Você está na página 1de 35

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. S DENGAN STRUMA DI KAMAR OPERASI


RS. PANTI WALUYA MALANG

Disusun Oleh:
PANGGIH WAHYU KURNIAWAN

RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN


MALANG
2016
BAB I

1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila
infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan
saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar
atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan
terletak diperut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya.
Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa
mengeluarkan lendir
Klasifikasi apendiksitis dibagi menjadi 3 yakni :
1.1.1 Apendiksitis akut, dibagi atas : napendiksitis fokalis atau segmentalis,
yaitu setelah sembuh akan timbul struktur local.
1.1.2 Apendiksitis prulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah
1.1.3 Apendiksitis kronik

1.2 Etiologi
Tejadinya apendiksitis akut umumnya disebabkan oleh inffeksi
bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit
ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada
lumen apendik ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang
keras (fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda
asing dalam tubuh, cancer primer dan struktur. Namun yang paling sering
menyebabkan obstruksi lumen apendik adalah fekalit dan hyperplasia
jaringan limfoid.

Menurut klasifikasi :

2
1.2.1 Apendiksitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.
Selain itu hyperplasia jaringan, fekalit (tinja/ batu), tumor apendiks,
dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi
mukosa apendiks karena parasit (E. histolytica)
1.2.2 Apendiksitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut
kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan
ini terjadi bila serangan apendiksitis pertama kali sembuh spontan.
Namun apendiksitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena
terjadi fibrosis dan jaringan parut.
1.2.3 Apendiksitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri pada perut
kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendik secara
makroskopis dan mikroskopis (fibrosis menyeluruh didinding
apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronis), dan
keluhan menghilang setelah apendektomi.

1.3 Manifestasi klinis


Gejala awalnya yang khas, yang merupakan gejala klasik apendiksitis
adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium disekitar umbilicus
atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan
terkadang muntah dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian
dalam beberapa jam nyeri akan beralih pada kuadran kanan bawah, ke titik
mc burney. Dititik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan
adanya nyeri didaerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga
penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap
berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang
apendiksitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 38,5
derajat celcius.

3
Kemungkinan apendiksitis dapat diyakinkan dengan menggunakan
skor alvarado
The modified Alvarado score score
gejala Perpindahan nyeri dari uluhati keperut 1
kanan bawah
Mual muntah 1
anoreksia 1
Tanda Nyeri diperut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 0c 1
Pemeriksaan leukositosis 2
lab
Hitung jenis laukosit shift to the left 1
Total 10
Interupsi dari modified Alvarado score
1-4 : sangat mungkin bukan apendiksitis
akut
5-7 : sangat mungkin apendiksitis akut
8-10 : pasti apendiksitis akut
Sistem skor dibuat untuk meningkatkan cara mendiagnosa
apendiksitis. Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul
sebagai akibat dari apendiksitis. Timbulnya gejala ini tergantung pada letak
apendiks ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.
1.3.1 Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal yaitu dibelakang sekum
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu
jelasdan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih
kerarah pada perut kanan atau nyeri timbung pada saat melakukan
gerakan seperti berjalan, bernafas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri
timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari
dorsal.

4
1.3.2 Bila apendiks terletak dirongga pelvis
Bila apendiks terletak didekat atau menempel pada rectum, akan
timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rectum, sehingga
peristaltic meningkat pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat
dan berulang-ulang (diare).
1.3.3 Bila apendiks terletak didekat atau menempel pada kandung kemih,
dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya
didindingnya.
Hubungan patofisiologi dan maniffestasi klinis apendisitis
Kelainan patologi Keluhan dan tanda
Peradangan awal Kurang enak daerah ulu hati /
daerah pusat, mungkin kolik
Apendiksitis mukosa Nyeri tekan kanan bawah
(rangsangan autonomic)
Radang diseluruh ketebalan dinding Nyeri sentral pindah kebawah,
mual dan muntah
Apendiksitis komplit radang Rangsangan peritoneum local
peritoneum parietale apendiks (stomatic), nyeri pada gerak
aktif dan pasif, defans muskuler lokal
Radang alat atau jaringan yang Genetalia interna, ureter, m.psoas
menempel pada apendiks mayor, kandung kemih, rektum

Apendiksitis gangrenosa Demam sedang, takikardia, mulai
toksik, leukositosis
perforasi nyeri dan defans muskuler seluruh
perut
Pembungkusan
1. Tidak berhasi s.d.a + demam tinggi, dehidrasi, syok,
toksik
2. berhasil Masa perut kanan bawah, keadaan

5
umum berangsur membaik
3. abses Demam remiten, keadaan umum
toksik, keluhan dan tanda setempat

1.4 Pemeriksaan penunjang


1.4.1 Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut
dimana dinding perut tampak mengencang (distensi)
2) Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri
dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang
mana merupakan kunci dari diagnosis apendiksitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai
diangkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri diperut akan semakin parah
(psoas sign)
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga
5) Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketial (axilla), lebih
menunjang lagi adanya radang pada usus buntu.
6) Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positifdan
tanda perangsangan pada peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan
bila apendiks terletak dirongga pelvis maka obrurator sign akan positif
dan tanda perangsangan pada peritoneum akan lebih menonjol.
1.4.2 Pemeriksaan laboratorium
Kenaikan sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-
18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah)
1.4.3 Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang
membantu)
2) Ultrasonografi (USG), CT scan

6
3) Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen
dan apendikogram

1.5 Penatalaksanaan
Tatalaksana pada apendiksitis pada kebanyakan kasus adalah
apendiktomi. Keterlambatan pada tatalaksana dapat meningkatkan kejadian
perforasi. Teknik laparoskopik, apendiktomi laparaskopik sudah terbukti
menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih
cepat dan angka kejadian infeksi luka lebih rendah. Akan tetapi terdapat
peningkatan kejadian abses intra abdomen dan memanjang waktu operasi.
Laparaskopi itu dikerjakan untuk diagnose dan terapi pada pasien dengan
akut abdomen terutama pada wanita

1.6 Masalah yang lazim muncul


1.6.1 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
1.6.2 Hipertermia b.d respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal
1.6.3 Nyeri akut b.d infeksi dan inflamasi
1.6.4 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif, mekanisme
kerja peristaltic usus menurun
1.6.5 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
faktorbiologis, ketidak mampuan mencerna makanan
1.6.6 Kerusakan integritas jaringan
1.6.7 Gangguan rasa nyaman
1.6.8 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan gastrointestinal b.d proses
infeksi, penurunan sirkulasi darah ke gastrointestinal, hemoragi
gastrointestinal akut
1.6.9 Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan tubuh
1.6.10 Ansietas b.d prognosis penyakit rencana pembedahan

7
1.7 Discharge planning
Pada apendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi
apendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita diobservasi,
diistirahatkan dalam posisi fowler, diberikan antibiotic dan diberikan
makanan yang tidak merangsang peristaltic, jika terjadi perforasi diberikan
drain diperut kanan bawah.

8
1.8 patofisiologi

Invasi dan multipikasi Hipertermi febris

apendiksitis Peradangan pada jaringan Kerusakan kontrol suhu terhadap inflamasi

operasi Sekresi mucus berlebih


Tidak adanya pengalaman pada lumen apendik
anestesi Luka
Apendik teregang
insisi Kurangnya ansietas
informasi
Depresi sistem Kerusakan jaringan Pintu masuk
kuman Spasme dinding Tekanan intraluminal
respirasi
Kurang apendik lebih dari tekanan vena
Ujung saraf terputus
Resiko pengetahuan
Reflek batuk nyeri Hipoksia jaringan
infeksi
peristaltic usus apendiks
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas ulcerasi
Distensi abdomen
Nyeri dipersepsikan
Pelepasan
protagladin perforasi
Gangguan rasa Mual &
nyaman muntah Kerusakan
Stimulasi dihantarkan Resiko ketidakefektifan
integritas perfusi gastrointestinal
jaringan
Resiko kekurangan anoreksia Spinal cord
volume cairan
Ketidakseimbangan Cortex cerebri
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
9
10
Asuhan Keperawatan Pada Tn. W

Di OK 5 RS. Panti Waluya

Tanggal Masuk/Pukul : 22 September 2016 / 02.20

Tanggal Pengkajian/Pukul : 22 September 2016 / 12.30

No Register : 146705

Sumber Pengkajian : Tn. W

A. PENGKAJIAN
1.PRE-OPERASI
a) Biodata
Nama : Tn. W
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : kawin
Agama : Khatolik
Alamat : Panggang lele RT 28/3 arjowilangun Kalipare
Pendidikan : SLT
Pekerjaan : Pegawai swasta
Diagnosa Medis : appendiksitis

b) Keluhan Utama : sakit perut sejak 3 hari yang lalu

c) RiwayatPenyakitSekarang:
Pasien mengatakan nyeri perut sebelah kanan bawah menjalar ke bawah sejak 3
hari yang lalu.
d) Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan tidak pernah mrs sebelumnya

11
e) Riwayat Penyakit Keluarga (Genogram) :
Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit menurun dan penyakit
menular.

f) Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi

g) Data Psikososial
1. Konsep Diri
Gambaran Diri :
Pasien mengatakan sehari-hari melakukan kegiatan sebagai pegawai
Harga Diri :
pasien mengatakan tidak malu dengan penyakitnya
Identitas Diri :
Pasien mengenal dirinya, pasien dapat menyebutkan nama dan tempat tinggalnya
Peran Diri :
Pasien sebagai pegawai dan menjalankan tanggung jawab semestinya
Ideal Diri :
Pasien ingin cepat sembuh dari penyakitnya
Hubungan Sosial :
Hubungan pasien dengan keluarganya baik

2. Spiritual :
Pasien berdoa di tempat tidur supaya operasinya berjalan lancar
3. Kecemasan :
Pasien mengatakan cemas karena ini operasinya yang pertama kalinya.
4. Kehilangan :
Pasien mengatakan menerima keadaanya saat ini

h) Pola Fungsi Kesehatan :


1. Pola Nutrisi
Di rumah

12
Makan berapa kali dalam sehari : 3 x/hari
Minum berapa kali dalam sehari : 800-1000 cc/hari
Jenis Makanan : nasi, sayur dan lauk pauk
Jenis Minuman : air putih dan teh
Makanan Kesukaan : sayur
Masalah yang mempengaruhi masukan makanan : tidak ada masalah yang mempengaruhi
pola makan
Diet khusus, makanan pantang : tidak ada
Di RS
Makan berapa kali dalam sehari : pasien puasa
Minum berapa kali dalam sehari : pasien puasa

2. Pola Eliminasi
Di Rumah
BAB : 1 kali sehari
BAK : 3-5 kali sehari
Di RS
BAB : pasien mengatakan belum BAB
BAK : pasien mengatakan BAK 3 kali selama mrs

3. Pola Kebersihan Diri


Di Rumah
Mandi : 2 kali sehari
Gosok Gigi : 2 kali sehari
Keramas : 1 kali sehari
Gunting Kuku : seminggu sekali
Keterangan : pasien mengatakan melakukan nya secara mandiri

Di RS
Mandi : pasien mengatakan belum mandi selam MRS
Gosok Gigi : pasien mengatakan tadi pagi sudah menggososk gigi dibantu oleh
perawat
Keramas : pasien mengatakan belum keramas sejak mrs

13
Gunting Kuku : pasien mengatakan belum menggunting kuku sejak mrs
Keterangan : selama aktifitas pasien dibantu oleh perawat
4. Pola Aktivitas
Di Rumah : saat dirumah pasien mengatakan melakukan aktifitas seperti biasa
Di RS : saat di RS px hanya berbaring di tempat tidur saja
Pola Istirahat/ Tidur
Di Rumah
Tidur siang : pasien mengatakan tidak pernah tidur siang
Tidur malam : kurang lebih 6 jam ; jam berapa biasa tidur 22.00-05.00
Masalah tidur : .tidak ada masalah dengan tidur
Di RS
Tidur siang : pasien mengatakan tidak bisa tidur siang
Tidur malam : pasien mengatakan semalam tidak bisa tidur
Masalah tidur : pasien semalam tidak bisa tidur karena cemas

i) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : .composmentis
GCS : 4-5-6
TTV :
TD : 150/ 90mmHg Nadi : 88x/menit
Suhu : .36,8 C

2. SkalaNyeriMenurut VAS (Visual Analog Scale)

14
3. Pemeriksaan Kulit dan Kuku
Inspeksi
Warna Kulit : sawo matang
Palpasi
Kondisi Kulit : baik
Turgor Kulit : baik
CRT : kembali dalam waktu sebelum 1dtk
4. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi
Bentuk kepala : bulat
Rambut : warna rambut hitam dan bersih
Massa : tidak terdapat massa pada palpasi
Palpasi
Kepala : tidak terdapat massa
5. Pemeriksaan Mata
Inspeksi
Alis : warna hitam
Mata : simetris, tidak ikterik
Bola mata : tidak ikterik
Sklera : tidak ikterik
Pupil :
Konjungtiva : tidak anemis
Palpasi
Mata : kenyal tidak terdapat massa

6. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi
Lubang hidung : tidak terdapat septumnasi
Hidung : tidak terdapat congenital
Palpasi
Sinus Hidung : tidak terba massa

15
7. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi
Daun telinga : tidak terdapat congenital
Kondisi lubang telinga : bersih
Palpasi
Telinga : tidak terdapat congenital

8. Pemeriksaan Mulut
Inspeksi
Bibir : tidak terdapat kelainan congenital
Gigi : bersih
Lidah : bersih
Uvula : bersih
Tonsil : tepat di tengah
9. Pemeriksaan Leher
Inspeksi
Kondisi kulit : bersih dan persebaran warna merata
Palpasi
Trakea : tidak terdapat massa dan tepat di tengah

10. Pemeriksaan Thorax


Inspeksi
Dada : pengembangan dada simetris
Kondisi kulit : baik
Palpasi
Pada Dada : pekak pada seluruh lapang paru
Auskultasi : tidak suara nafas tambahan

Suara Nafas

16
11. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : warna kulit merata
Auskultasi : bising usus 10-15 x/mnt
Palpasi : .tidak teraba massa , nyeri lepas pada titik mc. burney
Perkusi : .tympani
12. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Inspeksi : persebaran kulit merata
Palpasi : tidak ad krepitasi

Kekuatan Otot

j) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tanggal :
Pemeriksaan Hasil Normal
DL
Leukosit H 14,91 4,0-11,0
MCH H 31,5 27,0-31,0
PDW H 13,9 9,0-13,0
MPV H 11,3 7,2 11,1
P-LCR H 35,7 15,0 25,0
PCT 0,280
Neutrofil H 78,9 1,5-7,0
Limfosit L 11,7 20-40
Jumlah neutrofil H 11,8 1,5-7,0
Jumlah Monosit H 1,09 0,16-1,0

17
k) Terapi
Nama & Dosis Obat Pemberian Fungsi Obat
Teranol 3 x 30
Getidin 3x1
Cephaflox 1gr 2 x 1 gram Antibiotic

18
2. PENGKAJIAN INTRA OPERASI

a. Identitas

Nama : Tn . W
Usia : 55 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Khatolik
Pekerjaan : pegawai swasta
Alamat : panggang lele kalipare
No RM : 146705
Dx medis : appendicitis
Dokter bedah : dr. T
Ruangan : PP
Tanggal op : 22 september 2016
Waktu op : 13.00
Jenis anesthesia : regoinal anesthesia

b. Team bedah

Dokter bedah : dr. T


Asisten bedah : Bpk. B
Dokter anesthesia : dr. S
Asisten anesthesia : tn, L
Instrumentator : Ny. A
Perawat sirkuler : A dan B

Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri perut sebelah kanan bawah menjalar ke bawah

1. Data penerimaan pasien di ok :


a. Kesadaran : composmentis
b. Ttv
1. TD : 110/80 mmhg
2. Suhu : 35,7 c
3. HR : 74x/mnt
4. RR : 18 x/mnt
5. Sa 0 : 99%

c. Riwayat penyakit :

Pasien mengatakan tidak pernah mrs sebelumnya

d. Riwayat alergi obat :


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan.

3. Persiapaan Operasi :
1. Puasa sejak pukul 06.00
2. Pengosongan kandung kemih

19
3. Tidak memakai gigi palsu
4. Gelang identitas
5. Surat persetujuan operasi
6. Hasil pemeriksaan usg
7. Infuse RL flash ke 2
8. Premidikasi
pantozol 40mg
narfoz 8mg

4. Persiapan general anesthesia

a. Alat :

1. Mesin anesthesia
2. Masker
3. Monitor
4. Stetoskop

b. Obat anesthesia :
1. bupivacain
2. Fentanyl
3. Sedacum
4. Remopain
5. Pethidin 50mg
6. Cephaflox 1gr

5.Persiapan alat operasi

1. Satu set laken operasi


a. 1 laken operasi
b. 3 schort steril
c. 3 doeken steril
d. 3 pasang handscoen steril
2. Satu set instrumen dasar
a. Selang dan ujung suction
b. Handpiece
c. Pincet A 2bh
d. Pincet C 2bh
e. Gunting jaringan 1
f. Gunting benang 1
g. Cawan berisi isodine 1
h. Cawan berisi alkhohol 1
i. Arteri klem 4
j. Klem jaringan 4

20
k. Penjepit doek 4
l. Macam-macam langen back
m. Naldfolder
n. Kotak benang
o. Macam-macam hak
p. Pean mosquito panjang
q. Kotak jarum

3. Benang
a. Mersilk 1/0
b. Mersilk 2/0
c. Vicryl 2/0
d. Premilene 4/0

6. posisi pembedahan supine

7. Proses operasi

21
ANALISA DATA

Nama : Tn. W No. RM :146705

Usia : 55 thn Dx. Medis : Appendicitis

Tgl/jam Data penunjang Masalah Etiologi


22 DS : - Resiko tinggi infeksi Appendiksitis
september (pasien tidak sadar karena efek sehubungan proses
13.30 pembiusan ) pembedahan
Operasi
DO :
1. Jenis pembiusan : regional
anesthesia Luka insisi
2. Posisi operasi supine
3. Terpasang monitor TTV :
a) Suhu : 35,7 Pintu masuk kuman
b) Nadi 74x/mnt
c) Tensi 110/80 mmhg
d) RR : 16 x/mnt Resiko infeksi
e) Saturasi oksigen :
98%
4. jenis operasi bersih
5. abdomen pasien dicuci dengan
hibiscrub selanjutnya di lap
dengan daek steril dan
kemudian di desinfeksi
dengan cairan isodine

22 DS : - Resiko cidera Appendiksitis


sepetember (pasien tidak sadar karena efek berhubungan dengan
13.30 pembiusan ) posisi yang tidak tepat
selama pembedahan
DO : Pembedahan
1. Jenis pembiusan : general
anesthesia
2. Posisi : supine dengan tangan Pembiusan
kanan, kiri dan kaki yang
terikat
3. Terpasang monitor TTV :
f) Suhu : 35,7 Kelemahan otot
g) Nadi 74x/mnt
h) Tensi 110/80 mmhg
i) RR : 16 x/mnt Resiko cidera
j) Saturasi oksigen :
98%
4. pasien jauh dari barang-
barang yang berbahaya

22
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn. W No. RM : 146705

Usia : 55 thn Dx. Medis : Appendicitis

No Diagnosa
1. Resiko tinggi infeksi
sehubungan proses pembedahan

Resiko cidera berhubungan


2. dengan posisi yang tidak tepat
selama pembedahan

23
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah 1. tidak ada tanda- 1. Bersihkan daerah yang 1. Mencegah masuk
dilakukan tanda infeksi akan dioperasi dengan dan
tindakan 2. TTV dalam antiseptic dan pasang berkembangannya
keperawatan batas normal draping bakteri dan atau
tidak ada 3. Leukosit dalam kuman pathogen
tanda-tanda batas normal pada daerah sekitar
infeksi lapang operasi.
2. Cek kadaluarsa alat 2. Menghindari
yang akan dipakai ketidaksterilan alat
yang akan
digunakan
3. Pertahankan 3. Menghindari
kesterilitasan alat yang ketidaksterilan alat
akan dipakai yang akan
digunakan
4. Peratahankan sterilitas 4. Mempertahankan
selama pembedahan kesterilan lapang
operasi
5. Menggunakan APD 5. Menghindari
lengkap ( tutup kepala, nosokomial dari tim
masker, alas kaki bedah ke lapang
tertutup, sarung tangan operasi.
steril) dan cucui
tangan steril
6. Tutup luka operasi 6. menjaga luka post
dengan kassa steril operasi agar tetap steril,
mencegah infeksi.
2 Setelah 1. Tidak ada tanda- 1. Pastikan posisi pasien 1. Untuk
dilakukan tanda cidera yang sesuai tindakan meminimalisir
tindakan pada tubuh operasi cidera
keperawatan pasien 2. Cek daerah penekanan 2. Menghindari memar
tidak terjadi selama operasi
resiko cidera 3. Pasang sabuk atau tali 3. agar posisi pasien fix
pengaman
4. Pasang ground cauter 4. untuk menghindari
surgery combutio

24
IMPLEMENTASI

Nama : Tn. W No. RM : 146705

Usia :55 thn Dx. Medis : Appendicitis

Tgl Implementasi Ttd


22 1. Bersihkan daerah yang akan dioperasi dengan antiseptic dan
september pasang draping
2. Cek kadaluarsa alat yang akan dipakai
3. Pertahankan kesterilitasan alat yang akan dipakai
4. Peratahankan sterilitas selama pembedahan
5. Menggunakan APD lengkap ( tutup kepala, masker, alas kaki
tertutup, sarung tangan steril) dan cucui tangan steril
6. Tutup luka operasi dengan kassa steril

22 1. Pastikan posisi pasien yang sesuai tindakan operasi


september 2. Cek daerah penekanan selama operasi
3. Pasang sabuk atau tali pengaman
4. Pasang ground cauter surgery

25
Evaluasi

Nama : Tn. W No. RM : 146705

Usia : 55 thn Dx. Medis : Appendicitis

Tgl Data Ttd


22 S :
september (pasien tidak sadar karena efek pembiusan )
14.00
O
1. Jenis pembiusan : general anesthesia
2. Posisi operasi supine
3. Terpasang monitor TTV :
a) Suhu : 36
b) Nadi 90x/mnt
c) Tensi 120/87 mmhg
d) RR : 16 x/mnt
e) Saturasi oksigen : 98%
4. jenis operasi bersih
5. abdomen pasien dicuci dengan hibiscrub selanjutnya di lap
dengan daek steril dan kemudian di desinfeksi dengan cairan
isodine

A : masalah tidak terjadi

P : hentikan intervensi

22 S
september (pasien tidak sadar karena efek pembiusan )
14.00
O
1. Jenis pembiusan : general anesthesia
2. Posisi : supine dengan tangan kanan, kiri dan kaki yang
terikat
3. Terpasang monitor TTV :
a) Suhu : 36
b) Nadi 90x/mnt
c) Tensi 120/87 mmhg
d) RR : 16 x/mnt
e) Saturasi oksigen : 98%
4. pasien jauh dari barang-baranag yang berbahaya

A : masalah tidak terjadi

P : hentikan intervensi

26
BAB III

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Materi / penyuluhan : apendisitis


2. Sasaran : pasien dan keluarga
3. Waktu : Tempat : ruang placida paviliun
4. Metode : ceramah dan tanya jawab
5. Media : leaflet
6. Uraian :
7.1 Tujuan umum
Pasien dan keluarga mengerti dan mampu memahami tentang materi penyuluhan yaitu
apendiktomi

7.2 Tujuan khusus


1) Pasien dan keluarga dapat mengerti tentang appendicitis
2) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan penyebab dan dampak appendicitis
3) Pasien dan keluarga mampu menyebutkan gejala-gejala appendicitis
4) Pasien dan keluarga dapat mengerti tentang apendiktomi
5) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan cara-cara perawatan pada klien dengan
apendiktomi

7. materi penyuluhan
8. langkah-langkah penyuluhan
No Tahap Waktu Penyuluhan Peserta

1 Pembukaan 20 mnt Memperkenalkan diri - Memperhatikan


Menjelaskan topik yang akan
- Aktif dan
dibahas
kooperatif
Menyampaikan tujuan
Menggali pertanyaan
2 Penyampaian 15 mnt Menjelaskan pengertian - Memperhatikan
appendicitis
- Mengerti dan
Menjelaskan penyebab
memahami
appendicitis

27
Menjelaskan gejala dan
dampak appendicitis
Menjelaskan pengertian
appendiktomi
Menjelaskan cara perawatan
appendiktomi
Memberi pertanyaan
3 Penutup 10 mnt Membuat kesimpulan tentang - Memperhatikan
materi yang disampaikan
- Aktif bertanya
Evaluasi
dan menjawab

28
MATERI PENYULUHAN

1. Appendicitis
1.1 Definisi Appendicitis
Appendicitis merupakan peradangan pada usus buntu (apendiks). Usus buntu merupakan
penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari yang terdapat di usus besar, tepatnya di daerah
perbatasan dengan usus halus. Pada daerah abdomen kanan bagian bawah (Yusri Love, 2009).

1.2 Penyebab dan dampak


Penyebab appendicitis didahului oleh adanya penyumbatan di dalam usus buntu (apendiks).
Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa pecah.

Appendicitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang bakteria
yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya Hiperplasia jaringan limfe, fekalith,
tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari
kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang
apendiks, diantaranya :

1.2.1 Faktor sumbatan (obstruksi)


Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang diikuti
oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan lymphoid sub
mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya
sumbatan oleh parasit dan cacing. Obstruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada
bermacam-macam apendisitis akut diantaranya: fekalith ditemukan 40% pada kasus
apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa rupture dan
90% pada kasus apendisitis akut dengan rupture.

1.2.2 Faktor bakteri


Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut. Adanya
fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan memperberat infeksi,
karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur didapatkan
terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu
splanchicus, lacto bacillus, pseudomonas, bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang
menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob < 10%.

1.2.3 Kecenderungan familiar

29
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter dari organ,
apendiks yang terlalu panjang. Vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mudah terjadi
apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan dalam keluarga terutama
dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekolith dan mengakibatkan obstruksi
lumen.

1.2.4 Faktor ras dan diet


Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan pola makanan sehari-hari. Bangsa kulit putih
yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi dari negara yang pola
makanya banyak serat. Justru negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini
beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi.

1.3 Dampak dari usus buntu yang pecah bisa menyebabkan :


1.3.1 Masuknya kuman usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis yang bisa berakibat
fatal
1.3.2 Terbentuknya abses
1.3.3 Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septicemia) yang bisa berakibat fatal
1.4 Tanda Dan Gejala
Sakit perut, terutama dimulai di sekitar pusar dan bergerak kesamping kanan bawah
nafsu makan menurun.
Mual dan muntah.
Diare, konstipasi (sembelit), atau sering buang angin.
Demam rendah setelah gejala lain muncul.
Perut bengkak
Rasa nyeri yang dimulai pada perut bagian tengah (seperti sakit maag) dan menjalar ke
perut bagian bawah kanan.
Tanda-tanda perforasi (pecahnya radang usus buntu) :
Ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat di seluruh perut menjadi tegang dan
kembung serta nyeri tekan diseluruh perut

1.5 Pencegahan Appendicitis


Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi dan peradangan
pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab obstruksi oleh fekalit dapat terjadi
karena tidak ada kuatnya diit tinggi serat.

30
1.6 Perawatan Appendicitis
Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang
cepat terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya gangren, perforasi
dan peritonitis.

1.7 Tindakan Appendicitis


1.7.1 Penderita yang mempunyai persangkaan bahwa penyakitnya itu suatu radang usus
buntu supaya segera ke dokter, dan supaya bersedia apabila akan dilakukan
pembedahan.
1.7.2 Sementara menunggu pengobatan dokter, penderita supaya berada di tempat tidur
1.7.3 Berikan kantong es pada bagian perut yang sakit.
1.7.4 Hindarkan segala makanan, dan jangan sekali-kali diberi obat pencahar atau
memasukkan obat yang sejenis dari dubur.
1.7.5 Hindari semua makanan, kecuali air sedikit-sedikit.
(Wahyudi, 2009)

2. Appendiktomi
2.1 Definisi apendiktomi
Appendiktomi adalah pengangkatan apendiks (usus buntu) yang terjadi peradangan
(Rosmaria Yasintha, 2007).

2.2 Perawatan pasca operasi apendiks


12 jam setelah operasi badan sudah boleh digerakkan baring ke samping
Setelah (kentut) baru boleh minum sedikit. Tapi harus jarang dan 2 sendok saja. Setiap 1
jam boleh 3 sendok
Akhirnya 18 jam setelah operasi diperbolehkan makan bubur saring
Latihan duduk dapat dilakukan setelah 24 j am setelah operasi. Dan sangat berat melakukan
gerak apalagi duduk sehingga klien belum bisa duduk namun tetap latihan untuk berbaring
miring. Atau berbaring dengan posisi bantal tinggi
Hati-hati jika punya alergi dengan obat tertentu, karena akan mempengaruhi kondisi tubuh.
Gatal pada kulit dan bengkak pada mata dan bibir
Rasa sakit pada perut pada saat batuk dan bersin
Latihan berdiri dilakukan 36 jam pasca operasi. Latihan berjalan dapat dilakukan bertahap
dan dilakukan pelan-pelan

31
Kondisi perut yang tidak nyaman akan berangsur-angsur mereda setelah buang air besar.
Oleh karena itu perbanyak minum air putih
Mungkin terjadi sembelit oleh sebab itu makan serat tinggi seperti agar-agar dan buah-buahan
pepaya, dapat membantu
Jahitan dibuka setelah seminggu, hindari terkena air pada luka jahitan
Makan makanan yang lembut dan tidak pedas sangat membantu untuk pemulihan pada bagian
dalam

32
DAFTAR PUSTAKA

1. http://medicastrore.com/penyakit/496/apendiksitis_radang_usus_buntu.html diakses pada


tanggal 25/8/2015 pukul 23.30
2. http://rosmariayasintha.blogspot.com/2007/05/appendiktomi_operasi_appendiks_usus.ht
ml diakses pada tanggal 25/8/2015 pukul 23.30
3. Wahyudi, Berbagai Macam Penyakit Perawatan Dan Pengobatannya, Usaha Nasional,
Surabaya diakses pada tanggal 25/8/2015 pukul 23.30

33
Definisi Appendicitis Tanda-tanda perforasi (pecahnya radang
Appendicitis merupakan peradangan pada usus buntu) :
usus buntu (apendiks). Usus buntu merupakan Ditandai dengan demam tinggi, nyeri
penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari makin hebat di seluruh perut menjadi
yang terdapat di usus besar, tepatnya di daerah tegang dan kembung serta nyeri tekan
perbatasan dengan usus halus. Pada daerah diseluruh perut
abdomen kanan bagian bawah (Yusri Love,
2009).

Tanda Dan Gejala


Sakit perut, terutama dimulai di sekitar
pusar dan bergerak kesamping kanan
bawah
nafsu makan menurun.
Mual dan muntah.
Diare, konstipasi (sembelit), atau sering
buang angin.
Demam rendah setelah gejala lain
muncul.
Perut bengkak
Oleh :
Rasa nyeri yang dimulai pada perut
Luluk Gumono
bagian tengah (seperti sakit maag) dan
menjalar ke perut bagian bawah kanan.
RS. Panti Waluya Malang

34
Perawatan pasca operasi apendiks Kondisi perut yang tidak nyaman akan
12 jam setelah operasi badan sudah boleh berangsur-angsur mereda setelah buang air
digerakkan baring ke samping besar. Oleh karena itu perbanyak minum air
Setelah (kentut) baru boleh minum sedikit. putih
Tapi harus jarang dan 2 sendok saja. Setiap Mungkin terjadi sembelit oleh sebab itu
1 jam boleh 3 sendok makan serat tinggi seperti agar-agar dan
Akhirnya 18 jam setelah operasi buah-buahan pepaya, dapat membantu
diperbolehkan makan bubur saring Jahitan dibuka setelah seminggu, hindari
Latihan duduk dapat dilakukan setelah 24 j terkena air pada luka jahitan
am setelah operasi. Dan sangat berat Makan makanan yang lembut dan tidak pedas
melakukan gerak apalagi duduk sehingga sangat membantu untuk pemulihan pada
klien belum bisa duduk namun tetap latihan bagian dalam
untuk berbaring miring. Atau berbaring
dengan posisi bantal tinggi
Hati-hati jika punya alergi dengan obat
tertentu, karena akan mempengaruhi kondisi
tubuh. Gatal pada kulit dan bengkak pada
mata dan bibir
Rasa sakit pada perut pada saat batuk dan
bersin
Latihan berdiri dilakukan 36 jam pasca
operasi. Latihan berjalan dapat dilakukan
bertahap dan dilakukan pelan-pelan

35

Você também pode gostar