Você está na página 1de 36

Atasi Gangguan Gigi Selama Kehamilan

Image by : Dokumentasi Ayahbunda

Perubahan hormon dalam kehamilan, membuat gigi geligi ikut terganggu. Beberapa keluhan,
penyebab dan penangananya di bawah ini, mungkin salah satunya pernah atau sedang Anda
alami.

#Gigi terasa ngilu, berdarah dan lebih sensitif. Sisa makanan atau plak yang mengandung
bakteri, merupakan faktor utama peradangan pada gusi atau gingivitis. Pada kehamilan,
peradangan diperparah oleh peningkatan hormon progesteron dan estrogen. Itu sebabnya
peradangan gusi pada wanita hamil lebih parah dibanding yang tidak hamil, meski
keberadaan jumlah plak sama.
Atasi: Sikatlah gigi dua kali sehari, setelah makan dan sebelum tidur. Tujuannya agar sisa
makanan tidak tertinggal terlalu lama dan melekat pada gigi. Gunakan dental floss, berkumur
dengan obat kumur, serta mengunjungi dokter gigi secara berkala sebelum, selama dan
setelah kehamilan.

#Gusi bengkak, berdarah dan lebih sensitif. Pada masa kehamilan terjadi peningkatan
hormon yang menyebabkan pelepasan histamin dan enzim proteolitik (enzim penghancur
protein), sehingga terjadi peningkatan respon peradangan pada gusi. Kehamilan
mempengaruhi keparahan daerah yang meradang tersebut, sehingga terjadi pembesaran gusi,
peningkatan kedalaman poket (gusi terlepas dari gigi), dan gigi goyang. Tingkat keparahan
peradangan gusi, biasanya terjadi pada awal bulan kedua atau ketiga, dan mencapai puncak
antara trimester kedua dan ketiga. Biasanya, setelah dua bulan melahirkan, keparahan
tersebut menurun dan setelah setahun kondisi gusi kembali sama seperti sebelum hamil.
Namun, gusi tidak akan normal jika plak masih ada.
Atasi: Lakukan pembersihan plak secara cermat, dan kunjungi dokter gigi untuk pembersihan
menyeluruh. Perawatan terbaik dilakukan pada usia kehamilan trimester kedua.
#Gusi bengkak dan wajah menjadi bengkak mirip gondongan. Adanya peradangan gusi
dengan gejala klinis gusi bengkak, dapat menyebabkan terjadinya lymphadenopaty, yaitu
pembengkakan pada kelenjar limfe. Perlu dilihat kembali, apakah pembengkakan pada gusi
tersebut terjadi karena keberadaan karang gigi, akar gigi, atau adanya gigi berlubang. Atasi:
Untuk mengatasi pembengkakan, dapat diberikan antibiotik yang aman selama kehamilan,
antara lain dari golongan Penicillin. Kunjungi dokter gigi untuk pemeriksaan menyeluruh.

#Sering sariawan. Sariawan dapat disebabkan oleh menurunnya daya tahan tubuh.
Atasi: Selain mengkonsumsi buah, sayuran, serta suplemen vitamin B dan C, pastikan
seluruh asupan makanan Anda sehari-hari, bergizi lengkap, agar daya tahan tubuh menjadi
baik. Kunjungi dokter gigi untuk melihat adanya gigi atau tambalan yang tajam. Selain itu,
berhati-hatilah saat menyikat gigi.

#Bibir kering, pecah-pecah dan bau mulut. Xerostomia atau mulut kering banyak terjadi
pada wanita hamil. Hal ini menyebabkan peningkatan akumulasi plak pada gigi dan
punggung lidah yang menyebabkan bau mulut.
Atasi: Minum air putih minimal 8 gelas perhari, sikat gigi menggunakan pasta gigi yang
mengandung baking soda; sikat lidah; berkumur dengan obat kumur serta mengunyah permen
karet untuk merangsang produksi saliva (air ludah).

#Gigi tanggal tiba-tiba. Disebabkan oleh adanya lubang atau karena goyang? Dan, apakah
tanggalnya sebagian, patah di bagian leher gigi, atau seluruhnya? Perlu ditelusuri riwayat
keluarga, apakah ada yang mengalami kejadian serupa.
Atasi: Sebaiknya dilakukan pemeriksaan menyeluruh, berupa pemeriksaan klinis dan
radiografis, agar dapat ditegakkan diagnosis yang tepat untuk melakukan perawatan yang
tepat. Namun, karena Anda sedang hamil, pemeriksaan radiografis berupa Rontgen sebaiknya
ditunda sampai melahirkan, karena dapat membahayakan janin.

#Rahang terasa bergeser, sulit membuka mulut dan saat membuka mulut terdengar
bunyi klik, dan terkadang disertai pusing. Kemungkinan adalah gangguan pada temporo
mandibular joint (sendi yang berfungsi menggerakan rahang bawah) atau TMJ, yang dapat
disebabkan oleh trauma akut atau trauma kronis. Trauma akut misalnya akibat benturan pada
daerah rahang. Sedangkan trauma kronis misalnya akibat kebiasaan pengunyahan yang tidak
baik seperti bruxism (menggerutukkan gigi) dan clenching (mengatupkan gigi geligi dengan
kuat). TMJ merupakan bagian dari sistem pengunyahan bersama sama dengan otot
pengunyahan, gigi geligi, persyarafan dan pembuluh darah yang mendukung sistem tersebut.
Atasi: Salah satu cara mengatasi gangguan TMJ adalah minum obat muscle relaxant (obat
yang membuat otot-otot rahang menjadi lentur). Namun, untuk menegakkan diagnosis dan
merumuskan perawatan dengan tepat, perlu pemeriksaan klinis, radiografis dan penelusuran
riwayat dental pasien. Karena sedang hamil, pemeriksaan radiografis berupa Rontgen tidak
boleh dilakukan karena bisa membahayakan janin. Untuk perawatan saat ini, lakukan
kompres dingin (ice pack) 10 menit pada sisi wajah yang terkena, lalu lakukan peregangan
dan latihan rahang, diikuti kompres lagi 5 menit. Lakukan tiga kali sehari, sertai dengan
pemberian makanan lunak untuk mencegah rahang membuka terlalu lebar. Apel sikat gigi
alami, sebab dapat mengurangi pembentukan bakteri penyebab gigi berlubang dan
meningkatkan produksi air ludah. (me)
Merawat Gigi Ibu Hamil

Image by : Dokumentasi Ayahbunda

Perawatan gigi sebelum dan selama hamil sangat penting. Perawatan tak hanya penting
untuk ibu, tapi juga untuk janin.

Keselamaran ibu dan janin. Sakit gigi selagi hamil tentu tak enak. Bukan hanya rasa sakit
yang akan mengganggu kenyamanan selama hamil. Penanganan akan jadi lebih rumit, sebab
ada beberapa bahan penambal gigi yang harus dihindari ibu hamil. Selain itu, bakteri gigi dan
mulut akibat kesehatan mulut ibuhamil yang kurang terawat bisa mengancam keselamatan
janin di masa awal kehamilan. Agar hal-hal tersebut tak terjadi, tidak ada jalan lain, kecuali
rajin merawat gigi. Perawatan gigi paling dasar dan wajib adalah menggosok gigi habis
makan, paling tidak 23 kali sehari. Lalu melakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan ke
dokter gigi selagi hamil.

Perubahan hormon selama hamil berpengaruh besar terhadap kesehatan mulut dan gigi.
Tidak jarang ada ibuhamil mengalami pembengkakan gusi sehingga gampang berdarah.
Masalah lain, morning sickness yang kerap dialami di awal kehamilan turut berperan dalam
menaikkan derajat keasaman mulut yang berujung pada gigi berlubang. Walau kerap terasa
mual, sebaiknya tetap bersihkan gigi secara rutin di trimester pertama ini.

Beberapa hal perlu dilakukan untuk merawat gigi selama masa kehamilan, diantaranya:

Gunakan pasta gigi yang membuat mulut segar agar Anda tidak merasa mual. Kini
pilihan aroma beraneka yang bisa dipilih ibu hamil. Pilih yang sesuai dengan
preferensi Anda.
Segera berkumur setelah muntah, agar sisa asam lambung dari perut terbuang dari
mulut dengan air hangat atau matang.

Apabila perlu, berkumurlah dengan obat kumur, jika mulut Anda terasa kurang
nyaman

Gunakan benang gigi (dental floss) untuk membersihkan sisa makanan yang menyelip
di antara geligi.

Batasi konsumsi makanan yang terlalu asam dan manis karena berpotensi merusak
gigi.

Jangan lupa mengonsumsi makanan mengandung kalsium karena perkembangan


gigi janin ditentukan sejak trimester pertama.

6 Alasan Pentingnya Ibu Hamil Jaga


Kesehatan Gigi
Penulis : Bidan Romana Tari | Rabu, 17 Oktober 2012 | 18:53 WIB

KOMPAS.com - Kesehatan mulut dan gigi ibu hamil sebaiknya mendapat perhatian yang
serius, bahkan sejak sebelum menikah. Hal ini mengingat dampak yang ditimbulkan dapat
berpengaruh terhadap kehamilan. Salah satu kepedulian tentang kesehatan gigi ibu hamil
adalah dengan menyebarluaskan informasi bagaimana merawat gigi dengan benar sejak
sebelum hamil dan saat kehamilan.

Perawatan kesehatan gigi yang benar akan membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan
bayi. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007 menunjukkan 72,1 persen
penduduk Indonesia mengalami karies pada gigi. Penduduk yang mengalami gangguan
kesehatan gigi ini tentu saja termasuk ibu hamil dan wanita usia subur.

Mengapa kesehatan gigi dan mulut penting bagi ibu hamil ?

1. Selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi.

Bila ibu hamil mengalami gangguan pada mulut dan gigi maka kebutuhan pemenuhan
makanan tersebut akan terganggu. Terutama bila ibu hamil mengalami karies atau gigi
keropos dan berlubang ibu tidak dapat mengunyah makanan dengan baik, akibatnya gizi janin
kurang dan bayi mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.

2. Ibu hamil mengalami perubahan hormon baik itu progesteron maupun estrogen.

Dampak dari perubahan hormon kehamilan itu dapat mempengaruhi kesehatan mulut dan
gigi, contoh ibu hamil trimester pertama sering muntah dan kelebihan air liur, rasanya ingin
meludah terus menerus. Bila tidak rajin kumur dan menggosok gigi maka kuman dan bakteri
penyakit mudah tumbuh, bau mulut (halitosis) dan jamur atau sariawan pada rongga mulut.

3. Peningkatan risiko terjadinya pembengkakan gusi maupun perdarahan pada gusi.

Hal ini karena terjadi pelunakan dari jaringan daerah gusi akibat peningkatan hormon. kadang
timbul benjolan-benjolan berwarna bengkak kemerahan pada gusi, dan gusi mudah berdarah

4. Terganggu kenyamanan dan kurang istirahat akibat sering sakit gigi dan ngilu.

Pada saat hamil kondisi gigi yang mengalami caries akan bertambah parah akibat penyerapan
kalsium dari tubuh ibu hamil yang dibutuhkan bayi untuk proses pertumbuhan.

5. Ibu hamil dengan keadaan gigi yang rusak cukup parah akan merangsang keluarnya
hormon prostaglandin.

Hormon bersifat merangsang timbulnya kontraksi pada rahim. Bila terus menerus rahim
berkontraksi maka kelahiran prematur bahkan keguguran dapat terjadi.

6. Infeksi pada gigi ibu hamil dapat menginfeksi janin dalam kandungan.

Menurut hasil penelitian yang dimuat Journal Of Obstetrics Gynecology, Yiping Han peneliti
dari Case Western Reserve University tahun 2010, melaporkan ibu yang gusinya terinfeksi
dapat menularkan infeksi pada janin melalui peredaran darah plasenta. Pada kasus yang
diteliti ini terbukti kuman Fusobacterium nucleatum yang menginfeksi gusi ibu ditemukan
dalam tubuh janin dan mengakibatkan keguguran. Sementara itu North Carolina menemukan
fakta bahwa Bakteri Streptococcus mutans yang merupakan penyebab gigi berlubang dapat
menyebar ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah, dan selanjutnya dapat mencapai jantung
dan menyebabkan gangguan pada jantung ibu hamil. (kutipan, Intisari 2010)
Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mulut dan
gigi?

Sebelum hamil :

1. Lakukan penyikatan gigi secara benar dan gerakan sikat melingkar dengan hati hati di sela
sela gigi. Sikat gigi arah atas ke bawah dan sebaliknya arah bawah ke atas.

2. Menyikat gigi secara teratur dengan pasta gigi yang sesuai dua kali sehari dan malam
menjelang tidur

3. Hindari makanan terlalu panas,dingin dan asam, ngemil dan menggigit makanan yang
terlalu keras.

4. Hindari kebiasaan menusuk lubang pada gigi, terlebih dengan alat yang tidak bersih. Bila
terdapat lubang, lakukan perawatan gigi ke dokter.

5. Bila menggunakan gigi palsu yang bisa dilepas lakukan perawatan dengan disikat bersih
dan di rendam dengan cairan obat kumur agar tidak tumbuh jamur atau bakteri

6. Bersihkan plak atau karang gigi secara teratur ke dokter gigi. Enam bulan sebelum
menikah cek kesehatan gigi dan mulut ke dokter

7. Hindari kebiasaan merokok, karena racun nikotin merusak lapisan gigi

TIPS merawat gigi pada ibu hamil :

1. Gunakan sikat gigi yang lembut dan ukuran yang sesuai.

2. Pada waktu ibu hamil muntah atau sering mengeluarkan air liur jangan lupa untuk
berkumur, bisa dengan air hangat yang dibubuhi garam. Kumur dengan air hangat juga
bermanfaat untuk membersihkan sisa lemak - lemak pada rongga mulut dan sela gigi

3. Bila perlu pilih pasta gigi yang tidak merangsang terjadinya alergi, terutama untuk gusi
yang sensitif

4. Lakukan penyikatan gigi secara benar dan gerakan sikat melingkar dengan hati hati di sela
sela gigi. Sikat gigi arah atas ke bawah dan sebaliknya arah bawah ke atas.

5. Bila ada gangguan kesehatan pada mulut yang perlu menggunakan obat kumur, sebaiknya
memperhatikan label pada kemasan tentang keterangan kontra indikasi untuk ibu hamil .
Penggunaan obat kumur terutama untuk mengatasi bakteri penyebab bau mulut maupun
membersihkan keasaman pada rongga mulut bagi ibu hamil perlu berkonsultasi dengan
dokter gigi.

6. Bila mempunyai gigi palsu lakukan perawatan gigi palsu secara teratur

7. Konsumsi buah buahan berserat yang banyak mengandung vitamin C

8. Penuhi kebutuhan kalsium sesuai dengan anjuran dokter atau bidan, terutama dari sumber
zat makanan alami.

Salam hangat semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya wanita usia subur dan ibu hamil

Kondisi Gigi Cermin Kesehatan Tubuh


Senin, 15 Oktober 2012 | 15:19 WIB

shutterstock
TERKAIT:

Sikat Gigi Baiknya Tunggu Sejam Usai Makan?

Absen Sikat Gigi Malam Hari Suburkan Kuman

Malas Sikat Gigi Bisa Memicu Kanker?

Jadwal Menggosok Gigi yang Baik

5 Keuntungan Bergigi Sehat

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gigi merupakan gambaran secara menyeluruh kondisi


kesehatan seseorang, karena banyak penyakit di dalam tubuh berawal dari kondisi gigi.
Demikian dikatakan pakar kesehatan gigi dan mulut dari Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Hastoro Pintadi drg. Sp.Prost.

"Kondisi gigi yang tidak sehat akan menyebabkan kuman atau bakteri yang ada di rongga
mulut masuk ke dalam tubuh, sehingga muncul penyakit seperti jantung dan ginjal," kata
Hartoro di Yogyakarta, Senin (15/10/2012).

Oleh karena itu, menurut dia, sangat penting bagi setiap orang untuk merawat giginya dengan
baik, agar kesehatan tubuhnya tetap terjaga.
"Cara ideal dalam merawat gigi sebenarnya cukup mudah dan tidak memerlukan biaya yang
mahal," ungkap Ketua Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY) itu di sela-sela pemeriksaan gigi gratis dalam rangka Bulan Kesehatan
Gigi Nasional 2012.

Ia mengatakan cara yang paling ideal dalam merawat gigi adalah menggosok gigi dua kali
sehari dengan bersih dan memeriksakan gigi ke dokter gigi setiap enam bulan sekali. Dengan
demikian, kesehatan gigi dan anggota tubuh akan tetap terjaga.

Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) UMY Iwan Dewanto,
mengatakan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan giginya saat ini masih kurang.
Masyarakat baru peduli dengan kesehatan giginya jika terasa sakit dan ada keluhan.

"Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan gigi itulah yang perlu terus
menerus ditingkatkan," katanya.

Menurut dia pemeriksaan gigi gratis diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk lebih menjaga kesehatan gigi dan tubuhnya. "Masyarakat juga harus lebih
rajin memeriksakan giginya. Jangan hanya ketika sakit gigi baru ingat dan datang ke dokter
gigi," katanya.

Ia mengatakan kesehatan gigi juga berkaitan dengan cara dan waktu menggosok gigi. Jika
cara menggosok gigi salah dan terlalu lama jangka waktunya justru akan menyebabkan
penyakit.

"Berapa kali kita gosok gigi itu tergantung berapa kali kita makan ditambah dengan sebelum
tidur," katanya.

Menurut dia jika sisa makanan terlalu lama menempel pada gigi atau dalam jangka waktu 6-7
jam akan membuat sisa makanan itu sulit dibuang dan akan menimbulkan lubang pada gigi.

Selain itu, jika menggosok gigi jangan terlalu kencang agar enzim pada gigi tidak terkikis.
Menggosok gigi mempunyai dua fungsi, yakni membersihkan gigi dan memijat gusi. Ia
mengatakan gusi sudah memiliki pertahanan sehingga jika tidak benar menggosok gigi akan
membuat gigi rusak.

"Jadi, pilih bulu sikat gigi yang halus dan menggosok gigi bukan hanya maju-mundur tetapi
juga harus naik-turun," katanya.
Absen Sikat Gigi Malam Hari Suburkan
Kuman
Penulis : Natalia Ririh | Kamis, 6 September 2012 | 07:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, sikat gigi sebaiknya
dilakukan minimal dua kali sehari pada saat pagi sesudah makan dan sebelum tidur. Banyak
orang tidak merasa malas ketika melakukan kebiasaan menyikat gigi di pagi hari. Namun,
berbeda saat malam hari, orang cenderung malas untuk menggosok gigi sebelum pergi ke
tempat tidur.

Padahal, menurut, Ketua Umum PB Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Zaura Rini
Anggraeni, menyikat gigi di malam hari sebelum tidur sangatlah penting. Perkembangbiakan
kuman meningkat dua kali lebih tinggi pada malam hari. "Kuman akan mengeluarkan asam
di malam hari lebih banyak. Kuman beraksi lebih tinggi karena air liur saat malam
berkurang," ujarnya dalam konferensi pers "Bulan Kesehatan Gigi Nasional tahun 2012" di
Jakarta, Rabu (5/9/2012).

Sering absen menyikat gigi baik pada pagi maupun malam hari dapat mempermudah
terciptanya infeksi dan gigi berlubang. Berdasarkan penelitian, penyebab infeksi pada gigi
serupa dengan bakteri penyebab infeksi katup jantung. Gigi yang infeksi akan mengeluarkan
gas, dan apabila terus didiamkan bakteri yang berada di dalamnya yakni Streptococcus, akan
bergerak mengikuti aliran darah.

Bakteri ini akan berhenti di daerah yang disuka pada organ tubuh, misalnya pada jantung,
ginjal atau paru-paru. Selain menyikat gigi, kesehatan gigi ditentukan pula dari asupan
makanan yang masuk ke tubuh.
Menurut Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Prof Eky S. Soria
Soemantri, makanan terlalu manis banyak mengandung gula yang memicu terbentuknya
karang gigi. "Karang gigi bisa menyebabkan gigi berlubang karena itu perlu dibersihkan. Ada
karang gigi yang bisa hilang dengan cara cukup disikat saja. Tapi, karang yang sulit dapat
dibersihkan oleh dokter gigi," ujarnya.

Oleh karena itu, menurut Eky, kunjungan rutin 6 bulan sekali ke dokter gigi adalah penting.
Pemeriksaan ini dapat mencegah, mendeteksi secara dini bila gigi ada kelainan. Anjuran
pemeriksaan ini merupakan anjuran umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), dimana
dokter dapat membantu mendeteksi kondisi gigi pasiennya. "Cek ke dokter belum tentu harus
dirawat. Pemeriksaan itu dimaksudkan untuk mendeteksi apakah gigi pasien ada yang salah
sehingga mudah segera diatasi," ujarnya.

Kerusakan Gigi Bisa Picu Penyakit Kronis


Jakarta, Kompas - Gigi rusak disebabkan bakteri Streptococcus. Jika bakteri masuk aliran
darah, hal itu bisa memicu berbagai penyakit kronis, seperti gangguan jantung, ginjal, dan
kanker. Namun, sebagian besar masyarakat masih mengabaikan kesehatan gigi.

Padahal, menjaga kesehatan gigi merupakan investasi untuk meminimalkan risiko berbagai
penyakit kronis, kata Zaura Rini Anggraeni, Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI), di Jakarta, Rabu (5/9).

Streptococcus merupakan flora alami dalam tubuh. Jika jumlahnya berlebih, ia akan
berkompetisi dengan mengeluarkan racun yang menjadi faktor risiko penyakit lain. Namun,
jumlah Streptococcus tak boleh kurang karena akan memancing peningkatan jumlah jamur.

Jumlah flora alami mulut dapat dipertahankan dengan menyikat gigi dua kali sehari, sesudah
sarapan dan sebelum tidur. Riset Kesehatan Dasar 2007 menyebutkan, 91,1 persen penduduk
menyikat gigi dua kali sehari. Namun, hanya 7,3 persen yang waktu menyikatnya benar.

Butuh usaha keras dan terus-menerus untuk mengubah perilaku menyikat gigi masyarakat,
ujar Ratu Mirah Afifah dari Unilever Indonesia.

Sejak 2010, PDGI, Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (Afdokgi), dan Unilever
Indonesia menggelar Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) antara September dan Oktober
untuk menyadarkan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Dari 40.000 peserta BKGN 2011, sebanyak 93,94 persen harus mendapat perawatan gigi.
Jenis perawatan paling banyak adalah pembersihan karang gigi akibat sakit gusi (29 persen),
tambal gigi (22 persen), dan cabut gigi (17 persen).

Gangguan gusi yang muncul umumnya berupa gusi berdarah, radang gusi, dan bau mulut.
Gangguan ini dipicu karang gigi yang terbentuk dari plak, yakni kumpulan bakteri dari sisa
makanan yang melekat pada gigi.
Menurut Eky S Soeria Soemantri, Ketua Afdokgi yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran, menyikat gigi secara benar bukan jaminan gigi bebas dari masalah.
Gigi juga bisa rusak akibat kandungan fluor atau asam yang terlalu tinggi dalam air. (MZW)

Bahaya Kebiasaan Mengunyah dengan


Satu Sisi Mulut
Penulis : Natalia Ririh | Rabu, 5 September 2012 | 17:29 WIB

Gangguan pada area sekitar mulut, seperti gigi, gusi, atau rahang, memang sangat
menyakitkan.

KOMPAS.com - Apakah selama ini Anda terbiasa mengunyah makanan hanya satu sisi
mulut saja? Jika benar, ada baiknya Anda mulai membiasakan melatih sisi mulut yang kurang
aktif mengunyah. Apabila sisi kanan dan kiri mulut berperan tidak seimbang, hal itu
berpotensi menyebabkan sakit kepala sebelah atau migrain.

"Mengunyah makanan dengan satu sisi mulut menyebabkan otot tebal dan kuat hanya di satu
sisi tersebut. Otot muka di sisi kanan dan kiri menjadi asimetris," kata pakar ortodonti yang
juga Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Prof. Eky S
Soemantri, ketika ditemui di Jakarta, Rabu (5/9/2012).

Eky menambahkan, otot muka asimetris mengakibatkan gangguan sendi otot atau disebut
temporo mandibular joint. Gangguan sendi otot ini dapat menyebabkan penyakit migrain atau
sakit kepala sebelah.

Mengunyah makanan dengan dua sisi mulut juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi
dan mulut. Eky menjelaskan, mengunyah sendiri memiliki sifat self cleansing. Kunyahan
akan memproduksi air liur pada mulut. Air liur ini secara alamiah akan melawan kuman yang
ada di mulut.

"Bila hanya mengunyah di satu sisi saja maka yang akan bersih satu sisi tersebut. Sedangkan
sisi yang lain beresiko lebih banyak timbul plak atau karang gigi," katanya.
Di samping itu, Eky mengingatkan agar saat mengunyah makanan juga harus baik. Jika
kunyahan kurang halus maka akan memperberat kerja pencernaan. Lambung yang bekerja
terlalu berat akan mengeluarkan enzim yang bersifat asam. Keasaman ini lama-kelamaan
dapat menggerogoti lambung dan menyebabkan penyakit maag karena fungsi penyerapan di
lambung berkurang.

Jangan Sepelekan Gigi Berlubang


Penulis : Natalia Ririh | Rabu, 5 September 2012 | 14:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak di antara Anda menganggap masalah gigi berlubang


sebagai hal sepele. Anda kerap mengabaikan kondisi tersebut hingga suatu hari muncul
keluhan gigi terasa begitu menyakitkan.

Faktanya, kesehatan gigi memegang peranan penting sebagai salah satu gerbang kesehatan
tubuh. Seperti disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI), Zaura Rini Anggraeni, kondisi gigi yang sehat dapat mencegah dan menghindari
ancaman risiko infeksi. Sebaliknya, gigi yang berlubang berpotensi menyebabkan penyakit
kronis dalam tubuh seperti infeksi pada ginjal, penyakit jantung, kelahiran prematur, radang
sendi, hingga pra-kanker.

"Gigi berlubang harus mendapat perawatan. Karena jika terus dibiarkan akan menyebabkan
infeksi. Infeksi ini menjadi faktor risiko bagi banyak gangguan kesehatan yang sistemik dan
kronis seperti inflamasi katup jantung, radang sendi, alergi, kelahiran prematur sampai
kanker," katanya dalam acara konferensi pere 'Bulan Kesehatan Gigi Nasional tahun 2012' di
Jakarta, Rabu (5/9/2012).

Rini juga mengatakan mengutip data badan kesehatan WHO Oral Health Media Centre, April
2012, yang memperlihatkan sebanyak 60-90 persen anak usia sekolah dan hampir semua
orang dewasa di seluruh dunia memiliki permasalahan gigi.

Dari data ini, hampir semua orang mengalami gigi berlubang rata-rata dua gigi. Semakin
seseorang bertambah umur maka semakin banyak pula jumlah gigi berlubangnya. Dalam
lingkup nasional, kesehatan gigi orang Indonesia memperlihatkan 70 - 80 persen masyarakat
mengalami gigi berlubang.

Rini menjelaskan, bakteri pada gigi yang berlubang yakni Streptococcus dapat dengan mudah
mengikuti aliran darah dan berhenti di organ tubuh yang susunannya cocok. Bakteri bisa
berhenti di jantung, ginjal, atau paru-paru. Ketika berhenti di organ tubuh yang disuka,
metabolisme bakteri Streptococcus akan mengeluarkan racun yang menyebabkan peradangan.

Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Prof. Eky S Soemantri,
dalam kesempatan tersebut menambahkan, infeksi gigi berlubang dapat memperburuk
kondisi kesehatan ibu hamil. Gigi berlubang bisa memicu kelahiran prematur, kontraksi dini
dan bayi terlahir dengan berat badan rendah.

"Gangguan pada mulut ini mengakibatkan asupan makanan ibu hamil tidak baik. Suplai
makanan yang tidak baik ini berpengaruh pada bayinya. Apalagi kalau di dalam mulut terjadi
gigi yang infeksi, maka anaknya pun bisa kena. Kesimpulan ini didapatkan dari penelitian
baik di Indonesia maupun dari luar," ujarnya.

Intip Kondisi Penyakit Melalui Mulut


Penulis : Lusia Kus Anna | Senin, 9 Januari 2012 | 13:10 WIB

Kompas.com- Kondisi kesehatan bibir, mulut, gigi, dan napas Anda bisa menjadi sinyal
kesehatan yang lebih luas daripada sekadar urusan gigi berlubang. Bahkan, kondisi kesehatan
gigi dan mulut bisa menjadi indikator sehat tidaknya seseorang.

Plak yang timbul di gigi akibat Anda kurang rajin membersihkan gigi memang sangat
berbeda dengan plak yang muncul di pembuluh darah dan memicu serangan jantung. Akan
tetapi toksin yang berasal dari plak di gigi bisa memicu respon inflamasi kronik yang
berkaitan dengan penyakit jantung.
"Mulut merupakan pintung gerbang ke jantung dan riset ilmiah membuktikan kaitan antara
kesehatan gigi yang buruk dengan kondisi kardiovaskular," kata Dr.Kevin Marzo, ketua
departemen kardiologi di WInthrop University Hospital, New York, AS.

Dia menambahkan, obat penyakit jantung yang kita telan bisa beredar dengan cepat di
seluruh pembuluh darah. Demikian pula halnya dengan bakteri.

"Bakteri yang menyebabkan plak gigi akan memicu inflamasi di tubuh, termasuk di lapisan
pembuluh darah sehingga risiko terkena penyakit kardiovaskular pun meningkat," paparnya.

Apalagi penelitian menunjukkan, orang yang menderita penyakit radang gusi dan
mendapatkan pengobatan, pembuluh darahnya ikut membaik. Selain penyakit jantung,
penyakit gusi juga terkait dengan penyakit pernapasan, stroke, dan osteoporosis.

Karena itu banyak pakar yang berpendapat mengobati inflamasi di mulut juga akan
mengurangi inflamsi di bagian tubuh lain, termasuk artritis, bahkan keriput di wajah.

Kondisi mulut juga bisa menjadi indikator kesehatan seksual seseorang. Kutil di mulut yang
menyerupai kembang kol bisa jadi tanda infeksi human papillomavirus (HPV), salah satu
infeksi menular seksual.

"Saya secara rutin melihat mulut, gigi, langit-langit mulut, dan juga bibir pasien. Terutama
pada pasien yang berusia di atas 50 tahun namun masih aktif secara seksual," kata Dr.Susan
Pugliese, dari divisi kesehatan mulut dan gigi.

HPV sendiri diketahui memicu kanker mulut. The National Cancer Institute memperkirakan
65 persen dari 8.000 kanker di tonsil dan lidah berasal dari infeksi HPV, mayoritas terjadi
pada pria.

HPV biasanya pertama kali dideteksi pada mulut sebagai sebentuk garis kemerahan di sekitar
gigi atau garutan berwarna putih di lidah. Lapisan putih itu bisa menjadi sinyal pertumbuhan
berlebihan Candidda, jamur yang juga menyebabkan infeksi keputihan pada wanita.

Lapisan putih pada lidah juga bisa menjadi tanda kadar glukosa yang buruk sehingga sering
ditemui pada penderita diabetes. Akan tetapi lapisan putih juga seringkali tidak berbahaya,
misalnya karena fluktuasi hormon atau alergi pasta gigi.

Indikator kesehatan lainnya adalah bau mulut. Bau mulut bisa menjadi sinyal gangguan
kesehatan yang memerlukan tindakan medis, seperti infeksi pernapasan, diabetes, refluks
asam lambung, serta gangguan jantung dan liver.

Sementara itu mulut kering seringkali diakibatkan oleh efek samping obat-obatan, seperti
obat antidepresan, obat jantung, serta antiinflamasi. Mengonsumsi air yang cukup serta
mengunyah makanan yang mengandung serat biasanya cukup membantu.
4 Hal Wajib Diketahui Soal Kesehatan
Lidah
Penulis : Bramirus Mikail | Rabu, 7 Desember 2011 | 16:21 WIB

KOMPAS.com - Selama ini, masalah kesehatan mulut hanya berfokus pada gigi dan gusi
saja. Padahal, kebersihan lidah juga mempunyai andil besar untuk menjaga agar mulut Anda
tetap sehat.

Lidah adalah bagian penting dari mulut, sehingga Anda tidak boleh melupakan untuk selalu
membersihkannya setiap kali menggosok gigi. Berikut adalah empat hal yang harus Anda
ketahui tentang kesehatan lidah:

1. Lidah perlu dibersihkan

Jika diperhatikan, permukaan lidah sesungguhnya memiliki benjolan kecil, yang disebut
papila. "Permukaan lidah merupakan tempat pelabuhan bakteri," kata Dr Euan Swan,
program manager dari Dental Association, Ottawa.

Bahkan, sebuah riset dari University of Michigan School of Medicine menemukan bahwa
sekitar sepertiga spesies bakteri yang ditemukan di lidah tidak akan berkembang pada bagian
mulut lainnya (akan menetap di lidah).

Kuman yang terjebak di lidah dapat menyebabkan bau mulut dan mempengaruhi indera
perasa. Pertumbuhan bakteri yang berlebih pada lidah dapat mengubah lidah anda kuning,
putih atau bahkan hitam dan tampak berbulu.

Biasakan untuk membersihkan lidah setiap kali Anda menyikat gigi. Anda dapat
menggunakan pembersih lidah, sebuah alat kecil yang dirancang untuk mengikis lidah. Jika
tidak mempunyai alat pembersih khusus, Anda juga bisa menggunakan sikat gigi.

2. Beberapa layak mendapat perawatan ekstra

Lidah yang jarang dibersihkan lama-kelamaan akan mulai menebal dan mengeras. Anda
harus berhati-hati ketika akan mengikisnya, karena bukan tidak mungkin dapat merusak
jaringan pada lidah. Anda dapat melindungi lidah dengan memberikan semprotan pelembab
mulut atau gel dan menunggu 10 sampai 15 menit, kemudian baru menyikatnya.

3. Lidah bisa terkena kanker

Berdasarkan data riset kanker WHO (Globocan 2008), kanker mulut merupakan jenis kanker
yang paling banyak diderita pria di Asia Tenggara setelah kanker paru-paru. Masih menurut
riset Globocan, diperkirakan ada sekitar 5.000 kasus kanker mulut di Indonesia pada 2008
dengan jumlah kasus kematian mencapai 2.143 orang. Angka kasusnya relatif cukup tinggi
karena memang sulit untuk mendeteksi perkembangan kanker mulut. Oleh karena itu, para
ahli merekomendasikan untuk melakukan skrining atau pemeriksaan kesehatan mulut
seminggu sekali (bila usia diatas 40 tahun).

"Periksa lidah Anda di cermin dan lihat kondisi disekitarnya. Periksa bagian bawah, atas dan
samping. Carilah jika ada perubahan pada kulit lidah, luka, bercak putih atau merah yang
tidak kunjung sembuh setelah satu atau dua minggu," ucap Swan.

4. Menindik lidah akan melukai mulut Anda

Para ahli kesehatan gigi dan mulut menyatakan, risiko infeksi akibat tindikan di lidah lebih
tinggi ketimbang tatto. Peneliti berasalan karena pada dasarnya mulut seseorang sudah penuh
dengan bakteri, dan bila ditambah dengan perhiasan logam di lidah, akan menambah
kerusakan gigi dan gusi. Bahkan prosedur menusuk lidah sendiri (tindik) diketahui dapat
merusakan saraf dan mengganggu indera perasa.

Gigi Ompong Berdampak Buruk buat


Lambung
Penulis : Bramirus Mikail | Kamis, 10 November 2011 | 10:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Masalah gigi ompong bukan hanya merusak penampilan


seseorang, melainkan juga bisa menjadi pemicu gangguan penyakit, terutama pencernaan.

Menurut spesialis prosthodonsia dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Prof Dr
drg Suzan Elias, seseorang dengan gigi ompong umumnya mempunyai masalah dengan
lambung.
"Ibaratnya kalau kacang harus ditumbuk 10 kali, ini cuma sekali sudah ditelan. Jadi lambung
tidak kuat. Oleh karena itu, pada orang yang giginya tidak benar, umumnya lambungnya juga
tidak benar," katanya, saat acara Polident Adhesiv Cream Media Launch, Rabu (9/11/2011).

Suzan mengatakan, setiap individu yang kehilangan gigi (ompong) perlu suatu alat bantu
untuk mengunyah makanan salah satunya dengan memasang gigi tiruan. Pasalnya, tanpa
adanya suatu susunan gigi yang utuh, seseorang akan mengalami masalah saat proses
mengunyah makanan. Akibatnya, apabila dibiarkan terus-menerus, akan berdampak buruk
pada organ lambung.

"Tapi itu tidak terjadi seketika. Artinya, dalam jangka panjang, bukan jangka pendek. Oleh
karena itu, setiap kehilangan gigi, sebaiknya dibuatkan penggantinya. Karena dengan ada
penggantinya, pengunyahan akan lebih efektif," paparnya.

Menurut Suzan, ada dua jenis gigi tiruan yang dapat digunakan sebagai pengganti gigi yang
ompong, yaitu gigi tiruan lepasan dan cekat. Kedua jenis gigi tiruan tersebut punya indikasi
yang berbeda-beda. Pada gigi tiruan cekat, misalnya, indikasinya lebih terbatas karena harus
mempunyai gigi pendamping di sebelahnya.

"Jenis ini bersifat permanen. Setelah kedua gigi sebelahnya diasah, selanjutnya gigi tiruan
tersebut disemen dengan membuat jembatan ke gigi sebelahnya," katanya.

Sementara untuk pemasangan gigi tiruan lepas, tidak ada indikasi khusus dan pengerjaannya
jauh lebih mudah, gampang dipasang, dan murah. Bahkan, menurut Suzan, gigi tiruan
lepasan dapat digunakan oleh segala kelompok usia. Berbeda dengan gigi tiruan cekat, yang
mempunyai batas usia minimal 17 tahun.

"Kalau yang lepasan siapa pun bisa karena tidak diasah giginya. Kita bilang ini crown extra-
coronal (di luar) jadi tidak mengganggu," tambahnya.

Suzan menjelaskan, pada dasarnya ada 4 (empat) alasan penting yang mendasari mengapa
orang dengan gigi ompong perlu untuk menggunakan gigi tiruan. Pertama, memperbaiki
estetika. Kedua, memperbaiki pengunyahan. Ketiga, memperbaiki cara bicara dan keempat
menjaga kelestarian jaringan sekitarnya.

"Jadi, kalau ada gigi yang ompong jangan dibiarkan. Harus diganti. Jika tidak, gigi yang
lawannya akan turun akibat tidak mempunyai kontak. Begitu pula dengan gigi sebelahnya
yang akan menyamping karena tidak ada kontak dengan gigi sebelahnya," terangnya.

Suzan mengakui, sampai saat ini belum ada data pasti berapa jumlah pemakai gigi tiruan di
Indonesia. Menurut dia, gigi tiruan bukanlah barang yang murah sehingga penggunaan gigi
tiruan masih tergantung dari sejauh mana kemampuan masyarakat.

Mengingat pentingnya kebutuhan masyakarat akan gigi tiruan, Suzan berharap ke depan
pemerintah membuat suatu program khusus untuk mereka yang membutuhkan gigi tiruan
agar dapat memperoleh pengobatan di puskesmas. Dengan begitu, masyarakat tidak terlalu
dibebani dan bisa menjangkaunya.
"Mungkin dengan menggunakan bahan seperti akrilik (yang tidak terlalu mahal). Jadi orang-
orang yang memang perlu gigi tiruan bisa dengan mudah bikin di puskesmas. Tapi, sampai
sekarang belum ada jawaban dari pemerintah," tandasnya.

Lansia Bergigi Ompong Lebih Rentan


Pikun
Penulis : Lusia Kus Anna | Rabu, 5 Januari 2011 | 10:39 WIB

Kompas.com Banyak pendapat yang mengatakan bahwa kehilangan gigi merupakan


bagian dari proses penuaan. Ternyata, orang lanjut usia (lansia) yang kehilangan gigi lebih
berisiko mengalami demensia atau kepikunan.

Kemunduran kemampuan kognitif yang ditandai dengan berkurangnya daya ingat itu
merupakan salah satu gejala awal penyakit alzheimer. Bila dibandingkan dengan lansia yang
masih memiliki gigi, mereka yang mulai ompong ternyata lebih banyak mengalami
kepikunan.

Penelitian dilakukan terhadap lebih dari 4.000 orang Jepang berusia minimal 65 tahun yang
memeriksakan gigi dan fisik. Partisipan yang mengalami gejala pikun lebih jarang, bahkan
tidak pernah, mengunjungi dokter gigi.

"Infeksi pada gusi bisa menyebabkan gigi tanggal dan membuat tubuh melepaskan zat kimia
penyebab radang. Hal ini bisa memicu inflamasi di bagian otak, yang berakibat pada matinya
saraf-saraf dan mempercepat kepikunan," kata Dr Nozomi Okamoto, peneliti.
Ia menambahkan, mekanisme tersebut bisa menjadi lingkaran setan. Hilangnya koneksi
antarsaraf di otak bisa menyebabkan gigi tanggal dan akhirnya menyebabkan kemunduran
kognitif.

Kesehatan Gigi Bisa Berdampak Sistemik


Senin, 24 Januari 2011 | 15:20 WIB
MEDAN, KOMPAS.com - Kebersihan gigi dan mulut adalah hal penting yang perlu terus
dijaga. Kesehatan gigi dan mulut tak hanya terkait dengan persoalan estetika semata, tetapi
juga dapat menimbulkan problem kesehatan yang serius.

Timbulnya penyakit yang berkaitan dengan gigi seperti seperti karies (gigi berlubang) atau
penyakit periodontal (infeksi gigi/plak gigi) misalnya, dapat berakibat fatal terhadap
kesehatan tubuh.

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Prof Sondang
Pintauli, dua jenis gangguan pada gigi dan mulut ini dapat menimbulkan penyakit sistemik.

"Apabila tidak cepat ditanggulangi dapat menyebabkan mikroba dalam plak gigi, menyebar
dan menimbulkan penyakit sistemik seperti gangguan pada jantung, saluran pernapasan,
diabetes bahkan menyebabkan kelahiran prematur," katanya di Medan.

Karies atau gigi berlubang merupakan penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin
dan sementum yang memfermentasi karbohidrat pada gigi.

Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti
dengan kerusakan bahan organiknya yang menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan
kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan
menimbulkan rasa nyeri.

Sedangkan penyakit periodental merupakan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri yang
terakumulasi dalam plak, yang menyebabkan gingiva mengalami peradangan, sehingga
sering juga disebut penyakit plak.
Ia mengatakan, sama seperti organ tubuh lainnya, rongga mulut merupakan tempat
berkumpulnya bakteri aerob maupun anaerob. Bakteri rongga mulut dapat menyebar melalui
aliran darah yang disebut bakteremia.

Dari penelitian dilaporkan bahwa bakteremia terjadi pada 100 persen pasien setelah
pencabutan gigi, 70 persen setelah pembersihan karang gigi, 55 persen setelah pembedahan
gigi molar tiga, dan 20 persen setelah perawatan saluran akar gigi.

Pada kondisi kesehatan mulut yang normal, hanya sejumlah bakteri yang masuk kedalam
aliran darah dan tidak membahayakan. Namun pada individu yang mempunyai oral higiene
buruk, maka jumlah bakteri pada permukaan giginya meningkat 2-10 kali, sehingga peluang
terjadinya bakteremia menjadi lebih besar.

Teori fokal infeksi menyebutkan bahwa infeksi di rongga mulut bertanggung jawab terhadap
terjadinya dan berkembangnya tiga penyakit sistemik yakni kardiovaskuler, diabetes melitus
dan aterosklerosis.

"Namun dari ketiganya yang paling berpengaruh adalah penyakit kardiovaskuler, karena
bakteri gigi dapat langsung masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah. Hal ini menunjukkan
bahwa gigi dan rongga mulut dapat berfungsi sebagai jalur masuk bagi mikroba penyebab
penyakit kebagian tubuh lainnya," katanya.

Sondang menambahkan, meski di beberapa negara berkembang dilaporkan sudah terjadi


perbaikan atau peningkatan kesehatan gigi dan mulut, namun kesehatan gigi dan mulut tetap
merupakan tantangan masalah kesehatan yang perlu ditanggulangi.

Dalam hal ini, diperlukan peran aktif masyarakat untuk berperilaku hidup sehat yang dimulai
dari diri sendiri. Tidak cukup hanya dengan kebiasaan pelihara diri saja, tetapi juga harus
berusaha menghindari beberapa faktor risiko penyakit gigi dan mulut seperti merokok,
alkohol dan stres. Selain itu, membiasakan diet dengan gizi seimbang, mengurangi asupan
gula dan dan mengunjungi dokter gigi secara teratur minimal dua kali setahun.

"Dapat disimpulkan bahwa kesehatan gigi dan mulut yang dipelihara dengan baik dapat
menghindarkan seseorang dari risiko menderita penyakit gigi dan mulut serta penyakit
sistemik," katanya.

Dentophobia, Fobia pada Dokter Gigi


Penulis : Lusia Kus Anna | Rabu, 19 Januari 2011 | 13:44 WIB
Kompas.com - Rasanya tidak ada orang yang menikmati kunjungan ke dokter gigi. Tapi pada
sebagian orang, kecemasan dan ketakutan mereka pada dokter gigi bisa berubah menjadi
sebuah fobia.

Dentophobia merupakan istilah untuk orang-orang yang takut pada dokter gigi. Jumlahnya
cukup besar, sekitar 12 persen penduduk Inggris menurut British Dental Association
mengalami ketakutan ekstrim dan 25 persen penduduk menderita kecemasan sebelum
mengunjungi dokter gigi.

Padahal, fobia pada dokter ini bisa merugikan diri sendiri. Takut berlebihan pada jarum suntik
misalnya, bisa membuat orang tak mau berobat ke dokter walau dirinya sakit.

"Hidup orang yang fobia akan terus didominasi oleh hal-hal yang bisa mencegahnya
berhadapan dengan rasa takut. Mereka terkadang menyadari bahwa tidak ada bahaya nyata,
tapi tetap saja rasa takut itu tidak bisa dikontrol," tulis para ahli dalam situ The Royal College
of Psychiatriests.

Dr.Jennifer Pinder, dokter gigi di London telah menangani pasien denthophia selama 30
tahun. Ia mengatakan yang paling penting adalah mengetahui apa yang membuat seseorang
jadi fobia lalu berdamai dengan rasa takut itu dalam cara yang simpatik dan sensitif.

Ia mengatakan, banyak pasiennya yang takut pada bor, takut tambalan gigi, takut jarum
suntik dan takut sakit. "Banyak orang yang mengira fobia adalah hal rasional, padahal
sebenarnya itu reaksi yang rasional pada sakit," katanya.

Dalam prakteknya, Pinder berusaha mengatasi rasa takut dan juga malu pasiennya dengan
menyediakan waktu untuk berbicara mengenai hal-hal yang membuat takut. Pinder juga
meminta pasiennya mengirim email terlebih dahulu untuk menjelaskan ketakutannya sebelum
membuat janji perawatan gigi.

Orang yang fobia pada dokter gigi biasanya membiarkan giginya sakit sehingga infeksinya
bertambah parah. "Sakit gigi yang dibiarkan bisa membuat mulut jadi berbau sehingga
akhirnya mereka malu bertemu orang lain dan terkucil dari pergaulan," katanya.

Untuk mengurangi rasa takut pasiennya, Pinder juga menyarankan pasiennya untuk
membawa alat pemutar musik seperti walkman atau iPod sehingga mereka lebih rileks dan
tidak perlu mendengarkan bunyi alat-alat kedokteran yang mungkin bisa menyebabkan
trauma.
NEWS & FEATURES / HOT TOPICS - ARTIKEL

Rajin Gosok Gigi, Paru-paru Lebih Sehat


Kamis, 20 Januari 2011 | 11:57 WIB

TERKAIT:

5 Kebiasaan Buruk yang Bikin Gigi Berlubang

KOMPAS.com - Rajin gosok gigi ternyata tidak hanya menjamin kesehatan mulut.
Penelitian menunjukkan, gigi dan gusi yang sehat dapat menurunkan risiko pneumonia atau
radang paru. Sebuah riset menunjukkan, kesehatan gusi dapat memengaruhi kesehatan sistem
pernapasan.

Dalam riset yang dipublikasi Journal of Periodontology, kesehatan periodontal, yang


berhubungan dengan gusi dan struktur penyokong gigi lainnya, berperan dalam sistem
pernapasan yang sehat.

Penyakit periodontal dapat meningkatkan risiko infeksi pernapasan, seperti penyakit paru-
paru kronis (Chronic Obstructive Pulmonary Disease/COPD) dan radang paru-paru
(pneumonia).

Studi ini melibatkan 200 relawan yang berusia antara 20 hingga 60 tahun. Setengah dari
relawan adalah pasien yang dirawat karena penyakit pernapasan, seperti pneumonia, COPD,
atau bronkitis akut. Setengah relawan lainnya adalah orang-orang sehat tanpa sejarah
penyakit pernapasan.
Hasil penelitian menunjukkan pasien dengan penyakit pernapasan memiliki kesehatan
periodontal yang lebih buruk daripada relawan yang sehat. Hal ini merupakan petunjuk awal
hubungan antara penyakit pernapasan dengan penyakit periodontal.

Hal itu membuat para peneliti menduga keberadaan patogen di mulut yang berhubungan
dengan penyakit periodontal kemungkinan meningkatkan risiko perkembangan penyakit
pernapasan. Namun, para peneliti menegaskan perlunya penelitian lebih lanjut untuk
memahami kaitan ini.

"Penyakit paru-paru dapat sangat melumpuhkan dan melemahkan. Melalui kerjasama dengan
dokter gigi atau periodontis, Anda bisa mencegah atau menghentikan perkembangan penyakit
seperti pneumonia atau COPD," kata Donald S. Clem, presiden American Academy of
Periodontology. Clem juga menjelaskan kalau studi ini memberikan contoh lain tentang
peranan kesehatan periodontal dalam menjaga sistem lain di dalam tubuh.

Clem menekankan pentingnya perawatan mulut dengan rutin untuk membantu pencegahan
penyakit periodontal. Penyakit periodontal meliputi penyakit radang kronis yang
memengaruhi jaringan gusi dan struktur lain yang menyokong gigi.

"Untuk merawat kesehatan periodontal Anda dengan baik, perlu sikat gigi tiap hari. Anda
seharusnya juga melakukan pemeriksaan menyeluruh setiap tahun," ujar Clem.
(ScienceDaily)

5 Kebiasaan Buruk yang Bikin Gigi


Berlubang
Penulis : Felicitas Harmandini | Kamis, 14 Oktober 2010 | 19:01 WIB

Hindari minum soda berulang kali dalam sehari. Bila perlu, gunakan sedotan saja agar gigi
tidak terekspos soda.
TERKAIT:

KOMPAS.com - Sejak masih kecil Anda tentu telah diajarkan untuk menggosok gigi
sedikitnya dua kali sehari. Setelah dewasa, kebiasaan ini masih harus ditambah dengan
flossing. Sayangnya, tidak semua orang melakukan apa yang disarankan oleh dokter ini.
Padahal kalau Anda sudah gosok gigi dan flossing pun, masih ada kebiasaan lain yang
memengaruhi kesehatan gigi.

Menurut Annalisa Somers, dokter gigi yang berpraktik di Austin, Texas, kebanyakan orang
bahkan tidak sadar bahwa kebiasaan yang mereka lakukan itu bisa menciderai gigi. Adakah
satu dari lima kebiasaan ini yang sering Anda lakukan?

Makan terlalu lambat, atau terlalu sering


Anda memang harus mengunyah makanan dengan seksama, agar makanan lebih mudah
dicerna dan Anda cenderung tidak makan terlalu banyak. Tetapi, sebaiknya perhatikan juga
frekuensi Anda makan, karena hal ini bisa memengaruhi kesehatan gigi Anda. Setelah makan,
plak pada gigi akan melepaskan asam yang menyerang gigi, sehingga bila Anda terus saja
ngemil sepanjang hari, serangan asam itu akan terjadi lagi. Akibatnya, gigi Anda bisa
berlubang.

"Misalnya Anda punya sekantong permen atau cokelat. Anda memakan satu sekarang, satu
dalam 30 menit berikutnya, satu dalam satu jam. Ini akan lebih memperburuk gigi Anda
daripada jika Anda duduk dan makan sekantong penuh dalam sekali makan," kata Somers.

Hal yang sama terjadi jika Anda makan terlalu lama. Gigi Anda akan dibombardir dengan
partikel makanan, sedangkan mulut Anda tidak punya kesempatan untuk melawan bakteri.

Menggeretakkan gigi
"Banyak perempuan yang menggeretakkan gigi, dan mereka tidak sadar telah melakukannya,
karena itu terjadi saat mereka tidur," papar Somers.

Mengetuk-ngetukkan gigi Anda ketika sedang stres juga bisa menyebabkan kerusakan.
Menurut Somers, menggeretakkan dan mengetukkan gigi bisa membuat gigi aus secara
prematur, atau kemungkinan lain gigi bakal cuil. Kalau Anda sering merasa pusing, atau
rahang terasa sakit, itulah tanda-tanda bahwa gigi Anda bermasalah.

Tidak memeriksakan gigi ke dokter, terutama ketika ingin hamil


American Dental Association menyarankan agar kita rutin memeriksakan gigi kita dua kali
setahun. Bila Anda tidak mengontrol gigi ke dokter, gigi akan tumbuh plak, sementara
masalah kecil bisa berubah jadi besar. Salah satu waktu terpenting untuk mengunjungi dokter
gigi adalah ketika Anda sedang membuat program hamil. Waspada dengan kondisi seperti
gingivitis (radang gusi) yang akan menyerang ketika Anda hamil.

Membiarkan mulut jadi kering


Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti diuretik, antihistamin, decongestant, dan pereda
nyeri, bisa menyebabkan mulut kering. Semakin banyak Anda mengonsumsi obat-obatan ini,
semakin kering mulut Anda. Padahal, jika tidak ada cukup air liur untuk membasahi mulut
dan menetralisasi asam, gigi Anda akan cenderung berlubang.

Hal lain yang bikin mulut kering adalah sindrom Sjogren, penyakit autoimun yang
memengaruhi 4 juta orang di dunia (90 persen di antaranya perempuan, dan pasien asma yang
menggunakan inhaler). Jika Anda mengonsumsi obat-obatan yang menyebabkan mulut
kering atau mengidap Sindrom Sjogren, risiko gigi rusak akan meningkat. Gosoklah gigi
lebih sering, hindari makanan manis, dan minum banyak air putih.
Menyeruput minuman bersoda
Pada dasarnya, minuman bersoda adalah permen dalam bentuk cair. Kandungan gula dan
asamnya bisa menyebabkan erosi dan gigi berlubang. Menurut Somers, boleh-boleh saja sih
minum minuman bersoda sesekali. Namun perhatikan dulu cara minumnya.

Untuk mencegah kerusakan gigi akibat soda, jangan menyesapnya sepanjang hari. Minumlah
dalam sekali minum sampai habis, atau bersamaan dengan waktu makan. "Menyeruput soda
itu seperti memandikan gigi Anda dengan gula sepanjang hari," katanya.

Cara lain untuk minum soda (atau minuman yang mengandung gula lainnya) adalah dengan
sedotan, sehingga gigi Anda tidak terekspos soda.

Kurangi Konsumsi Minuman Bersoda!


Penulis : Dini | Senin, 4 Mei 2009 | 14:20 WIB

Bayangkan bila menu seperti ini dikonsumsi setiap hari.

KOMPAS.com - Siapa yang tidak suka minum minuman ringan bersoda (berkarbonasi)?
Meminum minuman ini saat di tengah terik matahari, rasanya amat menyegarkan.
Mendapatkan minuman ini pun mudah; minuman bersoda tersedia di kios penjual rokok,
restoran, hingga kafe. Namun tahukah Anda apa bahaya minuman semacam ini bila
dikonsumsi secara berlebihan?

Minuman ringan berkarbonasi adalah sumber kalori terbesar dalam menu makan orang
Amerika, yaitu sekitar 7% dari total pemasukannya. Bila Anda menambahkan minuman non
karbonasi, nilainya meningkat hingga 9%. Bayangkan bila Anda mengambil menu sarapan di
restoran junk food, Anda memilih cheese burger dengan minuman cola. Hitung saja berapa
kalorinya. Tidak heran bila orang Amerika banyak yang mengalami obesitas dan diabetes.

Konsumsi harian sekitar 10-15 sendok teh gula murni artinya hampir sama dengan batasan
yang direkomendasikan untuk konsumsi gula dari semua jenis makanan. Untuk mengatasi
ketergantungan pada gula, seringkali orang lalu menggantinya dengan minuman buah, sport
drinks, dan es teh. Namun, semua jenis minuman ini ternyata juga mengandung banyak gula,
yang juga menambahkan kalori di dalam menu diet kita.
Sementara itu, pembuat minuman ringan mengantisipasi kekhawatiran konsumennya tentang
gula ini dengan memproduksi versi "diet" dengan embel-embel seperti "sugar-free". Namun
sudahkah langkah ini menyelesaikan masalah kesehatan penikmatnya?

Minuman ringan berkarbonasi ternyata tidak hanya bermasalah dengan kandungannya, tetapi
bagaimana minuman ini berhasil menggantikan minuman sehat yang biasa kita konsumsi.
Saat kita mulai memasuki usia matang, kita cenderung memilih jenis minuman lain
ketimbang susu. Padahal menurunnya kalsium dapat meningkatkan risiko osteoporosis,
penyakit serius yang biasanya makin parah seiring pertambahan usia kita. Tulang yang sehat
dan kuat yang dibangun saat kita masih muda tidak lagi dapat melindungi kita dari kondisi
yang mengerikan ini.

Coba lihat fakta apa saja yang dapat kita temukan dari minuman bersoda:
*Kelebihan gula yang berkontribusi terhadap kelebihan berat badan, yang juga dapat
menyebabkan penyakit diabetes mellitus tipe 2, serangan jantung, stroke, dan kanker.
*Orang yang mengonsumsi soft drinks secara rutin juga berpotensi meningkatkan risiko
munculnya batu ginjal, dan penyakit jantung.
*Kafein, yang ditambahkan ke dalam kebanyakan soft drinks, juga menimbulkan kecanduan.
Kafein juga meningkatkan pembuangan kalsium.
*Pewarna buatan dalam soda juga menyebabkan penyakit gatal, asma, dan reaksi alergi
lainnya pada beberapa orang.
*Ahli kesehatan gigi terus mendorong orang untuk mengurangi konsumsi minuman bersoda,
khususnya saat makan, untuk mencegah kerusakan gigi (karena gula), dan erosi gigi (karena
asamnya).

Mengurangi konsumsi soda dari menu makan (atau pergaulan) sehari-hari sangat dianjurkan.
Imbangi dengan memperbanyak minum air putih bila Anda belum dapat menghentikan
kebiasaan ini.
KONSULTASI / PENYAKIT DALAM - ARTIKEL

KONSULTASI PENYAKIT DALAM


Bersama Dr Irsyal Rusad., Sp PD., MH

Spesialis Penyakit Dalam Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Anggota
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Infonesia ( PAPDI) dan Pengurus PAPDI Cabang Riau.
Berminat dalam bidang Healthy Life, Healthy Aging, dan Diabetes Mellitus.

Kenapa Mulut Bisa Sariawan?


Kamis, 21 Oktober 2010 | 08:30 WIB
TANYA : Salam kenal, Dok! Saya ingin bertanya Dok, kenapa saya sering terkena
sariawan? Apakah ini adalah gejala dari penyakit di tubuh saya yang tidak saya ketahui?
Apa penyebab kenapa terjadinya sariawan? Selama ini, setiap kali terkena sariawan saya
tidak pernah berobat, tunggu sembuh sendiri. Mohon penjelasannya, Dok. Terima kasih.

Marcell (27), Jakarta

JAWAB:

Pak Marcell yang baik, memang sariawan merupakan hal kecil, tetapi bisa mengganggu
keseharian Anda, terutama dalam mencerna makanan atau minuman sehari-hari. Banyak
faktor yang bisa menyebabkan timbulnya sariawan. Banyak pula yang mengatakan bahwa
sariawan timbul karena kekurangan vitamin, tetapi tidak hanya itu. Sariawan bisa saja
disebabkan karena faktor lokal atau sistemik.

Faktor lokal, misalnya, bisa saja mengenai kebersihan rongga mulut Anda selama ini, seperti
gigi berlubang, karang gigi, pemakaian gigi palsu atau cara Anda menyikat gigi hingga
menyebabkan luka. Penyebab lainnya bisa saja bisa akibat dari penyakit pada saluran
pencernaan yang dikenal dengan gastro esofageal reflux disease (GERD) yang merupakan
salah satu dari variasi penyakit pada saluran pencernaan, di mana asam lambung bisa
mengalir kembali ke atas ke arah kerongkongan dan bisa mencapai rongga mulut.

Lalu penyakit hidung seperti polip, sinusitis, dan rhinitis alergika bisa juga menyebabkan
sariawan karena adanya droplet/tetesan cairan/lendir dari rongga hidung ke rongga mulut.
Bahkan, merokok hingga meminum dan memakan makanan tertentu bisa saja mengakibatkan
sariawan.
Selama ini, yang umum menyebabkan sariawan pada populasi penduduk adalah alkohol,
softdrink, kopi dan teh, atau makanan dan minuman lainnya di mana seharusnya pasien bisa
mengenali sendiri tentang makanan/minuman yang memicu sariawan karena jika
mengonsumsi makanan/minuman tersebut maka sariawan akan timbul. Meminum atau
memakan makanan yang terlalu dingin atau panas pun bisa menimbulkan sariawan.

Memang benar, vitamin juga sangat berpengaruh pada timbulnya sariawan, tetapi biasanya
dengan perkembangan zaman sekarang, rasanya tidak sulit untuk mengonsumsi makanan
yang bergizi sehingga bisa mencegah timbulnya sariawan karena kekurangan vitamin.

Penyebab lainnya adalah infeksi. Pada umumnya infeksi yang terjadi adalah dari infeksi
jamur akibat pemakaian antibiotika lama yang spektrum kerjanya luas sehingga membunuh
flora normal di mulut. Sebagai akibatnya, terjadilah gangguan keseimbangan flora normal
rongga mulut sehingga bisa berakibat tumbuhnya kuman patogen lainnya dan sariawan
merupakan salah satu tampilan klinisnya. Sariawan juga bisa terjadi pada pasien pascaradiasi
atau kemoterapi yang dijalani pasien-pasien kanker.

Sedangkan faktor sistemik biasanya ditemukan karena otoimun atau imunocompromized


(penurunan sistem imun), seperti lupus, stomatitis apthousa, dan HIV. Faktor lainnya,
ternyata sariawan juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis seseorang.

Jadi, banyak sekali yang bisa menimbulkan sariawan ya, Pak! Untuk itu, saya sarankan jika
khawatir akan sariawan yang timbul terus-menerus, sebaiknya Anda periksakan dan
berkonsultasilah dengan dokter yang Anda percayai untuk melakukan diagnosis. Dengan
demikian, pengobatan bisa diberikan sesuai penyebab sariawan Anda. Semoga ini bisa
membantu.

Bila Sariawan Tak Kunjung Sembuh


Rabu, 22 Desember 2010 | 09:15 WIB

Biasanya, sariawan akan sembuh sendiri dalam 1-2 minggu.

KOMPAS.com - Melalui mulut kita mengeluarkan suara. Bukan hanya itu, mulut -terutama
gigi dan gusi- ternyata bisa membawa pesan lain yang berkenaan dengan kondisi kesehatan
tubuh secara keseluruhan. Salah satu contohnya adalah bau nafas tak sedap. Ini salah satu
sinyal yang muncul di saat kadar gula darah kita naik drastis, demikian ungkap Anthony
Iacopino, dekan University of Manitoba Faculty of Dentistry, dan juru bicara American
Dental Association.

Bagaimana dengan sariawan? Selama ini, yang kita tahu, sariawan timbul karena kita
kekurangan vitamin C atau karena tidak sengaja menggigit lidah. Sariawan jenis ini akan
sembuh sendiri dalam waktu 1-2 minggu. Jika tidak dan malah bertambah banyak, artinya
kita harus waspada. Apalagi jika kemudian sariawan berubah warna dari merah tua menjadi
putih.

Menurut Susan Hyde, profesor bidang kedokteran gigi klinis dari University of California,
sariawan yang tak kunjung sembuh, terutama yang terjadi di bagian bawah lidah, bisa
berindikasi pada gejala kanker mulut.

Bila hal ini terjadi, segera berkonsultasi dengan dokter. Di Amerika Serikat, hanya 35 persen
pengidap kanker mulut yang berhasil sembuh. Hal ini disebabkan karena penyakit mereka
terlambat dideteksi. "Semakin cepat kanker terdeteksi, maka tingkat kesembuhannya akan
semakin tinggi," kata Iacopino.

(Prevention Indonesia/Lily Turangan)

KONSULTASI / PENYAKIT DALAM - ARTIKEL

KONSULTASI PENYAKIT DALAM


Bersama Dr Irsyal Rusad., Sp PD., MH

Spesialis Penyakit Dalam Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Anggota
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Infonesia ( PAPDI) dan Pengurus PAPDI Cabang Riau.
Berminat dalam bidang Healthy Life, Healthy Aging, dan Diabetes Mellitus.

Kenapa Mulut Bisa Sariawan?


Kamis, 21 Oktober 2010 | 08:30 WIB

TANYA : Salam kenal, Dok! Saya ingin bertanya Dok, kenapa saya sering terkena
sariawan? Apakah ini adalah gejala dari penyakit di tubuh saya yang tidak saya ketahui?
Apa penyebab kenapa terjadinya sariawan? Selama ini, setiap kali terkena sariawan saya
tidak pernah berobat, tunggu sembuh sendiri. Mohon penjelasannya, Dok. Terima kasih.

Marcell (27), Jakarta

JAWAB:

Pak Marcell yang baik, memang sariawan merupakan hal kecil, tetapi bisa mengganggu
keseharian Anda, terutama dalam mencerna makanan atau minuman sehari-hari. Banyak
faktor yang bisa menyebabkan timbulnya sariawan. Banyak pula yang mengatakan bahwa
sariawan timbul karena kekurangan vitamin, tetapi tidak hanya itu. Sariawan bisa saja
disebabkan karena faktor lokal atau sistemik.

Faktor lokal, misalnya, bisa saja mengenai kebersihan rongga mulut Anda selama ini, seperti
gigi berlubang, karang gigi, pemakaian gigi palsu atau cara Anda menyikat gigi hingga
menyebabkan luka. Penyebab lainnya bisa saja bisa akibat dari penyakit pada saluran
pencernaan yang dikenal dengan gastro esofageal reflux disease (GERD) yang merupakan
salah satu dari variasi penyakit pada saluran pencernaan, di mana asam lambung bisa
mengalir kembali ke atas ke arah kerongkongan dan bisa mencapai rongga mulut.

Lalu penyakit hidung seperti polip, sinusitis, dan rhinitis alergika bisa juga menyebabkan
sariawan karena adanya droplet/tetesan cairan/lendir dari rongga hidung ke rongga mulut.
Bahkan, merokok hingga meminum dan memakan makanan tertentu bisa saja mengakibatkan
sariawan.

Selama ini, yang umum menyebabkan sariawan pada populasi penduduk adalah alkohol,
softdrink, kopi dan teh, atau makanan dan minuman lainnya di mana seharusnya pasien bisa
mengenali sendiri tentang makanan/minuman yang memicu sariawan karena jika
mengonsumsi makanan/minuman tersebut maka sariawan akan timbul. Meminum atau
memakan makanan yang terlalu dingin atau panas pun bisa menimbulkan sariawan.

Memang benar, vitamin juga sangat berpengaruh pada timbulnya sariawan, tetapi biasanya
dengan perkembangan zaman sekarang, rasanya tidak sulit untuk mengonsumsi makanan
yang bergizi sehingga bisa mencegah timbulnya sariawan karena kekurangan vitamin.

Penyebab lainnya adalah infeksi. Pada umumnya infeksi yang terjadi adalah dari infeksi
jamur akibat pemakaian antibiotika lama yang spektrum kerjanya luas sehingga membunuh
flora normal di mulut. Sebagai akibatnya, terjadilah gangguan keseimbangan flora normal
rongga mulut sehingga bisa berakibat tumbuhnya kuman patogen lainnya dan sariawan
merupakan salah satu tampilan klinisnya. Sariawan juga bisa terjadi pada pasien pascaradiasi
atau kemoterapi yang dijalani pasien-pasien kanker.

Sedangkan faktor sistemik biasanya ditemukan karena otoimun atau imunocompromized


(penurunan sistem imun), seperti lupus, stomatitis apthousa, dan HIV. Faktor lainnya,
ternyata sariawan juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis seseorang.

Jadi, banyak sekali yang bisa menimbulkan sariawan ya, Pak! Untuk itu, saya sarankan jika
khawatir akan sariawan yang timbul terus-menerus, sebaiknya Anda periksakan dan
berkonsultasilah dengan dokter yang Anda percayai untuk melakukan diagnosis. Dengan
demikian, pengobatan bisa diberikan sesuai penyebab sariawan Anda. Semoga ini bisa
membantu.

Sariawan, Tak Seremeh yang Dikira


Penulis : Lusia Kus Anna | Sabtu, 19 September 2009 | 09:43 WIB
KOMPAS.com - Sariawan merupakan suatu kelainan pada selaput lendir mulut, yang
ditandai adanya bercak luka berwarna putih pada dinding mulut atau bibir. Meski kecil dan
letaknya tersembunyi di rongga mulut namun sariawan bisa menimbulkan rasa nyeri hebat.

Menurut drg. Ratu Mirah Afifah, GCCLindent, MDSc, staf pengajar Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjajaran, Bandung, di dalam rongga mulut banyak terdapat bakteri dan
jamur yang bisa menyebabkan sariawan.

Sariawan juga bisa disebabkan karena gangguan keseimbangan tubuh akibat stres, kurang
vitamin C, kurang tidur. Faktor lain yang menyebabkan sariawan antara lain kesalahan
menggosok gigi, apalagi jika menggosoknya serampangan dan tak hati-hati. Luka di seputar
mulut akibat tergigit atau terjatuh juga bisa menyebabkan infeksi dalam bentuk sariawan.

"Pemakaian gigi palsu atau kawat gigi yang tidak pas juga akan membuat jaringan lunak
teriritasi sehingga timbul sariawan," papar Ratu. Sebatang rokok juga bisa merusak vitamin C
yang ada dalam tubuh, akibatnya seorang perokok lebih mudah terkena sariawan.

Sariawan yang disebabkan oleh faktor lokal infeksi biasanya akan sembuh dalam waktu dua
minggu. Akan tetapi, bila luka mirip sariawan tetap menetap hingga berbulan-bulan, bisa jadi
itu merupakan tanda penyakit serius, seperti HIV/AIDS atau kanker mulut. "Penyakit
gangguan kekebalan tubuh seperti HIV bisa menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi,
terutama luka dalam mulut," kata Ratu.

Karena itu bila Anda mengidap penyakit sariawan yang tak kunjung sembuh, segeralah
berkonsultasi ke dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Ada beberapa cara yang bisa mencegah sariawan, misalnya makan dengan tenang agar bibir
atau lidah tidak tergigit. Luka di kedua tempat itu lambat penyembuhannya sehingga mudah
terkena infeksi bakteri atau kuman di mulut. Pastikan gigi dan mulut selalu terawat,
berkumurlah dengan antiseptik jika ada gangguan sariawan, serta hindari stres.

Perbanyak pula sayuran dan buah-buahan karena banyak mengandung vitamin C, B2, B5,
dan asam folat yang sangat bermanfaat mencegah sariawan.

3 Cara Bebaskan Mulut dari Sariawan


Kamis, 9 Juli 2009 | 18:31 WIB

Sariawan membuat makan tak enak dan bicara pun tak nyaman. Atasi segera.

KOMPAS.com - Umumnya, sariawan timbul sebagai sinyal bahwa tubuh kita tengah
kekurangan gizi. Namun, ternyata pemicunya bukan hanya itu. Ada beberapa faktor lain yang
tak berkaitan dengan asupan gizi, akan tetapi dapat memunculkan masalah di mulut.
Beberapa anjuran dari praktisi-praktisi kesehatan dapat kita praktikkan untuk membebaskan
mulut dari sariawan.

Dari dokter gigi


Drg. Linus Boekitwetan, M. Kes (Ort), menjelaskan bahwa sariawan yang disebut juga
stomatitis aphtousa rekuren (SAR), yakni lesi (luka) mukosa rongga mulut yang paling sering
terjadi. Penyebab utamanya tak diketahui, tetapi ada faktor lain yang memicunya, misalnya
iritasi gigi tajam, gangguan imunologi, hormon, dan sebagainya.

Drg. Linus menganjurkan untuk berkumur dengan obat kumur yang mengandung
chlorhexidine gluconate atau topikal kortikosteroid, untuk mempersingkat waktu
penyembuhan luka. Obat jenis topikal anestesi (salep) bisa diberikan untuk meredakan rasa
sakit.

Dari ahli herbal


Ahli obat tradisional China, Mochtar Wijayakusuma, mengatakan bahwa sariawan dapat
timbul di lidah, langit-langit mulut, gusi, pipi bagian dalam, atau bibir. Penyebabnya bisa
karena kekurangan zat besi, vitamin B12, infeksi virus dan bakteri. Dapat juga terjadi akibat
lidah tergigit, atau mulut sensitif terhadap pasta gigi atau obat kumur.

Untuk mengatasinya dengan obat-obatan herbal, dianjurkan untuk mencoba ramuan herbal
dengan bahan tomat, kiwi, jeruk lemon, dan madu. Caranya, campur 1 buah tomat dan kiwi
(kupas kulitnya) ke dalam blender. Tambah dengan air perasan jeruk lemon dan madu
secukupnya. Blender, lalu minum 3 kali sehari.

Dari ahli gizi


Sementara Yusnalaini Y. Mukawi, MSc., ahli gizi dari Poliklinik Gizi RSPAD Gatot
Soebroto, menyatakan bahwa kemungkinan sariawan terjadi karena kurang nutrisi. Tak ada
makanan yang menyebabkan sariawan. Umumnya, masalah ini akan timbul apabila kita
kekurangan nutrisi, terutama vitamin C dan B12, yang terdapat dalam berbagai sayur dan
buah yang berwarna kuning. Jeruk, delima, atau berry, misalnya.
Untuk menghindari sariawan, dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan vitamin C, tak kurang
dari 60mg per hari. Selain itu, selalu lengkapi menu makanan sehari-hari dengan sayur dan
buah-buahan.

(Alia An Nadhiva)

Você também pode gostar