Você está na página 1de 8

ANDIK JULIANTO

15201809
MANAJEMEN A1

PAHIT MANIS REFORMASI PAJAK


PAHIT MANIS REFORMASI PAJAK

Senin, 27 Mei 2013 - 15:54


Malam itu selepas Isya, Najemi, pegawai Kantor Pelayanan Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Buntok baru saja pulang dari kantornya.
Hampir seharian Najemi memberikan penyuluhan pajak di salah satu pelosok
pedesaan Kabupaten Barito Selatan. Ketiadaan jalan darat memaksanya menggunakan
transportasi air, sehingga memakan waktu empat jam pulang pergi.
Dalam melaksanakan tugasnya, Najemi tidak pernah mengeluh meski harus
bekerja lembur guna memberikan pelayanan semaksimal mungkin bagi masyarakat
maupun Wajib Pajak.
Namun bukan karena perjalanan melelahkan itu yang membuatnya terlihat lebih
lelah dan murung daripada biasanya. Malam itu, hampir seluruh stasiun televisi
menayangkan berita penangkapan pegawai pajak berinisial PR oleh KPK.
Sejumlah uang sebagai barang bukti bersama beberapa orang yang tertangkap
tangan memberikan uang turut diamankan. Langsung terbayang dalam pikiran Najemi
akan sinisme, cacian, bahkan makian yang akan ia terima di hari-hari mendatang saat
memberikan penyuluhan pajak.
Kasus yang dialami Najemi hanyalah segelintir dari banyak kasus yang dialami
oleh para pegawai pajak yang bekerja keras dan jujur dalam mengamankan penerimaan
negara, namun menerima sinisme masyarakat. Saat ini persepsi publik menyamakan
mereka dengan segelintir oknum pegawai pajak nakal yang terbelit masalah hukum.
Masyarakatpun seolah beranggapan bahwa kasus yang menimpa Direktorat Jenderal
(Ditjen) Pajak itu bukanlah yang terakhir.
Ada 32 ribu pegawai pajak yang bekerja mengadministrasikan penerimaan negara
dan melayani wajib pajak diseluruh Indonesia, pengawasan pegawai diprioritaskan pada
bagian yang bersinggungan dengan Wajib Pajak.
Meski demikian, Ditjen Pajak bertekad untuk terus melanjutkan reformasi
birokrasi di bidang perpajakan, terutama dalam membenahi moral dan integritas para
pegawainya. Saat ini, untuk pengawasan internal, Ditjen Pajak telah membentuk
Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA).
Unit inilah yang merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis
pengawasan dan pencegahan tindak pidana korupsi di Ditjen Pajak.
KITSDA juga bekerja sama dengan instansi penegak hukum guna menciptakan
efek jera bagi pegawai pajak maupun oknum penyuapnya.
Bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), unit ini aktif menyampaikan
data dan informasi penyelewengan yang dilakukan oleh pegawai pajak sehingga
memudahkan dalam operasi tangkap tangan.
Memang harus diakui, terkadang hasil kerjasama tersebut membuahkan
pertanyaan di benak para pegawai pajak dan juga masyarakat terkait banyaknya petugas
pajak yang tertangkap tangan. Namun demikian, karena hampir seluruh tindak pidana
korupsi perpajakan merupakan praktik suap-menyuap, tindakan tersebut harus terus
dilakukan guna memberikan efek jera bagi kedua belah pihak (penyuap dan yang
disuap).
Ditjen Pajak juga melakukan pengawasan melalui Whistleblowing System.
Melalui mekanisme pengawasan ini, baik pihak internal Ditjen Pajak maupun eksternal
dapat mengadukan penyelewengan pajak yang dilakukan oleh pegawai pajak. Ada
mekanisme insentif bagi pelapor sekaligus sanksi bagi yang membiarkan
penyelewengan itu terjadi. Ini adalah upaya nyata dari Ditjen Pajak untuk memupus
budaya permisif di lingkungan kerjanya.
Lebih jauh, kini dalam setiap Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dibentuk suatu Unit
Kepatuhan Internal (UKI) yang merupakan perpanjangan tangan dari KITSDA. Jika
terindikasi adanya oknum pegawai pajak yang tengah melakukan penyelewengan,
siapapun itu, termasuk kepala kantor sekalipun dapat dilaporkan langsung ke KITSDA.
Bukti keseriusan Ditjen Pajak dalam memberantas korupsi dapat dilihat dari kasus
penangkapan tangan oknum pegawai pajak mulai dari pelaksana (GT), kepala seksi
(TH), kepala kantor (AS), hingga fungsional pemeriksa, bahkan Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PR). Ini membuktikan bahwa DJP tidak tebang pilih dalam menindak
setiap pegawai yang terlibat korupsi.
Meski pahit, reformasi birokrasi yang digulirkan Ditjen Pajak juga memberikan
dampak positif bagi kemajuan institusi. Penerimaan pajak terus meningkat dari tahun ke
tahun dengan target yang semakin berat adalah buktinya. Meski tidak tercapai
seluruhnya, penerimaan pajak dalam beberapa tahun terakhir selalu di atas 98% dari
target yang dibebankan.
Selain itu, profesionalisme dan integritas para pegawai pajak juga meningkat
dalam beberapa tahun terakhir. Sudah cukup banyak pengakuan dari para Wajib Pajak
terkait berubahnya paradigma pelayanan pajak. Bagi seluruh pegawai Ditjen Pajak,
reformasi birokrasi adalah upaya ikhlas untuk maju guna mewujudkan misi
mengamankan penerimaan Negara dari sektor perpajakan.
Selasa, 6 Nopember 2012 - 07:05

Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso memandang Direktorat Jenderal (Ditjen)
Pajak telah mencoba memperbaiki seluruh hal yang menjadi kekurangan lembaga
pengelola pajak ini. Secara khusus dia mengapresiasi reformasi pada institusi di bawah
Kementerian Keuangan tersebut.
"Tapi selalu saja masih ada sisi lemah di lapangan. Keluhan-keluhan yang masih meluas
dan ini harus segera ditangani dengan baik oleh Ditjen Pajak," kata Ketua DPP Partai
Golkar ini.
Padahal, pada saat bersamaan, masyarakat Indonesia menginginkan reformasi
perpajakan yang hasilnya dirasakan benar oleh masyarakat. Namun, sejumlah praktik
koruptif penanganan pajak yang melibatkan beberapa pejabat perpajakan beberapa
waktu terakhir membuat kepercayaan masyarakat pada Ditjen Pajak agak terganggu
lagi.
Bahkan organisasi muslim terbesar Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), sempat
menyampaikan usulanboikot pajak. "Meskipun saya tidak setuju dengan usulan NU ini,
ada yang perlu dicermati bahwa ada kegetiran dari masyarakat luas mengenai reformasi
perpajakan yang belum menyentuh sehingga apa gunanya kemudian kaum duafa
diwajibkan membayar pajak," kata Priyo.
Dia bahkan mengajak mempelajari dan memungut esensi dari seruan NU yang pesan
positignya harus diterima oleh Ditjen Pajak dan pemerintah. "Kini saatnya dilakukan
reformasi perpajakan yang menyeluruh," katanya.
Kendati demikian Priyo menilai memang ada perbaikan besar yang dicapai oleh Ditjen
Pajak. Berdasarkan survei integritas KPK, Ditjen Pajak memang berada di tingkat atas
dalam survei itu.
Priyo sendiri menilai memang ada perbaikan dan ikhtiar ke tingkat tersebut dan ini
nyata karena berbagai lini perpajakan telah dan tengah menempuh perbaikan-perbaikan.
Meskipun begitu, dia melihat institusi pajak masih memerlukan perbaikan, terutama
pada praktik di lapangan. Dia melihat secara kelembagaan, Ditjen Pajak telah berusaha
paripurna mencapai tingkat perbaikan yang reformatif, namun pada tingkat personal
masih ada hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kembali.
Selasa, 6 Nopember 2012 - 07:00

Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak melancarkan reformasi birokrasi yang berlaku pada
sekitar 32 ribu pegawainya pada kurang lebih 500 kantor.
Dengan jumlah kantor sebanyak ini semestinya pelayanan pajak akan lebih
memudahkan masyarakat. Dan soal ini memang diakui positif oleh Gunadi, pengamat
ekonomi dari Universitas Indonesia.
Gunadi menilai pelayanan pajak menjadi semakin baik. Membayar pajak kini cukup di
bank, NPWP bisa diberikan kapan saja selama 24 jam, sementara PKP dikukuhkan
dengan lima hari kerja sehingga menekan kemungkinan terjadinya peredaran faktur
pajak palsu.
Bukan itu saja, Gunadi mencatat, restitusi PPh pun menjadi setahun setelah SPT, PPN
ekspor dibayar seminggu setelah SKPLB oleh kas negara, sedangkan Surat Bebas
Potongan Pajak bisa keluar hanya dalam waktu tiga hari.
Itu adalah contoh dari sederet praktik-praktif layanan pajak yang dinilai reformatif oleh
Gunadi.
"Instansi-instansi lain mungkin belum demikian, kecuali dalam pembuatan SIM, KTP
dan beberapa surat lainnya," ungkapnya.
Gunadi tidak saja melihat banyak hal positif dari layanan pajak yang reformatif dari
Ditjen Pajak. Dia memang melihat reformasi pada Ditjen Pajak memang cukup
berhasil, dari banyak ukuran.
Baru-baru ini menurut survei Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ditjen Pajak
memiliki nilai tinggi dalam integritas, sebesar 7,65. Ini jauh dari nilai rata-rata seluruh
instansi yang disurvei, yakni 6.4. Bahkan angka itu jauh di atas standar KPK yakni 6,0.
Gunadi mengatakan, secara umum, walau ada beberapa oknum yang masih mau main
mata, reformasi birokrasi pada Ditjen Pajak memang cukup berhasil.
Dia mengapresiasi tugas pegawai Pajak yang mengumpulan penghasilan negara sebesar
Rp1.000 triliun tiap tahun. Dan ini dibarengi dengan efisiensi pada banyak hal,
termasuk sistem pemungutan pajak.
Hal ini membuat Gunadi menyebut biaya pemungutuan pajak di Indonesia
menjadi amat murah, dan tentu saja ini menguntungkan masyarakat.
Dia mencoba membandingkan pegawai Ditjen Pajak dengan pegawai bank, yang
disebutnya jauh lebih efisien dan bermanfaat, karena berbeda dengan pegawai bank,
pegawai pajak malah memungut uang dari Wajib Pajak untuk kemudian didistribusikan
kepada masyarakat.
Sebaliknya, pegawai bank bertugas menyalurkan uang nasabah sebagi kredit investasi
untuk yang berusaha. Di masa lalu, tugas ini dicoreng oleh adanya kredit macet seperti
pada kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan Obligasi Rekap yang
nilainya ratusan triliun itu.
Senin, 12 Nopember 2012 - 02:52

Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak sedang merayakan tepat satu dekade di resmikannya
Kantor Pelayanan Wajib Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar (Large Tax Office), di Jakarta
pada tanggal 9 September lalu. Dengan bangganya tanggal tersebut pun ditetapkan
sebagai awal reformasi birokrasi di Ditjen Pajak Kementrian Keuangan. Seluruh kantor
cabang dan unit vertikal Ditjen Pajak serentak merayakan satu dekade reformasi
birokrasi.
Wanita blasteran Arab-Betawi, Lula Kamal, dokter spesialis adiksi dan ketergantungan
ini angkat bicara mengenai Reformasi Birokrasi Ditjen Pajak. Dengan tersebarnya
kurang lebih 500 kantor dan pada 32 ribu pegawainya, bagaimana
menurut Lula pelayanan pajak saat ini? "Kalau pengalaman aku sih mudah yah
membayar pajak sekarang, dan petugas-petugas pajak sangat membantu dalam
menghitung juga mengisi formulir pajaknya," ucap dokter cantik ini.
Dengan reformasi birokrasi yang terus berjalan Ditjen Pajak mengimplementasikannya
terus memberikan pelayanan yang primasekaligus pengawasan kewajiban perpajakan
bagi wajib pajak dengan lebih intensif. Karena itu Ditjen Pajak di nilai mempunyai nilai
integritas tinggi pada survey Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebesar 7,65 jauh
dari rata-rata seluruh instansi yang di survey yakni 6,4 serta jauh dari standar KPK
sebesar 6,0. Dengan pencapaian seperti itu, wanita yang juga presenter televisi ini setuju
dengan sudah banyaknya perubahan yang terjadi pada perpajakan di Indonesia, tetapi
tentu saja jangan cepat puas dulu masih ada celah yang harus diperbaiki. Setidaknya
begitulah pendapat Lula Kamal.
Berbagai pencapaian Ditjen Pajak kini terus diapresiasi oleh banyak pihak, tetapi tidak
sedikit juga ada pihak yang tidak mempercayai cara kerja Direktorat Jenderal (Ditjen)
Pajak. Hal tersebut dibuktikan kembali dengan survey KPK yang mana penilaian
inisiatif anti korupsi pada tahun 2010 menunjukkan hasil 9,73 dengan skala 10 untuk
kode etik dan 9,82 untuk promosi anti korupsi. Terbukti, bahwa Ditjen Pajak sangat
gigihmemerangi korupsi di internal institusinya. "Saya setuju, semangat anti korupsi
tercermin dan dapat saya rasakan pada petugas-petugas Pajak yang saya temui," ungkap
wanita yang aktif berkampanye tentang kesehatan reproduksi perempuan ini.
Ditjen Pajak bertekad, berbagai penyimpangan yang terjadi pada institusinya termasuk
ulah miring beberapa pegawai Pajak yang di tangkap akan terus di benahi. Yaitu
diantaranya dengan menerapkanWhistlebowling System dan menggandeng KPK dalam
menindak oknum-oknum yang bermasalah. "Setuju sekali, semoga sistem ini bisa
menjaga iklim yang sudah baik, dan dapat memperbaiki keadaan yang belum sesuai,"
ujar wanita yang turut berperan dalam film BERBAGI SUAMI ini.
Dengan pencapaian dan tantangan agar sejalan dengan visi dan misi Ditjen Pajak yaitu
menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan
yang modern, efektif, efisien, dan di percaya masyarakat dengan integritas dan
profesionalisme yang tinggi. Maka perubahan mindset perlu dilakukan untuk mencapai
tahap berikutnya yaitu menjadi Ditjen Pajak sebagai institusi pemerintah yang
dipercaya.

TANGGAPAN
Diskusi di atas dapat saya simpulkan bahwa menjadi pegawai kantor pelayanan
pajak tidak mudah dan enak yang seperti kita bayangin,dengan banyak kasus tangkap
tangan KPK terhadap oknum KPP yang nakal walaupun bekerja keras dan jujur pegawai
yang lain ikut merasakan imbasnya,kasian kan ???
JELAS KASIHAN BANGET BUAT GUE !!!
Dalam menyikapi kasus seperti itu sekarang Ditjen Pajak telah membentuk unit
pengawasan internal,Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya
Aparatur (KITSDA).Namun yang saya kawatirkan justru unit itu malah akan menutupi
kebusukan oknum nakal di dalam kantor pajak (uang berbicara siapa saja bisa kena).
Daftar Pustaka
http://www.pajak.go.id/ Senin, 27 Mei 2013 - 15:54
http://www.pajak.go.id/ Selasa, 6 Nopember 2012 - 07:05
http://www.pajak.go.id/ Selasa, 6 Nopember 2012 - 07:00
http://www.pajak.go.id/ Senin, 12 Nopember 2012 - 02:52

Você também pode gostar