Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Penyebab dari Asma Bronchiale belum diketahui, tetapi ada ada beberapa faktor
predisposisi dan prepitasi timbulnya serangan asma bronchiale, yaitu : a. Faktor Predisposisi,
genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronchiale. Yang diturunkan adalah bakat
alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchiale jika terpapar dengan
faktor pencetus, selain itu hipersentifitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.b.
Faktor presipitasi yaitu :1. Alergen. Alergen dapat dibagi menjadi 3. Inhalan, yang masuk
melalui saluran pernafasan, Ingestan, yang masuk melalui mulut dan Kontaktan, yang masuk
melalui kontak dengan kulit. 2. Perubahan cuaca. 3. Stress.4. Lingkungan kerja. 5. Olah raga/
aktivitas jasmani yang berat.(Agung, 2008)
Gambaran klinis Asma Bronchiale yang klsik terdiri atas batuk, sesak dan mengi
(wheezing) dan sebagian penderita disertai nyeri dada. Pada awal serangan sering gejala tidak
jelas, seperti rasa berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin,
meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai secret, tetapi pada perkembangna selanjutnya
pasien akan mengeluarkan secret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent (Suyono,
Slamet. 2002: 23). Gejala pada asma yang lebih berat, antara lain : 1. Barel chest, 2. Sianosis,
3. Gangguan kesadaran , 4. Takikardi, 5. Peningkatan tekanan darah, 6. Pernafasan yang
cepat dan dangkal.
Patofisiologis Asma Bronchiale. Ciri khas dari asma bronchiale adalah terjadinya
penyempitan bronchus, yang disebabkan oleh spasme atau ontraksi otot-otot polos bronchus,
pembengkakan atau edema mukosa bronkus, dan hipersekresi mukosa/kelenjar bronkus
(Smelzer, 2002; Sundaru, 2001). Asma ditandai denga kontraksi spatik dati otot polos
bronchioles yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalahhipersensitivitas
bronchioulus terhadap benda benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma type alergi
diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifiknya. Pada asma, antibody ini
terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan bronchioles dan bronchus kecil. Bila seseorang menghirup allergen maka antibody Ig
E orang tersebut meningkat, allergen bereaksi dengan antibody yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sei ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamine, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan edema local pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang
kental dalam lumen bronchioulus dan spasme otot polos bronkhioulus sehingga menyebabkan
tahanan saluran nafas menjadi sangat meningkat.
Diameter bronkhioulus pada asma akan berkurang selama ekspirasi dari pada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar
bronkhiolus. Karena bronkhiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dyspnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
Pengobatan pada asma bronchiale dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1
Pengobatan non farmakologik yaitu : memberikan penyuluhan, menghindari faktor pencetus,
pemberian cairan, fisioterapi, pemberian O2 bila terjadi serangan asma berat. 2. Pengobatan
farmakologik, obat-obat anti asma umumnya ditujukan untuk melebarkan saluran nafas pada
serangan asma. Kadang-kadang juga diperlukan obat anti inflamasi/anti peradangan dalam
penanganan asma bronchial. Yang termasuk pengobatan farmakologik untuk anak dengan
asma bronchiale adalah : Bronkodilatator yang merupakan obat yang digunakan untuk
melebarkan saluran nafas, ada dua yaitu Simpatomimetik/ adrenergic (Adrenalin dan efedrin)
dan Santin (teofilin). Kromalin, bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma, digunakan untuk penderita asma alergi. Ketolifen, juga untuk mencegah
serangan asma.(Sunyono, Slamet 2002)
Rumusan masalah yang ditemukan setelah pengkajian data dan analisa data adalah :1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungn dengan bronkospasme, yang dibuktikan oleh
bunyi nafas mengi, dyspnea dan penggunaan otot bantu pernafasan. 2 Kerusakan pertukaran
gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen(spame bronkus), yang dibuktikan oleh
dyspnea, bingung, dan gelisah. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dyspnea dan anoreksia, yang dibuktikan oleh penurunan berat badan
dan ketidakmampuan untuk makan 4 Intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 5 Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas. 6 Resiko tinggi cederaa (asidosis
respiratorius) berhubungan dengan hipoventilasi.7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi, yang dibuktikan oleh pertanyaan tetang informasi. 8. Ansietas
berhubungan dengan kesukaran bernafas. Dari hasil rumusan masalah tersebut kita buat
prioritas masalah keperawatannya. Sesuai dengan berat ringannya masalah. 1. Bersihan jalan
nafas tidak efektif, 2. Kerusakan pertukaran gas, 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, 4. Intoleran aktivitas, 5. Resiko tinggi terhadap infeksi, 6. Resiko tinggi cedera, 7
Kurang pengetahuan, 8, Ansietas.(Nanda)
Tahap selanjutnya adalah evaluasi. Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu asuhan
keperawatan. Tahap evaluasi keperawatan merupakan pengumpulan data subyektif dan data
obyektif. Data subyektif dan data obyektif tersebut dapat menunjukkan apakah tujuan
pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum tercapai. Evaluasi selama perawatan di
rumah sakit dilakukan dengan catatan berikut : Keadaan anak dan temuan pengkajian yang
dilakukan saat masuk rumah sakit, perubahan status anak, pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik yang relevan, respon pengobatannya dan pedoman rencana pemulangan. Dalam
evaluasi diagnose keperawatan, ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan bronchospasme adalah menunjukkan tidak adanya mengi, tidaksesak nafas, tidak
terjadi dyspnea, dan tidak menggunakan otot bantu nafas, respirasi rate normal (18-24), tidak
ada suara nafas tambahan pada saat dilakukan auskultasi.
Kesimpulan, asma bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruktif yang disebabkan
oleh berbagai stimultan yang ditandai dengan spasme otot polos bronchiolus. Apabila tidak
tertangani dengan baik akan mengakibatkan kematian.
Saran, diharapkan dengan adanya makalah ini, untuk keluarga pasien supaya dapat
menghindari allergen pada anggota keluarganya yang menderita asma, untuk perawat supaya
menambah pengetahuan dan diharapkan dapat mengaplikasikan dengan intervensi mandiri
dalam menjalankan asuhan keperawatan pasien dengan asma bronchiale, untuk pasien lebih
mengerti dan memahami tentang proses penyakit anggota keluarganya yang sakit, cara
merawat anggota keluarganya dengan asma bronchiale. Mengetahui kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi atau komplikasi
Dibuat oleh :
NIM : 1503011015
Yokyakarta:Amara books.