Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ALIRAN FLUIDA
A. TUJUAN
1. Mampu menghitung secara analitis dan numerik suhu outlet pipa
elbow dengan perubahan suhu mula-mula
2. Mengetahui pengaruh turbulent intensity terhadap perpindahan fluida
dalam pipa.
3. Mampu menjelaskan pengaruh terhadap perpindahan pada pipa dengan
menaikan densitas dan viskositas dari fluida.
B. DASAR TEORI
Fluida adalah zat yang dapat mengalir, yang terdiri dari zat cair dan
gas. Ada fluida yang tak mengalir dan ada fluida yang mengalir. Ilmu yang
mempelajari fluida yang tak mengalir disebut statika fluida dan ilmu yang
mempelajari fluida yang mengalir disebut dinamika fluida.(Helmizar,
2011)
Sedangkan aliran fluida bila ditinjau dari olakan yang terjadi, dibagi
menjadi tiga macam yaitu :
1. Aliran Laminer
Aliran dikatakan laminer apabila partikel fluida mengalir pada satu
lintasan dan bergerak dengan kecepatan yang rendah sehinga tidak
terjadi arus olakan. Karena pergerakannya yang satu lapisan meluncur
secara lancar. Analogi aliran laminer adalah bagaikan olimpiade
renang, perenang hanya akan berenang pada satu lintasannya sendiri
dan tidak akan berenang pada lintasan perenang lain.
2. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen.
3. Aliran Turbulen
Aliran dikatakan turbulen apabila partikel fluida bergerak pada lintasan
yang tidak beraturan dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi arus
olakan. Analogi aliran turbulen adalah balapan moto GP, pembalap akan
memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi dengan bergerak di
lintasan yang tidak beraturan sehingga bisa menabrak pembalap lain.
Untuk mengetahui jenis aliran fluida dalam pipa adalah dengan cara
menghitung bilangan Reynold nya.
Untuk mengetahui tipe aliran fluida dalam pipa, yang paling
mudah dengan menghitung bilangan Reynold (Re)
Keterangan :
= viskositas fluida
Bilangan Nusselt
Untuk aliran melintas silinder dan aliran dalam pipa
Variabel diubah*
Analisis percobaan
Gambar VI.7 Kontur temperatur jika intensitas turbulen dinaikkan menjadi 33%
Gambar VI.8 Vektor kecepatan jika intensitas turbulen dinaikkan menjadi 33%
d. Jika densitas dan viskositas menjadi 7,5x dan 6x dari kondisi awal
Gambar VI.9 Kontur temperatur jika densitas dan viskositas diubah menjadi 7,5x
dan 6x dari kondisi awal.
Gam bar VI.10 Vektor kecepatan jika densitas dan viskositas diubah menjadi 7,5x
dan 6x dari kondisi awal
Tabel VI.1 Data Perhitungan Numerik dengan Menggunakan CFD
Tabel VI.2 Data Perhitungan Numerik dengan CFD dan Perhitungan Analitis
Toutlet pipe (K) Toutlet pipe (K)
Perhitungan Numerik (CFD) Perhitungan Analitis
Kondisi mula-mula 295,53 301,003
Kondisi 1 321,60 353,208
Kondisi 2 295,60 301,003
Kondisi 3 295,53 299,548
2. Pembahasan
Percobaan aliran fluida ini yaitu analisis CFD (Computational
Fluid Dynamics) dengan menggunakan software ansys. Dimana CFD ini
adalah suatu analisa sistem yang melibatkan aliran fluida, perpindahan
kalor dan fenomena-fenomena yang di dalamnya seperti reaksi kimia yang
dilakukan dengan simulasi berbasis komputer.
Gambar VI.2 Skema Elbow Pipe
Deskripsi masalah dapat dilihat pada gambar VI.2. Sebuah fluida
dingin pada temperature 293,15 K mengalir ke pipa melalui inlet large dan
bercampur dengan fluida hangat pada temperature 313,15 K yang masuk
melalui inlet small terletak pada elbow. Dimana diameter pipa dalam
satuan inchi. Sedangkan properties fluida dan boundary condition
dinyatakan dalam satuan SI. Dari hasil perhitungan bilangan Reynold pada
masing-masing variabel diidapatkan hasil analisis aliran fluida yaitu aliran
turbulen.
Dengan perhitungan numeris menggunakan CFD didapatkan hasil
perhitungan suhu outlet pipe sebesar 295,53 K. Sedangkan dari hasil
perhitungan analitis (terlampir) didapatkan hasil suhu outlet pipe sebesar
301,003 K. Selisih yang didapat dari kedua perhitungan adalah sebesar
1,8%. Perbedaan hasil kedua perhitungan adalah dikarenakan pada
perhitungan secara numeris sistem CFD dalam perhitungannya melibatkan
aliran fluida, perpindahan kalor serta fenomena-fenomena di dalamnya,
seperti reaksi kimia, koefisien gesek, dll. Dimana pada perhitungan secara
analitis koefisien gesek diabaikan.
Pada kondisi kedua suhu fluida pada inlet small dinaikkan menjadi
532,5 K. Dari hasil perhitungan numeris menggunakan CFD didapatkan
hasil suhu outlet sebesar 321,60 K. Sedangkan dari hasil perhitungan
analitis didapatkan hasil suhu outlet sebesar 353,28 K. Perbedaan suhu
outlet dibandingkan dengan kondisi awal adalah karena adanya kenaikan
suhu inlet pada hotfluidnya. Berdasarkan persamaan neraca panas. Q inlet
= Qoutlet, maka semakin besar suhu inletnya maka semakin besar suhu
outletnya pula. Sedangkan perbedaan perhitungan pada metode numeris
dan analitis adalah karena pada perhitungan analisis hanya
memperhitungkan berdasarkan persamaan perpindahan kalornya saja,
sedangkan pada perhitungan numeris tanpa mengabaikan fenomena-
fenomena pada aliran fluida dan perpindahan panasnya.
Fenomena aliran dalam pipa dapat dilihat dari hasil simulasi
menggunakan CFD. Dari gambar VI.5 dapat dilihat kondisi temperature
fluida dalam pipa seperti yang diketahui berdasarkan range suhu di
samping kiri. Fluida yang masuk pada inlet large berwarna biru tua, hal ini
menunjukkan bahwa fluida masuk pada suhu 293,15 K. Sedangkan fluida
masuk dalam inlet small berwarna merah menunjukkan bahwa fluida
masuk pada suhu 532,5 K. Juga untuk vektor velocity pada aliran fluida
dalam pipa dapat diketahui berdasarkan range velocity di sebelah kiri.
Seperti pada gambar IV.6. Velocity inlet menunjukkan skalanya masing-
masing berdasarkan warna pada range velocity tersebut. Kecepatan
pencampuran terjadi pada dimana kedua fluida bercampur. yaitu pada
velocity yang digambarkan pada range berwarna hijau. Yaitu memiliki nilai
velocity sebesar 0,842 m/s
Pada kondisi ketiga turbulen intensitas diubah menjadi 33% dari
semula didapatkan hasil analisa dengan metode numeris didapatkan suhu
outlet pipe sebesar 295,60 sedangkan hasil perhitungan analitis didapat
301,003 K. Suhu cenderung konstan, namun dari gambar VI.8 terdapat
perbedaan pada kecepatan aliran fluidanya.
Kecepatan aliran fluida lebih besar dibandingkan dengan kondisi
awal. Dapat dilihat pada gambar VI.8. Hal itu sesuai teori bahwa semakin
besar intensitas turbulennya maka semakin besar kecepatan aliran
fluidanya.
Pada kondisi keempat densitas diubah menjadi 7,5 kali lipatnya
yaitu menjadi 7500 kg/m3 sedangkan viskositas berubah menjadi 6 kali
lipatnya yaitu menjadi 0,0048 kg/ms. Dari hasil perhitungan numeris
dengan mengggunakan CFD didapat hasil suhu outlet pipe yaitu sebesar
295,53 sedangkan berdasarkan hasil perhitungan analitis didapat hasil
perhitungan sebesar 299, 547 K. Jika dibandingkan dari kondisi awal suhu
tidak begitu berubah secara signifikan, seperti dapat dilihat pada gambar
VI.9. namun perubahan yang signifikan dapat dilihat pada gambar VI.10
kecepatan aliran fluida menjadi semakin lambat. Hal itu karena adanya
teori bahwa semakin kecil nilai viskositas maka semakin mudah suatu
fluida untuk bergerak. Oleh karena itu semakin tinggi nilai viskositas,
maka kemampuan mengalir suatu fluida akan semakin lambat. Sedangkan
bilangan reynold juga menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pada
kondisi awal (terlampir).
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Semakin besar suhu inlet pada sutau pencampuran fluida maka
semakin besar pula suhu outletnya.
b. Semakin besar intensitas turbulen semakin besar kecepatan aliran
fluidanya. Karena semakin cepat aliran fluidanya semakin besar
bilangan reynold yang didapatkan.
c. Semakin besar viskositas dan densitas menyebabkan semakin
kecilnya kecepatan aliran fluidanya. Karena semakin kental dan
semakin besar densitas suatu fluida menyebabkan fluida semakin
sulit mengalir. Dan nilai bilangan reynoldnya juga semakin kecil.
d. Metode perhitungan menggunakan CFD dengan lebih
memperhitungkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam fluida,
sehingga menimbulkan perbedaan dengan perhitungan secara
analitis.
2. Saran
a. Dibutuhkan ketelitian saat menggunakan metode numeris dengan
CFD. Kesalahan saat pengkondisian boundary condition dapat
mengakibatkan perbedaan suhu outlet yang signifikan.
F. DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, J. C. 1993. Transport Processes and Unit Operation (3rd
Edition). Prentice-Hall. Inc: USA
Muslimu, Fahmi Alfa. 2012. Analisa Aliran Udara pada Elbow Proto X-1
Menggunakan CFD. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas
Indonesia.