Você está na página 1de 10

ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN DAN MATERIALITAS

Tugas Mata Kuliah

Auditing 1

Oleh :

Husnul Irfan Efendi

150810301138

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jember

Tahun 2017
PENDAHULUAN
Saya akan menjelaskan makna dari asersi dan juga bagaimana seorang auditor
menanggapi asersi yang di berikan oleh pihak manajemen sehingga dari pihak
auditor dapat memberikan kesimpulan mengenai asersi tersebut apakah terdapat
salah saji dan apakah terdapat risiko dalam laporan keuangan tersebut. Semuanya
akan di jelaskan dalam paper ini.

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang konsep auditor serta bisa
mengetahui bagiamana seorang auditor bisa menggunakan asersi (Managements
Assertions) dalam manajemen di dalam melaksanakan proses audit. Selain itu
dalam paper ini akan di bahas bagaimana proses yang di lakukan oleh auditor
dalam melakukan pemeriksaan dalam laporan keuangan yang di berikan oleh pihak
manjemen kepada pihak ketiga atau kepada auditor. Dari asersi tersebut di gunakan
oleh auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan
dan juga di gunakan sebagai penilaian risiko di tingkat laporan keuangan serta
penilaian risiko di tingkat asersi.

PEMBAHSAN

A. Asersi dalam Laporan Keuangan

ISA 315 mendifisikan asersi sebagai berikut.

Asersi adalah representasi oleh manajemen, baik secara eksplisit (dalam


bentuk pernyataan) maupun implisit (tersirat), yang terkandung dalam laporan
keuangan. Representasi ini di gunakan oleh auditor untuk memperhatikan berbagai
salah saji dalam laporan keuangan, yang mungkin terjadi. [ISA 315 alinea 4(a)]

Jika manajemen memberikan asersi yang benar, maka dampak kesalahan


keuangannya tidak ada. Hal ini di gambarkan dalam bidang berwarna hijau, khusus
untuk transaksi dan saldo (karena pengungkapan atau disclosure bersifat kualitatif).

Jika manajemen memberikan asersi yang salah maka dampak kesalahan


keuangannya bisa berupa angka-angka yang di nyatakan terlalu rendah (understated)
atau terlalu tinggi (overstated).
Selayang Pandang
Asersi-asersi ini berhubungan dengan pengakuan (recognition), pengukuran
(measurement), penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosure) dari
berbagai unsur dalam laporan keuangan.

Contoh-contoh asersi adalah berikut ini.

1. Semua aset dalam laporan keuangan benar-benar ada (exist).

2. Semua transaksi penjualan telah dicatat dalam periode terjadinya.

3. Persediaan dicantumkan dengan nilai yang tepat.

4. Utang merupakan kewajiban entitas.

5. Semua transaksi yang dicatat, terjadi dalam periode berjalan.

6. Semua jumlah di sajikan dengan tepat dan diungkapkan dalam laporan keuangan.

Asersi-asersi ini disingkat dengan satu kata dalam bahasa Inggris seperti:
Completeness (sesuatu itu lengkap), existence (eksistensi, atau sesuatu itu ada),
occurence (sesuatu itu terjadi), accuracy (sesuatu akurat, atau secara matematis benar),
valuation (sesuatu itu sesuai dengan kaidah kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku) dan seterusnya.

Penjelasan mengenai Asersi

Kelompok asersi untuk jenis-jenis transaksi (classes of transactions) dan peristiwa


(events) untuk periode yang di audit

1) Asersi untuk Jenis Transaksi

Occurence : transaksi dan peristiwa sudah dicatat, memang terjadi dan merupakan
transaksi dan peristiwa dari entitas yang bersangkutan

Completeness : semua transaksi dan peristiwa seharusnya di catat, memang sudah


dicatat.

Accuracy : angka, jumlah, dan data lain yang terkait dengan transaksi dan peristiwa
yang dicatat, sudah dicatat dengan akurat.
Cut-off : transaksi dan peristiwa dicatat dalam periode akuntansi yang benar.

Classification : transaksi dan peristiwa dicatat dalam akun yang benar.

2) Asersi untuk saldo akun

Rights and Obligations : Aset, liabilitas, dan ekuitas benar ada.

Completeness : semua aset, liabilitas dan ekuitas yang seharusnya dicatat, sudah
dicatat

Valuation and Allocation : Aset, liabiltas, dan ekuitas dicantumkan pada laporan
keuangan dalam jumlah yang benar, dan semua penyesuaian untuk penilaian (valution)
dan alokasi (allocation) telah di catat dengan benar.

3) Asersi tentang Penyajian dan Pengungkapan

Occurence, Rights, and Obligations : Transaksi, peristiwa, dan hal-hal lain yang
sudah diungkapkan dalam laporan keuangan, memang terjadi dan berkaitan dengan
entitas yang bersangkutan.

Completeness : Semua pengungkapan yang seharusnya dicantumkan dalam laporan


keuangan.

Classification and Understandability : infomasi disajikan dan dijelaskan dengan tepat,


dan pengungkapan disajikan dengan jelas.

Accuracy and Valuation : informasi keuangan dan informasi lainnya diuangkapkan


dengan wajar (Fairly dosclosed) dan dengan jumlah yang benar (appropiate amounts).

Asersi dalam Auditing


Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji pada :

a) Tingkat laporan keuangan; dan

b) Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk
merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya.

Laporan keuang mengandung asersi, oleh karena itu asersi dapat digunakan auditor
dalam menilai risiko di tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi.
Penilaian Risiko di Tingkat Laporan Keuangan
Risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan bersifat pervasif (tersebar luas)
dan karenanya mencakup semua asersi. Contoh jika akuntan senior tidak kompeten,
sangat boleh jadi kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan seringkali tidak
terbatas pada satu saldo akun, atau suatu jenis transaksi atau suatui pengungkapan
saja. Dan kekeliruan juga tidak terbatas pada satu asersi saja, seperti lengkapnya
trasaksi penjualan. Kekeliruan juga dengan mudah merambah ke asersi lain.

Penilaian Risiko di Tingkat Asersi


Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu (secara individu)
pada saat tertentu, atau untuk transaksi tertentu untuk suatu peridoe tertentu dan
berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan.
Contoh, ketika menilai valuation assertion, auditor mungkin menilai risiko terjadinya
kekeliruan sebagai rendah. Namun, untuk persediaan di mana keusangan merupakan
faktor penting, auditor menilai valuation risk tinggi. Contoh lain karena kemungkinan
hilangnya persediaan relatif kecil, auditor menilai risiko salah saji yang material
berkenaan dengan completeness assertion, rendah. Tetapi kelemahan dalam
menangani transaksi penjualan menyebabkan auditor menilai risiko salah saji karena
tidak lengkapnya saldo akun penjualan, sebagai tinggi.

Auditor menggunakan asersi untuk:

1. Menentukan jenis risiko salah saji yang bisa terjadi;

2. Menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko salah saji yang material;dan

3. Merancang prosedur audit selanjutnya (further audit procedures sebagai jawaban


atau tanggapan terhadap risiko yang dinilai (responsive to the assessed risk)

Seberapa Besar Kemungkinan Terjadinya Risiko Itu ?

Risiko salah saji yang material merupakan kombinasi dari risiko bawaan (inherent risk)
dan risiko pengendalian (control risk). Oleh karena itu, proses penialian (assessment
process) meliputi keduanya.
Mengenai risko bawaam, auditor menentukan potensi salah saji yang berkenaan
dengan asersi yang mana. Ia kemudian menilai seberapa besarnya kemungkinan
terjadi risiko ini, dan taksiran atau ancer-ancer jumlahnya.
Mengenai risiko pengendalian, auditor menentukan apakah ada pengendalian internal
yang relevan untuk mencegah dan menekan (mitigate) assessed risks, dan dampaknya
terhadap asersi terkait

Apa Prosedur Audit Selanjutnya ?


Langkah terakhir ialah merancang prosedur audit yang menjawab assed risks untuk
setiap asersi terkait. Contoh, jika risiko piutang dinyatakan lebih besar dari
sesungguhnya (overstated), itu tinggi, maka prosedur audit harus dirancang untuk
menjawab asersi tersebut. Jika asersi mengenai transaksi penjualan yang berkenaan
dengan completeness yang bersiko tinggi, auditor dapat merancang uji pengendalian
(test of controls) yang menyoroti completeness assertion ini.

B. Materialitas

Proses Penentuan Materialitas


Proses penentuan materialitas adalah proses berpikir kritis dalam auditing.

Langkah Pertama
Subject matter information (informasi pokok penugasan)
Auditor mengidentifikasi risiko salah saji: pada akun mana, atau tentang
pengungkapan apa, dalam laporan keuangan yang mana (laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi, dan seterusnya).
Dalam langkah pertama, auditor seperti membaca peta bencana, dan berusaha
melokalisasi wilayah bencana.

Langkah Kedua
Reasonable User (penguna laporan keuangan) berakal sehat.
Auditor menggeser titik pandangnya kepada pengguna laporan keuangan.
Reasonable User menggunakan laporan keuangan untuk membuat bermacam-macam
keputusan ekonomi seperti menanam modal dalam perusahaan tersebut, seperti
dalam saham PT (perseroan) Tbk, berbisnis (misalnya hubungan dengan pemasok)
dengan entitas, meminjamkan uang (dalam hal bank kepada debiturnya), dan lain-lain.
Langkah kedua dalam proses menetapkan besarnya materialitas bersifat
konseptual. Auditor tidak betul-betul bertemu dengan investor dan mengajukan
pertanyaan diatas. Proses konseptual imajinatif ini dalam bahsa Belanda desbut fictie.
Dalam kenyataannya auditor mendekati fictie tadi, misalnya dengan membaca
analisis yang dibuat para analisis pasar modal tentang prospek PT ABC Tbk. Dan
masalah yang dihadapi.
Langkah Ketiga
Extent of Misstatements (quantitative and qualitative) atau Luasnya Salah Saji (secara
kuantitatif maupun Kualitatif)
a) Auditor menetapkan materialitas dalam rangka manakar salah saji material bisa
diabaikan, atau material harus menjadi perhatian auditor.
b) Kata manakar berarti menerapakan angka materiality pada temuan.
c) Baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan prosedur audit selanjutnya,
materiality berkaitan dengan salah saji. Juga dalam tahap menyusun opini audit,
berdasarkan bukti-bukti audit yang diperoleh, auditor mengintervensasi dan
materiality untuk masing-masing temuan, dan menggabungkannya.
d) Materiality bersifat kuantitatif dan kualitatif

Materialitas menyeluruh (overall materiality) tidak didasarkan pada penilaian risiko


audit. Materialitas menyeluruh ditentukan sepenuhnya oleh pemahaman auditor
mengenai Reasonable User. Secara konseptual, materialitas menyeluruh sama
dengan materialitas yang digunakan pengguna laporan keuangan.

Materialitas dalam Proses Audit

Materialitas dalam proses audit di antaranya :

Risk Assesment (Peniliaian Risiko)


Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas untuk laporan keuangan
secara menyeluruh dan performance materiality (materialitas pelaksanaan.
Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang haru dilaksnakan.
Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material.
Risk Response (menanggapi risiko)
Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya (extent) prosedur audit
selanjutnya(futher audit prosedur).
Merevisi angka materialitas karena ada perubahan situasi (change in
circumstances) selama audit berlangsung.
Reporting (Pelaporan)
Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas itu.
Merumuskan pendapat auditor.

Materialitas pada Dua Tingkat


Pelaksanaan audit dilakukan pada tingkat di bawah tingkat laporan keuangan secara
menyeluruh.
a) Tingkat laporan keuangan secara menyeluruh (financial statement level)
b) Tigakt saldo akun, jenis transaksi, dan pengungkapan (account balance, class of
transactions, and disclosure level).
Dalam melaksanakan auditnya, auditor harus turun ketingkat kedua untuk memastikan
apakah saldo akun, transaksi, dan pengungkapan disajikan sesuai asersi yang dibuat
oleh manajemen.
Oleh karena itu, auditor harus menetapkan materialitas untuk unsur-unsur
laporan keuangan. Jika tingkat pertama bersifat overall Performance Materiality dan
Specific Performance Materiality.

Overall Materiality
Overall materiality digunakan untuk merumuskan opini auditor. Misalkan overall
materiality ditetapkan sebesar Rp. 250 juta. Jika sesudah melaksanakan audit:
1. Tidak ada salah saji, auditor benar dalam memberikan pendapat WTP (wajar tanpa
pengecualian)
2. Beberapa salah saji yang jumlahnya immaterial, ditentukan auditor, dan auditor
masih dapat memberikan WTP.
3. Salah saji melebihi angka materialitas, manajemen tidak bersedia mengoreksinya.
Auditor keliru jika memberikan WTP.
4. Ada salah saji melampaui angka materialitas; auditor tidak menemukannya, dan
akibatnya ia memberikan WTP. Dalam hal ini auditor keliru.\
Karena overall materiality ditetapkan sehubungan dengan kebutuhan pemakai
laporan keuangan, angka overall materiality tidak diubah sebagai akibat temuan
audit dan perubahan dalam risko yang dinilai (assessed risk). Overall materiality
harus di mutakhirkan ketika auditor mengetahui adanya informasi yang
menyebabkan penetapan angka materialitas seharusnya berbeda dari apa yang
ditetapkan semula.
Pada penyelesaian audit, overall materiality akan digunakan untuk
menegvaluasi dampak salah saji yang tidak teridentifikasi dalam laporan keuangan dan
tepatnya laporan auditor.

Performance Materiality
Performance materiality memungkinkan auditor menangani risiko salah saji dalam jenis
transaksi, saldo akun atau disclosure tanpa harus mengubah overall materiality .
Menetapkan overall materiality memerlukan kearifan profesional, dan bukan sekedar
hitung-hitungan sederhana atau penerapan tabel-tabel
Kearifan profesional memperhitungkan :
1. Pemahaman auditor mengenai entitas dan industrinya.
2. Hasil pelaksanaan prosedur risk assessment;
3. Sifat dan luasnya salah saji yang terungkap dalam auidit terdahulu. Misalnya froud
yang dilakukan pimpinan dalam waktu yang lama; dan
4. Ekspektasi mengenai salah saji dalam tahun berjalan. Contoh, pengguna untuk
pertama kalinya suatu perangkat lunak, menimbulkan ekspektasi salah saji
tambahan. Sebaliknya, akuntan internal baru yang jauh lebih kompeten dari
sebelumnya, menimbulkan ekspektasi terjadinya salah saji yang lebih sedikit.
Performance materiality secara keseluruhan untuk saldo, transaksi, dan disclosure
secra individual mungkin harus diubah pada setiap waktu selama audit (tanpa
memengaruhi overall materiality) utnuk mencermikan penilaian risiko yang diubah
(revised risk assessment), temuan audit, dan informasi baru.

Specifik Materiality
Ada situasi di mana salah saji yang lebih kecil dari overall materiality dapat
memengaruhi pengguna laporan keuangan.
Salah saji kecil yang berdampak terhadap laporang keuangan menunjukkan
bahwa materialitas bukan hanya di ukur secara kuantitatif, tetpai juga kualitatif. Secara
kualitatif, suatu informasi disbeut material jika ia berdampak terhadap pemakai
informasi atau keputusan yang dibuatnya.
Matreialitas dalam makna kualitatif berkenaan dengan sifat atau kondisi dari
salah saji.

Specific Performance Materiality


ini serupa dengan performance materiality yang dibahsa diatas, kecuali dlam hal ini
performance materiality-nya berhubungan dengan angka materialitas yang spesifik.
Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari angka spesifik
materiality, untuk memastikan pekerjaan audit yang cukup, dilaksanakan untuk
mengurangi ketingkat rendah yang tepat, probababilitas salah saji yang tidak dikoreksi
dan ang tidak terdeteksi melebihi spesifik materialiti.

Penutup
Auditor menentukan materialitas berdasarkan persepsinya mengenai kebiutuhan
pengguna laporan keuangan. Serangkaian salah saji yang tidak material bisa menjadi
material. Materialitas buka sesuatu yang mutlak materialitas berada dalam wilayah
kelabu antara apa yang sangat boleh jadi tidak material dan apa yang sangat boleh
jadi material. Oleh karena itu, penilaian mengenai apa yang material meruapakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kearifan profesional.

KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa asersi merupakan representasi
oleh manajemen, baik secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun implisit
(tersirat), yang terkadndung dalam laporan keuangan. Dan representasi tersebut di
gunakan oleh pihak auditor untuk memperhatikan salah saji dalam laporan keuangan
yang mungkin terjadi. Selain itu dari pernyataan asersi tersbut di gunakan auditor untuk
menilai risiko di tingkat laporan keuangan dan di tingkat asersi.

Selain itu auditor juga melakukan proses penentuan materialitas yang ada di
entitas yang bersangkutan yang di gunakan dalam proses audit, serta digunakan
dalam penilaian risiko, menanggapi risiko, dan pelaporan. Serta aduitor dapat
menentukan materialitas berdasarkan persepsinya mengenai kebutuhan pengguna
laporan keuangan. Oleh karena itu, penilaian mengenai apa yang material merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kearifan profesional.

REFERENSI
Tuanakotta. M. Theodorus. 2016.Auditing Kontemporer.Jakarta:Salemba Empat.

Você também pode gostar