Você está na página 1de 19

ANALISIS PERUBAHAN POKOK UNDANG-UNDANG NOMOR 32

TAHUN 2004 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014


TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Oleh
EDOARDUS E. MATURBONGS

Perubahan Pokok Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah


Dalam perubahan peraturan perundang-undangan mengenai pemerintahan daerah
memang terjadi penambahan isi dari dari peraturan sebelumnya. Pada Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah terdiri dari 16 Bab
dan 240 Pasal, sejalan dengan perubahan menjadi Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan maka isi pada Undang-Undang ini juga terjadi
perubahan menjadi 27 Bab dan 411 pasal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
terjadi penambahan hal-hal pokok dari Undang-Undang sebelumnya, dan untuk
melihat perubahan-perubahan tersebut maka berikut kami sajikan perubahan-
perubahan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan.
Tabel 1 :
Perubahan Bab per Bab
Dalam Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah
UNDANG-UNDANG NOMOR UNDANG-UNDANG NOMOR 23
NO BAB
32 TAHUN 2004 TAHUN 2014
1. I Ketentuan Umum Ketentuan Umum
2. II Pembentukan Daerah dan Pembagian Wilayah Negara
Kawasan Khusus
3. III Pembagian Urusan Kekuasaan Pemerintahan
Pemerintahan
4. IV Penyelenggaraan Pemerintahan Urusan Pemerintahan
5. V Kepegawaian Negara Kewenangan Daerah Provinsi di
Laut dan Daerah Provinsi yang
Berciri Kepulauan
6. VI Peraturan Daerah dan Penataan Daerah
Peraturan Kepala Daerah
7. VII Perencanaan Pembangunan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Daerah
8. VIII Keuangan Daerah Perangkat Daerah
9. IX Kerjasama dan Penyelesaian Perda dan Perkada
Perselisihan
10. X Kawasan Perkotaan Pembangunan Daerah
11. XI Desa Keuangan Daerah
12. XII Pembinaan dan Pengawasan BUMD
13. XIII Pertimbangan Dalam Kebijakan Pelayanan Publik
Otonomi Daerah
14. XIV Ketentuan Lain-Lain Partisipasi Masyarakat
15. XV Ketentuan Peralihan Perkotaan
16. XVI Ketentuan Penutup Kawasan Khusus dan Kawasan
Perbatasan Negara
17. XVII Kerjasama Daerah dan
Perselisihan
18. XVIII Desa
19. XIX Pembinaan dan Pengawasan
20. XX Tindakan Hukum Terhadap
Aparatur Sipil Negara di Instansi
Daerah
21. XXI Inovasi Daerah
22. XXII Informasi Pemerintahan Daerah
23. XXIII Dewan Pertimbangan Otonomi
Daerah
24. XXIV Ketentuan Pidana
25. XXV Ketentuan Lain-Lain
26. XXVI Ketentuan Peralihan
27. XXVII Ketentuan Penutup

Tabel 2 :
Perubahan Yang Terdapat Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Sebagai Hasil Perubahan Dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
IDENTIFIKASI PERUBAHAN DALAM
NO
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
1 Bab II : Pembagian Wilayah Negara
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah Provinsi dan
Daerah Provinsi dibagi menjadi Daerah Kabupaten dan Kota (pasal 2 ayat 1),
Daerah Kabupaten Kota dibagi atas kecamatan dan kecamatan dibagi atas
kelurahan dan/atau desa (pasal 2 ayat 2)
2 Bab III : Kekuasaan Pemerintahan
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(pasal 5 ayat 1)
3 Bab IV : Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan terdiri dari Urusan Pemerintahan Absolut, Urusan
Pemerintahan Konkuren dan Urusan Pemerintahan Umum (pasal 9 ayat 1)
Penjelasan :
Urusan Pemerintahan Absolut adalah Urusan Pemerintahan Yang
Sepenuhnya Menjadi Kewenangan Pemerintah Pusat, yang meliputi
Politik Luar Negeri, Pertahanan, Keamanan, Yustisi, Moneter Dan Fiskal
Nasional, Dan Agama. Dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
Absolut, Pemerintah Pusat dapat: (a) melaksanakan sendiri, (b) melimpahkan
wewenang kepada Instansi Vertikal atau gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi
Urusan Pemerintahan Konkuren adalah Urusan Pemerintahan Yang
Dibagi Antara Pemerintah Pusat Dengan Daerah Provinsi Dan Daerah
kabupaten/Kota. Urusan Pemerintahan Konkuren yang diserahkan ke
Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Sementara Urusan
Pemerintahan Konkuren Yang Menjadi Kewenangan Daerah, terdiri dari
Urusan Pemerintahan Yang Bersifat Wajib (Pelayanan Dasar dan Tidak
Berkaitan dengan Pelayanan Dasar) dan Urusan Pemerintahan Yang
Bersifat Pilihan.
Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi :
pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan
rakyat dan kawasan permukiman, ketentraman; ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat dan sosial
Urusan Pemerintahan Yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar,
meliputi : tenaga kerja, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,
pangan, pertanahan, lingkungan hidup, administrasi kependudukan dan
catatan sipil, pemberdayaan masyarakat dan desa, pengendalian penduduk
dan keluarga berencana, perhubungan, komunikasi dan informatika,
koperasi;usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kepemudaan dan
olahraga, statistik, persandian, kebudayaan, perpustakaan dan kearsipan.
Urusan Pemerintahan Pilihan adalah urusan pemerintahan yang berkaitan
dengan pengembangan potensi unggulan di Daerah, yang meliputi : kelautan
dan perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya
mineral, perdagangan, perindustrian dan transmigrasi.
Urusan Pemerintahan Umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Untuk menunjang kelancaran pelaksaan urusan pemerintahan umum,
dibentuk Forkompimda provinsi, Forkompimda kabupaten kota dan forum
koordinasi pimpinan di kecamatan (pasal 26 ayat 1), anggota Forkompimda
provinsi dan Forkompimda kabupaten/kota terdiri atas pimpinan DPRD,
pimpinan kepolisian, pimpinan kejaksaan, pimpinan satuan teritorial Tentara
Nasiional Indonesi di daerah (pasal 26 ayat 2)
4 Bab V : Kewenangan Daerah Provinsi di Laut dan Daerah Provinsi yang
Berciri Kepulauan
Melihat kondisi negara kita yang merupakan negara maritim terbesar di dunia
yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan lautan yang mengelilinginya maka
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 memasukan bagian-bagian
yang mengatur Tentang Daerah Yang Berada Di Wilayah Laut Dan
Kepulauan beserta dengan segala kewenangannya. Daerah provinsi diberi
kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di laut yang ada di
wilayahnya (pasal 27 ayat 1). Daerah provinsi yang berciri kepulauan
mempunyai kewenangan mengelola sumber daya alam laut sebagaimana
dimaksud pada pasal 27.
5 Bab VI : Penataan Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyatukan pembentukan
daerah, pemekaran daerah dan penggabungan daerah dalam bab VI dengan
topik Penataan Daerah yang mungkin lebih mudah untuk ditafsir dengan
penjelasan pasal yang lebih terperinci dengan menghilangkan kawasan
khusus. Dimana dalam Undang-Undang sebelumnya pada Bab II pasal 4, 5,
6 dan 7 tentang pembentukan daerah dan kawasan khusus masih kurang
diurai secara terperinci hanya berupa garis besar penjelasan semata.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga Memasukan
Pembentukan Daerah Yang Dibentuk Atas Dasar Kepentingan Strategis
Nasional pembentukan daerah berdasarkan pertimbangan kepentingan
strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat 4 berlaku
untuk daerah perbatasan, pulau-pulau terluar dan daerah tertentu untuk
menjaga kepentingan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6 Bab VII : Penyelenggara Pemerintahan Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 fokus langsung pada
Penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi dan kabupaten/kota terdiri
atas kepala daerah dan DPRD dibantu oleh perangkat daerah karena
memang Undang-Undang ini mengatur mengenai pemerintahan daerah
sehingga penjelasan mengenai pemerintahan pusat dihilangkan.
Dalam asas-asas pemerintahan daerah pada Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 menambahkan satu asas tambahan dari undang-Undang
sebelumnya yakni asas Keadilan dengan maksud agar dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah harus adil dan segala aspek
pelaksanaannya.
Dalam Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 memisahkan susunan
dan kedudukan, fungsi, tugas,wewenang, keanggotaan, hak dan kewajiban,
fraksi, alat kelengkapan, persidangan dan pengambilan keputusan, tata tertib
dan kode etik, larangan dan sanksi, pemberhentian antarwaktu;pergantian
antarwaktu dan pemberhentian sementara dan fungsi antara DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota dimana dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 penjelasanan masih digabungkan dalam Pasal 39 sampai dengan pasal
55.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 membahas pula hubungan
kerja antara DPRD dan Kepala Daerah pada bagian ketujuh pasal 207 ayat
1,2 dan 3.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menghilangkan Proses Pemilihan
Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah yang dalam Dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 diatur dalam bab IV bagian kedelapan pasal
56 sampai dengan pasal 119 mengenai proses pemilihan, penetapan pemilih,
kampanye, pemungutan suara, penetapan calon terpilih dan pelantikan,
pemantauan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, serta
ketentuan pidana pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
7 Bab VIII : Perangkat Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Perangkat Daerah masih
merupakan bagian dari Bab IV tentang penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 perangkat daerah merupakan
bab sendiri yakni pada bab 8.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 perangkat daerah
Menambahkan Inspektorat Dan Menghilangkan Kelurahan dalam
perangkat daerah kabupaten/kota.
8 Bab IX : Perda dan Perkada
Terdapat perbedaan mengenai pembentukan dan penetapan perda. Dalam
Undang- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 perda ditetapkan oleh
kepala daerah setelah mendapatkan persetujuan bersama DPRD (pasal 136
ayat 1).
Dalam Undang Nomor 23 Tahun 2014 pembentukan perda dibentuk oleh
DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah (pasal 236 ayat 2).
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 lebih memperinci dalam pasal
masing-masing mengenai perencanaan pasal 239, penyusunan padal 240,
pembahasan pasal 241, penetapan pasal 242, pengundangan pasal 244
serta evaluasi rancangan perda pada pasal 245.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga menjelaskan lebih terperinci dan
mendetail dalam pasal tersendiri mengenai Perkada (peraturan kepala
daerah) dalam bagian kedua pasal 246, perencanaan;penyusunan dan
penetapan pasal 247 serta pengundangan pasal 248.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga mengatur secara jelas dan
terperinci mengenai pembatalan perda dan perkada dalam pasal 249,
penyebarluasan program pembentukan perdan dan rancangan perda pasal
253.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga memperjelas mengenai
pembentukan satuan polisi pamong praja untuk menegakan perda dan
perkada dalam pasal 255 dan pasal 256 serta penunjukan pejabat penyidik
untuk menyidik pelanggaran atas ketentuan perda pada pasal 257 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014.
9 Bab X : Pembangunan Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Bab VII menyebut
Perencanaan Pembangunan Daerah sedangkan Dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 pada Bab X menyebut Pembangunan Daerah dimana
dalam bagian kedua pada pasal 260-266 mengatur tentang perencanaan
pembangunan daerah dimana dokumen perencanaan pembangunan daerah
terdiri atas : a. RPJPD, b. RPJMD dan c. RKPD (pasal 263 ayat 1)
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga lebih memperjelas
proses pembangunan daerah antara lain evaluasi rancangan perda tentang
RPJPD dan RPJMD, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah serta
pemberian insentif dan kemudahan investasi.
Penyelenggaran pemerintahan daerag melibatkan peran serta masyarakat
dan sektor swasta dalam pembangunan daerah (pasal 278 ayat 1).
Untuk mendorong peran serta masyarakat dan sektor swasta sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, penyelenggaran pemeritahan daerah dapat
memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada masyarakat dan/atau
investor yang diatur dalam perda dengan berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan (pasal 278 ayat 2)
10. Bab XI : Keuangan Daerah
Terdapat sedikit perubahan dan penambahan pada poin mengenai Keuangan
Daerah yang berbeda antara kedua Undang-Undang ini. Perbedaan terletak
pada :
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah.
Pemerintah pusat memiliki hubungan keuangan dengan daerah untuk
membiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang diserahkan
dan/atau ditugaskan kepada daerah (pasal 279 ayat 1).
Hubungan Keuangan Antar Daerah. Daerah dalam penyelenggaraaan
urusan pemerintahan yang diserahkan oleh pemerintah pusat memiliki
hubungan keuangan dengan daerah yang lain (pasal 281 ayat 1).
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah. Kepala daerah
adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili
pemerintahan daerah dalan kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan
(pasal 284 ayat 1).
Pendapatan, Belanja Dan Pembiayaan. Pendapatan daerah bersumber dari
a. Pendapatan asli daerah meliputi : 1. Pajak daerah, 2. Retribusi daerah, 3.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;dan 4. Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. b. Pendapatan transfer, c. Lain-lain
pendapatan daerah yang sah (pasal 285 ayat 1). Pendapatan transfer
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi : a. Tranfer pemerintah
pusah terdiri atas dana perimbangan, dana otonomi khusus, dana
keistimewaan; dan dana desa. b. Transfer antar daerah terdiri atas
pendapatan bagi hasil dan bantuan keuangan.
Perubahan pasal yang mengatur mengenai BUMD yang disahkan dalam bab
tersendiri dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
11. Bab XII : BUMD
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 BUMD (Badan Usaha Milik
Daerah) diatur dalam Bab VIII paragraf kelima pasal 177 yang berbunyi
Pemerintah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan
pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Perda
yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Penjelasan mengenai BUMD pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ini
tidak secara eksplisit sehingga dalam pemahaman mengenai BUMD tidaklah
memberikan gambaran yang pasti dan jelas.
BUMD merupakan lembaga daerah yang sekiranya pembentukan maupun
penggabunggan akan sangat menguntungkan pendapatan daerah, oleh
karena itu Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 BUMD diatur
tersendiri dalam Bab XII.
Pasal 331 ayat (1) Daerah dapat membentuk BUMD, (2) Pendiriaan BUMD
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan perda, (3) BUMD
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas Perusahaan Umum Daerah
dan Perusahaan Perseroan Terbatas, (4) pendirian BUMD sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 bertujuan untuk memberikan manfaat bagi
perkembangan perekonomian daerah pada umumnya (a)
11. Bab XIII : Pelayan Publik
Hal lain yang tidak terdapat dalam Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 adalah bagian yang mengatur tentang Pelayanan Publik dimana.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa
Pemerintah Daerah Wajib Menjamin Terselenggarannya Pelayanan
Publik Berdasarkan Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Daerah (pasal 344 ayat 1).
Pelayanan publik diselenggarakan berdasarkan pada asas kepentingan
umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban,
keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif,
keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakukan khusus bagi kelompok
rentan, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan (pasal
344 ayat 1).
Pemerintah Wajib Membangun Manajemen Pelayanan Publik dengan
mengacu pada asas pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada pasal
344 ayat 2 (pasal 345 ayat 1).
Manajemen pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi
pelaksanaan pelayanan, pengelolaan pengaduan masyarakat, pengelolaan
informasi, pengawasan internal, penyuluhan kepada masyarakat, pelayanan
konsultasi dan pelayanan publik lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (pasal 345 ayat 2).
12. Bab XIV : Partisipasi Masyarakat
Hal lain yang baru dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah
mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Daerah yang tidak
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Partisipasi masyarakat mencakup : penyusunan perda dan kebijakan daerah
yang mengatur dan membebani masyarakat,
perencanaan;penganggaran;pelaksanaan;pemonitorian;dan pengevaluasian
pembangunan daerah, pengelolaan aset dan/atau sumber daya alam daerah
dan penyelenggaraan pelayanan publik (pasal 354 ayat 3).
Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dilakukan dalam
bentuk konsultasi publik, musyawarah, kemitraan, penyampaian aspirasi,
pengawasan dan/atau keterlibatan lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (pasal 354 ayat 4).
13. Bab XV : Perkotaan
Perbedaan Perkotaan (UU No. 23 Tahun 2014) dan Kawasan Perkotaan (UU
No. 32 Tahun 2004) terletak pada pendefinisian kawasan perkotaan. Dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 perkotaan adalah wilayah dengan
batas-batas tertentu yang masyarakatnya mempunyai kegiatan utama di
bidang industri dan jasa (pasal 355 ayat 1).
Perkotaan dapat berbentuk : a. kota sebagai daerah dan, b. kawasan
perkotaan (pasal 355 ayat 2 UU no. 23 Tahun 2014)
Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b berupa : a.
Bagian daerah kabupaten dan, b. Bagian dari dua atau lebih daerah yang
berbatasan langsung. Dengan demikian Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 menghilangkan kota sebagai daerah otonom sebagai bentuk kawasan
perkotaan sebagai tercantum dalam pasal 199 ayat 1 huruf a Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004
Perbedaan terletak pula pada pengelolaan kawasan perkotaan
14. Bab XVI : Kawasan Khusus dan Kawasan Perbatasan Negara
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, kawasan khusus diatur dalam
bagian kedua pada Bab II tentang pembentukan daerah dan kawasan
khusus. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Kawasan perkotaan
diatur dalam bab tersendiri yakni bab XVI dengan menambahkan fungsi
kawasan perbatasan negara.
Pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 9 ayat 2 yang
menyebutkan bahwa fungsi pemerintahan kawasan khusus tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk perdagangan bebas dan/atau
pelabuhan bebas.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 kawasan khusus disebutkan
jauh lebih luas dari maksud Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yakni
meliputi : kawasan perdagangan bebas dan/atau pelabuhan bebas, kawasan
hutan lindung, kawasan hutan konservasi, kawasan taman laut, kawasan
buru, kawasan ekkonomi khusus, kawasan berikat, kawasan angkatan
perang, kawasan industri, kawasan purbakala, kawasan cagar alam, kawasan
cagar budaya, kawasan otorita dan kawasan untuk kepentingan nasional
lainnya yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hal lain yang tidak dibahas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
adalah menyangkut Kawasan Perbatasan Negara. Dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 bagian pasal 261 ayat 1 kawasan perbatasan negara
adalah kecamatan-kecamatan terluar yang berbatasan langsung dengan
negara lain.
Pemerintah pusat wajib membangun kawasan perbatasan agar tidak
tertinggal dengan kemajuan kawasan perbatasan di negara tetangga (pasal
261 ayat 7).
15. Bab XVII : Kerja Sama Daerah dan Perselisihan
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Bab IX berbunyi Kerja Sama
Dan Penyelesaian Perselisihan, poin ini di perbaharui dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Bab XVII menjadi Kerja Sama Daerah dan
Perselisihan.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 penjelasan mengenai kerja
sama daerah tidak secara jelas diatur. Dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 kerja sama daerah dapat dilakukan dengan daerah lain, pihak
ketiga dan/atau lembaga atau pemerintah daerah diluar negeri sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan (pasal 363 ayat 2). Kerja sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2 dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja
sama sukarela.
Kerja Sama Wajib mencakup : kerja sama antar daerah provinsi, kerja sama
antar daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota dalam wiayahnya, kerja
sama antar daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota dari provinsi yang
berbeda, kerja sama antar daerah kabupaten/kota dari daerah provinsi yang
berbeda, kerja sama antar daerah kabupaten/kota dalam satu daerah (pasal
364 ayat 2)
Kerja Sama Sukarela dilaksanakan oleh daerah yang berbatasan atau tidak
berbatasan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah namun dipandang lebih efektif dan efisien jika dilakukan
dengan bekerja sama (pasal 365)
Dalam kerja sama antar daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota Paragraf
3 pasal 366 dan 367 mengatur dan menjelaskan mengenai pelaksanaan kerja
sama, paragraf 4 pasal 368 mengatur dan menjelaskan mengenai
pemantauan dan evaluasi kerja sama
Dalam hal penyelesaian perselisihan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 diatur dalam pasal 198 sedangkan pada Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 diatur pada bagian kedua pasal 370. Perbedaan terletak pada
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa jika
gubernur tidak dapat menyelesaikan perselisihan maka perselisihan antar
daerah dapat dilakukan oleh menteri artinya bahwa menteri siapa saja dapat
menyelesaikan tergantung konteks masalah dan bukan hanya menteri dalam
negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004.
16. Bab XVIII : Desa
Penjelasan mengenai desa diatur dalam bab XI yang terdiri atas pasal 200
sampai pasal 216 beserta penjelasannya dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 penjelasan mengenai desa
diatur dalam bab XVII yang hanya terdiri dari dua pasal yakni pasal 371 dan
pasal 372. Mengingat terdapat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa, maka dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ini penjelasan
mengenai desa dipersingkat dengan hanya menambahkan bahwa pendanaan
segala urusan kepada desa menjadi urusan pemerintahan pusat dibebankan
kepada APBN, urusan pemerintahan provinsi kepada desa dibebankan
kepada APBD provinsi dan urusan pemerintahan kepada desa
kabupaten/kota dibebankan kepada APBD kabupaten/kota.
17. Bab XIX : Pembinaan dan Pengawasan
Penjelasan mengenai pembinaan dan pengawasan dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 dipertegas dengan menguraikan tugas secara
terperinci pembinaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah
provinsi dilakukan oleh menteri, menteri teknis dan kepala lembaga non
kementerian (pasal 374 ayat 1). Pembinaan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah kabupaten/kota dilaksanakan oleh gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat (pasal 375 ayat 1).
Untuk mendukung pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah,
kementerian menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepamongprajaan
(pasal 376 ayat 1).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga mengatur mengenai
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi (pasal 377),
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota (pasal
378), pembinaan dan pengawasan kepala daerah terhadap perangkat daerah
(pasal 379), penghargaan dan fasilitas khusus (pasal 381 dan 382) dimana
penghargaan kepada pemerintahan daerah berkinerja baik dilakukan oleh
presiden sedangkan penambahan fasilitasi khusus dimaksudkan dilakukan
oleh menteri terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi yang
telah dibina namun tidak menunjukan perbaikan kinerja (pasal 382 ayat 2)
18. Bab XX : Tindakan Hukum Terhadap Aparatur Sipil Negara di Instansi
Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
yang dimaksud dengan Aparatur Sipil Negara adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bab V tentang kepegawaian daerah
tidak mencantumkan tindakan hukum bagi pegawai negeri yang melakukan
kesalahan.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Memberikan Kewenangan
Kepada Daerah Untuk Melakukan Penyidikan Kepada Aparatur Sipil
Negara yang disangka melakukan pelanggaran hukum dalam pelaksanaan
tugas dimana sebelumnya penyidik memberitahukan kepada kepala daerah
(pasal 384 ayat 1)
Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan atas dugaan penyimpangan
yang dilakukan oleh aparatur sipil negara di instansi daerah kepada aparat
pengawas internal pemerintah dan/atau aparat penegak hukum (pasal 385
ayat 1).
Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 3
ditemukan bukti adanya penyimpangan yang bersifat pidana, proses lebih
lanjut diserahkan kepada aparat penegak hukum sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (pasal 385 ayat 5).
19. Bab XXI : Inovasi Daerah
Hal lain yang tidak dibahas dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
adalah mengenai Inovasi Daerah . Inovasi daerah dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 adalah semua bentuk pembaharuan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah (pasal 38 ayat 2)
Inisiatif inovasi dapat berasal dari kepala daerah, anggota DPRD, aparatur
sipil negara, perangkat daerah dan anggota masyarakat (pasal 388 ayat 1)
Kepala daerah melaporkan inovasi daerah yang akan dilaksanakan kepada
menteri (pasal 388 ayat 7)
Pemerintah pusat memberikan penghargaan dan/atau insentif kepada
pemerintah daerah yang berhasil melaksanakan inovasi (pasal 388 ayat 11)
20. Bab XXII : Informasi Pemerintahan Daerah
Hal lain yang juga terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
dan tidak terdapat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah
tentang Informasi Pemerintahan Daerah.
Pemerintah daerah wajib menyediakan informasi pemerintahan daerah yang
terdiri atas : a. Informasi pembangunan daerah dan, b. Informasi keuangan
daerah (pasal 391 ayat 1), yang dikelola dalam suatu sistem informasi
pemerintahan daerah (391 ayat pasal 2)
Informasi Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 391
ayat 1 huruf a memuat informasi perencanaan pembangunan daerah yang
mencakup : a. Kondisi geografis daerah, b. Demografi, c. Pontensi sumber
daya daerah, d. Ekonomi dan keuangan daerah, e. Aspek kesejahteraan
masyarakat, f. Aspek pelayanan umum dan g. Aspek daya saing daerah
(pasal 392).
Informasi Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 391 ayat
1 huruf b paling sedikit memuat informasi anggaran, pelaksanaan anggaran
dan laporan keuangan (pasal 393 ayat 1).
Informasi pembangunan daerah dan informasi keuangan daerah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 391 ayat 1 wajib diumumkan kepada
masyarakat (pasal 394 ayat 1).
21. Bab XXIII : Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah
Terdapat perbedaan mengenai pertimbangan otonomi daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bab XIII berisi tentang pertimbangan
dalam kebijakan otonomi daerah sedangkan dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 bab XXIII tentang dewan pertimbangan otonomi daerah.
Perbedaaan terletak pada masing-masing ayat 2 mengenai tugas dalam
memberikan saran pertimbangan kepada presiden yakni :
Penamaan yang fokus pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yakni
Dewan Otonomi Daerah;
Pertimbangan yang diberikan kepada presiden lebih disederhanakan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menjadi penataan daerah
(pembentukan/penghapusan/penggabungan daerah dan kawasan khusus);
Dana perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah;
Penyelesaian permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan/atau perselisihan antara daerah dengan kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian.
Dewan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diketuai oleh menteri
dalam negeri, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
dewan pertimbangan otonomi daerah terdiri atas : a. Wakil presiden selaku
ketua, b. Menteri selaku sekertaris, c. Para menteri terkait selaku anggota
dan d. Perwakilan kepala daerah selaku anggota (pasal 397 ayat 1).
22. Bab XXIV : Ketentuan Pidana
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menambahkan ketentuan
pidana dalam bab XXIV pasal 398 yang tidak terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 yang berbunyi kepala daerah yang tidak memberikan
pelayanan perizinan sesuai peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 350 ayat 1 dikenai sanksi pidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan apabila pelanggarannya bersifat
pidana.
23. Bagian yang mengatur ketentuan lain-lain (Bab XXV Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014) dan (Bab XIV Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004).
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 hanya terdiri dari dua pasal
yakni pasal 399 dan pasal 400 dengan menghilangkan penjelasan khusus
mengenai keistimewaan provinsi nangroe aceh darussalam, proovinsi daerah
khusus ibu kota jakarta, instansi vertikal, batas daerah provinsi dan anggota
TNI/Polri yang tidak menggunakan hak memilik dalam pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004
24. Bagian mengenai Ketentuan peralihan (Bab XXVI Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 dan Bab XV Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004) terjadi
perubahan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang
menghilangkan ketentuan peralihan mengenai masa jabatan serta pemilihan
kepada daerah dan wakil kepala daerah.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ketentuan peralihan
menambahkan mengenai ijin yang habis masa berlaku serta penyesuai
BUMD terhadap ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Analisis Mengenai Perubahan Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah


Nomor 23 Tahun 2014 (Bab XIV, Pasal 354 Ayat 1 Sampai Dengan Ayat 7
Tentang Partisipasi Masyarakat)
Sebagai bentuk akomodasi kepentingan masyarakat dalam pembangunan daerah,
maka pemerintahan memandang penting aspek keterlibatan atau partisipasi
masyarakata didalam perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 belum memberikan pandangan mengenai partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, padahal unsur utama
dalam pembangunan daerah tentunya masyarakat sebab dengan melibatkan
masyarakat dalam perencaaan pembangunan maka akan mudah memahami
keinginan masyarakat sehingga dapat diwujudkannyatakan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 memasukan unsur PARTISIPASI
MASYARAKAT sebagaimana tertuang dalam Bab XIV dan pada pasal 354 ayat 1
sampai dengan ayat 7. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 354
ayat 1 disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
Pemerintah Daerah mendorong partisipasi masyarakat. Dalam upaya mendorong
partisipasi masyarakat untuk ikut aktif dalam proses pembangunan dalam suatu
daerah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 354 ayat 2 huruf a,b,c dan d
mengharuskan pemerintah daerah untuk :
a. Menyampaikan informasi tentang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
masyarakat;
b. Mendorong kelompok dan organisasi masyarakat untuk berperan aktif dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah melalui dukungan pengembangan
kapasitas masyarakat;
c. Mengembangkan pelembagaan dan mekanisme pengambilan keputusan yang
memungkinkan kelompok dan organisasi kemasyarakatan dapat terlibat secara
efektif; dan/atau
d. Kegiatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hal ini harus dilakukan oleh pemerintah daerah mengingat dalam ketentuan
sebelumnya (UU No. 32 Tahun 2004) belum lah memuat ketentuan ini, hal ini untuk
membangun keterbukaan kepada masyarakat.
Kemudian apa saja cakupan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan
suatu wilayah ? Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 354 ayat 3 huruf a,b,c
dan d menjelaskan Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup :
a. Penyusunan Perda dan kebijakan Daerah yang mengatur dan membebani
masyarakat;
b. Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemonitoran, dan pengevaluasian
pembangunan Daerah;
c. Pengelolaan aset dan/atau sumber daya alam Daerah; dan
d. Penyelenggaraan pelayanan publik.
Untuk menjelaskan apa saja bentuk-bentuk yang bisa dilakukan dalam partisipasi
masyatakat dalam pembangunan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 354
ayat 4 huruf a,b,c,d,e dan f menjelaskan bahwa Partisipasi masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalam bentuk:
a. Konsultasi publik;
b. Musyawarah;
c. Kemitraan;
d. Penyampaian aspirasi;
e. Pengawasan; dan/atau
f. Keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Namun perlu dingat pula bahwa tidak semua proses pembangunan dapat diikuti oleh
masyarakat, ada hal-hal dimana proses tersebut menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah sehingga dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal
354 ayat 5 menyebut bahwa : Ketentuan lebih lanjut mengenai partisipasi
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur
dengan peraturan pemerintah. Maka pemerintah sesuai dengan pasal 5 ini
menyusun peraturan pemerintah terkait dengan proses keterlibatan atau partisipasi
masyarakat dalam konteks yang lebih umum. Peraturan pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) paling sedikit mengatur :
a. Tata cara akses masyarakat terhadap informasi penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah;
b. Kelembagaan dan mekanisme partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
c. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam penyelenggaran Pemerintahan Daerah;
dan
d. Dukungan penguatan kapasitas terhadap kelompok dan organisasi kemasyarakatan
agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah.
Selanjutnya berdasarkan peraturan pemerintah yang disusun, maka pemerintah
dalam daerah sesuai amanat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal
354 ayat 7 menjelaskan bahwa : Tata cara partisipasi masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Perda dengan
berpedoman pada peraturan pemerintah.
Maka pemerintah daerah bertugas menyusun peraturan daerah untuk mengatur
partisipasi masyarakat dalam pembangunan di wilayahnya, penyusunan peraturan
daerah tentunya berdasarkan pada karakteristik kewilayahannya sebab karakter
setiap wilayah berbeda sehingga kami memandang perlu memasukan local wisdom
dalam peraturan tersebut sehingga dapat mengakomodir nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat dengan demikian partisipasi masyarakat dalam membangun daerah
dapat diakomodir dan masyarakat dapat menyalurkan aspirasi mereka. Inilah
konsep pembangunan yang benar dimana partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan
atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan harus dilakukan sehingga
dengan demikian diharapkan pembangunan dapat berjalan dengan mengakomodir
kepentingan dan keinginan masyarakat.
Pertanyaan berikut yang muncul, apakah semua pemerintah daerah sudah
melaksanakan amanah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 354 ayat ayat
sampai dengan ayat 7 dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ? semoga
dalam era reformasi birokrasi ini pertanyaan tersebut sudah dilaksanakan, dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 354 ini bukan hanya dibuat menjadi
sebuah konsep belaka akan tetapi memang menjadi keinginan dan harapan
masyarakat yang harus diwujudnyatakan oleh pemerintah daerah. Semoga para
pemangku kepentingan benar-benar telah dan dapat menjalankan amanah Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 354 bagi perkembangan daerah.

Referensi
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Você também pode gostar