Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH :
Kelompok K17
Dola Desriyesi,S.Kep
Febby Handriany,S.Kep
Firsha Vellya Arda,S.Kep
Indri Patricia,S.Kep
Leyla Beno Safira,S.Kep
Lina Annisa Fauziyyah,S.Kep
Rahma Nike,S.Kep
Tri Fuji Rahmi Zalni,S.Kep
Wahyu Astuti,S.Kep
Wulan Rija Pratiwi,S.Kep
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu terjadi pada
setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan
berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42
minggu (Nugroho dkk, 2014). Menurut Bobak (2005) Kehamilan didefinisikan sebagai
persatuan antara sebuah telur dan sebuah sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang
terpisah, tetapi ada suatu rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu
ialah pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan
gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Hanya jika semua peristiwa ini berlangsung
baik, maka proses perkembangan embrio dan janin dapat dimulai.
Menurut Kurnia (2009) selama proses kehamilan terjadi perubahan fisiologis
dan psikologis yaitu pada trimester 1 terjadi perubahan fisik seperti pembesaran
payudara, sering buang air kecil, konstipasi, morning sickness, mual, muntah,
merasa lelah, sakit kepala, kram perut, meludah, peningkatan berat badan.
Sedangkan perubahan psikologis seperti ibu merasa tidak sehat, kadang-kadang
merasa benci dengan kehamilannya, ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia
benar-benar hamil, setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu
mendapat perhatian.
Pada trimester II terjadi perubahan fisik seperti perut semakin membesar,
sendawa dan buang angin, rasa panas di perut, sakit perut bagian bawah, pusing.
Sedangkan perubahan psikologis yang terjadi seperti ibu merasa sehat, hormon ibu
sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, ibu sudah bisa menerima
kehamilannya, merasakan gerakan anak, merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan
kekhawatiran, libido meningkat, menuntut perhatian dan cinta, merasa bahwa bayi
seagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
Pada trimester III terjadi perubahan fisik seperti sakit bagian tubuh belakang,
konstipasi, susah bernapas, sering kencing, varises, dan kram pada kaki. Sedangkan
perubahan psikologis seperti rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya
jelek, aneh, tidak menarik, takut akan rasa saki, t dan bahaya fisik yang timbul pada
saat melahirkan, khawatir bayi dilahirkan dalam keadaan tidak normal, merasa
kehilangan perhatian, sensitif dan libido menurun.
Selama kehamilan, seorang wanita harus melakukan pemeriksaan kesehatan
yang terdiridari 14 T yaitu timbang berat badan dan pengukuran tinggi
badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi tetanus
toksoid (TT), pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan,
pemeriksaan hemoglobin (Hb), pemeriksaan Veneral Disease Research Laboratory
(VDRL), perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara,
pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam hamil, temu wicara dalam rangka
persiapan rujukan, pemeriksaan protein urin, pemeriksaan reduksi urin, pemberian
terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok, pemberian terapi anti malaria
untuk daerah endemis malaria (Rukiyah, 2009).
Pemeriksaan hepatitis sangat penting dilakukan pada wanita hamil karena pada
wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan
wanita tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita
hamil lebih mudah terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan
keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik. Virus hepatitis sangat
potensial untuk ditularkan kepada janin di dalam kandungan, maka pemeriksaan
laboratorium penting dilakukan selama kehamilan.
Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka
kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5% hepatitis virus terjadi pada
trimester I, 32% terjadi pada trimester II, dan 58.5% terjadi pada trimester III.
Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B ketiga terbanyak di dunia
setelah China dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang, pada ibu hamil
prevalensinya sebesar 4% dan penularan ibu hamil yang mengidap Hepatitis ke
bayinya sebesar 45,9% (Harahap, 2009).
Akan tetapi, tidak semua ibu hamil mengetahui akan penyakit ini. Oleh
karena itu, kami kelompok Praktek Profesi Keperawatan Maternitas Fakultas
Keperawatan UNAND tertarik untuk memberikan penyuluhan tentang Penyakit
Hepatitis pada ibu hamil.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang penyakit hepatitis pada ibu hamil
diharapkan ibu dapat mengerti dan waspada terhadap hepatitis serta dapat
mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu hamil mampu:
a. Menyebutkan pengertian kehamilan beresiko tinggi
b. Menyebutkan penyebab kehamilan beresiko tinggi
c. Menyebutkan macam-macam kehamilan beresiko tinggi
d. Menyebutkan pengertian hepatitis pada kehamilan
e. Menyebutkan penyebab hepatitis
f. Menyebutkan jenis-jenis hepatitis
g. Menyebutkan tanda dan gejala hepatitis
h. Menyebutkan pengaruh atau efek hepatitis pada kehamilan dan janin
i. Menyebutkan cara pencegahan hepatitis
j. Menyebutkan cara pengobatan hepatitis
k. Menyebutkan cara pemeriksaan laboratorium
C. Materi (Terlampir)
D. Pelaksanaan
1. Topik
Penyakit hepatitis pada ibu hamil
2. Sasaran/ target
a. Sasaran : Seluruh ibu-ibu hamil yang hadir di Aula Puskesmas
Nanggalo
b. Target : Pasien kelolaan mahasiswa yang berjumlah 10 orang ibu
hamil
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
4. Media dan alat
a. Leaflet
b. LCD
c. Laptop
d. PPT
E. Waktu dan tempat
Hari : Rabu / 26 April 2017
Jam : 08.30 WIB Selesai
Tempat : Aula Puskesmas Nanggalo
F. Pengorganisasian
I. Moderator : Febby Handriany,S.Kep
II. Pemateri : Leyla Beno Safira,S.Kep
III. Fasilitator : Dola Desriyesi,S.Kep
Firsha Vellya Arda,S.Kep
Indri Patricia,S.Kep
Lina Annisa Fauziyyah,S.Kep
Rahma Nike,S.Kep
Tri Fuji Rahmi Zalni,S.Kep
Wahyu Astuti,S.Kep
IV. Observer : Wulan Rija Pratiwi,S.Kep
G. Kegiatan Penyuluhan
No KegiatanPenyuluhan KegiatanPeserta Waktu
1 Pembukaan 5 menit
Mengucapkan salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri dan mendengarkan
serta pembimbing
Menjelaskan tujuan
materi penyuluhan Mendengarkan
Menjelaskan kontrak Menjawab dan
waktu mendengarkan
2 Pelaksanaan 40 menit
Menggali pengetahuan Menjawab
peserta tentang
pengertian kehamilan
beresiko tinggi
Memberi reinforcement Mendengar dan
positif memperhatikan
Menjelaskan kepada Mendengar dan
peserta tentang memperhatikan
pengertian kehamilan
beresiko tinggi
Menggali pengetahuan Menjawab
peserta tentang penyebab
kehamilan beresiko
tinggi
Memberi reinforcement Mendengar dan
positif memperhatikan
Menjelaskan kepada Mendengar dan
peserta tentang penyebab memperhatikan
kehamilan beresiko
tinggi
Menggali pengetahuan Menjawab
peserta tentang macam-
macam kehamilan
beresiko tinggi
Memberi reinforcement Mendengar dan
positif memperhatikan
Menjelaskan kepada Mendengar dan
peserta tentang macam- memperhatikan
macam kehamilan
beresiko tinggi
Menggali pengetahuan Menjawab
peserta tentang
pengertian Hepatitis
Memberi reinforcement Mendengar dan
positif memperhatikan
Menjelaskan kepada Mendengar dan
peserta tentang memperhatikan
pengertian Hepatitis
Menggali pengetahuan Menjawab
peserta tentang penyebab
Hepatitis
Memberikan Mendengar dan
reinforcement positif memperhatikan
Menjelaskan penyebab Mendengar dan
Hepatitis memperhatikan
Keterangan :
: Moderator
: PPT : Observer
: Penyaji : Audiens
: Fasilitator : Pembimbing
I. Uraian Tugas
1. Pemateri
a. Mempresentasikan materi
b. Mengevaluasi peserta tentang materi yang diberikan
2. Moderator
a. Pada acara pembukaan
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
3) Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
4) Menjelaskan kontrak waktu
b. Kegiatan Inti
1) Meminta peserta memberikan pertanyaan atas penjelasan
yang tidak dipahami.
2) Memberikan kesempatan pada mahasiswa atas jawaban yang
diajukan untuk menjawab.
c. Pada acara penutup
1) Menyimpulkan dan menutup diskusi
2) Mengucapkan salam
3. Fasilitator
a. Memotivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan
penyuluhan
4. Observer
a. Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
b. Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
J. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. 60 % atau lebih undangan menghadiri acara
b. Alat dan media sesuai dengan rencana
c. Peran dan fungsi masing masing sesuai dengan yang direncanakan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi
3. Evaluasi hasil
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 60 % masyarakat mampu :
a. Menyebutkan pengertian kehamilan beresiko tinggi
b. Menyebutkan penyebab kehamilan beresiko tinggi
c. Menyebutkan macam-macam kehamilan beresiko tinggi
d. Menyebutkan pengertian hepatitis
e. Menyebutkan penyebab hepatitis
f. Menyebutkan jenis-jenis hepatitis
g. Menyebutkan tanda dan gejala hepatitis
h. Menyebutkan pengaruh atau efek hepatitis pada kehamilan dan janin
i. Menyebutkan cara pencegahan hepatitis
j. Menyebutkan cara pengobatan hepatitis
k. Menyebutkan cara pemeriksaan laboratorium
Lampiran Materi
1. Pengertian Kehamilan Beresiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan patologi yang dapat
mempengaruhi keadaan ibu dan janin. Untuk menghadapi kehamilan risiko
harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya promotif dan preventif
sampai dengan waktunya harus diambil sikap tegas dan cepat untuk
menyelamatkan ibu dan janinnya (Manuaba, 2007). Kehamilan risiko tinggi
merupakan kehamilan yang memiliki risiko atau bahaya yang lebih besar pada
waktu kehamilan maupun persalinan bila dibandingkan dengan Ibu Hamil yang
normal. Ibu hamil risiko tinggi/komplikasi adalah ibu hamil dengan keadaan
penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan
kematian bagi ibu.
2. Penyebab Kehamilan Beresiko Tinggi
Dalam beberapa kasus, kehamilan beresiko tinggi disebabkan oleh
kondisi medis tertentu yang terjadi sebelum masa kehamilan. Sebagian lain
disebabkan oleh kondisi yang terjadi selama masa kehamilan. Kondisi ini dapat
membahayakan ibu hamil dan si janin, jika tidak ditangani secara tepat. Berikut
adalah hal lain yang menyebabkan kehamilan menjadi beresiko tinggi:
a. Riwayat medis. Ibu hamil yang sebelumnya mengalami operasi sesar,
mengalami kelahiran prematur, atau berat badan si kecil jauh dibawah angka
normal, dikategorikan sebagai kehamilan beresiko tinggi. Termasuk dalam
kelompok ini adalah ibu hamil dengan riwayat keluarga yang mengidap
kelainan genetik, serta riwayat kematian janin saat melahirkan.
b. Usia. Ibu yang hamil diusia 35 tahun keatas dikategorikan sebagai kehamilan
dengan resiko tinggi (resting)
c. Gaya hidup. Pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum
minuman beralkohol, mengkonsumsi kafein dalam jumlah tinggi, atau
penggunaan narkoba, menjadikan seseorang berada pada resiko tinggi saat ia
mengandung.
d. Kondisi medis. Ibu hamil yang memiliki diabetes, tekanan darah tinggi, dan
epilepsi dapat meningkatkan resiko selama proses kehamilan. Termasuk juga
diantaranya adalah anemia, atau gangguan mental.
e. Komplikasi kehamilan. Gangguan kesehatan yang terjadi pada rahim,
plasenta, leher rahim, atau kondisi morning sickness akut, membuat seorang
berada dalam kondisi kehamilan beresiko. Kondisi lainya dapat berupa terlalu
banyak atau terlalu sedikit cairan ketuban, atau rhesus.
f. Kehamilan kembar. Para ahli kandungan mengolongkan kondisi ini sebagai
kehamilan yang harus mendapatkan perhatian lebih. Resiko gangguan
kehamilan juga terjadi saat masa kehamilan melewati batas proyeksi
kelahiran.
5. Penyebab Hepatitis
Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis
terbagi atas infeksi dan bukan infeksi.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain :
1. Infeksi virus : hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, Hepatitis E,
Hepatitis F, hepatitis G.
2. Non virus : Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau
zat kimia, Penyakit autoimun.Sedangkan penyakit hepatitis yang
ditimbulkannya disebut sesuai dengan nama virusnya. Di antara ketujuh jenis
hepatitis tersebut, hepatitis A, B dan C merupakan jenis hepatitis terbanyak
yang sering dijumpai. Sedangkan kasus hepatitis F masih jarang ditemukan.
Para ahli pun masih memperdebatkan apakah hepatitis F merupakan jenis
hepatitis tersendiri atau tidak. Ikterus merupakan salah satu gajala klinis
pada wanita hamil dengan hepatitis, namun adapun ikterus dalam kehamilan
sebenarnya disebabkan oleh beberapa keadaan. Ikterus yang disebabkan oleh
kehamilan berupa ; perlemakan hati akut, toksemia, dan kolestasis
intrhepatik. Sedangkan ikterus yang tejadi bersamaan dengan suatu
kehamilan; hepatitis virus, batu empedu, penggunaan obat-obatan
hepatotoksik, dan sirosis hepatis. Ikterus dapat timbul pada satu dari
1500 kehamilan, 41% diantaranya adalah hepatitis virus,21% oleh karna
kolestatis intahepatik, dan kurang dari 6% oleh karna obtruksi saluran
empedu di luar hati.
6. Jenis-jenis Hepatitis
a) Hepatitis A
Jenis hepatitis yang paling ringan di antara semua jenis hepatitis. Walaupun
begitu, tidak boleh dianggap enteng karena dapat memudahkan terkena
infeksi virus hepatitis lain yang lebih berbahaya. Ditularkan melalui kontak
antar peroranan atau melalui makanan maupuan minuman yang
terkontaminasi. Gejalanya seperti gejala flu, demam tinggi, kulit menjadi
kekuningan, mual-muntah. Ibu hamil dengan hepatitis A dianjurkan untuk
banyak beristirahat dan mendapat asupan gizi yang tepat. Jika menjalani
terapi dengan tepat maka dapat sembuh dalam waktu kurang lebih 2 bulan.
b) Hepatitis B
Jenis hepatitis yang berat dan dapat mengakibatkan kematian bagi
penderitanya akibat sirosis atau kerusakan fungsi hati dan kanker hati.
Ditularkan melalui kontak dengan darah dan cairan-cairan tubuh lainnya
seperti air mani, cairan vagina, air liur dan air ketuban. Bahkan penularannya
bisa terjadi sewaktu janin masih di dalam kandungan bahkan selama proses
persalinan, melalui kontak darah dan cairan tubuh. Gejalanya demam tinggi,
mual-muntah, selalu lelah, kulit dan bola mata berubah menjaid warna
kuning, warna air seni cokelat mirip air teh, tinja mirip adukan semen. Ibu
hamil dengan hepatitis B akan langsung mendapat suntikan hepatitis B
imunoglobin, dan saat bayinya lahir juga mendapat injeksi sejenis dan akan
diimunisasi hepatitis B saat usianya 1 minggu, 1 bulan dan 6 bulan. Imunisasi
ini akan mengurangi risiko tertular hepatitis B. Saat ini, setiap bayi yang lahir
akan mendapat imunisasi hepatitis B, baik ibunya mengidap virus hepatitis B
maupun tidak.
c) Hepatitis C
Jenis hepatitis yang tidak menampakkan gejala secara langsung, penyakitnya
baru muncul setelah 10-15 tahun kemudian. Ketka seseorang terinfeksi oleh
virus hepatitis C, antibody yang diproduksi tubuh tidak mampu untuk
menghancurkan virus tersebut sehingga virus hepatitis C akan tetap berada di
dalam tubuh dalam jangka waktu lama. Ditularkan melalui darah, misalnya
tranfusi darah, penggunaan jarum suntik untuk obat-obatan terlarang, jarum
untuk tato, hubungan intim, penggunaan bersama pisau cukur, sikat gigi dan
gunting kuku. Gejalanya selalu lelah, mual muntah, kulit dan bila mata
berwarna kuning, perut terasa nyeri, nyeri tulang dan otot, kaki bengkak,
kehilangan nafsu makan, pandangan mata kabur. Ibu hamil dengan hepatitis
C perlu secara teratur memeriksakan fungsi hati kepada dokter spesialis
hepatologi. Bila Anda berisiko menderita hepatitis C sebaiknya menjalai tes
hepatitis C selama kehamilan.
Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari
keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula
meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin, menyebabkan
infeksi hepatitis pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.
a) Melewati placenta
b) Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c) Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
d) Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
e) Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi
hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada
periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus
placenta, ialah virus type B.
Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta ialah
ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin
barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati
pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus.
Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas, 48%
dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya
sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami
virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya
terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran
prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya
icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem
icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta
dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice.
Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan
maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian.
Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis pada Ibu hamil
dapat menimbulkan kelainan kongenital janinnya. Pada pemeriksaan
placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis, tidak dijumpai perubahan-
perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila
terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan
kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
Hepatitis dan risiko ibu dan neonatus
Risiko potensial
Jenis virus
Ibu Neonatus
Hepatitis berat
Hepatitis a Hepatitis neonatorum
Hepatitis kronis
Hepatitis b Antigenemia persistens
Sirosis hepatitis
Nekrosis hepatitis
Neoplasma hepatoselulare
primer
Perlemakan hati
Hepatitis c Sublikinal hepatitis
( fatty lever )
9. Pencegahan Hepatitis
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita
hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg berat
badan. Gamma globulin tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu
hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk
mempermudah penularan hepatitis. Untuk kehamilan berikutnya diberi jarak
sekurang - kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6
bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laboratorium telah kembali
normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan
pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan
kemudian.
10. Pengobatan Hepatitis
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan
wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala
icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan
dengan sedikit mengandung lemak tetapi tinggi protein dan karbohidrat.
Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru
diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan
cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena
menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai
periode post natal dengan dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan
pemeriksaan hepatitis virus antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak perlu
diberi pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit hepatitis virus, yang perlu
dilakukan ialah pada ibu hamil yang HBsAg positif bayinya perlu dilindungi
dengan segera sesudah lahir sedapat mungkin dalam waktu dua jam bayi diberi
suntikan HBSIG dan langsung divaksinasi dengan vaksin hepatitis B .
Pemberian HBIG hanya pada ibu yang selain HBsAg pasitif, HBe nya juga
positif. Vaksin ini diulangi lagi sampai 3 kali dengan interval satu bulan atau
sesuai dengan skema vaksin yang digunakan. Selain itu pada kasus seperti ini
para dokter dan tenaga medis harus diberi vaksin juga. Pengelolaan secara
konservatif adalah terapi pilihan untuk penderita hepatitis virus dalam
kehamilan. Prinsipnya ialah suportif dan pemantauan gejala penyakit.
Pada awal periode simptomatik dianjurkan :
a. Tirah baring
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kecuali pada
mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk
b. Diet
Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan tertentu bagi penderita
penyakit hepatitis. Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi pasien
mengandung cukup kalori dan protein. Satu-satunya yang dilarang adalah
makanan maupun minuman beralkohol. jika pasien mual, tidak nafsu makan
atau muntah muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi,
diberikan makanan yang cukup kalori (30 35 kalori / kg BB) dengan protein
cukup (1 g / kg BB). Pemberian lemak seharusnya tidak perlu dibatasi. Dulu
ada kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengna
kandung empedu.
c. Medikamentosa :
1) Interferon adalah protein alami yang disintesis oleh sel-sel sistem imun
tubuh sebagai respon terhadap adanya virus, bakteri, parasit, atau sel
kanker. Ada tiga jenis interferon yang memiliki efek antivirus yaitu :
interferon alfa, interferon beta, interferon gamma.
2) Lamivudin
Lamivudin adalah antivirus jenis nukleotida yang menghambat enzim
reverse transcriptase yang dibutuhkan dalam pembentukan DNA.
Lamivudin diberikan pada penderita hepatitis B kronis dengan replikasi
virus aktif dan peradangan hati. Pemberian lamivudin dapat meredakan
peradangan hati, menormalkan kadar enzim ALT dan mengurangi jumlah
virus hepatitis B pada penderita.
3) Adepovir dipivoksil
Adepovir dipivoksil berfungsi sebagai penghenti proses penggandaan
untai DNA (DNA chain terminator), meningkatkan jumlah sel yang
berperan dalam sistem imun (sel NK) dan merangsang produksi interferon
dalam tubuh. Kelebihan adepovir dipivoksil dibandingkan dengan
lamivudin adalah jarang menimbulkan resistensi virus.
4) Entecavir
Entecavir berfungsi untuk menghambat enzim polymerase yang
dibutuhkan dalam sintesis DNA virus. Kelebihan entecavir adalah jarang
menimbulkan resistensi virus setelah terapi jangka panjang
5) Telbivudin
Telbivudin adalah jenis antivirus yang relatif baru. Terapi telbivudin
diberikan pada pasien hepatitis B dengan replikasi virus dan peradangan
hati yang aktif. Telbivudin berfungsi menghambat enzim DNA
polymerase yang membantu proses pencetakan material genetic (DNA)
virus saat bereplikasi. Meski belum didukung data yang cukup bahwa
telbivudin aman bagi ibu hamil, sebaiknya terapi telbivudin tidak
diberikan pada ibu hamil mupun menyusui.
6) Vitamin K dapat diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.
Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma, penagannn seperti pada
koma hepatik.
3 Anti HBC Untuk mengetahui adanya antibody terhadap inti (core) virus Hepatitis B -
> merupakan petanda adanya infeksi hepatitis B. Disarankan untuk
diperiksa bila HBsAg positif.
4 HBeAg Merupakan petanda replikasi (pembelahan virus). Disarankan untuk
diperiksa bila HBsAg positif. Bila HBeAg positif berarti penderita masih
infeksius (berpotensi menularkan virus Hepatitis B)
5 Anti HBe Merupakan petanda kesembuhan pada infeksi hepatitis B. Disarankan
untuk diperiksa bila HBsAg positif. Meskipun HBsAg positif, tapi anti
HBenya positif -> berarti pasien mulai sembuh.
6 HBV DNA Untuk mengetahui jumlah virus hepatitis B yang masih hidup ->
dipergunakan untuk memantau perjalanan penyakit dan terapi hepatitis B.
7 Anti HCV Untuk mengetahui adanya antibody terhadap virus Hepatitis C. Anti HCV
positif berarti pasien menderita Hepatitis C.
8 HCV RNA Untuk mengetahui jumlah virus hepatitis C yang masih hidup ->
dipergunakan untuk memantau perjalanan penyakit dan terapi hepatitis C.
9 Anti HAV/ IgM Anti Untuk mengetahui adanya antibody terhadap virus Hepatitis A.
HAV
dipercaya untuk dijadikan acuan dalam menentukan fungsi hati.
Penderita penyakit hati secara umum, termasuk hepatitis, akan diperiksa
darahnya untuk beberapa jenis pemeriksaan parameter biokimia, seperti AST,
ALT (alanin aminotransferase), alkalin fosfatase, bilirubin, albumin, dan juga
waktu protrombin. Pemeriksaan laboratorium ini juga dapat dilakukan secara
serial, yakni diulang beberapa kali setelah tenggang waktu tertentu. Tujuannya
adalah untuk mengevaluasi perjalanan penyakit maupun perbaikan sel dan
jaringan hati.
DAFTAR PUSTAKA