38 10 15 12 1
36 Pantai Wediombo, Gunung Kidul (Yogyakarta) 3 0 0 2 1
37 Trenggalek, Perigi Bay (Jawa Timur) 5 0 0 0 5
38 Madura (Jawa Timur) 12 2 8 2 0
39 Kepulauan Kangean, Sumenep (Jawa Timur) 7 0 4 3 0
40 Bawean (Jawa Timur) 8 0 2 6 0
41 Kepulauan Karimata (Kalimantan Barat) 4 0 1 3 0
Total Bagian Barat 435 39 100 151 145
Persentase 8,97% 22,99% 34,71% 33,33%

STATUs TERUMBU KARANG 19


Jumlah Sangat
No Lokasi Baik Cukup Jelek
stasiun Baik
Bagian Tengah Indonesia
42 Kalimantan Selatan 4 0 1 1 2
43 Kepulauan Matasiri (Kalimantan Selatan) 5 0 0 1 4
44 Sangkulirang (Kalimantan Timur) 3 0 1 1 1
45 Derawan Islands (Kalimantan Timur) 6 0 0 5 1
46 Teluk Gilimanuk (Bali) 6 0 1 1 4
47 Bali 19 1 4 2 12
48 KKPN Gili Matra (West Nusatenggara) 8 0 0 3 5
49 Lombok Islands (West Nusatenggara) 36 2 7 9 18
50 Sekotong, Lombok (West Nusatenggara) 12 0 0 3 9
51 Pulau Keramat, Sumbawa (NTB) 12 5 4 3 0
52 Sumbawa (NTB) 3 0 3 0 0
53 Komodo Islands (East Nusatenggara) 27 3 11 8 5
54 Sumba (NTT) 8 0 0 5 3
55 Rinca (NTT) 14 3 5 2 4
56 Kab Sikka, Maumere (NTT) 14 0 0 2 12
57 Flores Timur (NTT) 10 0 7 2 1
58 Lamalera, Lembata (NTT) 8 0 5 2 1
59 Perairan Lembata (NTT) 8 0 5 2 1
60 Tablolong dan Semau, Kupang, KKPN Laut Sawu (NTT) 6 0 0 2 4
61 Rote Ndao, KKPN Laut Sawu (NTT) 6 0 2 0 4
62 Kota Makassar (Sulawesi Selatan) 13 0 0 5 8
63 Pangkep (Sulawesi Selatan) 15 0 3 4 8
64 Selayar Islands (Sulawesi Selatan) 12 0 0 8 4
65 KKPN Kapoposang (Sulawesi Selatan) 13 0 6 7 0
66 Taka Bonerate (Sulawesi Selatan) 12 0 0 3 9
67 Kendari (Sulawesi Tenggara) 9 0 4 2 3
68 Buton (Sulawesi Tenggara) 5 0 0 3 2
69 Buton Tengah (Sulawesi Tenggara) 5 0 1 1 3
70 Buton Selatan (Sulawesi Tenggara) 5 0 0 4 1
71 Wakatobi (Sulawesi Tenggara) 15 0 0 8 7
72 Kabupaten Konawe (Sulawesi Tenggara) 9 0 1 5 3
73 Kepulauan Tiga (Sulawesi Utara) 6 0 0 6 0
74 Kepulauan Togian (Sulawesi Tengah) 8 0 4 4 0
75 Banggai (Sulawesi Tengah) 9 1 3 3 2
76 Luwuk (Sulawesi Tengah) 3 0 2 1 0
77 Palu (Sulawesi Tengah) 8 0 6 2 0
78 Kwandang Bay (Gorontalo) 4 0 2 2 0
79 Dulupi Island (Gorontalo) 4 0 0 3 1
80 Pantai Manado (Sulawesi Utara) 3 0 0 3 0
81 Minahasa (Sulawesi Utara) 3 0 2 0 1
82 Bunaken & Siladen (Sulawesi Utara) 6 1 1 3 1
83 Lembeh, Bitung (Sulawesi Utara) 13 2 6 2 3
84 Kumeke Island (Sulawesi Utara) 9 1 2 2 4
85 Kepulauan Tagulandang (Sulawesi Utara) 3 1 1 1 0
Total Bagian Tengah 407 20 100 136 151
Persentase 4,91% 24,57% 33,42% 37,10%

20 STATUs TERUMBU KARANG


Jumlah
No. Lokasi Sangat Baik Baik Cukup Jelek
stasiun
Bagian Timur Indonesia
86 Ternate (Maluku Utara) 5 0 1 1 3
87 Tidore (Maluku Utara) 6 0 1 5 0
88 Halmahera Barat (Maluku Utara) 3 0 1 1 1
89 Tobelo, Halmahera Utara (Maluku Utara) 14 0 4 2 8
90 Teluk Ambon (Maluku) 10 1 5 2 2
91 Bagian barat Seram (Maluku) 4 0 3 1 0
92 Bagian timur Seram (Maluku) 16 0 3 8 5
93 Kepulauan Kei (Maluku) 17 2 3 7 5
94 Kepulauan Leti (Maluku) 7 0 3 3 1
95 KKPN Aru Tenggara (Maluku) 12 0 2 6 4
96 KKPN Laut Banda Islands (Maluku) 12 0 4 3 5
97 Lucipara Islands (Maluku) 8 5 3 0 0
98 Wetar (Maluku) 8 0 1 5 2
99 Morotai (Maluku Utara) 14 0 0 1 13
100 Misool, Raja Ampat (Papua Barat) 7 0 1 5 1
101 KKPN Kab. Raja Ampat (Papua Barat) 9 0 0 8 1
102 Teluk Cendrawasih (Papua Barat) 12 1 7 4 0
103 KKPN Waigeo Barat (Papua Barat) 8 0 0 4 4
104 Selatan Waigeo, Kab. Raja Ampat (Papua Barat) 7 0 1 4 2
105 Batang Pele, Kab. Raja Ampat (Papua Barat) 5 0 2 3 0
Salawati & Batanta, Kab. Raja Ampat (Papua
106 12 0 2 4 6
Barat)
107 Biak (Papua) 13 0 0 2 11
108 KKPN Padaido (Papua) 13 0 2 7 4
Total Bagian Timur 222 9 49 86 78
Persentase 4,05% 22,07% 38,74% 35,14%
Jumlah
TOTAL INDONESIA Sangat Baik Baik Cukup Jelek
stasiun
Total 1064 68 249 373 374
Persentase 6.39% 23.40% 35.06% 35.15%
Jelek = Tutupan karang hidup 0 - 25 % Baik = Tutupan karang hidup 51 - 75%
Cukup = Tutupan karang hidup 26 - 50 % Sangat baik = Tutupan karang hidup 76 - 100 %

STATUs TERUMBU KARANG 21


STATUs TERUMBU KARANG
22
Foto: Agus Budiyanto, P2O-LIPI
UCAPAN 5
Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
- FIKP Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang (UMRAH),
- FIKP Universitas Hasanuddin - Makassar (UNHAS),
- FPIK Universitas Sam Ratulangi - Menado (UNSRAT),
- FKIP Universitas Mataram Lombok (UNRAM), dan
- FPIK Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP)
atas kerjasamanya dalam melakukan pengambilan data terumbu
karang di beberapa lokasi penelitian.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak, yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu hingga
terlaksananya penulisan buku ini. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan semuanya. Aamiin.

STATUs TERUMBU KARANG 23


24 STATUs TERUMBU KARANG
Foto: Agus Budiyanto, P2O-LIPI
DAFTAR

Pustaka
6
Abrar, M., I. Bachtiar and A. Budiyanto. 2012. Struktur komunitas dan penyakit pada
karang (Scleractinia) di perairan Lembata, Nusa. Tenggara Timur. Ilmu Kelautan :
Indonesian Journal of Marine Sciences 17 (2) : 63-73
Azkab, M.H., A. Budiyanto and Yahmantoro, 1996.
Konservasi terumbu karang dan ekosistemnya di perairan Jawa timur. LIPI. 122p.
Banjarnahor, J. and Suyarso, 2000. Laporan Sumberdaya Kelautan Kawasan
Pengembangan dan Pengelolaan Laut Kalimantan Timur. P3O-LIPI. 93p.
Best, M.B., B.W. Hoeksema, W.Moka, H. Moll, Suharsono and Nyoman Sutarna. 1989.
Recent Scleractinian Coral species collected during the Snellius II expedition in
Eastern Indonesia. Neth.. J. Sea Res. 23 (2): 107-115.
Brown, B.E. and Suharsono. 1990. Damage and recovery of coral reefs affected by El
Nino related seawater warming in the Thousand Islands, Indonesia. Coral Reefs
8:163-170.
Cappenberg, H.A.W and F.D. Hukom. 2010. Monitoring Terumbu Karang Bintan (Pulau-
pulau Tambelan). COREMAP-LIPI
Edinger, E.N., J. Kolosa., and M.J. Risk. 2000. Biogeographic vriation in coral species
diversity on corl reefs in three regions of Indonesia. Biodiver Research : Diversity
and Distribution. 6 : 113-127.
E. V.A.H. Liogu. 2012. Status dan Kondisi Ekosistem Terumbu Karang pada Rataan
Terumbu di Titik Penyelaman Tawara dan Timur Pulau Bunaken. Skripsi S1 PS
Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK Universitas Sam Ratulangi, Manado, 55p.
Erdmann, M.V., 1995. Destructive Fishing Practices in the Pulau Seribu Archipelago.
In: Soemodihardjo, S. (ed.) Proc. Coral Reef Evaluation Workshop Pulau Seribu,
Jakarta, Indonesia. p. 84-89.
Hukom, F.D. 2010. Monitoring Terumbu Karang Nias (Pulau-pulau Hinako). COREMAP-
LIPI.
Kambey, A. D. 2014. Kondisi terumbu karang Pulau Bunaken, Provinsi Sulawesi Utara.
Jurnal ilmiah Platax 2(1): 19-24.
Kaunang, S. Ch, L. T. X. Lalamentik and A. B. Rondonuwu. 2015. Kondisi dan status
pengelolaan terumbu karang di Pulau Lembeh, Kota Bitung. Jurnal Ilmiah Platax
3(2): 79-89
Lazuardi, I. 2013. Analisa kesesuaian perairan untuk wisata snorkeling dan diving di
Pulau Pisang bagian utara Kecatamatn Pesisir Utara Lampung Barat. Skripsi.
FPIK,Universitas Diponegoro. 78p.
Liogu, T.D. 2008. Struktur komunitas karang Scleractinia pada substrat buatan (batu)
di Kawasan Reklamasi Megamas Kota Manado. Skripsi S1 FPIK Universitas Sam
Ratulangi, 117 pp.
Manuputty, A.E.W. 2010. Monitoring Terumbu Karang Nias Selatan (Pulau-pulau Batu
dan Teluk Dalam) Tahun 2010. COREMAP-LIPI.

STATUs TERUMBU KARANG 25


Pichon M. 1995. Coral Reef Ecosystem. Encylopedia of Environmental Biology (1): 425-
443.
Putra, S.A., A. Damar, and A. M. Samosir. 2014. Colonization of Coral Communities
in the Krakatau Islands Strict Marine Nature Reserve, Indonesia (Kolonisasi
Komunitas Karang di Kepulanan Krakatau). Indonesian Journal of Marine Sciences
Vol. 19 (2): 63-74.
Siringoringo, R. M., and T.A. Hadi. 2013. The Condition and Distribution of Stony Corals
(Scleractinia corals) in Bangka Water. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
5(2).
Souhoka, J. and P. Makatipu. 2010. Monitoring Terumbu Karang Nias Selatan (Pulau
Hibala). COREMAP-LIPI.
Suharsono. 2007. Orasi pengukuhan Profesor Riset bidang Ilmu Oseanografi. Pengelolaan
Terumbu Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. 112pp.
Suharsono. 2008. Jenis-Jenis Karang di Indonesia/Suharsono. Jakarta : LIPI Press.
344pp.
Sukarno, N. Naamin and M. Hutomo, 1986. The status of coral reef in Indonesia. Proc.
MAB-COMAR regional workshop on coral reef ecosystems: their management
practices and research/training needs. UNESCO : MAB-COMAR : LIPI.
Jakarta:24-33.
Suharsono and Giyanto. 2006. A formulation approach to quantify the abundance of
coral genera. Mar Res Indonesia 31:1-11.
Suharsono, N. Wentao, Supono, J. Sahauka and A. Budiyanto. 2012. Status of Coral
Reefs in the Lembeh Strait and Adjacent Water, North Sulawesi. Mar. Res.
Indonesia Vol.37, No.2: 5761.
Turak, E. and J. Souhoka. 2003. Coral diversity and the status of coral reefs in the Raja
Ampat Islands. In: Donnelly R, Neville D, Mous P (eds) Report on a rapid ecological
assessment of the Raja Ampat Islands, Papua, Eastern Indonesia, held October 30
November 22, 2002. The Nature Conservancy Southeast Asia Center for Marine
Protected Areas, Sanur, Bali Indonesia
Turak, E., L DeVantier and M. Erdmann. 2012. Euphyllia baliensis sp. nov. (Cnidaria:
Anthozoa: Scleractinia: Euphylliidae): a new species of reef coral from Indonesia.
Zootaxa 3422: 5261.
Veron J.E.N., L.M, Devantier., E. Turak., A.L. Green., S. Kininmonth., M. Stafford-Smith
and N. Peterson. 2009. Delineating the coral triangle. Galaxea, Journal of Coral Reef
Studies. 11 : 91-100.
Veron J.E.N. 2000a. Corals of the world. Vol 1. Townsville: AIMS. 463 pp.
Walangitan, J.R. 1999. Kondisi karang batu di Timur Pulau Talise dan Pulau
Kinabohutan, Kecamatan Likupang. Kabupaten Minahasa. 41 pp.
Well, S.M. (ed.). 1988. Coral reefs of the world. Vol. 2: Indian Ocean, Red Sea and Gulf.
United Nations Environment Programme - International Union for Conservation of
Nature and natural resources.
White, A.T. 1987. Coral reefs valuable resources of Southeast Asia. ICLARM education
series, Manila, Philippines: 36 p.
Widhianingrum, I. 2013. Studi kesesuaian perairan untuk ekowisata diving dan
snorkeling di perairan Pulau Keramat, Kabupaten Sumbawa, Privinsi Nusa
Tenggara Barat. Skripsi. FPIK, UNDIP. 89p.
Zamani, N.P. 2015. Kondisi terumbu dan asosiasinya dengan bintang laut di Perairan
Pulau Tunda, Kabupaten Seram, Provinsi Banten. Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan, 6(1): 1-10.
Zirzis, M.G. 2014. Sebaran Spalsial dan Kelimpahan Ikan Karang pada sisi barat dan
timur di Perairan Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, FPIK, UNDIP, Semarang. 107p.

26 STATUs TERUMBU KARANG


DAFTAR
Lampiran

STATUs TERUMBU KARANG


Lampiran 1. Peta sebaran terumbu karang di Indonesia

27
7
STATUs TERUMBU KARANG
28
Lampiran 2. Peta sebaran jumlah jenis (spesies) karang di Indonesia
STATUs TERUMBU KARANG
Lampiran 3. Peta sebaran jumlah marga (genera) karang di Indonesia

29
STATUs TERUMBU KARANG
30
Lampiran 4. Peta status terumbu karang di Indonesia

Você também pode gostar