Você está na página 1de 18

BAB VI

ALIRAN FLUIDA

A. TUJUAN
1. Mampu menghitung secara analitis dan numerik suhu outlet pipa
elbow dengan perubahan suhu mula-mula
2. Mengetahui pengaruh turbulent intensity terhadap perpindahan fluida
dalam pipa.
3. Mampu menjelaskan pengaruh terhadap perpindahan pada pipa dengan
menaikan densitas dan viskositas dari fluida.

B. DASAR TEORI
Fluida adalah zat yang dapat mengalir, yang terdiri dari zat cair dan
gas. Ada fluida yang tak mengalir dan ada fluida yang mengalir. Ilmu yang
mempelajari fluida yang tak mengalir disebut statika fluida dan ilmu yang
mempelajari fluida yang mengalir disebut dinamika fluida.(Helmizar,
2011)
Sedangkan aliran fluida bila ditinjau dari olakan yang terjadi, dibagi
menjadi tiga macam yaitu :
1. Aliran Laminer
Aliran dikatakan laminer apabila partikel fluida mengalir pada satu
lintasan dan bergerak dengan kecepatan yang rendah sehinga tidak
terjadi arus olakan. Karena pergerakannya yang satu lapisan meluncur
secara lancar. Analogi aliran laminer adalah bagaikan olimpiade
renang, perenang hanya akan berenang pada satu lintasannya sendiri
dan tidak akan berenang pada lintasan perenang lain.
2. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen.
3. Aliran Turbulen
Aliran dikatakan turbulen apabila partikel fluida bergerak pada lintasan
yang tidak beraturan dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi arus
olakan. Analogi aliran turbulen adalah balapan moto GP, pembalap akan
memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi dengan bergerak di
lintasan yang tidak beraturan sehingga bisa menabrak pembalap lain.
Untuk mengetahui jenis aliran fluida dalam pipa adalah dengan cara
menghitung bilangan Reynold nya.
Untuk mengetahui tipe aliran fluida dalam pipa, yang paling
mudah dengan menghitung bilangan Reynold (Re)

Keterangan :

Di = diameter dalam pipa

= rapat massa fluida

v = laju alir fluida

= viskositas fluida

Ketentuan aliran fluida dalam pipa


Re < 2000 Tipe aliran Laminar
Re < 2000 4000 Tipe aliran Transisi
Re > 4000 Tipe aliran Turbulen.
(Geankoplis, 1993)
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida
terhadap deformassi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh
temperatur, tekanan, kohesi dan laju perpindahan momentum
molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiring
bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi
pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan
semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan
turunnya viskositas dari zat cair tersebut.
Density atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk
konsentrasi zat tersebut dan dinyatakan dalma massa persatuan volume,
sifat ini ditentukan dengan cara menghitung rasio massa zat yang
terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap volume bagian
tersebut. Hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut
Dimana :
m : massa fluida (kg)
V : volume fluida (m3)
(Muslimu, 2012)
Nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi
temperatur maka kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena
disebabkan gaya kohesi dari molekul-molekul fluida semakin
berkurang.
Dalam percobaan aliran fluida ini terjadi proses perpindahan
panas, dengan inlet besar berupa cairan dingin dan inlet cairan hangat.
Dengan perbedaan panas maka terjadi proses perpindahan secara
konveksi.
Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya
perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan
panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Perpindahan panas secara konveksi yaitu perpindahan panas pada suatu
zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut.
Laju perpindahan kalor secara konveksi dapat dinyatakan sebagai :
q=h.A.T
Keterangan :
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K)
A = luas area perpindahan panas (m2)
T = selisih antara suhu fluida dingin dengan fluida hangat.
(Kern, 1983)
Adapun pada silinder atau pipa luas area perpindahan panasnya adalah:
A=.d.L
Keterangan :
L= panjang pipa (m)
d= diameter pipa (m)
(Kern, 1983)
Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah suatu analisa sistem
yang melibatkan aliran fluida, perpindahan kalor dan fenomena-fenomena
yang terkait di dalamnya seperti rekasi kimia yang dilakukan dengan
simulasi berbasis komputer. Dengan menggunakan CFD, hasil penelitian
mengenai aliran fluida dan perpindahan kalor tidak perlu dilakukan
pengujian secara aktual, melainkan dapat terlebih dahulu membuat model
untuk selanjutnya dilakukan simulasi. Beberapa keuntungan menggunakan
CFD antara lain:
a. Mereduksi waktu dan biaya pada sebuah perancangan.
b. Dapat dilakukan penelitian terhadap sistem yang dalam
keadaan nyata sulit untuk dilakukan.
c. Dapat dilakukan penelitian terhadap sistem yang dalam
keadaan nyata terlalu berbahaya untuk dilakukan.
Untuk dapat melakukan analisa seperti yang telah dijelaskan di
atas, metode CFD memiliki 3 elemen utama, yaitu:
a. Pre-Prosessor
Elemen ini terdiri dari pendefinisian geometri benda kerja yang
akan di analisa, input data awal, seperti fluida kerja, massa
jenis, kecepatan, dll. Melalui data ini, komputer akan
menganalisa basis kerja CFD, yaitu volume kendali dengan
membangun mesh.
b. Solver
Pada tahap ini, komputer akan melakukan perhitungan
terhadap data-data input yang telah diberikan Solver dilakukan
dengan proses Iterasi sampai hasil perhitungan berbentuk
konvergen. Tahap ini juga sering disebut sebagaiproses
running.
c. Post-Processor
Tahap ini merupakan hasil perhitungan. Ini antara lain dapat
ditunjukkan sebagai plot grafik, gambar potongan, trajektori
aliran, dll. Selanjutnya, analisa dapat dilakukan pada hasil
untuk mengetahui fenomena-fenomena
yang terjadi pada objek kerja. (Muslimu, 2012)

Turbulence Intensity (TI)


Turbulence intensity merupakan sebuah parameter yang menunjukkan
tingkat turbulensi di suatu titik pengukuran, yang dengan kata lain
menyatakan tingkat fluktuasi sebuah aliran. (Deka W Purwanto, 2010).
Sebuah aliran yang tunak akan memiliki turbulence intensity yang kecil.
Intensitas turbulensi dihitung berdasarkan persamaan (Ria Nohary, 2008):

Bilangan Nusselt
Untuk aliran melintas silinder dan aliran dalam pipa

Bilangan Prandlt (Pr) h .d


Nud yang menghubungkan ketebalan
Bilangan Prandlt merupakan parameterk
relatif antara lapis batas hidrodinamik dan lapis batas termal. Bilangan
Prandlt juga merupakan perbandingan antara difusi momentum dan
diffusivitas kalor di dalam fluida.

Neraca massa konveksi


Q = hA(TT0)
C. ALAT BAHAN
1. Alat dan Bahan
Satu set program CFD (Computational Fluid Dynamic)
2. Skema Kerja

Dua cairan dalam pipa elbow


(simulasi di CFD)

Variabel diubah*

Hitung suhu outlet pipa elbow

Metode Analitis Metode Numerik


(Program CFD) (Rumus Perpindahan)

Hasil suhu outlet Hasil suhu outlet

Analisis percobaan

*Pengubahan variabel, Thotfluid 532,5 K, intensitas


turbulen 33%, densitas 7,5x dan viskositas 6x

Gambar VI.1 Skema kerja pengamatan aliran fluida dalam elbow


D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Data Pengamatan
Skema Awal Problem (Kondisi Mula-Mula)

Garmbar VI.2 Skema Elbow Pipe


Hasil Pengamatan Dari Ansys
a. Pada kondisi mula-mula

Gambar VI.3 Kontur temperatur pada kondisi mula-mula


Gambar VI.4 Vektor kecepatan pada kondisi mula-mula

b. Saat Thotfluid diubah menjadi 532,5 K

Gambar VI.5 Kontur temperatur jika Thotfluid diubah menjadi 532,5 K.


Gambar VI.6 Vektor kecepatan jika Thotfluid diubah menjadi 532,5 K.

c. Jika intensitas turbulen dinaikkan menjadi 33%

Gambar VI.7 Kontur temperatur jika intensitas turbulen dinaikkan menjadi 33%
Gambar VI.8 Vektor kecepatan jika intensitas turbulen dinaikkan menjadi 33%
d. Jika densitas dan viskositas menjadi 7,5x dan 6x dari kondisi awal

Gambar VI.9 Kontur temperatur jika densitas dan viskositas diubah menjadi 7,5x
dan 6x dari kondisi awal.

Gam bar VI.10 Vektor kecepatan jika densitas dan viskositas diubah menjadi 7,5x
dan 6x dari kondisi awal
Tabel VI.1 Data Perhitungan Numerik dengan Menggunakan CFD

T inlet (K) Turbulent Density Viscosity T out


Variabel
Large small intensity (%) (kg/m3) (kg/ms) (K)
Kondisi
293,15 313,15 5 1000 0,0008 295,53
awal
Kondisi 1 293,15 532,5 5 1000 0,0008 321,60
Kondisi 2 293,15 313,15 33 1000 0,0008 295,60
Kondisi 3 293,15 313,15 5 7500 0,0048 295,53

Tabel VI.2 Data Perhitungan Numerik dengan CFD dan Perhitungan Analitis
Toutlet pipe (K) Toutlet pipe (K)
Perhitungan Numerik (CFD) Perhitungan Analitis
Kondisi mula-mula 295,53 301,003
Kondisi 1 321,60 353,208
Kondisi 2 295,60 301,003
Kondisi 3 295,53 299,548

2. Pembahasan
Percobaan aliran fluida ini yaitu analisis CFD (Computational
Fluid Dynamics) dengan menggunakan software ansys. Dimana CFD ini
adalah suatu analisa sistem yang melibatkan aliran fluida, perpindahan
kalor dan fenomena-fenomena yang di dalamnya seperti reaksi kimia yang
dilakukan dengan simulasi berbasis komputer.
Gambar VI.2 Skema Elbow Pipe
Deskripsi masalah dapat dilihat pada gambar VI.2. Sebuah fluida
dingin pada temperature 293,15 K mengalir ke pipa melalui inlet large dan
bercampur dengan fluida hangat pada temperature 313,15 K yang masuk
melalui inlet small terletak pada elbow. Dimana diameter pipa dalam
satuan inchi. Sedangkan properties fluida dan boundary condition
dinyatakan dalam satuan SI. Dari hasil perhitungan bilangan Reynold pada
masing-masing variabel diidapatkan hasil analisis aliran fluida yaitu aliran
turbulen.
Dengan perhitungan numeris menggunakan CFD didapatkan hasil
perhitungan suhu outlet pipe sebesar 295,53 K. Sedangkan dari hasil
perhitungan analitis (terlampir) didapatkan hasil suhu outlet pipe sebesar
301,003 K. Selisih yang didapat dari kedua perhitungan adalah sebesar
1,8%. Perbedaan hasil kedua perhitungan adalah dikarenakan pada
perhitungan secara numeris sistem CFD dalam perhitungannya melibatkan
aliran fluida, perpindahan kalor serta fenomena-fenomena di dalamnya,
seperti reaksi kimia, koefisien gesek, dll. Dimana pada perhitungan secara
analitis koefisien gesek diabaikan.
Pada kondisi kedua suhu fluida pada inlet small dinaikkan menjadi
532,5 K. Dari hasil perhitungan numeris menggunakan CFD didapatkan
hasil suhu outlet sebesar 321,60 K. Sedangkan dari hasil perhitungan
analitis didapatkan hasil suhu outlet sebesar 353,28 K. Perbedaan suhu
outlet dibandingkan dengan kondisi awal adalah karena adanya kenaikan
suhu inlet pada hotfluidnya. Berdasarkan persamaan neraca panas. Q inlet
= Qoutlet, maka semakin besar suhu inletnya maka semakin besar suhu
outletnya pula. Sedangkan perbedaan perhitungan pada metode numeris
dan analitis adalah karena pada perhitungan analisis hanya
memperhitungkan berdasarkan persamaan perpindahan kalornya saja,
sedangkan pada perhitungan numeris tanpa mengabaikan fenomena-
fenomena pada aliran fluida dan perpindahan panasnya.
Fenomena aliran dalam pipa dapat dilihat dari hasil simulasi
menggunakan CFD. Dari gambar VI.5 dapat dilihat kondisi temperature
fluida dalam pipa seperti yang diketahui berdasarkan range suhu di
samping kiri. Fluida yang masuk pada inlet large berwarna biru tua, hal ini
menunjukkan bahwa fluida masuk pada suhu 293,15 K. Sedangkan fluida
masuk dalam inlet small berwarna merah menunjukkan bahwa fluida
masuk pada suhu 532,5 K. Juga untuk vektor velocity pada aliran fluida
dalam pipa dapat diketahui berdasarkan range velocity di sebelah kiri.
Seperti pada gambar IV.6. Velocity inlet menunjukkan skalanya masing-
masing berdasarkan warna pada range velocity tersebut. Kecepatan
pencampuran terjadi pada dimana kedua fluida bercampur. yaitu pada
velocity yang digambarkan pada range berwarna hijau. Yaitu memiliki nilai
velocity sebesar 0,842 m/s
Pada kondisi ketiga turbulen intensitas diubah menjadi 33% dari
semula didapatkan hasil analisa dengan metode numeris didapatkan suhu
outlet pipe sebesar 295,60 sedangkan hasil perhitungan analitis didapat
301,003 K. Suhu cenderung konstan, namun dari gambar VI.8 terdapat
perbedaan pada kecepatan aliran fluidanya.
Kecepatan aliran fluida lebih besar dibandingkan dengan kondisi
awal. Dapat dilihat pada gambar VI.8. Hal itu sesuai teori bahwa semakin
besar intensitas turbulennya maka semakin besar kecepatan aliran
fluidanya.
Pada kondisi keempat densitas diubah menjadi 7,5 kali lipatnya
yaitu menjadi 7500 kg/m3 sedangkan viskositas berubah menjadi 6 kali
lipatnya yaitu menjadi 0,0048 kg/ms. Dari hasil perhitungan numeris
dengan mengggunakan CFD didapat hasil suhu outlet pipe yaitu sebesar
295,53 sedangkan berdasarkan hasil perhitungan analitis didapat hasil
perhitungan sebesar 299, 547 K. Jika dibandingkan dari kondisi awal suhu
tidak begitu berubah secara signifikan, seperti dapat dilihat pada gambar
VI.9. namun perubahan yang signifikan dapat dilihat pada gambar VI.10
kecepatan aliran fluida menjadi semakin lambat. Hal itu karena adanya
teori bahwa semakin kecil nilai viskositas maka semakin mudah suatu
fluida untuk bergerak. Oleh karena itu semakin tinggi nilai viskositas,
maka kemampuan mengalir suatu fluida akan semakin lambat. Sedangkan
bilangan reynold juga menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pada
kondisi awal (terlampir).
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Semakin besar suhu inlet pada sutau pencampuran fluida maka
semakin besar pula suhu outletnya.
b. Semakin besar intensitas turbulen semakin besar kecepatan aliran
fluidanya. Karena semakin cepat aliran fluidanya semakin besar
bilangan reynold yang didapatkan.
c. Semakin besar viskositas dan densitas menyebabkan semakin
kecilnya kecepatan aliran fluidanya. Karena semakin kental dan
semakin besar densitas suatu fluida menyebabkan fluida semakin
sulit mengalir. Dan nilai bilangan reynoldnya juga semakin kecil.
d. Metode perhitungan menggunakan CFD dengan lebih
memperhitungkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam fluida,
sehingga menimbulkan perbedaan dengan perhitungan secara
analitis.
2. Saran
a. Dibutuhkan ketelitian saat menggunakan metode numeris dengan
CFD. Kesalahan saat pengkondisian boundary condition dapat
mengakibatkan perbedaan suhu outlet yang signifikan.
F. DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, J. C. 1993. Transport Processes and Unit Operation (3rd
Edition). Prentice-Hall. Inc: USA

Helmizar. 2011. Studi Ekksperimental tentang Head Loss pada Aliran


Fluida yang Melalui Elbow 900. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
Cakra. M. Vol.5. No.1

Kern, D. Q. 1983. Process Heat Transfer (International Student Edition).


Tosho Printing Co., Ltd. Tokyo: Japan

Muslimu, Fahmi Alfa. 2012. Analisa Aliran Udara pada Elbow Proto X-1
Menggunakan CFD. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas
Indonesia.

Purwanto, Deka W., Nasution, Aulia MT. 2010. Prosiding Seminar


Nasional Energi Terbarukan Indonesia Interior Lengkung
Diffuser Untuk Peningkatan Performansi Diffuser-Augmented
Wind Turbine (Dawt). ISBN 978-602-98346-0-4. Program Studi
S2 Teknik Fisika-FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.
Nohary, Ria. 2008. Pengenalan Perangkat Lunak FLUENT. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.

Você também pode gostar