Você está na página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Massa testikuler jinak dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori utama, dengan
yang pertama adalah yang paling sering terjadi dan pengumpulan cairan jinak, kemudian
tumor solid jinak. Pengumpulan cairan tersebut antara lain varikokel, hidrokel, dan
spermatokel. Sementara tumor solid jinak meliputi tumor adenomatoid, inflamasi
pseudotumor dan hernia.
Varikokel dapat didefinisikan sebagai tortuisitas dan dilatasi vena pada pleksus
pampiniformis. Varikokel idiopatik biasanya asimptomatik. Varikokel ini dapat dikenali
dengan adanya asimetrisitas pada ukuran skrotum, dan adanya perasaan berat pada
skrotum, atau juga kadang kadang disertai dengan nyeri testikuler. Pada kebanyakan
kasus pada remaja muda yang tidak menyadari adanya varikokel, biasanya keadaan ini
dijumpai pada pemeriksaan fisik regular atau selama pemeriksaan untuk masuk militer.
Insiden varikokel kira kira 5 % di seluruh dunia. Varikokel berkaitan dengan
gangguan pertumbuhan pada usia dewasa muda dan laki laki dewasa. Terdapat
hubungan yang jelas antara varikokel, infertilitas dan gangguan pertumbuhan testis.
Proses varikokelektomi juga diketahui mampu membalik proses gangguan pertumbuhan
testis pada remaja muda. Fakta fakta ini telah meningkatkan pertanyaan bagaimana
cara terbaik mengangani varikokel pada remaja.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan varikokel.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Varikokel?
2. Apa saja etiologi dari Varikokel?
3. Apa saja klasifikasi dari Varikokel?
4. Bagaimana patofisiologi dari Varikokel?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Varikokel?
6. Apa saja komplikasi dari Varikokel?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Varikokel?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk kasus Varikokel?

Varicocel | 1
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Varikokel?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui definisi dari Varikokel


2. Untuk mengerti etiologi dari Varikokel
3. Untuk mengetahui klasifikasi Varikokel
4. Untuk memahami patofisiologi dari Varikokel
5. Untuk memahami manifestasi klinik dari Varikokel
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Varikokel
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk kasus Varikokel
8. Untuk mengerti penatalaksanaan kasus Varikokel
9. Untuk mengerti Asuhan Keperawatan klien dengan Varikokel ?

Varicocel | 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Varikokel adalah varises vena pada spermatic (Tambayong, 1999). Varikokel adalah
dilatasi pleksus pampiniformis dari vena diatas testis. Merupakan gambaran lazim dalam
pria muda paling sering terlihat pada bagian kiri. Pleksus pampiniformis bermuara
kedalam vena spermatika interna, yang mengalir ke dalam vena renalis di kiri dan vena
kava di kanan (Sabiston, 1994). Varikokel ini terbentuk dari massa yang mengalami
konvolusi dari vena yang berdilatasi dalam pleksus venosus korda. Karena varikokel
terbentuk dari vena yang terisi darah, maka varikokel tidak mengirimkan cahaya seperti
hidrokel.

2.2 Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai dari pada
sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70-93 %). Hal ini disebabkan karena vena
spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah miring. Di samping
itu vena spermatika interna kiri bermuara lebih panjang dari pada yang kanan dan
katupanya lebih sedikit dan inkompeten. Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau
varikokel bilateral patut dicurigai adanya : kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat

Varicocel | 3
obstruksi vena karena tumor), muara vena spermatika kanan pada vena renalis kanan,
atau adanya situs inversus.
Etiologi secara umum :
1. Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau kurangnya struktur
penunjang/atrofi otot kremaster, kelemahan kongenital. Proses degenerative
pleksus pampiniformis.
2. Hipertensi vena renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena kava inferior.
3. Turbulensi dari vena supra renalis ke dalam juxta vena renalis. Intermus kiri
berlawanan dengan kedalam vena spermatika interna kiri
4. Tekanan segment ilaka (oleh feses) pada pangkal vena spermatika.
5. Tekanan vena spermatika interna meningkat letak sudut turun vena renalis 90o.
6. Sekunder : tumor retroperitoneal, thrombus vena renalis, hidronefrosis.

Factor penyebab yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya varikokel :


1. Faktor Genetik : Orang tua dengan varikokel memiliki kecenderungan
menurunkan sifat pembuluh-pembuluh yang mudah melebar pada anaknya.
2. Makanan. Beberapa jenis makanan yang dioksidasi tinggi, dapat merusak
pembuluh darah
3. Suhu, idealnya suhu testis adalah 1-2 derajat dibawah suhu tubuh. Suhu yang
tinggi di sekitar testis dapat memicu pelebaran pembuluh darah balik di daerah
itu.
4. Tekanan tinggi disekitar perut.

2.3 Klasifikasi
Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3 tingkat/derajat :
1. Derajat kecil : adalah varikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien melakukan
maneuver valsava
2. Derajat sedang : adalah varikokel yang dapat dipalapasi tanpa melakukan
manuver valsava
3. Derajat besar : adalah varikokel yang sudah dapat dilihat bentuknya tanpa
melakukan manuver valsava.

Varicocel | 4
2.4 Patofisiologi
a. Peningkatan tekanan vena
Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri menyebabkan
terpilihnya vena spermatika interna kiri, dilatasi dan terjadi aliran darah
retrogard. Darah vena dari testis kanan dibawa menuju vena cava inferior pada
sudut oblique (kira-kira 30o). Sudut ini, bersamaan dengan tingginya aliran vena
kava inferior diperkirakan dapat meningkatkan drainase pada sisi kanan (venture
effect). Vena renalis kiri dapat juga terkompres di daerah prok simal diantara
arteri mesenterika superior dan aorta, dan distalnya diantara arteri iliaka komunis
dan vena. Fenomena ini dapat juga menyebabkan peningkatan tekana pada
system vena testicular kiri.
b. Anastomosis vena kolateral
c. Katup yang inkompeten

Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa


cara, antara lain :
a) Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami
hipoksia karena kekurangan oksigen.
b) Refluk hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
c) Peningkatan suhu testis.
d) Adanya anastomosis antara plesusu pampiniformis kiri dan kanan,
memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke
testis kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan
dan pada akhirnya terjadi infertilitas.

2.5 Manifestasi Klinik

Varikokel memiliki beberapa tanda dan gejala yang sering dijumpai, yaitu :

1. Nyeri jika berdiri terlalu lama. Hal ini terjadi karena saat berdiri, maka beban
untuk darah kembali kea rah jantuung akan semakin besar, dan akan semakin
banyak darah yang terperangkap di testis. Dengan membesarnya pembuluh
darah, maka akan mengenai ujung saraf, sehingga terasa sakit

Varicocel | 5
2. Masalah kesuburan. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa 40% dari pria-
pria infertile merupakan penderita varicocel (hal ini akan dijelaskan lebih
lanjut).
3. Atrofi testis. Atrofi testis banyak ditemukan pada penderita varicocele,
namun setelah perawatan lebih lanjut biasanya akan kembali ke ukuran
normal.

2.6 Komplikasi
1. Penyusutan testis (atrofi testis)
2. Penurunan kualitas sperma sehingga menyebabkan kemandulan pria
3. Infeksi pada tubuh serta adanya tekanan tinggi dalam perut
4. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami
hipoksia karena kekurangan oksigen.
5. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
6. Peningkatan suhu testis.
7. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan,
memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis
kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada
akhirnya terjadi infertilitas.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan fisik, biasanya dokter/pemeriksa akan menemukan masa yang
menonjol seperti cacing di sekitar testis. Penonjolan ini hanya akan terjadi bila
pasien dalam keadaan berdiri akan hilang bila pasien berbaring.
2. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri, dengan memperhatikan keadaan
skrotum kemudian dilakukan palpasi. Jika diperlukan, pasien diminta untuk
melakukan maneuver valvasa atau mengedan. Jika terdapat varikokel, pada
inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing-cacing di dalam
kantung yang berada di sebelah cranial testis.
3. Foto Rontgen sinar X
4. Angiografi / Venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk
mendeteksi varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuan

Varicocel | 6
mendemonstrasikan refluks darah vena abnormal di daerah retrograde menuju ke
ISV dan pleksus pampiniformis. Karena pemeriksaan venografiini merupakan
pemeriksaan invasive, teknik ini biasanya hanya digunakan apabila pasien sedang
dalam terapi oklusif untuk menentukan anatomi dari vena. Biasanya, teknik ini
digunakan pada pasien yang simptomatik.
5. Positif palsu / negative
Vena testicular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena
dengan kontrasmedium dapat sulut dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi
dengan menggunakan kanul/ menuju vena testicular kanan.
6. Doppler ultrasonography
Penemuan USG pada varikokel meliputi :
1) Struktur anekoik terplintirnya tubular yang digambarkan yang letaknya
berdekatan dengan testis. Pasien dengan posisi berdiri tegak,diameter dari
vena dominan pada kanalisinguinalis biasanya lebih dari 2-5 mm dan saat
valsava manuever diameter meningkat sekitar 1 mm.
2) Varikokel bisa berukuran kecil hingga sangat besar, dengan beberapa
pembesaran pembuluh darah dengan diameter 8 mm
3) Varikokel dapat ditemukan dimana saja di skotum (medial, lateral,
anterior, posterior, atau inferior dan testis)
4) USG Doppler dengan pencitraan berwarna dapat membantu
mendiferensiasi channel vena dari kista epidermoid atau spermatokel jika
terdapat keduanya
5) USG Doppler dapat digunakan untuk menilai grade refluks vena : statis
(grade 1). Intermiten (grade II) dan Kontinu (Grade III)
6) Varikokel intratestikular dapat digambarkan sebagai area hipokoik yang
kurang jelas pada testis. Gambaranya terbentuk oval dan biasnya terletak
di sekitar mediastinum testis.
Positif palsu/negative
Kista epidermoid dan spermatokel dapat memberi gambaran seperti
varikokel. Jika meragukan, USG Doppler berwarna dapat digunakan
untuk diagnose. Varikokel intratestikular dapat memberi gambaran
seperti ektasis tubular.
7. Pengukuran dengan Orkidometer

Varicocel | 7
Diperhatikan pula konsistensi testis maupun ukurannya, dengan
membandingkan testis kiri dengan testis kanan. Untuk lebih objektif
dalam menentukan besar atau volume testis dilakukan pengukuran
dengan alat orkidometer. Pada beberapa keadaan mungkin kedua testis
teraba kecil dan lunak, karena telah terjadi kerusakan pada sel-sel
germinal.
8. Dilakukan pemeriksaan analisis semen untuk menilai seberapa jauh varikokel
telah menyebabkan kerusakan pada tubuli seminiferi. Menurut McLeod, hasil
analisis semen pada varikokel menunjukkan pola stress yaitu menurunnya
motilitas sperma, meningkatnya jumlah sperma muda (immature), dan terdapat
kelainan bentuk sperma (tapered).

2.8 Penatalaksanaan
1. Teknik Operasi
Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan
infertilitas, penurunan volume testicular, dan nyeri, untuk tidak selalu dilakukan
tindakan operasi. varikokel secara klinis pada pasien dengan parameter semen
yang abnormal harus dioperasi dengan tujuan membalikkan proses yang
progresif dan penurunan durasi dependen fungai testis. untuk varikokel subklinis
pada pria dengan factor infertilitas tidak ada keuntungan dilakukkan tindakan
operasi. varikokel terkait dengan atrofi testicular ipsilateral atau dengan nyeri
ipsilateral testis yang makin memburuk setiap hari, harus dilakukan operasi
segera. ligase varikokel pada remaja dengan atrofi testicular ipsilateral memberi
hasil peningkatan volume testis, untuk itu tindakan operasi sangat
direkomendasikan pada pria golongan usia ini. remaja dengan varikokel grade I-
II tanpa atrofi dilakukan pemeriksaan tahunan untuk melihat pertumbuhan testis,
jika didapatkan testis yang menghilang pada sisi varikokel maka disarankan
untuk dilakukan varikolektomi.

Indikasi dilakukan operasi


a. Infertilitas dengan produksi semen yang jelek
b. Ukuran testis mengecil
c. Nyeri kronik atau ketidaknyamanan dari varikokel yang besar

Varicocel | 8
Ligase dari vena spermatika dilakukan dengan berbagai teknik. teknik yang
paling pertama dilakukan dengan memasang clamp eksternal pada vena lewat
kulit skrotum. Operasi ligase varikokel termasuk retroperitoneal, ingunai atau
sublingual, laparoskopik dan mikrokroskopik varikokelektomi.
1. Teknik Retroperitoneal (Palomo)
Teknik Retroperitoneal (palomo) memiliki keuntungan mengisolasi
vena spermatika interna kearah proksimal, dekat dengan lokasi drainase
menuju vena renalis kiri. Pada bagian ini, hanya 1 atau 2 vena besar yang
terlihat. sebagai tambahan, arteri testicular belum bercabang dan
seringkali berpisah dari vena spermatika interna. kekurangan dari teknik
ini yaitu sulitnya menjaga pembuluh limfatik kerana sulitnya mencari
lokasi pembuluh retroperitoneal, dapat menyebabkan hidrokel post
operasi. sebagai tambahan, angka kekambuhan tinggi karena arteri
terticular terlindungi oleh plexus periarterial (vena comitantes), dimana
akan terjadi dilatasi sering berjalannya waktu dan akan menimbulkan
kekambuhan. parallel ingunal atau tetroperitoneal kolateral bermula dari
testis dan bersama dengan vena spermatika interna kearah atas ligase
(cephalad), dan vena kremaster yang tidak terligasi, dapat menyebabkan
kekambuhan. Ligase dari arteri testicular disarankan pada anak-anak
untuk meminimalkan kekambuhan, tetapi pada dewasa dengan
infertilitas, ligase arteri testicular tidak direkomendasikan karena akan
mengganggu fungsi testis.
a. Pasien dalam posisi supinasi pada meja operasi
b. Insisi horizontal daerah iliaka dari umbilicus ke SIAS sepanjang
7-10 cm tergantung besar tubuh pasien.
c. Aponeurosis M. External oblique
d. M.internal oblique terpisah 1 cm kearah lateral M.Rectus
abdominis dan M.Transversus abdominis diinsisi.
e. Peritoneum dipisahka dari dinding abdomen dan diretraksi.
f. Pembuluh spermatik terlihat berdekatan dengan peritoneum
g. Dilanjutkan memotong dinding abdomen menuju M.Psoas
posterior
h. Dengan retraksi luas memudahkan untuk mengidentifikasi vena
spermatika, dan <10% kasus arteri spermatika mudah terlihat,

Varicocel | 9
terisolasi dari seluruh struktur spermatika dan mudah
dikendalikan.
i. Proses operasi ditentukan dari penemuan intraoperative. pada
kasus dengan vena multiple, kolateral akan teridentifikasi dan
seluruh pembuluh darah dari ureter menuju dinding
abdomenterligasi. pembuluh darah spermatika secara terinspeksi
pada jarak 7-8cm dan diligasi dengan pemisahan/pemotongan,
kemudian dijahit permanen.
j. Setelah hemostatis dipisahkan, M.Oblique internal, M.Tranversus
abdominalis, dan M.Eksternal oblique ditutup lapis demi lapis
dengan jahitan yang dapat diserap.
k. Fasia scarpa ditutup dengan jahitan yang akan diserap
l. Kulit dijahit subkutikuler dengan jahitan yang dapat diserap.

2. Teknik Inguinal (Ivanissevich)


a. Insisi dibuat 2 cm atas simfisis pubis
b. Fasia M.External oblique secara hati-hati sisingkirkan untuk
mencegah trauma N.Ilioinguinal yang terletak dibawahnya.
c. Pemasangan penrose drain pada saluran sperma
d. Insisi fasia spermatika, kemudian akan terlihat pembuluh darah
spermatika
e. Setiap pembuluh darah terisolasi, kemudian diligasi dengan
menggunakan benang yang nonabsorbable.
f. Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia
M.External oblique ditutp dengan benang yang absorbable dan
kulit dijahit subkitikuler.

3. Teknik Laparoskopik
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik retroperitoneal dengan
keuntungan dan kerugian yang hampir sama. pembesaran optikal
dibutuhkan untuk melakukan teknik ini., untuk memudahkan
menyingkirkan pembuluh limfatik dan arteri testicular sewaktu
melakukan ligase beberapa vena spermatika interna apabila vena
comitantes bergabung dengan arteri testicular. Teknik ini memiliki

Varicocel | 10
beberapa komplikasi seperti trauma usus, pembuluh intraabdominal dan
visera, emboli, dan peritonitis. komlikasi ini lebih serius dibandingkan
dengan varikokelektomi open.

4. Microsurgical varicocelectomy (Marmar-Goldstein)


Microsurgical subinguinal atau inguinal merupakan teknik terpilih
untuk melakukan ligase varikokel. saluran-saluran spermatika dielevasi
kearah insisi, untuk memudahkan pengelihatan, dan dengan
menggunakan bantuan mikroskop pembesaran 6x hingga 25x, periarterial
yang kecil dan vena kremaster akan dengan mudah diligasi, serta
ekstraspermatik dan vena gubernacular sewaktu testis diangkat. fasia
intraspermatika dan ekstraspermatika secara hati-hati dibuka
diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop. Pembuluh limfatik dapat
dikenali dan disingkirkan, sehingga menurunkan komplikasi hidrokel.

5. Teknik Embolisasi
a. Embolisasi varikokel dilakukan dengan anestesi intravena sedai
dan local anastesi
b. Angiokateter kecil dimasukkan ke system vena, dapat lewat vena
femoralis kanan atau vena jugularis kanan.
c. Kateter dimasukkan dengan guiding fluoroskopi ke vena renalis
kiri (karena kebanyakan varikokel terdapat di sisi kiri) dan kontras
venogram.
d. Dilakukkan ISV venogram sebagai peta untuk mengembolisasi
vena.
e. Kateter kemudian dimanuever ke bawah vena menuju kanalis
inguinalis internal
f. Biasanya vena atau cabangnya terembolisasi dengan injeksi besi
atau platinum spring-like embolization coils.
g. Vena kemudian terblok pada level kanalis inguinalis interna dan
sendi sakroiliaka
h. Dapat ditambahkan sclerosing foam untuk menyelesaika
embolisasi.

Varicocel | 11
i. Pada tahap akhir, venogram dilakukan untuk memastikan semua
cabang ISV terblok, kemudian katetr dapat dikeluarkan.
j. Dibutuhkan tekanan manual pada daerah tusukan selama 10
menit, untuk mencapai hemodialysis.
k. Tidak ada penjahitan pada teknik ini. setelah selesai, pasien
diobservasi selama beberapa jam, kemudian dipulangkan. Angka
keberhasilan proses ini mencapai 95%

2. Alternatif Terapi
Untuk pria dengan infertilitas, parameter semen yang abnormal, dan
varikokel klinis, ada beberapa alternative untuk verikoletomi. Saat ini terdapat
teknik nonbedah termasuk percutaneous radiographic occlusion dan skleroterapi.
Teknik retrogrard perkutaneus radiographic occlusion dengan menggunakan
kanul vena femoralis dan memasang balon/coli pada vena spermatikainterna.
Teknik ini masih berhubungan dengan bahaya pada arteritestikular dan limfatik
dikarenakan sulitnya menuju vena spermatika interna. Radiographic occlusion
juga memiliki komplikasi seperti migrasi emboli paru, tromboflebitis, trauma
arteri dan reaksi alergi dari pemberian kontras. Tindakan okulasi antegrad
varikokel dilakukan dengan tindakan kanulasi perkutan dari vena pampiniformis
skrotum dan injeksi agen sklerotik. Teknik ini memiliki angka performa yang
tinggi tetapi angka rekurensi jika dibandingkan dengan yang teknik retrograde,
dapat memberikan risiko trauma pada arteri testicular.

Varicocel | 12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VARIKOKEL

Kasus Semu :
Pada tanggal 10 Mei 2017 Tn. Y datang ke RSUP Prof. Kandou Malalayang diantar
keluarganya dengan keluhan terdapat benjolan pada testis sebelah kiri sejak 2 minggu yang
lalu disertai rasa nyeri saat tersentuh, awalnya benjolan dirasa kecil namun makin lama
makin membesar. Benjolan terlihat pada saat berdiri dan akan hilang bila pasien berbaring.
Testis terasa sangat nyeri terutama saat posisi berdiri. Warna benjolan tidak pernah memerah
(sesuai warna kulit) namun sekarang tampak kebiruan. Dari pengkajian didapatkan hasil:
TD : 120/70 mmHg

Nadi : 95x/menit

RR : 20x/menit

S : 37,0C

PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
Nama : Tn. Y No. Reg :-
Umur : 21 tahun Tgl MRS :10-05-2017 (Jam08.00)
Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosis Medis : Varikokel
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Tgl Pengkajian : 10-05-2017 (Jam 10.00)
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jombang

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. A
Usia : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam

Varicocel | 13
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : PNS
Hubungan dengan klien : Orang tua
Alamat : Jombang
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Tn. Y mengatakan nyeri pada testis sebelah kiri
P : dilatasi vena
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : testis sebelah kiri
S:6
T : hilang timbul
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 10 Mei 2017 Tn. Y datang ke RSUP Prof. Kandou Malalayang diantar
keluarganya dengan keluhan terdapat benjolan pada testis sebelah kiri sejak 2
minggu yang lalu disertai rasa nyeri saat tersentuh, awalnya benjolan dirasa kecil
namun makin lama makin membesar. Benjolan terlihat pada saat berdiri dan akan
hilang bila pasien berbaring. Testis terasa sangat nyeri terutama saat posisi berdiri.
Warna benjolan tidak pernah memerah (sesuai warna kulit) namun sekarang
tampak kebiruanRiwayat penyakit dahulu
Tn.Y mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah mengalami sakit di daerah testis
seperti yang dirasakan saat ini. Tn.Y juga mengatakan bahwa dia belum
memeriksakan penyakitnya ke mantri ataupun dokter sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tn. Y mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang
sama dengan Tn. Y sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan lingkungan
Tn. Y mengatakan bahwa lingkungan disekitar rumahnya bersih.

3. Pemeriksaan Fisik
TTV
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 95x/menit
RR : 20x/menit

Varicocel | 14
Suhu : 37C

Pemeriksaan persistem
1. Sistem pernafasan
Anamnesa : tidak ada keluhan

a. Hidung
Inspeksi : secret (-), epistaksis (-), oedem pada mukosa (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering
c. Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
d. Faring
Inspeksi : tidak ada oedem / tanda-tanda infeksi
e. Dada
Inspeksi : retraksi dinding dada (-)
Palpasi : fokal fremitus kiri = kanan
Perkusi : bunyi sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

2. Kardiovaskuler dan Limfe


Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Wajah
Inspeksi : muka pucat
b. Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
Palpasi : Arteri carotis communis teraba kuat
c. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
Aukultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Varicocel | 15
d. Ekstermitas atas
Inspeksi : oedem (-), sianosis (-)
Palpasi : suhu akral hangat
e. Ekstermitas bawah
Inspeksi : oedem (-), sianosis (-)
Palpasi : suhu akral hangat

3. Persyarafan
Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : pasien dapat membedakan bau bauan
b. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : tidak ada katarak, tidak ada infeksi
konjungtiva atau infeksi lainya, pasien dapat melihat dengan jelas tanpa
menggunakan kaca mata
c. Uji nervus III oculomotorius : tidak ada edema kelopak mata, tidak ada
hiperemi konjungtiva, tidak ada hiperemi sklera
d. Nervus IV toklearis : ukuran pupil normal D = 3 mm
e. Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah) : pasien dapat merasaan
sentuhan pada wajah
f. Nervus VI abdusen : tidak ada strabismus (juling), gerakan mata normal
g. Uji nervus VII facialis : pasien dapat menggembungkan pipi, dan
menaikkan dan menurunkan alis mata
h. Nervus VIII auditorius/akustikus : pasien dapat mendengar kata kata
dengan baik
i. Nervus IX glosoparingeal : terdapat reflek muntah
j. Nervus X vagus : dapat menggerakan lidah
k. Nervus XI aksesorius : dapat menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan
mengangkat bahu
l. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : dapat menjulurkan lidah

GCS (Glasgow Coma Scale) :


- Eye/membuka mata (E) :4
- Verbal/bicara (V) :5
- Motorik (M) :6

Varicocel | 16
4. Perkemihan
Anamnesa : pasien mengeluh nyeri pada testis sebelah kiri terutama pada saat
pasien berdiri terlalu lama
a. Penis
Inspeksi : penis normal, tidak ada ulkus, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Scrotum
Inspeksi : terdapat benjolan pada testis sebelah kiri, Regio scrotalis
sinistra tampak pelebaran vena pampiniformis
Palpasi : teraba pelebaran vena pampiniformis pada testis sebelah kiri
dengan ukuran 3x2 cm, permukaan tidak rata, nyeri (+),
konsistensi kenyal lunak

5. Sistem Pencernaan
Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering
b. Lidah
Inspeksi : lesi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
c. Faring
Inspeksi : tanda-tanda infeksi (-)
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar di faring
d. Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen (-)
Auskultasi : bising usus 12x/menit
Perkusi : bunyi timpani
Palpasi : nyeri tekan (-)
Kuadran I:
Hepar tidak terdapat hepatomegali, tidak ada nyeri tekan
Kuadran II:
Gaster nyeri tekan (-), distensi (-)
Lien tidak ada splenomegali
Kuadran III:

Varicocel | 17
Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan
Kuadran IV:
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney

6. Sistem Muskuloskeletal & Integumen


Anamnesa : tidak ada keluhan

Kekuatan otot 5 5
5 5

Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan ringan
5: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan penuh

7. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Kepala
Inspeksi : distribusi rambut merata
b. Leher
Inspeksi : pembesaran kelenjar tyroid (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar tyroid (-), nyeri tekan (-)
c. Payudara
Inspeksi : tidak ada pembesaran payudara (ginekomastia)
d. Genetalia
Inspeksi : bersih
Palpasi : tidak ada benjolan
e. Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada odeme

Varicocel | 18
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri Akut (00132)


NS. DIAGNOSIS :
Domain 12 : Kenyamanan
(NANDA-I)
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
DEFINITION: rupa (internatioanal association for study of pain); awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung
<6 bulan.
1. Perubahan selera makan
2. Perubahan tekanan darah
3. Perubahan frekuensi jantung
4. Perubahan frekuensi pernapasan
5. Laporan isyarat
6. Diaforesis
7. Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar mandir, mencari
orang lain dan / atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
8. Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek,
menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)
9. Masker wajah (mis., mata kurang cahaya, tampak kacau,
DEFINING gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
CHARACTERISTICS 10. Sikap melindungi rasa nyeri
11. Fokus menyempit (mis., gangguan peresepsi nyeri,
hambatan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang
lain dan lingkungan)
12. Indikasi nyeri yang dapat diamati
13. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14. Sikap tubuh melindungi
15. Dilatasi pupil
16. Melaporkan nyeri secara verbal
17. Fokus pada diri sendiri
18. Gangguan tidur

RELATED FACTORS: Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Varicocel | 19
Subjective data entry Objective data entry
Tn. Y mengatakan nyeri pada daerah testis sebelah 1. TD : 120/70 mmHg
kiri 2. Nadi : 95x/menit
3. RR : 20x/menit
4. Suhu : 37C
ASSESSMENT

5. P : dilatasi vena
6. Q : seperti ditusuk-tusuk
7. R : testis sebelah kiri
8. S:6
9. T : hilang timbul
10. Wajah pasien tampak merintih
kesakitan
11. Terdapat benjolan pada testis
sebelah kiri

Ns. Diagnosis (Specify):


DIAGNOSIS

Client
Nyeri Akut
Diagnostic
Related to:
Statemen:
Agen cedera biologis

Varicocel | 20
INTERVENSI KEPERAWATAN

NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen Manajemen nyeri Kontrol Nyeri 1. Mengenali
nyeri 1. Lakukan pengkajian Definisi : Tindakan timbulnya nyeri
Definisi : yang komprehensif individu untuk (160502)
mengurangi nyeri tentang nyeri, mengendalikan nyeri 2. Menggunakan
atau menurunkan termasuk lokasi, analgesik yang
nyeri ke level karakteristik, direkomendasikan
kenyamanan onset/durasi, (160505)
yang diterima frekuensi, kualitas, 3. Laporkan
oleh pasien intensitas, atau perubahan gejala
beratnya nyeri dan nyeri pada dokter
factor presipitasi (160513)
2. Observasi reaksi non 4. Mengenali
verbal dari kumpulan gejala
ketidaknyamanan nyeri (160509)
3. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan
4. Ajarkan tentang teknik
pernafasan/relaksasi
5. Kolaborasi pemberian
analgesik
6. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
7. Anjurkan klien untuk
beristirahat

Varicocel | 21
IMPLEMENTASI

No Tanggal Tindakan Paraf


Diagnosa /jam
1 20-03- Manajemen nyeri
2017 1. Melakukan pengkajian yang komprehensif
tentang nyeri, termasuk lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas,
atau beratnya nyeri dan factor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
3. Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
4. Mengajarkan tentang teknik
pernafasan/relaksasi
5. Melakukan kolaborasi pemberian analgesik
untuk mengurangi nyeri
6. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
7. Menganjurkan klien untuk beristirahat

Varicocel | 22
EVALUASI

No Tanggal dan Diagnosa Catatan perkembangan Paraf


jam keperawatan

Varicocel | 23
1 10-05-2017 Nyeri akut b/d agen S : Tn. Y mengatakan bahwa nyeri
Jam 14.00 cedera biologis pada testis sebelah kiri masih
dirasakan

O:
1. TD : 120/70 mmHg
2. Nadi : 90x/menit
3. RR : 20x/menit
4. Suhu : 37 C
5. P : dilatasi vena
6. Q : seperti ditusuk-tusuk
7. R : testis sebelah kiri
8. S : 6
9. T : hilang timbul
10. Wajah pasien masih merintih
kesakitan
11. Terdapat benjolan pada testis
sebelah kiri

A : Tn. Y masih merasa nyeri

P : Rencana tindakan dilanjutkan


dan dilakukan modifikasi tindakan :
1. Melakukan pengkajian yang
komprehensif tentang nyeri,
termasuk lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan factor
presipitasi.
2. Mengobservasi reaksi non
verbal dari ketidaknyamanan.
3. Mengontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
4. Mengajarkan tentang teknik
pernafasan/relaksasi.
5. Melakukan kolaborasi
pemberian analgesik
6. Mengevaluasi keefektifan
kontrol nyeri
7. Menganjurkan klien untuk
beristirahat
8. Melakukan kolaborasi dengan
dokter untuk tindakan
pembedahan

Varicocel | 24

Você também pode gostar