Você está na página 1de 20

SEMINAR PENDIDIKAN MATEMATIKA

KOMUNIKASI MATEMATIKA

KELOMPOK VIII (8)


OLEH:

1. Putu Hary Ardiani (1529051016)


2. Dewa Ayu Ira Lestari (1529051018)
3. Ni Made Dwi Puspita Sari (1529051041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Seminar Pendidikan Matematika
dengan judul KOMUNIKASI MATEMATIKA tepat pada waktunya. Makalah
ini diajukan guna memenuhi penugasan secara berkelompok untuk mata kuliah
Seminar Pendidikan Matematika.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua terutama
dalam mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika.

Denpasar, Oktober 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover.........................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................4
2.1 Pengertian Komunikasi Matematika.....................................................4
2.2 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika...................................7
2.3 Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika......................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..........................................................................................17
3.2 Saran.....................................................................................................17
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemampuan komunikasi matematika merupakan hal yang sangat penting
dan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran matematika karena komunikasi bisa
membantu pembelajaran siswa tentang konsep matematika ketika mereka
memerankan situasi, menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan dan
penjelasan verbal. Keuntungan sampingannya adalah bisa mengingatkan siswa
bahwa mereka berbagi tanggung jawab dengan guru atas pembelajaran yang
muncul dalam pembelajaran tertentu. Aspek komunikasi dan penalaran
hendaknya menjadi aspek penting dalam pembelajaran matematika. Aspek
komunikasi melatih siswa untuk dapat mengkomunikasikan gagasannya, baik
komunikasi lisan maupun komunikasi tulis.
Sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi matematika perlu
ditumbuhkembangkan dikalangan siswa. Pertama, mathematics as language,
artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid
thingking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil
kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk
mengkomuniksikan berbagai ide secara jelas, tepat, dan cermat. Kedua,
mathematics learning as social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam
pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa
dan juga komunikasi antar guru dan siswa.
Sayangnya kemampuan komunikasi matematika siswa jarang mendapat
perhatian. Guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab soal dengan benar
tanpa meminta alasan atau jawaban siswa, ataupun meminta siswa untuk
mengkomunikasikan pemikiran, ide dan gagasannya. Bahwa karena siswa jarang
diminta untuk berargumentasi dalam pembelajaran matematika, akibatnya sangat
asing bagi mereka untuk berbicara tentang matematika.
Dalam suatu studi kasus di dalam kelas yang dilakukan oleh Margo, pada
kelompok-kelompok kecil siswa saat pembelajaran, siswa menciptakan atau
membentuk solusi-solusi yang berbeda-beda untuk menyelesaikan permasalahan
pembelajaran dalam kelas dan kemudian mempresentasikan solusi-solusi mereka

1
didepan siswa lain di dalam kelas. Akan tetapi, walaupun solusi dari kelompok
pertama sudah mencakup gambar berwarna dan deskripsi yang panjang, namun
mereka semua tidak menjelaskan strategi yang telah mereka gunakan. Kemudian
solusi dari kelompok kedua susah untuk diikuti. Karena kelompok demi kelompok
menyampaikan semua solusi mereka secara bergantian, perhatian siswa semakin
lama mulai memudar. Saat kelompok keenam mempresentasikan solusi mereka,
Margo melihat hanya beberapa siswa saja yang masih mendengarkan. Banyak
siswa-siswa lainnya yang keluar untuk beristirahat. Margo merasa heran, Apa
yang siswa dapat pelajari dengan cara seperti itu? Bagaimana bisa saya membantu
siswa-siswaku menjadi pembicara matematis yang lebih efektif?
Sebagai seorang guru, harus bisa memikirkan apa yang harus anda lakukan
untuk mengembangkan komunikasi matematis siswamu? Apakah Anda memilih
tugas matematika atau permasalahan yang membangkitkan ilmu matematika yang
signifikan dan memotivasi siswa untuk mendiskusikan pemikiran matematis
mereka. Atau mungkin anda menyediakan waktu untuk para siswa untuk
berdiskusi dan mendengar ide matematika dari siswa yang lainnya. Mungkin juga
anda dapat menulis rincian matematis dari seluruh kelas diskusi di papan tulis.
Dan apakah anda berpikir jika sebuah dorongan seperti gunakan kata-kata,
angka-angka and gambar-gambar dapat menyederhanakan secara lebih terhadap
proses yang terlibat di dalam komunikasi, dengan tepat dan dengan ringkas tapi
jelas, rincian rumit dari pemikiran matematis.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa upaya
peningkatan komunikasi matematika menjadi sangat penting dan merupakan salah
satu kunci keberhasilan dalam pembelajaran matematika. Karena itu, perlu
dikembangkan kemampuan komunikasi siswa dalam berkomunikasi pada setiap
pembelajaran dan menjadi tantangan bagi setiap guru matematika. Tantangannya
adalah Bagaimana mengembangkan pembelajaran matematika yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa?

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam pembahasan latar belakang
di atas, yaitu:

2
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi Matematika ?
2. Apa indikator komunikasi matematika ?
3. Bagaimana cara mengembangkan komunikasi matematika di dalam
kelas ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, adapun tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu komunikasi matematika.
2. Untuk mengetahui indikator komunikasi matematika
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan komunikasi
matematika dalam kelas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Matematika


Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin disampaikan. Menurut Fathoni matematika dipandang
sebagai bahasa karena dalam matematika terdapat sekumpulan lambang/simbol
dan kata (baik kata dalam bentuk lambang). Misalnya > yang melambangkan
kata lebih besar, maupun kata yang diadobsi dari bahasa biasa, misalnya kata
fungsi yang dalam matematika menyatakan suatu hubungan dengan aturan
tertentu antara unsur-unsur dalam dua buah himpunan. Simbol-simbol matematika
bersifat artificial yang baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan
kepadanya. Tanpa itu, maka matematika hanya merupakan kumpulan simbol dan
rumus yang kering akan makna. Berkaitan dengan hal ini, tidak jarang kita jumpai
dalam kehidupan, banyak orang yang berkata bahwa X, Y, Z itu sama sekali tidak
memiliki arti.
Ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru
kepada peserta didiknya ataupun peserta didik mendapatkannya sendiri melalui
bacaan, maka saat itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari
komunikator kepada komunikan. Respon yang diberikan komunikan merupakan
interpretasi komunikan tentang informasi tadi. Dalam matematika, kualitas
interpretasi dan respon itu seringkali menjadi masalah istimewa. Hal ini sebagai
salah satu akibat dari karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah
dan simbol. Karena itu, kemampuan berkomunikasi dalam matematika menjadi
tuntutan khusus.
Komunikasi matematika merupakan salah satu kemampuan matematis yang
diharapkan dapat dikuasai oleh siswa. Pengertian dari kemampuan komunikasi
matematika dilihat dari beberapa sumber yaitu menurut Ontario Ministry of
Education (Nurdina, 2013) kemampuan komunikasi merupakan, Proses esensial
pembelajaran matematika karena melalui komunikasi, siswa merenungkan,
memperjelas dan memperluas ide dan pemahaman mereka tentang hubungan dan
argumen matematika.

4
Menurut NCTM Komunikasi yaitu cara untuk berbagi gagasan dan
mengklarifikasi pemahaman. Melalui komunikasi, gagasan-gagasan menjadi
objek-objek refleksi, penghalusan, diskusi, dan perombakan. Dengan demikian
proses komunikasi juga membantu membangun makna dan kelanggengan untuk
gagasan-gagasan, serta juga menjadikan gagasan-gagasan itu diketahui publik.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi pada dasarnya adalah bagian esensial dari matematika dan pendidikan
matematika. Komunikasi merupakan cara untuk mengklarifikasi pemahaman dan
melanggengkan gagasan-gagasan sehingga gagasan-gagasan itu diketahui publik.
Matematika umumnya identik dengan perhitungan angka-angka dan rumus-
rumus, sehingga munculah anggapan bahwa skill komunikasi tidak dapat
dibangun pada pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja tidak tepat,
karena menurut Greenes dan Schulman, komunikasi matematika memiliki peran:
(1) Kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi
matematika
(2) Modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian
dalam eksplorasi dan investigasi matematika;
(3) Wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk
memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat,
menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain.
Komunikasi dalam matematika mencakup komunikasi secara tertulis
maupun lisan atau verbal (Mahmudi, 2004). Komunikasi secara tertulis dapat
berupa katakata, gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses
berpikir siswa. Komunikasi tertulis dapat berupa uraian pemecahan masalah atau
pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam
mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah. Proses
komunikasi dapat membantu siswa membangun pemahamannya terhadap ideide
matematika dan membuatnya mudah dipahami. Ketika siswa ditantang untuk
berpikir tentang matematika dan mengkomunikasikannya kepada orang atau siswa
lain secara lisan maupun tertulis, secara tidak langsung mereka dituntut untuk
membuat ideide matematika itu lebih terstrukur dan menyakinkan, sehingga ide
ide itu menjadi lebih mudah dipahami, khususnya oleh diri mereka sendiri.
Dengan demikian, proses komunikasi akan bermanfaat bagi siswa terhadap
pemahamannya akan konsepkonsep matematika.

5
Menurut Vermont Department of Education, (Mahmudi, 2004) komunikasi
matematika melibatkan tiga aspek, diantaranya sebagai berikut.
(1) Menggunakan bahasa matematika secara akurat dan menggunakannya
untuk mengkomunikasikan aspekaspek penyelesaian masalah.
(2) Menggunakan representasi matematika secara akurat untuk
mengkomunikasikan penyelesaian masalah.
(3) Mempresentasikan penyelesaian masalah yang terorganisasi dan
terstruktur dengan baik.
Ada alasan penting mengapa pelajaran matematika terfokus pada
pengkomunikasian, menurut Wahyudin (Rizky, 2012), matematika pada dasarnya
adalah suatu bahasa. Bahasa disajikan sebagai suatu makna representasi dan
makna komunikasi. Matematika juga merupakan alat yang tak terhingga adanya
untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, cermat dan tepat.
Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang
peranan penting karena membantu dalam proses penyusunan pikiran,
menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal
yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa. Bahkan membangun
komunikasi matematika menurut National Center Teaching Mathematics (NCTM)
memberikan manfaat pada siswa berupa:
(1) Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan
secara aljabar.
(2) Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-
gagasan matematika dalam berbagai situasi.
(3) Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-gagasan
matematika termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika.
(4) Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis
untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika.
(5) Mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang
meyakinkan.
(6) Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam
pengembangan gagasan matematika.
Kemampuan komunikasi sebagai salah satu dari lima standar proses
NCTM selain memiliki tujuan, tentunya memiliki juga manfaat bagi siswa.
Menurut Asikin (Rizky, 2012), uraian tentang peran penting komunikasi dalam
pembelajaran matematika dideskripsikan sebagai berikut.

6
(1) Komunikasi dimana ide matematika dieksploitasi dalam berbagai
perspektif, membantu mempertajam cara berpikir siswa dan mempertajam
kemampuan siswa dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika.
(2) Komunikasi merupakan alat untuk mengukur pertumbuhan pemahaman
dan merefleksikan pemahaman matematika para siswa.
(3) Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan
mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka.
(4) Komunikasi antar siswa dalam pembelajaran matematika sangat penting
untuk pengkonstruksian pengetahuan matematika, pengembangan
pemecahan masalah, dan peningkatan penalaran, menumbuhkan rasa
percaya diri, serta peningkatan ketrampilan sosial.
(5) Writing and talking dapat menjadi alat yang sangat bermakna (powerfull)
untuk membentuk komunitas matematika yang inklusif.

2.2 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika


Sedangkan indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada
pembelajaran matematika menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari :
(1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis,
dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
(2) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
Matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya;
(3) Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika
dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dan model-model situasi.
Within (1992) menyatakan kemampuan komunikasi menjadi penting
ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu
menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan
bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam
tentang matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam
kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan
kemajuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain,
mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi
pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari
berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka.

7
Sedangkan menurut Sumarmo (2003) komunikasi matematis meliputi
kemampuan siswa:
(1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea
matematika;
(2) Menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar;
(3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika;
(4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
(5) Membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis;
(6) Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan
generalisasi;
(7) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.

2.3 Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika


Perkembangan komunikasi matematis siswa selalu berubah-ubah dalam
hal tingkat ketelitian dan tingkat persoalan terhadap tingkatan kelas siswa yaitu
tingkat dasar, tingkat lanjut dan tingat menengah. Namun karakteristik
komunikasi matematika yang mendasari tetap dapat diaplikasikan pada semua
tingkat. Sepanjang seluruh proses diskusi kelas, guru bisa menggunakan
karakteristik komunikasi matematika ini sebagai panduan untuk
menginterpretasikan dan menilai presentasi siswa terhadap pemikiran matematis
mereka dan untuk menentukan apa maksud dari diskusi yang dilakukan oleh
siswa. Karakteristik komunikasi matematika di bawah ini relevan untuk seluruh
tingkat, adalah sebagai berikut.
1) Ketelitian tentang uraian masalah, metode pilihan yang relevan atau
strategi untuk menyelesaikan permasalahan, perhitungan yang akurat.
2) Asumsi dan penyamarataan yang menunjukkan bagaimana rincian dari
tugas/masalah matematis dialamatkan di dalam solusi.
3) Kejelasan dalam hal susunan logis untuk kemudahan pemahaman siswa,
tuntutan sedikit atau tanpa kesimpulan pembaca.
4) Penjelasan yang padu yang berisi penjelasan yang saling mempengaruhi,
diagram, grafik, tabel dan contoh-contoh matematis.
5) Perluasan yang menjelaskan dan membenarkan ide matematis dan strategi
rincian matematis yang cukup dan signifikan.

8
6) Penggunaan yang layak dan akurat dari terminologi matematis, symbol
notasi dan pola standar untuk memberikan label grafik dan diagram.
Seorang guru harus mampu meningkatkan kemampuan berpikir,
mendengarkan dan menulis siswa dalam hal matematika untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa. Melalui mendengarkan, bicara dan
menulis tentang ilmu matematika, siswa dianjurkan untuk mengatur ulang,
menggabungkan pemikiran matematis mereka dan memahami sebagaimana
mereka menganalisa, mengevaluasi and membangun pemikiran matematis mereka
dan strategi yang lainnya. Penggunaan bahasa matematis akan membantu siswa
memperoleh wawasan dari dalam pikiran mereka sendiri dan mengembangkan,
mengungkapkan ide matematis dan strategi mereka secara tepat dan jelas untuk
mereka sendiri dan yang lainnya.
Sepanjang diskusi didalam kelas siswa menjelaskan dan membenarkan ide
dan strategi mereka sebagaimana mereka mengajukan pendapat dan meminta
konfirmasi dari teman sekelas mereka. Namun, mengkoordinir seluruh kelas
diskusi dalam waktu yang tepat demi membangun pengertian matematis siswa
merupakan tuntutan kerja matematis (Ball, Thames, & Phelps 2009). Koordinasi
tersebut menuntut guru untuk menjalankan beberapa dasar kemampuan pedagogik
dasar secara matematis seperti berikut:
1) Melatih siswa untuk berpartisipasi di dalam diskusi matematis (seperti
bertanya, menjelaskan, menyelidiki alas an matematis satu sama lain.
2) Mengembangkan dari dan memperluas solusi matematis siswa untuk
membuat konsep matematis yang tegas dan strategi terkait tujuan
pembelajaran.
3) Membentuk rekaman visual matematis dalam diskusi kelas terhadap siswa
untuk dilihat.
4) Menggunakan notasi matematis untuk menulis pemikiran matematis siswa,
- sebuah cara untuk siswa tingkat dasar mempelajari bahwa menulis
adalah berfikir, tulisan.
Ketika guru berbicara dan mendominasi seluruh kelas diskusi, para siswa
cenderung bergantung pada guru yang sebagai ahli, daripada belajar bahwa
mereka mampu menggunakan solusi mereka sendiri dan belajar dari siswa yang
lainnya. Gallery Walk, Math Congress, and Bansho memberikan siswa waktu

9
yang telah tersusun dan difasilitasi untuk diskusi dan mendengarkan pemikiran
matematis yang lainnya secara efektif, membenarkan pemikiran mereka terhadap
yang lain dan bercermin pada apa yang sedang mereka pelajari. Kenyataannya
forum diskusi yang terorganisir dan aman ini mendorong siswa untuk berbagi dan
menantang ide-ide mereka. Yang terpenting guru harus menginformasikan pada
siswa bahwa suara, ide dan pengalaman mereka dihargai dan bermanfaat secara
langsung ke seluruh kelas pembelajaran.
Solusi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi
yang dikemukakan dalam jurnal Ontario Ministry of Education Communication in
the Mathematics Classroom (Nurdina, 2013) ada tiga, Pembelajaran Gallery
walk, Kongres Matematika dan Bansho. Pembelajaran ini memberikan
kesempatan kepada siswa dan memfasilitasi waktu untuk berbicara dan
mendengarkan secara aktif satu sama, mendisklusikan pemikiran tentang konsep
matematika kepada orang lain dan merefleksikan apa yang mereka pelajari.
Bahkan, forum diskusi ini terorganisir dan mendorong siswa untuk berbagi ide
yang menantang.
Gallery Walk, Math Congress, dan Bansho menjadi bukti terhadap para
siswa dan guru bahwa komunikasi matematis tidah hanya tentang menjawab
pertanyaan menggunakan kata, angka, gambar dan simbol. Sebagai gantinya,
mereka sadar bahwa pola komunikasi ini dipilih dan diaplikasikan dengan tujuan
pendapat matematis yang tepat, dimana diagram berlabel dan atau ungkapan-
ungkapan numerik dan persamaan yang dilihat sebagai pola yang lebih tepat,
ringkas dan persuasif daripada deskripsi narasi. Diskusi-diskusi ini memancing
siswa untuk menggunakan kemampuan berfikir yang lebih tinggi, seperti analisi,
evaluasi dan sintesis dengan tujuan meningkatkan pengertian konseptual mereka,
penggunaan strategi matematis dan komunikasi matematis.
A. Gallery walk
Fosnot & Dolk (2000) dalam Ontario Ministry of Education Gallery walk
adalah teknik diskusi interaktif yang membuat siswa keluar dari kursi mereka dan
menjadi mode fokus dan keterlibatan aktif dengan siswa lainnya dalam ide
matematika. Tujuan dari Gallery walk adalah agar siswa dan guru memiliki
komunikasi matematis dan terlibat dengan berbagai solusi melalui analisis dan

10
respon. Hal ini sering dilakukan setelah siswa telah dapat menghasilkan solusi
untuk masalah dalam pembelajaran matematika. Solusi dapat direkam pada
komputer, potongan kertas di atas meja atau diposting pada bagan kertas.
Bagi para siswa, teknik Gallery Walk merupakan sebuah kesempatan
untuk membaca solusi yang berbeda dan memberikan umpan balik lisan dan
tertulis untuk meningkatkan kejelasan dan ketepatan sebuah solusi. Di lain pihak,
bagi para guru, teknik ini merupakan kesempatan untuk menentukan bukti jarak
ilmu matematika dalam solusi yang berbeda dan untuk mendengar respon siswa
terhadap pemikiran matematis teman sekelas mereka. Sebuah penilaian untuk data
pembelajaran membantu guru untuk menentukan poin penekanan, perluasan,
penjelasan terhadap seluruh diskusi kelas. (Fosnot & Dolk, 2002)
Walaupun ada perbedaan variasi dari Gallery Walk, pendekatan yang
serupa seperti di bawah ini:
1) Kelompok kecil penyelesaian masalah - para siswa dalam kelompok kecil,
mengembangkan satu solusi terhadap masalah pembelajaran pada kertas
grafik.
2) Diskusi kelompok-kelompok kecil bergantian membaca dan menganalisis
solusi satu sama lain dan menulis ulasan, pertanyaan dan atau saran untuk
peningkatan, menggunakan batang pada catatan (untuk penyortiran
selanjutnya) atau menulis secara langsung pada kertas grafik. Setelah tiga
sampai lima menit, kelompok berputar ke solusi berikutnya. Perputaran
berlanjut sampai semua solusi dianalisis dan ditanggapi oleh seluruh
siswa. Saat ulasan terkumpul di setiap solusi, kelompok tersebut juga
meninjau apa yang telah ditulis kelompok sebelumnya dan hanya
menambahkan.
3) Pengamatan guru karena para siswa mendiskusikan solusi teman sekelas
mereka, guru berkeliling kelas, mengukur pengertian siswa dan mencatat
penggunaan kosa kata ilmu matematika siswa dan simbol notasi
sebagaimana pencocokan gambaran mereka.
4) Diskusi seluruh kelas ketika setiap kelompok kembali pada solusi milik
mereka, mereka menyatukan ulasan, pertanyaan dan saran untuk
meningkatkan ke dalam sebuah laporan lisan yang akan dipresentasikan
kepada seluruh kelas. Laporan lisan kelompok kecil menyediakan uraian

11
spesifik yang dapat digunakan pembaca untuk menyoroti dan meringkas
kunci ide dan strategi matematis terkait terhadap tujuan pembelajaran
sebagaimana termasuk diskusi tentang kesalahan konsep dan kesalahan
matematis.
B. Math Kongres
Math Kongres adalah strategi pembelajaran matematika yang
dikembangkan oleh Fosnot dan Dolk (2000) dalam Ontario Ministry of Education.
Tujuan kongres adalah untuk mendukung pengembangan matematika di
pembelajaran dalam masyarakat kelas, memperbaiki kesalahan dalam pekerjaan
anak-anak atau mendapatkan kesepakatan tentang jawaban. Sebuah kongres
memungkinkan guru untuk memfokuskan siswa pada penalaran tentang beberapa
ide matematika besar yang berasal dari pemikiran matematika yang ada pada
solusi siswa ketika mengerjakan permasalahan matematika. Oleh karena itu,
kongres matematika bukan tentang menunjukkan setiap solusi, karena waktu tidak
cukup, dua atau tiga solusi strategis siswa dipilih, dalam rangka untuk
mengembangkan pembelajaran matematika setiap siswa. Untuk mengeksplorasi
strategi ini, mencoba memecahkan masalah sendiri dalam dua cara yang berbeda.
Dalam mempersiapkan pembelajaran Math-Congres sekelompok siswa
berpasangan membuat kertas grafik berukuran poster tentang solusinya. Poster
tersebut harus ringkas, penyajian yang jelas tentang ide dan strategi yang siswa
ingin disampaikan kedapa teman sekelasnya. Selama waktu tersebut, guru
mencatat strategi dan ide matematis yang siswa gunakan dalam persiapan Math
Congress. Guru membayangkan bagaimana seluruh kelas diskusi bisa berlangsung
menggunakan pertanyaan beikut:
Ide dan strategi matematis apa yang harus didiskusikan di dalam poster?
Bagaimana ide dan strategi ini terhubung dengan tujuan pembelajaran
siswa sebagaimana membangun di diskusi matematis sebelumnya?
Ide dan strategi yang mana dapat disamaratakan? Bagaimana mungkin
penyamarataan matematis dibangkitkan?
Urutan apa yang mungkin untuk diskusi pada poster, sehingga urutan ini
menyajikan peningkatan pembelajaran
Setelah mempersiapkan Math-Congres, Mini-Congres dilakukan untuk
menyiapkan Math Congress, para siswa membagikan pekerjaan mereka satu sama

12
lain, mengecek jawaban dan strategi dan menanyakan pertanyaan untuk
membangkitkan klarifikasi dan atau perluasan. Sepanjang diskusi kelompok kecil
ini, semua siswa membagikan strategi mereka, mendengarkan ide-ide yang lain,
menanyakan apa yang tidak mereka mengerti dan mengandalkanpemikiran
mereka. Satu siswa dari setiap kelompok memfasilitasi diskusi ini, memastikan
bahwa semua strategi dibagikan dan semua orang di setiap kelompok telah
bertanya dan atau merespon pada sebuah pertanyaan.
Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan memfasilitasi Math-Congres,
dimana seluruh kelas berkumpul bersama-sama mendiskusikan solusi yang
dipresentasikan oleh dua atau tiga pasang siswa. Para siswa mempertahankan dan
mendukung pemikiran matematis merka sebagaimana guru memandu seluruh
kelas diskusi ke arah ide dan strategis matematis yang penting. Dalam rangka
mendorong siswa untuk memberi alasan dan membuat pengelompokan matematis,
jenis pertanyaan ini muncul: bagaimana strategi ini serupa dan berbeda dari
solusi pertama? Apakah strategi ini akan selalu berhasil? Bagaimana Anda tahu?
Kapan tidak akan berhasil? Mengapa tidak?
C. Bansho (Dewan Menulis)
Bansho, dalam bahasa Jepang, secara harfiah berarti menulis papan.
Menurut Fernandez dan Yoshida dalam Ontario Ministry of Education tujuan
Bansho adalah untuk mengatur dan merekam asal dari pikiran matematika
dandiproduk si secara kolektifoleh siswa di papan tulis ukuran besar. Menulis di
papan tersebut meliputi penggunaan ekspresi matematis, angka dan diagram solusi
siswa dan strategi untuk masalah pelajaran. Karena ini catatan tertulis
memungkinkan perbandingan secara simultan multipel-solusi metode, ada potensi
siswa untuk membangun ide-ide matematika baru dan memperdalam matematika
mereka. Papan tulis adalah catatan tertulis dari pelajaran keseluruhan, para siswa
dan guru memiliki pandangan seluruh diskusi matematika di kelas pada seluruh
pelajaran. Selain itu, dengan pemodelan organisasi yang efektif, Bansho
mendorong keterampilan mencatat matematika siswa. Guru menjaga semua
pelajaran yang ditulis pada papan tulis tanpa menghapus.
Menurut Goetz (Mahmudi, 2004), mengembangkan kemampuan
komunikasi dalam matematika tidak berbeda jauh dengan mengembangkan

13
kemampuan komunikasi di bidang lain. Berikut pendapat dan saran yang
dikemukakannya terkait pengembangan komunikasi matematika siswa.
(1) Brainstorming (curah pendapat)
Perlunya curah pendapat yaitu untuk mengawali proses menulis siswa.
Curah pendapat dapat mencakup pengungkapan sejumlah daftar kata atau
konsep yang mungkin diperlukan untuk mengkomunikasikan ideide
matematika. Daftar kata atau konsep tersebut dapat diletakkan di dinding
yang memungkinkan siswa dapat mengaksesnya.
(2) Tujuan penulisan
Ketika siswa menulis dalam seni bahasa, mereka hendaknya berpikir
tentang kepada siapa tulisan itu ditujukan. Hal ini juga hendaknya terjadi
dalam menulis matematika. Apabila tugas menulis digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar siswa, siswa hendaknya mengetahui bahwa
pembaca tulisan mereka adalah guru atau sekelompok penilai yang belum
mereka ketahui. Hal ini berarti siswa harus menulis dengan jelas yang
mencakup berbagai informasi lengkap yang relevan sehingga mudah
dipahami.
(3) Memberi kesempatan secara verbal
Siswa perlu diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk mengungkapkan
ideide secara verbal sebelum menuliskannya. Hal yang demikian akan
meningkatkan kedalaman dan kejelasan tulisan siswa.
(4) Memberikan ide kunci
Beri kesempatan siswa untuk menggambarkan ideide kuncinya.
Selanjutnya minta siswa untuk mendeskripsikan ideide mereka dalam
bentuk gambar. Hal ini merupakan strategi penting dalam membantu siswa
memulai menulis dalam kelas matematika. Dorong siswa untuk
menggambar solusi masalah mereka. Kemudian minta siswa untuk
menambah beberapa katakata yang memungkinkan dapat mendeskripsikan
gambar siswa. Hal ini dilakukan berulang hingga siswa merasa berhasil
dan yakin untuk dapat menuliskan ideide mereka secara tertulis secara
langsung.
(5) Revisi

14
Dorong dan beri kesempatan siswa untuk merevisi dan membetulkan
tulisan mereka. Merevisi merupakan kegiatan memperbaiki kesalahan
yang ada.
(6) Refleksi
Refleksi merupakan kunci pemahaman. Tanpa memberikan kesempatan
bagi siswa merefleksi diri, pembelajaran matematika hanya merupakan
sederet aktivitas yang rutin.
Guru sebagai ujung tombak pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting dalam pengembangan kemampuan komunikasi siswa. Guru dalam
pembelajaran berperan sebagai pembimbing, pengarah, pemberi informasi,
maupun sebagai fasilitator. NCTM (Rizky, 2012) mengungkapkan mengenai
aktivitas para guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematik
siswa, yaitu:
(1) Menyelidiki pertanyaan dan tugas yang diberikan, menarik hati dan
menantang masing-masing siswa untuk berfikir.
(2) Meminta siswa untuk mengklarifikasi dan menilai ide-ide mereka secara
lisan dan tulisan.
(3) Menilai kedalam pemahaman atau ide yang dikemukakan siswa dalam
diskusi.
(4) Memutuskan kapan dan bagaimana untuk menyajikan notasi matematika
dalam bahasa matematika kepada siswa.
(5) Memutuskan kapan untuk memberi informasi, kapan mengklarifikasi suatu
permasalahan, dan kapan untuk membiarkan para siswa bergelut dengan
pemikiran dan penalarannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
(6) Memonitor partisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan
bagaimana untuk memotivasi masing-masing siswa untuk berpartisipasi.
Menurut Jacob (Umar, 2012), makna membangun kemampuan komunikasi
bagi guru adalah sebagai teaching how to learn mathematics, sedangkan bagi
siswa bermakna sebagai learning how to learn mathematics. Oleh karena itu,
jadikan siswa sebagai subjek dan objek belajar dalam suatu pembelajaran untuk
memperoleh ilmu dari guru dan pengalaman siswa itu sendiri.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Komunikasi matematika merupakan salah satu kemampuan matematis
yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa. Proses esensial
pembelajaran matematika karena melalui komunikasi, siswa
merenungkan, memperjelas dan memperluas ide dan pemahaman
mereka tentang hubungan dan argumen matematika.
2. Indikator komunikasi matematika
a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika
b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi
c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah,
3. Solusi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
komunikasi yang dikemukakan dalam jurnal Ontario Ministry of
Education Communication in the Mathematics Classroom (Nurdina,
2013) ada tiga, Pembelajaran Gallery walk, Kongres Matematika dan
Bansho. Pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa dan
memfasilitasi waktu untuk berbicara dan mendengarkan secara aktif satu
sama, mendisklusikan pemikiran tentang konsep matematika kepada
orang lain dan merefleksikan apa yang mereka pelajari.
3.2 Saran
Para guru dapat memahami bahwa upaya peningkatan komunikasi
matematika sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam pembelajaran matematika

16
DAFTAR PUSTAKA

Ake-Larsson. (2007). Communication of mathematicsas a tool to improve


students general communicative skills. In Proceedings of the 3rd
International CDIO Conference, MIT, Cambridge, Massachusetts,
USA, June 11 14, 2007. Tersedia : http://cdio.org. Diakses 1 Oktober
2016
Kamus Bahasa Indonesia Online. ny. Kamus Bahasa Indonesia Online- Definisi
komunikasi. Tersedia : http://kamusbahasaindonesia.org/komunikasi.
Mellyirzal. (2008). Komunikasi matematika.
Tersedia:http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematika.html.
Diakses : 30 September 2016.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Tersedia :
http://www.k12academics.com/education-reform. Diakses : 30
September 2016.
Ontario Ministry Of Education, 2005. Communication in the Mathematics
Classroom. Edition 13
Rbaryans. (2007). Komunikasi dalam matematika. Tersedia :
http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-
matematika/. Diakses : 30 September 2016.
Subhan. (2009). Membangun keterampilan komunikasi matematika. Tersedia :
http://kimfmipa.unnes.ac.id/home/61-membangun-keterampilan-
komunikasi-matematika.html. Diakses : 30 September 2016.
Widjajanti, Djamilah Bondan. (2008). Kemampuan komunikasi matematis
mahasiswa calon guru matematika : Apa dan bagaimana
mengembangkannya.

17

Você também pode gostar