Você está na página 1de 8

1

PENGARUH IMPREGNAN KCl PADA KOAGULAN


TERHADAP STRUKTUR PORI MEMBRAN POLISULFON

EFFECT OF KCl AS AN IMPREGNANT ON COAGULANT


DUE TO POLYSULFONE MEMBRANE PORES STRUCTURE

Tutriyanti, Taufiqur Rohman, Mahmud*


Program Studi Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
*Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Email: yantiyanti15.ty@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh impregnan KCl pada koagulan terhadap
struktur pori membran polisulfon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur pori
membran hasil impregnan KCl dalam koagulan. Sintesis membran polisulfon dilakukan
dengan teknik inversi fasa. Impregnasi KCl dalam koagulan dengan variasi konsentrasi
KCl 0,0%; 0,5%; 1,0%; 1,5%; dan 2,0% (b/b). Fluks tertinggi dimiliki membran yang
dicetak tanpa impregnasi KCl. Hasil foto SEM menunjukkan penurunan macrovoid yang
terbentuk pada membran polisulfon. Konsentrasi KCl sebesar 1,5% (b/b) menghasilkan
membran polisulfon dengan struktur asimetris dan struktur pendukung berupa isotropic.
Disimpulkan bahwa impregnan KCl ke dalam koagulan dapat mempengaruhi struktur dan
karakter membran polisulfon.

Kata Kunci: struktur pori, polisulfon, inversi fasa, KCl, impregnasi

ABSTRACT
The reseach of an effect of KCl as an impregnant on coagulant due to polysulfone
membrane pores structure had been done. Aim of this research is to know the pore
structure of the membrane as results impregnant KCl in a coagulant. Synthesis of
polysulfone membrane was conducted by phase inversion. Impregnant KCl in coagulant
with concentrations are 0.0%; 0.5%; 1.0%; 1.5%; and 2.0% wt., respectively. The highest
flux was obtained by membrane that synthesized without KCl impregnation. Result of SEM
photos is showed that formation of macro voids on polysulfone membrane was
decreased. Concentration of KCl on coagulant of 1.5% wt. produced polysulfone
membrane with an asymmetrical structure and the supporting structure is isotropic.
Concluded, that the KCl impregnant into coagulant may affect the structure and character
of the polysulfone membrane.

Keywords: pores structure, polysulfone, phase inversion, KCl, impregnation

PENDAHULUAN menjadi syarat utama dalam mengatasi


permasalahan tersebut (Ciptaraharja &
Seiring dengan meningkatnya
Praptowidodo, 2006).
jumlah penduduk dan pertumbuhan
Salah satu teknologi pemisahan
industri, kebutuhan air bersih akan terus
yang dikenal baik secara teknik maupun
meningkat. Oleh sebab itu, adanya proses
ekonomi adalah teknologi membran
yang efisien untuk pengolahan air bersih
(Mulder, 1991). Filtrasi membran adalah
2

suatu proses pemisahan bahan-bahan dapat mempengaruhi karakteristik


yang terdapat dalam umpan (feed), membran.
sehingga menjadi permeat dan konsentrat
METODE PENELITIAN
(Malleviale, 1996).
Alat dan Bahan
Teknik pembuatan membran
Peralatan yang digunakan dalam
dalam penelitian ini menggunakan teknik
penelitian ini adalah peralatan gelas
inversi fasa yaitu proses dimana polimer
standar laboratorium, plat kaca ukuran 30
diubah dari bentuk larutan menjadi bentuk
x 20 x 0,3 cm, batang stainless steel,
padatan secara terkontrol (Mulder, 1991).
pengaduk magnetik, chamber hot plate
Salah satu penyebab struktur
with stirrer, neraca analitik, bak plastik
membran bervariasi adalah komposisi dari
persegi, stopwatch, seal tape, Compressor
koagulan, yang merupakan suatu proses
WIPRO, Conductivitymeter Cyber Scan,
dalam sintesisnya. Proses impregnasi
Sel Ultrafiltrasi sistem dead-end,
(penyisipan) pada koagulan merupakan
Spektrofotometer UV-DMS 6500,
salah satu hal yang perlu diperhatikan
Scanning Electron Microscope JEOL 25 C.
dalam mensintesis suatu membran
Bahan-bahan yang digunakan
(Herlina, 2013).
dalam penelitian ini adalah Polisulfon
Penambahan suatu senyawa yang
(Merck), N,N-dimethylacetamide (Merck),
bersifat higroskopis berfungsi untuk
Polietilenaglikol 600 (Merck), Dekstran T-
memperlambat laju difusi air dari koagulan
70 (Sigma Chemical Co.), Dekstran T-500
ke dalam larutan cetak saat proses
(Sigma Chemical Co.), KCl (Merck),
rendam endap berlangsung (Nahas,
aseton 70% (Merck), Fenol 5%, H2SO4
2007). Senyawa higroskopis yang dapat
pekat (Merck), Kertas Whatman No. 42,
digunakan sebagai impregnan berupa
Akuades, tissue.
garam-garam dari unsur-unsur golongan I
dan II dalam sistem periodik. Penelitian ini Sintesis Membran
menggunakan KCl sebagai impregnan, 1. Pembuatan Larutan Cetak (Dope)
karena memiliki kelarutan yang lebih tinggi Membran yang dibuat dalam
dalam air (Wahyu, 2014). penelitian ini merupakan membran
Penelitian ini telah dilakukan ultrafiltrasi terbuat dari polimer polisulfon
sintesis membran polisulfon dengan 18% (b/b), pelarut DMAc 64% (b/b), dan
penambahan KCl pada koagulan dalam aditif PEG 600 18% (b/b). Komposisi ini
proses rendam endap. Penelitian ini diperoleh dari penelitian sebelumnya
bertujuan untuk mengetahui struktur pori (Rohman, 1997) dan seluruh zat yang
membran dari hasil impregnasi KCl dalam dilarutkan dikonversi dalam satuan berat.
koagulan, dimana struktur pori membran
3

Pelarut DMAc dimasukkan dalam menggunakan aseton 70%. Kemudian


labu Erlenmeyer bertutup yang diletakkan larutan cetak dituangkan secara perlahan
di atas chamber hot plate with stirrer, di salah satu sisi ujung pada pelat kaca
kemudian ditambahkan dengan PEG 600 dan kemudian diratakan dengan
dan diaduk dengan menggunakan menggunakan batang stainless steel.
pengaduk magnetik. Setelah larutan Selanjutnya, membran dibiarkan di udara
homogen, polisulfon dimasukkan sedikit terbuka selama + 10 detik untuk
demi sedikit sampai jumlah yang sesuai menguapkan pelarutnya (Fitriana, 2004).
dengan komposisi dan kemudian diaduk Membran kemudian dimasukkan dalam
selama + 24 jam. Larutan ini kemudian bak koagulan yang telah diimpregnan
didiamkan lagi selama + 24 jam tanpa dengan KCl sehingga terbentuk lapisan
pengadukan untuk proses penuaan membran tipis berwarna putih. Setelah
larutan. Jika setelah waktu berakhir masih membran terlepas dari pelat kaca,
terdapat gelembung udara, maka larutan membran diangkat dan dicuci berulang-
tersebut dipanaskan selama + 1 jam pada ulang dengan air yang mengalir untuk
o
suhu 60-70 C. menghilangkan sisa pelarut yang ada pada
2. Impregnasi KCl dalam Koagulan membran.
Sebelum membran dicetak, terlebih
Karakterisasi Membran
dahulu dilakukan impregnasi KCl dalam
1. Pengukuran Fluks Air
koagulan. Koagulan yang digunakan
Pengukuran permeabilitas
dalam penelitian ini berupa akuades
dilakukan dengan menggunakan alat sel
sebagai non pelarut dengan ditambahkan
ultrafiltrasi sistem dead-end. Ke dalam sel
pelarut DMAc dengan konsentrasi 35%
diletakkan kertas saring dan membran
(b/b) (Rohman, 1997). Impregnan KCl ini
yang telah dipotong berbentuk lingkaran
dilakukan dengan cara menambahkan
sesuai dengan ukuran tabung sel
kristal KCl ke dalam koagulan dengan
ultrafiltrasi. Kemudian, air sebanyak + 200
variasi konsentrasi 0,0%; 0,5%; 1,0%;
mL dimasukkan ke dalam sel filtrasi dan
1,5%; dan 2,0% (b/b).
diberikan tekanan udara sebesar 1
3. Pencetakan Membran
kgf/cm2. Sebelum pengukuran fluks, setia
Pencetakan membran dilakukan
membran terlebih dahulu dikompaksi
dengan menggunakan teknik inversi fasa.
selama 25 menit. Setelah itu permeat yang
Sebelum pencetakan membran, disiapkan
keluar ditampung selama 5 menit dan
plat kaca yang telah diberi seal tape pada
diukur volumenya setiap 30 detik.
kedua sisinya untuk mengatur ketebalan
membran. Selanjutnya plat kaca
dibersihkan dari debu dengan
4

2. Pengukuran Fluks Dekstran HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Sintesis Membran
Pengukuran permeabilitas dekstran
dilakukan dengan cara yang sama dengan Membran ultrafiltrasi yang dicetak
pengukuran permeabilitas air, tetapi air terbuat dari polimer polisulfon, pelarut
diganti dengan larutan dekstran T-70 dan DMAc, dan aditif PEG 600 dengan
dekstran T-500 dengan konsentrasi 0,1% komposisi 18%, 64%, dan 18% (b/b).
(b/V). Polisulfon merupakan polimer yang
3. Pengukuran Koefisien Rejeksi menjadi material utama dalam pembuatan
Pengukuran koefisien rejeksi membran. DMAc dipilih sebagai pelarut
dilakukan dengan menggunakan larutan berdasarkan parameter kelarutannya ()
dekstran T-70 dan dekstran T-500 dengan yang hampir sama dengan polisulfon. PEG
konsentrasi 0,1% (b/V). Masing-masing merupakan aditif dalam pembuatan
larutan umpan dan permeat pada proses membran polisulfon. Aditif merupakan
pengukuran fluks dekstran diambil senyawa kimia yang larut dalam pelarut
sebanyak 1 mL, lalu dimasukkan ke dalam dan non pelarut. Fungsinya untuk
labu ukur 25 mL dan diencerkan sampai membentuk matriks dalam mengatur pori
tanda batas. Masing-masing larutan membran.
direaksikan dengan larutan fenol 5% dan Salah satu senyawa garam yang
asam sulfat pekat dengan perbandingan bersifat higroskopis adalah KCl.
volume 1:5. Masing-masing larutan Penambahan KCl ke dalam bak koagulan
dikocok dan dibiarkan sampai dingin berfungsi untuk memperlambat laju difusi
kemudian diukur absorbansnya dengan air dari koagulan ke dalam larutan cetak
spektrofotometer UV-DMS 6500 pada saat proses rendam endap berlangsung.
panjang gelombang 298 nm kemudian Penambahan garam KCl ke dalam
ditentukan nilai koefisien rejeksinya dalam koagulan ini disebut dengan proses
satuan persen (%). impregnasi. Ketika KCl diimpregnasikan
4. Analisis Morfologi Membran dalam koagulan, KCl akan larut dalam air.
Hal inilah yang dapat mengendalikan laju
Membran yang telah dicetak
difusi air sebagai non pelarut ke dalam
dengan variasi konsentrasi KCl yang
larutan cetak.
diimpregnankan dalam koagulan,
kemudian dianalisis struktur penampang 2. Karakterisasi Membran
lintangnya dengan alat Scanning Electron a. Permeabilitas Membran
Microscope (SEM) JEOL 25 C di Polisulfon
Laboratorium SEM FMIPA Institut Uji permeabilitas membran
Teknologi Bandung di Bandung. polisulfon dilakukan dengan menggunakan
tiga bahan, yaitu air, larutan dekstran T-
5

70, dan T-500 0,1% (b/V). Ketiga bahan ini membran terlebih dahulu di kompaksi.
mewakili komponen dengan berat molekul Kompaksi ini akan menghasilkan
yang berbeda. Berdasarkan perbedaan membran dengan struktur yang lebih
berat molekulnya, dapat diketahui kompak dan rapat serta siap untuk
kecepatan cairan-cairan tersebut dapat dilakukan karakterisasi.
melalui membran polisulfon yang telah
dibuat. Sebelum dilakukan pengujian,

600

500
Fluks (L/m2.Jam)

400

300

200

100

0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

KCl dalam koagulan (%b/b)

T-70 (Fluks) T-500 (fluks) Air (Fluks)

Gambar 1. Grafik pengaruh jumlah KCl dalam koagulan terhadap nilai fluks

Permeabilitas suatu membran dengan adanya pelarut yang menguap


dinyatakan dalam suatu nilai yang disebut menyebabkan kandungan padatan pada
dengan nilai fluks. Dari ketiga bahan yang membran yang dihasilkan menjadi lebih
digunakan, hasil permeabilitas tinggi. Hal inilah yang menyebabkan
menunjukkan nilai fluks tertinggi dimiliki larutan sulit menembus membran
membran polisulfon yang disintesis tanpa sehingga permeabilitasnya menjadi turun.
impregnan KCl, sedangkan nilai fluks b. Permselektivitas Membran
Polisulfon
terendah dimiliki oleh membran polisulfon
hasil proses rendam endap dengan Uji permselektivitas membran
konsentrasi KCl dalam bak koagulan polisulfon dilakukan dengan
sebesar 1,0% (b/b). Hasil uji permeabilitas menggunakan larutan dekstran T-70 dan
dapat dilihat pada Gambar 1. dekstran T-500. Uji ini mengukur
Perbedaan nilai fluks yang seberapa besar kemampuan membran
dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah KCl menahan larutan agar tidak dapat
yang diimpregnasikan dalam koagulan. terlewati dan dapat dinyatakan dengan
Proses penataanulang polimer yang besarnya koefisien rejeksi.
terdapat dalam larutan cetak, disertai
6

100

80

60

Rejeksi (%) 40

20

0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

KCl dalam koagulan (%b/b)

T-70 (Rejeksi) T-500 (Rejeksi)

Gambar 2. Grafik pengaruh jumlah KCl dalam koagulan terhadap nilai rejeksi (%)

Hasil uji permselektivitas pada c. Analisis Morfologi Membran


Polisulfon
Gambar 2 menunjukkan koefisien rejeksi
tertinggi terjadi pada saat jumlah KCl Analisis morfologi membran
yang diimpregnasikan dalam koagulan dilakukan dengan menggunakan foto
sebesar 1,5% (b/b). Membran yang Scanning Electron Microscope (SEM).
disintesis tanpa impregnan KCl memiliki Hasil foto SEM menunjukkan membran
nilai rejeksi (%) yang rendah dikarenakan polisulfon yang disintesis memiliki struktur
oleh proses difusi antara pelarut dan non asimetris karena bagian atas membran
pelarut yang cepat sehingga membran terbentuk lapisan tipis yang disebut
memiliki ukuran pori yang besar dan dengan skin membran, lapisan ini
kerapatan yang rendah. memiliki susunan pori yang lebih rapat
daripada bagian bawah.

Gambar 3. Penampang lintang membran polisulfon dengan jumlah KCl dalam koagulan 0,0% (b/b)
7

Penambahan KCl dalam koagulan dapat sebelumnya, membran polisulfon yang


mengurangi pembentukan macrovoid disintesis tanpa impregnan KCl dalam
pada membran. koagulan memiliki pori yang tersebar di
Hasil analisis morfologi semua bagian, dan porositas yang tinggi.
menggunakan foto SEM pada bagian Hal ini dapat ditunjukkan pada hasil uji
penampang lintang (Gambar 3) dapat kita dimana nilai fluksnya paling tinggi, dan
lihat struktur pori dan distribusi pori nilai rejeksi (%) yang rendah.
membran yang dibuat. Ditinjau dari uji

Gambar 4. Penampang lintang membran polisulfon dengan jumlah KCl dalam koagulan 1,5% (b/b)

Membran polisulfon yang disintesis 1. Hasil foto SEM menunjukkan membran


dengan impregnasi KCl dalam koagulan polisulfon yang disintesis memiliki
sebanyak 1,5% (b/b) memiliki susunan struktur asimetris dimana pada bagian
pori yang rapat seperti yang terlihat pada atas terbentuk skin membran, dan
Gambar 4. Nilai rejeksi (%) yang memiliki lapisan pendukung yang
diperoleh pada membran ini adalah yang seragam (isotropic).
paling tinggi, hal ini disebabkan oleh 2. Membran yang memiliki struktur pori
kerapatan pori yang lebih tinggi terbaik dimiliki oleh membran
dibandingkan dengan membran lainnya. polisulfon dengan jumlah KCl
Hasil morfologi ini menunjukkan terimpregnasi sebesar 1,5% (b/b)
bahwa adanya impregnasi KCl dalam dalam koagulan.
koagulan mempengaruhi struktur dan
UCAPAN TERIMA KASIH
karakter membran yang terbentuk.
Ucapan terima kasih disampaikan
Kesimpulan kepada Laboratorium Dasar FMIPA
Berdasarkan hasil penelitian dan UNLAM Banjarbaru, Laboratorium Teknik
pembahasan maka dapat ditarik Lingkungan dan Operasi Teknik Kimia
beberapa kesimpulan sebagai berikut: Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru,
SEM ITB di Bandung, dan Balai Besar
8

Tekstil Bandung atas kerja samanya Wahyu, A. 2014. Pembuatan Kalium


Nitrat.
dalam penelitian ini.
http://analchemy.blogspot.co.id/20
14/12/pembuatan-kalium-
DAFTAR PUSTAKA nitrat.htmL
(diakses tanggal 2 Desember
Ciptaraharja, I. & V.S. Praptowidodo. 2015)
2006. Membran Nanofiltrasi untuk
Penghilang Ion Valensi Tinggi dan
Senyawa Organik dari Sumber Air
Salinitas Tinggi. Jurnal Teknik
Kimia Indonesia. 5(3):478-489.

Fitriana. 2004. Kajian Waktu Penguapan


Pelarut pada Karakteristik
Membran Ultrafiltrasi. Skripsi
Program Studi Kimia FMIPA
UNLAM, Banjarbaru. 50.

Herlina, I. 2013. Antara Impregnasi


Kering, Impregnasi Basah, dan
Pertukaran Ion.
http://herlinaidra.blogspot.co.id/20
13/05/antara-impregnasi-kering-
impregnasi.htmL
(diakses tanggal 26 Januari 2016)

Malleviale, J. 1996. Water Treatment


Membran Processes. AWWA.
Lyonnaise des Eaux. Water
Research Commision of South
Africa,New York. Mc Graw Hill. 1-
2.

Mulder, M. 1991. Basic Principles of


Membran Technology. Kluwer
Academic Publisher. Dordrecht,
Netherland. 5-11, 92.

Nahas, A. 2007. Kajian Impregnan NaCl


dalam Proses Rendam Endap
pada Sintesis Membran Polisulfon
dan Karakteristiknya. Skripsi
Program Studi Kimia FMIPA
UNLAM, Banjarbaru. 30.

Rohman, T. 1997. Pengaruh Komposisi


Koagulan Terhadap Struktur Pori
Membran Ultrafiltrasi. Tesis
Program Pasca Sarjana ITB,
Bandung. 18-20.

Você também pode gostar