Você está na página 1de 6

RESUME NEMATHELMINTES PARASIT (FILARIASIS, ELEFANTIASIS)

Yasinta Swastika Ayu/150342607572/GHI-K 2015

Filariasis disebut juga kaki gajah, yang merupakan penyakit menular karena infeksi
cacing filaria yang hidup di saluran kelenjar getah bening dengan perantara nyamuk
sebagai vektoryang menyebabkan gejala akut, kronis. Penyebab filariasis ini didukung oleh
keadaan lingkungan yang semakin rusak, seperti penebangan hutan, dan hal-hal yang
memperluas tempat berkembannya nyamuk. Walaupun tidak mematikan, filariasis mampu
menyebabkan deman dan bisul-bisul (abses) dan gejala menahun berupa pembesaran/
elefantiasis yang merupakan cacat menetap akan sangat mengganggu.
- Cacing penyebab filariasis limfatik = Brugia malayi, B. Timori dan Wuchereria
bancrofti.
Sekitar 90% infeksi disebabkan oleh Wucheria Bancrofti, dan sebagian besar sisanya
disebabkan Brugia Malayi. Vektor utama Wucheria Bancrofti adalah nyamuk Culex,
Anopheles, dan Aedes. Nyamuk dari spesies Mansonia adalah vektor utama untuk
parasit Brugarian, namun di beberapa area, nyamuk Anopheles juga dapat menjadi
vektor penularan filariasis. Parasit Brugarian banyak terdapat di daerah Asia bagian
selatan dan timur terutama India, Malaysia, Indonesia,Filipina,dan China (WHO,2010).
Tiap parasit ini memiliki siklus hidup yang kompleks dan infeksi pada manusia tidak
akan berhasil kecuali jika terjadi pemaparan larva infektif untuk waktu yang lama.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk sebelum timbulnya perubahan patologis yang nyata
pada manusia. Periodisitas dalam sirkulasi setiap mikrofilaria akan berbada, tergantng
dari spesiesnya. Vektor utamanya adalah Anopheles farauti dan Anopheles
punculatus. Perkembangan dari larva muda hingga menjadi larva infektif didalam
tubuh nyamuk berlangsung selama 1-2 pekan sedangkan dari mulai masuknya larva
dari nyamuk ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangsung selama 3-
36 bulan. Meskipun terkesan gampang tertular nyamuk, namun diperlukan ratusan
gigitan nyamuk hingga mampu menyebabkan penyakit filariasis.
SIKLUS HIDUP
Penularan dapat terjadi apabiia ada 5 unsur yaitu sumber penular (manusia dan
hewan), parasit, vektor, manusia yang rentan, iingkungan (fisik,biologi dan sosial-
ekonomi-budaya). Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila
orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva
stadium III (L3). Kemudian memasuki periode laten atau prepaten. Periode laten adalah
waktu yang diperlukan antara seseorang mendapatkan infeksi sampai dtemukannya
rnikrofilaria di dalam darahnya. Waktu ini sesuai dengan pertumbuhan cacing hingga
dewasa sampai melahirkan mikrofilaria kedalam darah dan jaringan.
Cacing jantan dan betina hidup disaluran kelenjar limfe, bentuknya halus
seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria
yang bersarung. Cacing betina bersifat ovovivipar dan dapat menghasilkan puluhan
ribu mikrofilaria, yang hidup didalam darah dan terdapat dialiran darah tepi pada waktu
tertentu sehingga memiliki periodisitas.
Mikrofilaria ini hidup di dalam darah dan terdapat di aliran tepi pada waktu
tertentu saja yang mmempunyai periodisitas. Pada umumnya, Microfilatia Wucheria
bancrofti bersifat periodisitas nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat didalam
darah tepi pada waktu malam antara jam 10- jam 2-4 pagi. Pada siang hari, mikrofilaria
terda[at di kapiler dalam paru, jantung , ginjal dsb. Mikrofilaria yang terhisap oleh
nyamuk, akan melepaskan sarungnya didalam lambung, menembus dinding lambung
dan bersarang diantara otot-otot toraks, kemudian berkembang menjadi larva infektif
(L3) dalam jangka waktu 6-14 hari. Gerakan larva ini sangat aktif. Larva akan
berimigrasi ke rongga abdomen, kepala kemudian probosis nyamuk. Apabila nyamuk
infektif ini menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif akan ikut masuk melalui
luka tusuk dan bersarang di saluran limfe. Bila nyamuk sedang aktif mencari darah
akan terbang sampai adanya rangsangan hospes yang cocok diterima oleh alat
penerima rangsanganya. Rangsangan ini akan memberi petunjuk pada nyamuk
untuk mengetahui dimana adanya hospes kemudian baru menggigit. Didalam
tubuh manusia larba L3 mengalami dua kali pergantian kulit untuk tumbuh menjadi
larva L4 atau L5 atau cacing dewasa.

PATOGENESIS DAN GAMBARAN KLINIS

Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor kerentanan individu terhadap


parasit, seringnya mendapat gigitan nyamuk, banyaknya larva infektif yang masuk ke dalam
tubuh, adanya infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur. Secara umum, perkembangan klinis
filariasis dapat dibagi menjadi fase dini dan fase lanjut. Pada fase dini, timbu gejala klinis
akut karena infeksi cacong dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri dan jamur. Pada
fase lanjut, terjadi kerusakan saluran dan kerusakan kelenjar, kerusakan katup saluran limfe,
termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang ada di kulit. Gangguan fungsi limfatik ialah
sebagai berikut,

- Larva infektif migrasi ke pembuluh limfe regional-> menimbulkan sumbatan dan


edema melalui induksi sistem kekebalan tubuh inang
- Respon tubuh terhadap cacing akan lebih hebat apabila :
o Cacing berganti kulit
o Memproduksi mikrofilaria
o Pada saat cacing mati, berdegenerasi
- Pembuluh limfe akan terbendung total oleh thrombus limfe, massa cacng, proliferasi
endothelial, deposit fibrin dan reaksi granuloma.
- Kelenjar limfe tidak dapat menyerang bakteri yang masuk dalam kulit
- Bila terjadi infeksi bakteri atau jamur sekunder dapat erjadi stasis dari cairan limfe.
- Infeksi bakteri berulang akan menyebabkan serangan akut
- Terjadi inflamasi awal pada nodus limfatikus dan pembluh limfe-> periode
asimptomatik dan serangan rekuren dari limfangitis dan demam filaria dalam waktu
bertahun tahun -> blokade permanen saluran limfe dan terjadilah limfedema
- Pada penderita limfedema, serangan akut berulamg oleh bakteri atau jamur akan
menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit, hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan
peningkatan pembentukkan jaringan ikat sehingga peningkatan stadium limfedema
dimana pembengkakkkan yang semua terjadi hilang timbul akan menjadi
pembengkakkan menetap.

EPIDEMIOLOGI
1. Wuchereria bancrofti
o daerah tropis dan subtropis.
o Vektor : Culex, Aedes, AnophelesdanMansonia.
o Hubungan antara derajat dan frekuensi infeksi terhadap perjalanan penyakit
masih belum dapat dimengerti.
o Manusia satu-satunya hospes alamiah bagi W. bancrofti
2. Brugia malayi dan Brugia timori
o Asia Tenggara
o B. Malayi dapat diketemukan mulai dari India sampai Jepang
o vektor nyamuk Mansonia danAnopheles
o B. timori lebih terbatas pada bagian timur Indonesia (NTT dan Timor Loro Sae)
o vektor Aedes danAnopheles.
o B. malayi secara alamiah dapat diketemukan pada hewan seperti monyet, kucing
dan anjing.
GEJALA KLINIS

- Demam berulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi
setelah bekerja berat.
- Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening didaerah lipatan paha, ketiak yang tampak
kemerahan, panas dan sakit.
- Terjadi radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yan enjalar
dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan.
- Terjadi abses filarial karena seringnya pembengkakan kelenjar getah bening, yang
dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
- Terjadi pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kanatong buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (limfedema dini).
GEJALA KRONIS FILARIASIS

Terjadi pembesaran yang menetap apda tungkai, lengan, buah dada, dan buah
zakar. Gejala klinis filariasis limfatik disebabkan oleh microfilaria dan cacing dewasa
baik yang hidup maupun yang mati. Microfilaria biasanya tidak menimbulkan kelainan
tetapi dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis. Gejala yang
disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan limfadenitis dan limfagitis retrograd (B.
Timori) dalam stadium akut, disusul dengan abstruktif menahun. Pada filariasis
brugia, sistem limfa alat kelamin tidak pernah terkena, hal ini berbed dengan
filariasis bancrofti. Elepantiasis hanya mengenai tungkai bawah, dibawah lutut,
atau kadang lengan bawah dibagian siku.
DIAGNOSA

Cara diagnosis penyakit filariasis, pemeriksaan klinis, pemerisaan langsung


darah segar dari ujung jari, pemeriksaan jari/vena dengan pewarnaan. Diagnosa secara
pemeriksaan darah masih menjadi pilihan utama karena jelas ditemukan mikrofilaria
dan diketahui spesiesnya. Penentuan spesies mikrofilaria ditentukan dari ada tidaknya
sarung dan letak dari inti pada spesimen yang dibuat pulasan. Selain denganteknik
sediaan darah tebal cara lain yang digunakan antara lain dengan teknik filtrasi untuk
menemukan mikrofilaria, tekik molekuler untuk melacak adanya DNA filaria dengan
metode DNA probe dan metode PCR serta melacak adanya antigen filaria dengan
metode ELSA.
PERTANYAAN

1. Bagaimana rantai penularan hingga manusia menderita filariasis?


Jawaban : umumnya manusia menderita filariasis jika keadaan tubuhnya rentan atau
sistem imunnya tergolong lemah. Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki
gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang memiliki larva infektif atau L3.
Kemudian memasuki periode laten dimana terdapat waktu yang diperlukan antara
seseorang mendapat infeksi sampai ditemukannya mikrofilaria didalam darahnya.
Waktu ini sesuai dengan pertumbuhan cacing hingga dewasa (L4/L5) sampai
melahirkan ke dalam darah dan jaringan. Didalam tubuh manusia larba L3 mengalami
dua kali pergantian kulit untuk tumbuh menjadi larva L4 atau L5 atau cacing dewasa.
Pada fase lanjut, terjadi kerusakan saluran dan kerusakan kelenjar, kerusakan katup
saluran limfe, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang ada di kulit. Dimana larva
infektif akan bermigrasi ke pembuluh limfe sehingga terjadi sumbatan dan edema.
Sumbatan ini membuat pembuluh limfe akan penuh dengan cairan limfe, masa cacing,
dll sehinga sistem imun menurun menyebabkan terjadinya inflamasi hingga terjadi
blokade permanen saluran limfe hingga seseorang mengalami limfedema. Limfedema
ini akibat serangan akut berulang dari bakteri atau jamur yang mnyebabkan pengerasan
kulit, hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan peningkatan jaringan ikat. Sehingga terjadi
pembengkakkan tetap.
2. Pengobatan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengobat penyakit filariasis?
Jawaban: terdapat obat utama yang biasanya digunakan dalam pengobatan kaki gajah,
yakni dietilkarbamazin sitrat (DEC). DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga
cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC merupakan satu-
satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis bancrofti, dosis
yang dianjurkan adalah 6 mg/kg berat badan per hari selam 12 hari. Sedangkan untuk
filaria brugia, dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/kgberat badan per hari selam 10 hari.
Efek samping dari DEC ini adalah demam, mengigil, artralgia, sakit kepala, mual,
hingga muntah. Pada pengobatan filariasis brugia, efek samping yang ditimbulkan lebih
berat. Sehingga untuk pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktu
pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama.

Você também pode gostar