Você está na página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Takut dan Cemas merupakan suatu perasaan yang bisa dialami oleh setiap
orang dalam kehidupannya setiap hari. Setiap orang akan mengalaminya pada
waktu yang berbeda-beda. Takut dan cemas sering berhubungan erat. Saat orang
merasa takut akan sesuatu, orang tersebut sering merasa cemas juga. Walaupun
perasaan cemas dan takut keduanya berhubungan erat, keduanya berbeda.
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-
spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya
merupakan gejala umum akibat cemas. Namun sampai sebatas mana situasi jiwa
berupa cemas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan utuh.
Karena seringkali cemas menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar,
berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya.
Begitu banyak manifestasi gejala akibat cemas. Begitu banyak pula penderita
yang terkecoh, menganggap fisiknya yang sakit, sehingga mereka gonta-ganti
dokter sampai minta dilakukan operasi dan bahkan ada yang minta bantuan
dukun. Dengan begitu, bahwa cemas menjadikan seseorang tidak rasional lagi.
Karena itu, selagi Anda masih dapat berpikir rasional, kenalilah gejala cemas
yang sakit (anxietas) itu.
Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang
mengancam atau membahayakan. Dengan berjalannya waktu, keadaan cemas
tersebut biasanya akan dapat teratasi sendiri. Namun, ada keadaan cemas yang
berkepanjangan, bahkan tidak jelas lagi kaitannya dengan suatu faktor penyebab
atau pencetus tertentu. Hal ini merupakan pertanda gangguan kejiwaan yang dapat
menyebabkan hambatan dalam berbagai segi kemampuan dan fungsi sosial bagi
penderitanya. Tidaklah mudah untuk membedakan cemas yang wajar dan cemas
yang sakit. Karena keduanya merupakan respons yang umum dan normal dalam
kehidupan sehari-hari.
Perkiraan prevalensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang)
adalah: gangguan ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15, agoraphobia 20,
fobia sosial 30, fobia sederhana 45, dan gangguan obsesif-kompulsif (yang tidak
berkomorbid dengan gangguan ansietas lain) 10. (Narrow, et al., 2002)
Di pelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah: gangguan ansietas
menyeluruh 7,9%, dan gangguan panic/agoraphobia 2,6%. Maramis, 2009
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara
subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990,
halb75).

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-
spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan
satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala
fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala,
ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas
autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare,
mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun,
rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama
dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
1. konsentrasi dan perhatian berkurang;
2. harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6. tidur terganggu;
7. nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi
biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding ansietas,
gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1. Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan
kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3. Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik,
terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan,
dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan
yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat
mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah
diberi pengarahan.

B. RENTANG RESPON ANSIETAS.

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).

C. TINGKAT ANSIETAS.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1. Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan
hal lain.
3. Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik,
terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN.
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan
impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya
seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua
elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan
dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan
selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau
eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi
dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem Tubuh Respons
Kardiovaskuler Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Pernafasan Napas epat.
Pernapasan dangkal.
Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.
Neuromuskular Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.
Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan.
Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Rasa terbakar pada jantung.
Nausea.
Diare.
Perkemihan Tidak dapat menahan kencing.
Sering kencing.
Kulit Rasa terbakar pada mukosa.
Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.


Sistem Respons
Perilaku Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Kognitif Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.
Afektif Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan
sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan
keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi
ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku
patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme
koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang
dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk
menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar
memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik
maupun secara psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan
maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan
secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan
primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu
yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi
dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang
tersebut.
6) Intelektualisasi (Intelektualization).
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu
oleh ancaman dari luar (pembentukan superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi
atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya
terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang
lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat
ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan
yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan
keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang
primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak,
melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan
yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang
primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan
yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-
kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan
mekanisme pertahanan primitif.

B. DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine.

C. INTERVENSI.
Tujuan umum
Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Melakukan aktifitas sehari-hari.
c. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
d. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
e. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
f. Klien terlindung dari bahaya.
1. Ansietas Ringan.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas ringan adalaha) Tidak nyaman. a) Gerakan tidak tenang.
ansietas normal dimanab) Gelisah. b) Perhatikan tanda
motivasi individu padac) Insomnia ringan. peningkatan ansietas.
keseharian dalam batasd) Perubahan nafsu c) Bantu klien
kemampuan untuk makan ringan. menyalurkan energi
melakukan dan e) Peka. secara konstruktif.
memecahkan masalah f) Pengulangan d) Gunakan obat bila
meningkat. pertanyaan. perlu.
g) Perilaku mencari e) Dorong pemecahan
perhatian. masalah.
h) Peningkatan f) Berikan informasi
kewaspadaan. akurat dan fuktual.
i) Peningkatan persepsig) Sadari penggunaan
pemecahan masalah. mekanisme pertahanan.
j) Mudah marah. h) Bantu dalam
mengidentifikasi
keterampilan koping
yang berhasil.
i) Pertahankan cara yang
tenang dan tidak
terburu.
j) Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi.
2. Ansietas Sedang.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang adalaha) Perkembangan dari a) Pertahankan sikap
cemas yang ansietas ringan. tidak tergesa-gesa,
mempengaruhi b) Perhatian terpilih dari tenang bila berurusan
pengetahuan baru lingkungan. dengan pasien.
dengan penyempitan c) Konsentrasi hanya b) Bicara dengan sikap
lapangan persepsi pada tugas-tugas tenang, tegas
sehngga individu individu. meyakinkan.
kehilangan pegangan d) Suara bergetar. c) Gunakan kalimat yang
tetapi dapat mengikuti e) Ketidaknyamanan pendek dan sederhana.
pengarahan orang lain. jumlah waktu yang d) Hindari menjadi
digunakan. cemas, marah, dan
f) Takipnea. melawan.
g) Takikardia. e) Dengarkan pasien.
h) Perubahan dalam nadaf) Berikan kontak fisik
suara. dengan menyentuh
i) Gemetaran. lengan dan tangan
j) Peningkatan pasien.
ketegangan otot. g) Anjurkan pasien
k) Menggigit kuku, menggunakan tehnik
memukul-mukulkan relaksasi.
jari, menggoyangkan h) Ajak pasien untuk
kaki dan mengetukkan mengungkapkan
jari kaki. perasaannya.
i) Bantu pasien
mengenali dan
menamai ansietasnya
3. Ansietas Berat.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas a) Perasaan terancam. a) Isolasi pasien dalam
berat lapangan b) Ketegangan otot yg berlebihan. lingkungan yang aman
persepsi menjadic) Diaforesis. dan tenang.
sangat menurun.d) Perubahan pernapasan. b) Biarkan perawatan
Individu e) Napas panjang. dan kontak sering
cenderung f) Hiperventilasi. sampai konstan.
memikirkan hal g) Dispnea, pusing c) Berikan obat-obatan
yang sangat kecil Perubahan gastrointestinalis. pasien melakukan hal
saja dan j) Mual muntah. untuk dirinya sendiri.
mengabaikan halk) Rasa terbakar pada ulu hati. d) Observasi adanya
yang lain. l) Sendawa. Anoreksia. tanda-tanda
Individu tidak n) Diare atau konstipasi. peningkatan agitasi.
mampu berfikir o) Perubahan kardivaskuler. e) Jangan mennyentuh
realistis dan p) Takikardia. Palpitasi pasien tanpa permisi.
membutuhkan q) Rasa tidak nyaman pada
f) Yakinkan pasien
banyak prekokardia. bahwa dia aman.
pengarahan, s) Berkurangnya jarak persepsi
g) Kaji keamanan dalam
untuk dapat secara berat. lingkungan sekitarnya.
memusatkan t) Ketidakmampuan untuk
pada daerah lain. berkonsentrasi.
u) Rasa terbakar.
v) Kesulitan dan ketidaktepatan
pengungkapan.
w) Aktivitas yang tidak berguna.
x) Bermusuhan.
4. Panik.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Adalah tingkat a) Hiperaktif / imobilitasi a) Tetap bersama pasien ;
dimana individu berat. minta bantuan.
berada pada bahaya b) Rasa terisolasi yang b) Jika mungkin hilangkan
terhadap diri sendiri ekstrim. beberapa stressor fisik
dan orang lain serta c) Kehilangan desintegrasi dan psikologisdari
dapat menjadi diam kepribadian. lingkungan.
atau menyerang d) Sangat goncang dan otot- c) Bicara dengan tenang,
dengan cara kacau. otot tegang. sikap meyakinkan,
e) Ketidakmampuan untuk menggunakan nada
berkomunikasi dengan suara yang rendah.
kalimat yang lengkap. d) Katakan pada pasien
f) Distori persepsi dan bahwa anda (staf) tidak
penilaian yang tidak akan membahayakan
realistis terhadap dirinya sendiri atau
lingkungan dan ancaman. orang lain.
g) Perilaku kacau dalam e) Isolasikan pasien pada
usaha melarikan diri. daerah yang aman dan
h) Menyerang. nyaman.
f) Lanjut dengan prwtn
ansietas berat.

D. Evaluasi Hasil
1. Klien mengidentifikasi respons ansietasnya sendiri
2. Klien mengidentifikasi stressor-stresor di masa lalu atau saat ini yang
berperan dalam munculnya respons ansietas.
3. Klien menggunakan strategi koping bukannya perilaku simtomatis
4. Klien mengidentifikasi dan berpatisipasi secara aktif dalam rencana
pengobatan yang berkesinambungan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan
dengan perasaan tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik,
dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas
merupakan suatu sensasi distress psikologis (buku keperawatan jiwa edisi 5 hal
144). Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak
diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh
ketidak tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998)
Ada berbagai macam tingkat ansietas yaitu ingkat ansietas Ansietas ringan,
ansietas sedang, ansietas berat, ansietas panic selain itu gangguan terkait ansietas
pun sangat beragam diantaranya agoraphobia, gangguan ansietas umum dan
gangguan obsesif kompulsif

B. Saran
Dalam mengatasi ansieta tidak hanya terapi farmakologis yang diberikan
akan tetapi efek terepeutik dari perawat sangat membantu dalam proses
kesembuhan klien dengan ansietas. Agar efek dari ansietas dapat konstruktif
individu hasrus dapat menggunakan koping yang efektif sehingga efek destruktif
dari ansietas dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, Willy F. and Maramis Albert A. 2009. Catatan Ilmu


Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2010/03/ansietas/. Piogama
UGM. Akses 01 Januari 2011: 02.57 pm

Anonim. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. 2004.


Surabaya : RS. Jiwa Menur.

Anonim. Pedoman Diagnosis Keperawatan Jiwa. 2007. Jakarta :


RS. Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang.

http://4yu8.wordpress.com/2010/06/04/respon-cemas-dan-
gangguan-kecemasan/. Ayub Martien. Akses 07 Desember 2010: 01.22pm
Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.

Lynda juall carpenito dan moyet.2007.B uku saku diagnosis


keperawatan.jakarta:EGC

Você também pode gostar

  • Laporan Pendahuluan Hiv Aids
    Laporan Pendahuluan Hiv Aids
    Documento12 páginas
    Laporan Pendahuluan Hiv Aids
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Bab IV Pembahasan (Susi) Revisi.01
    Bab IV Pembahasan (Susi) Revisi.01
    Documento10 páginas
    Bab IV Pembahasan (Susi) Revisi.01
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Pendahuluan (Susi) Revisi.01
    BAB I Pendahuluan (Susi) Revisi.01
    Documento4 páginas
    BAB I Pendahuluan (Susi) Revisi.01
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Catatan Perkembangan
    Catatan Perkembangan
    Documento8 páginas
    Catatan Perkembangan
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • BAB II Landasan Teoritis (Susi) Revisi.01
    BAB II Landasan Teoritis (Susi) Revisi.01
    Documento21 páginas
    BAB II Landasan Teoritis (Susi) Revisi.01
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Askep Enteritis
    Askep Enteritis
    Documento16 páginas
    Askep Enteritis
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Demam Thypoid 2
    Demam Thypoid 2
    Documento60 páginas
    Demam Thypoid 2
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • BAB III Laporan Kasus (Susi) Ravisi.01
    BAB III Laporan Kasus (Susi) Ravisi.01
    Documento11 páginas
    BAB III Laporan Kasus (Susi) Ravisi.01
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Demam Thipoid 4
    Demam Thipoid 4
    Documento33 páginas
    Demam Thipoid 4
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento10 páginas
    Bab Ii
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • 12 Bab Ii
    12 Bab Ii
    Documento35 páginas
    12 Bab Ii
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • 13 Bab Iii
    13 Bab Iii
    Documento7 páginas
    13 Bab Iii
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Presentasi Katarak
    Presentasi Katarak
    Documento19 páginas
    Presentasi Katarak
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Kelompok Katarak
    Kelompok Katarak
    Documento5 páginas
    Kelompok Katarak
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • BAB LLL
    BAB LLL
    Documento3 páginas
    BAB LLL
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento10 páginas
    Bab Ii
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento4 páginas
    Bab I
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • 3 Bab II Pembahasan
    3 Bab II Pembahasan
    Documento1 página
    3 Bab II Pembahasan
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Gangguan Perilaku
    Gangguan Perilaku
    Documento14 páginas
    Gangguan Perilaku
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • PROPOSOL
    PROPOSOL
    Documento16 páginas
    PROPOSOL
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Proses Berfikir & Pemecahan Masalah
    Proses Berfikir & Pemecahan Masalah
    Documento3 páginas
    Proses Berfikir & Pemecahan Masalah
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Perkembangan Kepribadian
    Perkembangan Kepribadian
    Documento3 páginas
    Perkembangan Kepribadian
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • BAB III Revisi
    BAB III Revisi
    Documento3 páginas
    BAB III Revisi
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • BUGIONO
    BUGIONO
    Documento3 páginas
    BUGIONO
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Makalah P3k Pantai Tenggelam
    Makalah P3k Pantai Tenggelam
    Documento17 páginas
    Makalah P3k Pantai Tenggelam
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • 3 Bab II Pembahasan
    3 Bab II Pembahasan
    Documento1 página
    3 Bab II Pembahasan
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Bab I, Ii, Iii
    Bab I, Ii, Iii
    Documento28 páginas
    Bab I, Ii, Iii
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • 4 Isi
    4 Isi
    Documento10 páginas
    4 Isi
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Bab I-VI
    Bab I-VI
    Documento26 páginas
    Bab I-VI
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Sehat Sakit
    Makalah Sehat Sakit
    Documento7 páginas
    Makalah Sehat Sakit
    HailySumarti
    Ainda não há avaliações