Você está na página 1de 7

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIALE

Pada penyusunan makalah ini saya mengambil judul ASUHAN KEPERAWATAN


ASMA BRONCHIALE.Dengan alasan pada kasus asma seperti pasien yang saya jumpai
mendapat keluhan sesak nafas dan batuk disertai dahak, yang sudah dirasakan selama 1
minggu. Keluhan tersebut terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan
semakin meningkat ketika beraktivitas. Karena alasan tersebut maka saya mengambil kasus
ini. Alasan yang lainnya adalah karena saya ingin mempelajari dan mengetahui kasus Asma
Bronchiale secara mendalam, supaya dapat membantu merawat dan membantu health
eduction pada pasien dan keluarganya.

Asma Bronchiale adalah suatu kelainan berupa inflamasi(peradangan) kronik saluran


nafas yang menyebabkan hipereaktivitas bronchus terhadap berbagai rangsangan yang
ditandai dengan gejala episodic berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat
didada terutama pada malam hari atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik
dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa asma bronchiale memiliki


karakteristik, yaitu : 1. Penyempitan atau obstruksi saluran nafas yang reversible, baik secara
spontan maupun dengan pengobatan, 2. Kesukaran untuk bernafas, 3. Peningkatan respon
salauran nafas terhadap berbagai rangsangan/stimulus.(Agung, 2008)

Penyebab dari Asma Bronchiale belum diketahui, tetapi ada ada beberapa faktor
predisposisi dan prepitasi timbulnya serangan asma bronchiale, yaitu : a. Faktor Predisposisi,
genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronchiale. Yang diturunkan adalah bakat
alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchiale jika terpapar dengan
faktor pencetus, selain itu hipersentifitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.b.
Faktor presipitasi yaitu :1. Alergen. Alergen dapat dibagi menjadi 3. Inhalan, yang masuk
melalui saluran pernafasan, Ingestan, yang masuk melalui mulut dan Kontaktan, yang masuk
melalui kontak dengan kulit. 2. Perubahan cuaca. 3. Stress.4. Lingkungan kerja. 5. Olah raga/
aktivitas jasmani yang berat.(Agung, 2008)

Berdasarkan penyebabnya, Asma Bronchiale dapat diklasifikasikan menjadi 3 type,


yaitu : 1. Ekstrinsik (alergik), ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-
faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan dan
spora. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic
terhadap alergi. 2. Intrinsuk (non alergi), ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atai
bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisema. 3. Asma
gabungan, merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non alergik. (Tanjung, 2003)

Gambaran klinis Asma Bronchiale yang klsik terdiri atas batuk, sesak dan mengi
(wheezing) dan sebagian penderita disertai nyeri dada. Pada awal serangan sering gejala tidak
jelas, seperti rasa berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin,
meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai secret, tetapi pada perkembangna selanjutnya
pasien akan mengeluarkan secret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent (Suyono,
Slamet. 2002: 23). Gejala pada asma yang lebih berat, antara lain : 1. Barel chest, 2. Sianosis,
3. Gangguan kesadaran , 4. Takikardi, 5. Peningkatan tekanan darah, 6. Pernafasan yang
cepat dan dangkal.

Patofisiologis Asma Bronchiale. Ciri khas dari asma bronchiale adalah terjadinya
penyempitan bronchus, yang disebabkan oleh spasme atau ontraksi otot-otot polos bronchus,
pembengkakan atau edema mukosa bronkus, dan hipersekresi mukosa/kelenjar bronkus
(Smelzer, 2002; Sundaru, 2001). Asma ditandai denga kontraksi spatik dati otot polos
bronchioles yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalahhipersensitivitas
bronchioulus terhadap benda benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma type alergi
diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifiknya. Pada asma, antibody ini
terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan bronchioles dan bronchus kecil. Bila seseorang menghirup allergen maka antibody Ig
E orang tersebut meningkat, allergen bereaksi dengan antibody yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sei ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamine, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan edema local pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang
kental dalam lumen bronchioulus dan spasme otot polos bronkhioulus sehingga menyebabkan
tahanan saluran nafas menjadi sangat meningkat.

Diameter bronkhioulus pada asma akan berkurang selama ekspirasi dari pada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar
bronkhiolus. Karena bronkhiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dyspnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

Untuk menegakkan suatu diagnose maka diperlukan pemeriksaan penunjang,


demikian juga asma bronchiale diperlukan pemeriksaan penunjang, antara lain : 1.
Pengukuran fungsi paru (spirometri), bertujuan untuk mengukur volume paru secara statik
dan dinamik dan untuk mengetahui gangguan pada faal paru. 2 Uji provokasi bronchus,
bertujuan untuk menunjukkan adanya hiperreaktivitas bronkus. 3 Pemeriksaan kulit, untuk
menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.4 Analisa Gas
Darah dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea dan
asidosis respiratorik. 5 Pemeriksaan sputum. 6 Pemeriksaan eosinophil total. 7 Pemeriksaan
IgE total dan IgE spesifik dalam sputum, fungsinya adalah untuk mendukung adanya atopi.8
Foto Dada, untuk menghilangkanpenyebab lain pada obstruksi saluran nafas dan untuk
megetahui adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma seperti
pnemothorak, pneumomedisiastinum, atelectasis, dan lain-lain (Sunyono, Slamet, 2002).

Penatalaksanaan pada asma bronchiale. Prinsip umum pengobatan asma bronchiale


adalah : 1 Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera, 2 Mengenal dan menghindari
faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma, 3 Memerikan informasi kepada
penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya, sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan
dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan terhadap perawatan anggota
keluarganya.(Sunyono, Slamet 2002)

Pengobatan pada asma bronchiale dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1
Pengobatan non farmakologik yaitu : memberikan penyuluhan, menghindari faktor pencetus,
pemberian cairan, fisioterapi, pemberian O2 bila terjadi serangan asma berat. 2. Pengobatan
farmakologik, obat-obat anti asma umumnya ditujukan untuk melebarkan saluran nafas pada
serangan asma. Kadang-kadang juga diperlukan obat anti inflamasi/anti peradangan dalam
penanganan asma bronchial. Yang termasuk pengobatan farmakologik untuk anak dengan
asma bronchiale adalah : Bronkodilatator yang merupakan obat yang digunakan untuk
melebarkan saluran nafas, ada dua yaitu Simpatomimetik/ adrenergic (Adrenalin dan efedrin)
dan Santin (teofilin). Kromalin, bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma, digunakan untuk penderita asma alergi. Ketolifen, juga untuk mencegah
serangan asma.(Sunyono, Slamet 2002)

Asuhan Keperawatan, dilakukan pengkajian : 1. anamnesa (wawancara), adanya atopi


dalam anggota keluarga, riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/faktor lingkungan,
riwayat penyakit paru sebelumnya, kemampuan melakukan aktifitas dengan keadaan yang
sulit bernafas, penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari,adanya batuk berulang, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan,
penurunan berat badan karena anoreksia, keterbatasan mobilitas fisik. 2. Pemeriksaan fisisk,
frekuensi nafas cepat dan dangkal, klien terlihat sulit bernafas/dyspnea, bunyi nafas
mengi/wheezing, fase ekspirasi memanjang, saat dipalpasi, taktil fremitus meningkat,
menurun atau menetap, Saaat diauskultasi, resonan meningkat atau melemah, sering tampak
pucat, klien terlihat menggunakan otot bantu pernafasan, misalnya : meninggikan bahu atau
melebarkan hidung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung, kulit
kemerahan atau berkeringat, warna kulit atau membrane mukosa normal/abu-abu/sianosis,
klien terlihat ansietas, ketakutan, peka rangsangan dan gelisah. 3. Pemeriksaan penunjang
yaitu, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rodiologi, pemeriksaan tes kulit,
elektrokardiografi, scanning paru, spirometri.

Rumusan masalah yang ditemukan setelah pengkajian data dan analisa data adalah :1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungn dengan bronkospasme, yang dibuktikan oleh
bunyi nafas mengi, dyspnea dan penggunaan otot bantu pernafasan. 2 Kerusakan pertukaran
gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen(spame bronkus), yang dibuktikan oleh
dyspnea, bingung, dan gelisah. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dyspnea dan anoreksia, yang dibuktikan oleh penurunan berat badan
dan ketidakmampuan untuk makan 4 Intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 5 Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas. 6 Resiko tinggi cederaa (asidosis
respiratorius) berhubungan dengan hipoventilasi.7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi, yang dibuktikan oleh pertanyaan tetang informasi. 8. Ansietas
berhubungan dengan kesukaran bernafas. Dari hasil rumusan masalah tersebut kita buat
prioritas masalah keperawatannya. Sesuai dengan berat ringannya masalah. 1. Bersihan jalan
nafas tidak efektif, 2. Kerusakan pertukaran gas, 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, 4. Intoleran aktivitas, 5. Resiko tinggi terhadap infeksi, 6. Resiko tinggi cedera, 7
Kurang pengetahuan, 8, Ansietas.(Nanda)

Intervensi keperawatan dari priorotas masalah keperawatan adalah : Bersihan jalan


nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, yang dibuktikan oleh bunyi nafas
mengi, dyspnea dan penggunaan otot bantu pernafasan. Tujuan dan kreteria hasil (NOC),
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien mampu :
Resporatory Status Ventilation, Respiratory Status Airway patency, Aspiration Control.
Dengan Kreteria hasil Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips, Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal),
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas.
Intervensi keperawatannya(NIC) Airway Management adalah : Membuka jalan nafas,
gunakan tehnik chin lift atau jaw trust bila perlu, Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, Mengidentifikasi pasien perlunya pemasanagna alat jalan nafas
buatan, Melakukan fisioterapi dada jika diperlukan, Mengeluarkan secret dengan batuk dan
suction, Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan, Memberikan
bronchodilatator bila perlu, Memberikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab,
Mengatur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan, Memonitor respirasi dan status
O2.(Nanda)

Dari beberapa intervensi keperawatan diatas, maka langkah selanjutnya yaitu


implementasi keperawatan. Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan yang kita buat. Pelaksanaan kegiatan perawatan dapat
bersifat mandiri atau kolaborasi. Pelaksanaan kegiatan perawatan dapat berupa tindakan
langsung ke pasien atau berupa penyuluhan atau healt education kepada pasien dan keluarga.

Tahap selanjutnya adalah evaluasi. Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu asuhan
keperawatan. Tahap evaluasi keperawatan merupakan pengumpulan data subyektif dan data
obyektif. Data subyektif dan data obyektif tersebut dapat menunjukkan apakah tujuan
pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum tercapai. Evaluasi selama perawatan di
rumah sakit dilakukan dengan catatan berikut : Keadaan anak dan temuan pengkajian yang
dilakukan saat masuk rumah sakit, perubahan status anak, pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik yang relevan, respon pengobatannya dan pedoman rencana pemulangan. Dalam
evaluasi diagnose keperawatan, ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan bronchospasme adalah menunjukkan tidak adanya mengi, tidaksesak nafas, tidak
terjadi dyspnea, dan tidak menggunakan otot bantu nafas, respirasi rate normal (18-24), tidak
ada suara nafas tambahan pada saat dilakukan auskultasi.

Kesimpulan, asma bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruktif yang disebabkan
oleh berbagai stimultan yang ditandai dengan spasme otot polos bronchiolus. Apabila tidak
tertangani dengan baik akan mengakibatkan kematian.

Saran, diharapkan dengan adanya makalah ini, untuk keluarga pasien supaya dapat
menghindari allergen pada anggota keluarganya yang menderita asma, untuk perawat supaya
menambah pengetahuan dan diharapkan dapat mengaplikasikan dengan intervensi mandiri
dalam menjalankan asuhan keperawatan pasien dengan asma bronchiale, untuk pasien lebih
mengerti dan memahami tentang proses penyakit anggota keluarganya yang sakit, cara
merawat anggota keluarganya dengan asma bronchiale. Mengetahui kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi atau komplikasi

Dibuat oleh :

Nama : Sri Wilujeng

NIM : 1503011015

Prodi : S1 Keperawatan STIKES PEMKAB Jombang


DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2008. Kenali Gejala Alergi Pernafasan Pada Anak. http://salsabila.agungdanrika.net.

Diakses tanggal 13 November 2008.

Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:ECG

Price, Sylvia Anderson,2005, Patofisiologi: Konsep KLinis Proses-proses


Penyakit.Jakarta:ECG.

Priharjo,Robert,2006, Pengkajian Fisik Keperawatan,Jakarta:ECG.

Sutejo,2006.Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui hasil pemeriksaan Laboratorium.

Yokyakarta:Amara books.

Tanjung,dudut.2003.Asuhan Keperawatan Asma Bronchial.Diakses dari http://google.com.

Tanggal13 November 2008.

2008. Asma.http://www.rspaw.or.id.Diakses tanggal 13 November 2008

Você também pode gostar