Você está na página 1de 10

142 Kusuma: PENGARUH PASTEURISASI TERHADAP KUALITAS JERUK PACITAN

PENGARUH PASTEURISASI TERHADAP KUALITAS


JUS JERUK PACITAN
Hellen Retno Kusuma1), Tita Ingewati1), Nani Indraswati2), Martina2)
E-mail: hannani@mitra.net.id.

ABSTRAK

Jeruk Pacitan adalah salah satu hasil perkebunan asli Indonesia dan menjadi hasil unggulan daerah
Pacitan. Jeruk Pacitan mempunyai rasa yang manis, kandungan air yang banyak, dan memiliki kandungan
vitamin C yang tinggi sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat terutama anak anak.
Jeruk dapat dikonsumsi dalam bentuk jus. Pada pembuatan jus jeruk dalam kemasan terlebih dahulu
dilakukan pasteurisasi sebelum dikemas untuk mematikan mikroba dan menginaktifkan enzimenzim yang
menyebabkan reaksi pencoklatan.
Tujuan penelitian ini yaitu mempelajari pengaruh suhu dan waktu pemanasan pada proses pasteurisasi
jus jeruk Pacitan serta menentukan kondisi terbaik agar didapatkan jus jeruk dengan jumlah mikroba sesuai SNI
(<2 x 102 koloni/ml jus jeruk) dan kadar vitamin C yang tinggi.
Pada penelitian ini sari buah (jus) jeruk Pacitan dipasteurisasi pada berbagai variasi suhu dan waktu.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa semakin bertambahnya suhu dan waktu pemanasan, maka kualitas jus
jeruk semakin menurun. Jumlah mikroba, kadar vitamin C, total acidity, dan % Brix akan menurun seiring
bertambahnya suhu dan waktu pasteurisasi, tetapi warna dan pH semakin meningkat. Waktu dan suhu
pasteurisasi yang terbaik adalah suhu 80C selama 3,5 menit yaitu jus jeruk dengan jumlah mikroba 1,9 x 102
koloni/ml jus jeruk dengan kadar vitamin C= 0,6582 mg/ml jus jeruk.

Kata kunci : jus jeruk, pasteurisai, jumlah mikroba, kadar vitamin C

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara Dewasa ini minat konsumen akan jus
beriklim tropis yang kaya akan hasil perkebunan jeruk dalam kemasan meningkat karena sangat
meliputi buahbuahan dan sayursayuran. Jeruk praktis, mudah dikonsumsi, dan mengandung
manis Pacitan (Citrus sinensis Osbeck) adalah kandungan vitamin C alami yang tinggi. Jika jus
salah satu hasil perkebunan asli Indonesia, jeruk Pacitan ini diproduksi dalam skala industri
sekaligus menjadi hasil unggulan daerah Pacitan maka akan memberikan banyak manfat, antara
maupun nasional. Jeruk manis Pacitan lain dapat meningkatkan pemanfaatan Sumber
mempunyai kedudukan tertinggi diantara jenis- Daya Alam (SDA) jeruk Pacitan dan menambah
jenis jeruk yang lain dan merupakan kunci bagi pendapatan daerah Pacitan. Dalam pembuatan
industri jeruk di Indonesia, karena merupakan jus buah dalam kemasan, jus buah terlebih
bahan pembuatan minuman jeruk yang sangat dahulu dipasteurisasi sebelum dikemas. Hal ini
baik[1,2]. bertujuan untuk mematikan mikroba patogen
Jeruk manis Pacitan mempunyai rasa yang (penyebab penyakit) dan mikroba pembusuk
manis, kandungan air yang banyak, harganya (jamur dan bakteri) yang terdapat pada jus buah.
terjangkau, dan memiliki kandungan vitamin C Selain itu pasteurisasi juga bertujuan untuk
yang tinggi (berkisar 27-49 mg/100 gram daging menginaktifkan enzim-enzim yang
buah) sehingga dapat dikonsumsi oleh seluruh menyebabkan reaksi pencoklatan secara alami
lapisan masyarakat terutama anak-anak. Vitamin pada jus buah sehingga aman dikonsumsi dan
C bermanfaat sebagai antioksidan dalam tubuh, tahan lama sebelum kemasan dibuka[1].
yang dapat membantu mencegah kerusakan sel Proses pasteurisasi jus jeruk dilakukan
akibat aktivitas molekul radikal bebas. Jeruk dengan cara pemanasan yang akan
dapat dikonsumsi dengan berbagai cara antara meningkatkan kualitas, baik nutrisi, rasa, dan
lain dengan langsung dimakan buahnya dan warna dari jus jeruk tersebut. Suhu pemanasan
dapat pula diminum dalam bentuk jus. yang terlalu tinggi dan waktu pemanasan yang

1)
Mahasiswi di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2)
Staf Pengajar di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Kusuma : PENGARUH PASTEURISASI TERHADAP KUALITAS JERUK PACITAN

terlalu lama dapat mengakibatkan nutrisi dan gram jus jeruk secara umum dapat dilihat pada
vitamin yang terkandung dalam jus jeruk Tabel 1.
menjadi berkurang. Di sisi lain, jika suhu
pemanasan terlalu rendah atau waktu pemanasan Tabel 1. Komposisi Jus Jeruk Manis Secara Umum[5]
yang terlalu singkat, dikhawatirkan jumlah Komposisi Kandungan (tiap
mikroba yang terdapat dalam jus masih cukup 100 gram jus jeruk)
tinggi. Jus jeruk mengandung gula yang cukup Kalori (kal) 44
untuk menumbuhkan mikroba, sehingga jika jus Protein (g) 0,8
Lemak (g) 0,2
jeruk tidak dipasteurisasi dan dikemas dengan
Karbohidrat (g) 1,0
baik maka sangat mudah terkontaminasi oleh Vitamin B (mg) 0,08
mikroba. Jus jeruk yang banyak mengandung Vitamin C (mg) 49
mikroba tidak layak dikonsumsi manusia. Kalsium (mg) 19
Tujuan dari penelitian ini adalah Fosfor (mg) 16
mempelajari pengaruh suhu dan waktu Air (g) 0,2
pasteurisasi terhadap kualitas jus jeruk manis Kualitas jus jeruk yang dikonsumsi harus
Pacitan dan menentukan kondisi optimum mendekati jeruk alami. Parameter kualitas jus
pasteurisasi jus jeruk Pacitan agar didapatkan jus jeruk tersebut antara lain:
jeruk dengan jumlah mikroba yang sesuai SNI
dengan kadar vitamin C yang tinggi. Sedangkan Jumlah mikroba
manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah Faktor yang mempengaruhi
untuk mengetahui suhu dan waktu pasteurisasi berkembangnya mikroba dalam suatu media
yang terbaik agar dihasilkan jus jeruk yang antara lain kandungan substrat (glukosa), suhu,
memiliki jumlah mikroba sesuai SNI dengan dan derajat keasaman (pH). Jus jeruk memiliki
kandungan vitamin C yang tinggi. pH asam yaitu sekitar 3,4. Pada pH tersebut,
terdapat beberapa mikroba yang dapat tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA antara lain yeast, jamur, dan bakteri asam laktat.
Jeruk manis (Citrus sinesis) Mikroba tersebut dapat merusak jus jeruk.
Jeruk merupakan salah satu buah yang Semakin banyak mikroba yang terdapat dalam
bermanfaat bagi tubuh dan banyak dikonsumsi jus jeruk, maka nutrisi dalam jus jeruk semakin
oleh masyarakat. Umumnya buah jeruk mudah rusak sehingga tidak dapat dikonsumsi
dikonsumsi dalam bentuk buah atau minuman. oleh manusia[4]. Menurut SNI No. 10-6019-
Salah satu vitamin yang banyak terkandung 1999, tentang sari buah jeruk, cemaran mikroba
dalam buah jeruk adalah vitamin C (asam maksimal yang diijinkan adalah 2x102 koloni/ml
askorbat). Kandungan vitamin C dalam buah jus jeruk[6].
jeruk sangat beragam antar varietas, berkisar
antara 27-49 mg/100 gram daging buah. Sari Vitamin C (Asam Askorbat)
buah jeruk mengandung berkisar 40-70 mg Kandungan vitamin utama pada buah jeruk
vitamin C per 100 ml, tergantung pada jenis yang dibutuhkan oleh tubuh adalah vitamin C.
jeruknya. Makin tua buah jeruk, umumnya Oleh karena itu, dalam memproduksi jus jeruk
kandungan vitamin C-nya makin berkurang, hendaknya produk jus yang dihasilkan
tetapi rasanya semakin manis[2]. mempunyai kualitas vitamin C yang tidak
berbeda jauh dari buah aslinya. Vitamin C akan
Jus Jeruk terdegradasi jika terkena udara (teroksidasi) dan
Dalam proses pembuatan jus jeruk pada pemanasan[7].
skala industri, umumnya dilakukan proses
pasteurisasi terlebih dahulu sebelum dikemas. Total acidity
Pasteurisasi jus jeruk umumnya dilakukan pada Total acidity adalah jumlah total asam
suhu 80C selama 30 detik[3]. Hal ini bertujuan organik yang dapat dititrasi dengan larutan
untuk mematikan mikroba pembusuk yaitu NaOH. Asam organik merupakan kandungan
mould dan bakteri[4]. Komposisi nutrisi yang terbesar dalam jeruk yang dapat bereaksi dengan
terkandung dalam jus jeruk manis setiap 100 NaOH. Asam organik yang paling dominan

143
WIDYA TEKNIK Vol. 6 No. 2, 2007(142-151)

dalam jus jeruk adalah asam sitrat[13,14]. Selain menentukan cita rasa dari jus. Setiap pabrik
asam sitrat, asam organik lain yang terdapat umumnya menetapkan angka perbandingan
dalam jus buah adalah tartaric acid, malic acid, %Brix dan total acidity yang berbedabeda
benzoic acid, oxalic acid, dan succinic acid[8]. sesuai dengan kebijaksaan setiap pabrik, dan hal
Total acidity dalam jus buah berpengaruh ini juga yang menyebabkan rasa dari setiap merk
terhadap kualitas rasa dari produk tersebut. Jika jus berbeda[9].
total acidity semakin tinggi maka rasa dari
produk akan semakin asam. Umumnya total Derajat keasaman (pH)
acidity dibandingkan dengan % Brix untuk Jus jeruk pada umumnya memiliki pH
mencapai cita rasa tertentu[9]. sekitar 3,4. Dalam proses pemanasan
(pasteurisasi) dan penyimpanan, jus jeruk dapat
Warna (Browning) mengalami dua reaksi browning yaitu Maillard
Warna oranye atau kuning pada jeruk browning dan oksidasi asam askorbat yang
disebabkan adanya pigmen warna carotenoid[16]. keduanya dapat dibedakan berdasarkan pH jus
Proses browning yang umumnya terjadi pada jeruk[12]. Oksidasi asam askorbat terjadi pada pH
buah-buahan dan sayur-sayuran dapat berkisar 25[13], sedangkan Maillard browning
menyebabkan terjadinya perubahan rasa, aroma, dapat berlangsung pada suasana asam maupun
dan warna[10]. Proses browning dapat terjadi basa walaupun pada kondisi basa browning
dengan dua cara yaitu dengan enzymatic dan berlangsung lebih cepat. Kecepatan reaksi
non-enzymatic. Maillard browning bertambah seiring dengan
kenaikan pH[12].
Total soluble solid
Total soluble solid yang terkandung dalam Proses Browning
jus jeruk dapat dinyatakan dengan %Brix[10]. Proses browning atau pencoklatan adalah
Kandungan total soluble solid yang terdapat proses terbentuknya warna coklat pada bahan
dalam jus jeruk dapat dilihat pada Tabel 2. pangan secara alami atau karena reaksi tertentu
dan tidak disebabkan oleh zat warna pada jus
Tabel 2. Total soluble solid dalam Jeruk[11]
Konstituen Jumlah (% total
jeruk (carotenoid). Proses browning pada buah
soluble solid) merupakan salah satu masalah utama yang
Karbohidrat 76 mempengaruhi kualitas berbagai jus buah dan
Asam organik 9,6 juga menyebabkan hilangnya nutrisi buah. Pada
Asam amino bebas 5,4 dasarnya proses browning dibagi menjadi dua
Ionion anorganik 3,2 yaitu enzymatic browning dan nonenzymatic
Vitamin 2,5 browning[10]. Metode yang paling umum untuk
Lipid constituents 1,2 pengukuran indeks warna coklat pada proses
Nitrogen bases dan 0,9 browning adalah dengan menggunakan
glutatione 0,8 spektrofotometer UV-VIS berdasarkan
Flavonoids 0,38
absorbansi pada panjang gelombang 420
Volatile constituents 0,013
Carotenoids 0,007 nm[10,14].
Enzim
Enzymatic browning
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Enzymatic browning terjadi karena
komponen total soluble solid yang terbesar beberapa faktor antara lain senyawa phenolic
adalah karbohidrat dan asam organik. dan enzim Polypenol Oxidase (PPO) yang
Karbohidrat sendiri sebagian besar terdiri dari terdapat dalam buah, dengan adanya oksigen.
tiga macam gula yaitu sucrose, glucose, dan Enzymatic browning hanya dapat terjadi pada
fructose dengan perbandingan 2:1:1, sehingga buah dan sayur yang mengandung senyawa
kandungan utama dalam total soluble solid pada phenolic dan enzim yang dapat menyebabkan
jus jeruk adalah sucrose[11]. reaksi pencoklatan. Senyawa phenolic dengan
%Brix sangat erat hubungannya dengan adanya aktivitas enzim PPO, jika terkena udara
kualitas rasa pada produk yang dihasilkan. (oksigen) akan teroksidasi menjadi O-kuinon
Perbandingan %Brix dan total acidity yang kemudian terpolimerisasi menjadi melanin.

144
Kusuma : PENGARUH PASTEURISASI TERHADAP KUALITAS JERUK PACITAN

Melanin akan membentuk pigmen warna coklat Mekanisme reaksi Maillard dapat dilihat pada
(brown pigment). Proses enzymatic browning ini Gambar 1.
dapat menyebabkan perubahan tekstur, rasan,
dan penurunan kualitas nutrisi. Enzim PPO
dapat beraktivitas secara optimum pada pH
berkisar antara 5-7[15,16].

Non - Enzymatic browning


Nonenzymatic browning adalah proses
pencoklatan yang terjadi karena bahan makanan
dipanaskan atau disimpan. Peristiwa ini tidak
memerlukan katalisator biologis seperti enzim.
Non-enzymatic browning dapat dibagi menjadi
tiga macam reaksi utama yaitu Maillard
browning, karamelisasi, dan oksidasi asam
askorbat[12]. Dalam jurnal ini tidak dibahas
tentang karamelisasi karena karamelisasi tidak
terjadi dalam proses pasteurisasi jus jeruk. Gambar 1. Reaksi Maillard[12]
Di dalam jus jeruk terjadi dua macam
proses non-enzymatic browning secara Reaksi Maillard berlangsung semakin
bersamaan yaitu pencoklatan karena reaksi cepat dengan kenaikan pH dan suhu. Mekanisme
Maillard dan oksidasi asam askorbat. Enzymatic terjadinya reaksi Maillard melalui beberapa
browning tidak terjadi pada jus jeruk yang telah tahapan reaksi sehingga terbentuk pigmen
dipasteurisasi (dipanaskan) karena proses berwarna coklat sebagaimana tersirat pada
pemanasan akan menonaktifkan enzim penyebab Gambar 1. Reaksi awal adalah terjadinya
browning (PPO). Reaksi Maillard browning kondensasi pada gugus aldehydic dari gula
pada jus jeruk dikarenakan adanya kandungan dengan gugus amino yang menghasilkan
gula reduksi (gugus karbonil) dan protein (gugus glycosylamine. Selanjutnya, glycosylamine
amino) yang bereaksi membentuk melanoidin mengalami isomerisasi membentuk senyawa
atau pigmen coklat. Oksidasi asam askorbat amadori. Senyawa amadori akan kehilangan
mengakibatkan terbentuknya furfural yang amine (deaminasi) membentuk beberapa
membentuk pigmen berwarna coklat. Pada jus dicarbonyl fragment. Salah satu senyawa
jeruk, oksidasi asam askorbat lebih dominan dicarbonyl fragment yang paling utama dalam
terjadi dibandingkan reaksi Maillard karena jus reaksi Maillard adalah 5-(hydroxymethyl)-2-
jeruk memiliki pH yang rendah (kondisi asam) furaldehyde (HMF). Kemudian HMF mengalami
yaitu berkisar 2-4 yang mengakibatkan reaksi polimerisasi menjadi senyawa berwarna coklat
Maillard berjalan lambat[10]. yang disebut melanoidin dan senyawa perusak
rasa seperti pyrazine[12,17].
Maillard browning
Maillard browning disebabkan karena Oksidasi Asam Askorbat
adanya reaksi antara gugus karbonil dari gula Nama kimia dari vitamin C adalah asam
reduksi dengan gugus amino dari asam amino askorbat, sering juga disebut asam L-askorbat.
atau protein membentuk brown pigment. Yang Dalam reaksi biokimia asam askorbat berfungsi
termasuk dalam gula reduksi antara lain sebagai oksidator-reduktor, pembawa hidrogen,
monosakarida: glukosa atau fruktosa, dan dan dapat menangkap radikal bebas[18]. L-
disakarida: maltosa, atau laktosa. Gula non ascorbic acid bersifat tidak stabil, sensitif
reduksi tidak dapat melakukan reaksi Maillard terhadap panas, dapat teroksidasi jika terkena
kecuali jika terlebih dahulu dilakukan hidrolisis udara dan suhu tinggi yang dapat menyebabkan
atau fermentasi, yang mengakibatkan pecahnya vitamin C rusak.
ikatan glikosida sehingga dapat membebaskan Degradasi L-ascorbic acid dalam larutan
monosakarida dengan gugus pereduksi. bergantung dari beberapa faktor antara lain pH,
suhu, dan oksigen. Dengan adanya oksigen dan

145
WIDYA TEKNIK Vol. 6 No. 2, 2007(142-151)

panas, L-ascorbic acid akan teroksidasi dengan yang lain, atau dapat pula bergabung dengan
kecepatan yang sebanding dengan kenaikan amino acid membentuk pigmen berwarna
suhu. Larutan asam askorbat yang mengalami coklat[13].
proses browning dapat dilihat dari warna Pada larutan yang mengandung asam
larutannya yang semula berwarna kekuning- askorbat, asam sitrat ternyata juga memiliki
kuningan kemudian berangsurangsur berubah peranan yang penting dalam pembentukan
warna menjadi kecoklatan[7]. proses browning. Peristiwa ini tidak dipengaruhi
Proses oksidasi asam askorbat umumnya oleh pH dan ketidak-hadiran asam sitrat tersebut
terjadi pada pH berkisar 25, dan pH yang tidak dapat digantikan oleh asam organik yang
paling optimum adalah berkisar 45[13]. Pada pH lain. Asam sitrat sangat berperan pada reaksi
lebih tinggi pencoklatan yang disebabkan karena kimia dalam pembentukan zat warna coklat
oksidasi asam askorbat akan berkurang[12], tetapi ketika berada pada kondisi asam.
tetap akan terjadi reaksi pencoklatan dari reaksi Peranan asam sitrat pada larutan yang
Maillard. mengandung asam askorbat antara lain:
Mekanisme degradasi vitamin C dapat 1. Sebagai katalis untuk meningkatkan
berlangsung secara aerob dan anaerob. Melalui kecepatan oksidasi asam askorbat menjadi
cara anaerob asam askorbat mengalami gugus karbonil yang sangat reaktif;
ketonisasi menjadi keto-tautomer (keto-ascorbic 2. Kehadiran asam sitrat dapat menyebabkan
acid) yang kemudian mengalami delaktonisasi sebagian asam askorbat terpecah dan
menjadi diketogulonic acid. membentuk gugus karbonil yang bentuknya
Dengan cara aerob, oksidasi dapat berbeda dari hasil oksidasi asam askorbat
berlangsung dengan atau tanpa katalis. Kedua yang normal;
cara tersebut menghasilkan dehydroascorbic 3. Asam sitrat terpecah dan hasil pecahan
acid, yang selanjutnya akan mengalami tersebut akan bergabung pada kelompok
degradasi lagi menjadi 2,3-diketogulonic acid[19]. gugus karbonil;
Senyawa 2,3-diketogulonic acid ini kemudian 4. Sebagai katalis pada pembentukan zat warna
terdekomposisi membentuk furfural dan coklat;
melepaskan CO2. Senyawa furfural inilah yang 5. Memiliki perilaku yang sama seperti asam
membentuk pigmen berwarna coklat pada jus amino dan bereaksi dengan beberapa hasil
jeruk[12]. Mekanisme reaksi oksidasi asam L- dari oksidasi asam askorbat membentuk zat
askorbat digambarkan pada Gambar 2. warna coklat[13].
Selain itu pembentukan warna coklat juga
dapat disebabkan oleh karena banyaknya gugus METODE PENELITIAN
karbonil pada L-ascorbic acid yang bersifat Prosedur Penelitian
reaktif sehingga dapat terbentuk secara Jeruk manis Pacitan dicuci, dikupas
kompleks antara karbonil yang satu dengan kulitnya, diambil bijinya, dan dimasukkan ke
dalam ekstraktor untuk mendapatkan sari buah
(jus) jeruk. Jus jeruk tersebut dianalisis
kualitasnya. Jus jeruk kemudian dipanaskan
pada tiga macam variasi suhu yaitu 70, 80, dan
90C. Sampel diambil setiap selang waktu
pemanasan tertentu, didinginkan dalam ice bath
sampai dicapai suhu ruang, lalu dianalisis
kembali kualitasnya. Dipilih kondisi optimum
pasteurisasi yaitu suhu dan waktu pasteurisasi
yang menghasilkan jumlah mikroba <2x102
koloni/ml jus jeruk (sesuai Standart SNI No. 10-
6019-1999) dengan kadar vitamin C yang tinggi.
Analisis terhadap kualitas jus jeruk yang
Gambar 2. Reaksi oksidasi asam L askorbat[12]
dilakukan meliputi jumlah mikroba, kadar
vitamin C, total acidity, %Brix, warna, dan
derajat keasaman (pH). Jumlah mikroba dihitung

146
Kusuma : PENGARUH PASTEURISASI TERHADAP KUALITAS JERUK PACITAN

dengan metode Standart Plate Count (SPC),


7
kadar vitamin C (dalam mg/ml jus jeruk) dengan

Log jum lah m ikroorganism e


metode iodimetri, total acidity dengan metode 6
70 C
titrasi asam basa, %Brix ditentukan dengan 5 80 C
refraktometer, warna diukur dengan

(koloni/m l)
90 C
spektofotometer pada panjang gelombang 420 4

nm[10,14,20], dan pH diukur dengan pH meter. 3


Mulamula buah jeruk dicuci, dikupas
kulitnya dan diambil bijinya, kemudian diambil 2

sari jeruknya dengan menggunakan juice 1


extractor. Selanjutnya dilakukan proses 0 1 2 3 4 5
pasteurisasi jus jeruk yang bertujuan membunuh Waktu Pasteurisasi (menit)

mikroba untuk memperpanjang umur simpan jus Gambar 3. Hubungan antara waktu terhadap jumlah
jeruk. Semakin banyak jumlah mikroba yang mikroba (mikroorganisme) dalam jus jeruk pada
terdapat dalam jus jeruk, maka semakin tidak berbagai suhu pasteurisasi.
aman untuk dikonsumsi manusia. Jika mikroba
semakin sedikit, maka umur simpan jus jeruk Pada Gambar 3 tersebut, dapat dilihat
semakin panjang. Standar Nasional Indonesia bahwa jumlah mikroba pada jus jeruk menurun
(SNI) untuk sari buah jeruk (SNI 10-6019-1999) seiring bertambahnya suhu dan waktu
menetapkan persyaratan batas cemaran mikroba pemanasan karena mikroba akan mati apabila
total maksimal 2 x 102 koloni /ml jus jeruk. terkena suhu tinggi. Pada waktu pemanasan yang
Pada proses pasteurisasi, sampel jus jeruk sama, jika suhu pemanasan semakin tinggi maka
dimasukkan dalam erlenmeyer 100 ml. Proses jumlah mikroba semakin sedikit. Dengan
pasteurisasi dilakukan dengan memanaskan jus semakin tingginya suhu pasteurisasi, ternyata
jeruk dalam water bath dengan variasi suhu diperlukan waktu pasteurisasi yang lebih singkat
pemanasan 70, 80, dan 90C dalam kisaran untuk mencapai jumlah mikroba tertentu. Jumlah
waktu pemanasan 0,5 sampai 4,5 menit. Setelah mikroba dalam jus jeruk mula-mula sebanyak
dipanaskan, jus jeruk didinginkan sampai suhu 1,3x106 koloni/ml. Setelah mengalami
ruang, kemudian dianalisis jumlah mikroba, pemanasan selama 4,5 menit pada suhu 70C
kadar vitamin C, total acidity, total soluble solid jumlah mikroba dalam jus jeruk berkurang
(%Brix), warna, dan pH. menjadi 1,4x102 koloni/ml, pada suhu 80C
menjadi 8,3x101 koloni/ml, dan pada suhu 90C
menjadi 5,5x101 koloni/ml.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Disamping mengurangi jumlah mikroba,
Jumlah Mikroba proses pasteurisasi yang dilakukan ternyata juga
Untuk penentuan jumlah mikroba total mengakibatkan penurunan kualitas jus jeruk
pada penelitian ini digunakan media SDA yaitu menurunnya kadar vitamin C, total acidity,
(Sabourauds Dextrose Agar) ini karena SDA %Brix, serta meningkatnya warna, dan pH
memiliki pH yang sesuai dengan pH jus jeruk dengan bertambahnya waktu dan suhu
Pacitan. pH jus jeruk Pacitan berkisar 5,35,9 pasteurisasi.
dan pH SDA sekitar 5,6 0,2. Dengan pemilihan
media yang mempunyai pH sesuai dengan jus Vitamin C
jeruk, diharapkan jenis mikroba yang dapat Kadar vitamin C dalam jus jeruk setelah
tumbuh pada jus jeruk sama dengan jenis dipasteurisasi disajikan pada Gambar 4. Suhu
mikroba yang dapat tumbuh pada media SDA. pasteurisasi yang semakin tinggi serta waktu
Jenis mikroba yang umumnya terdapat dalam jus pasteurisasi yang semakin lama menyebabkan
jeruk adalah mould, yeast, dan lactic acid kadar vitamin C dalam jus jeruk semakin rendah.
bacteria[4]. Hubungan antara waktu pasteurisasi Kadar vitamin C mulamula dalam jus jeruk
terhadap jumlah mikroba (mikroorganisme) sebesar 0,7129 mg/ml. Selama proses
dalam jus jeruk pada berbagai suhu disajikan pasteurisasi dengan waktu 4,5 menit pada suhu
pada Gambar 3.

147
WIDYA TEKNIK Vol. 6 No. 2, 2007(142-151)

70C kadar vitamin C berkurang menjadi 0,6538 Total acidity jus jeruk berkurang dengan
mg/ml (atau menurun sekitar 8,29%), pada suhu bertambahnya waktu dan suhu pemanasan
80C menjadi 0,6404 mg/ml (mengalami karena asam sitrat berpartisipasi dalam reaksi
penurunan sebesar 10,17 %), dan pada suhu kimia pembentukan pigmen coklat[13]. Selain itu,
90C menjadi 0,6271 mg/ml (atau berkurang pengurangan total acidity juga disebabkan
sebesar 12,04 %) yang dapat dilihat pada adanya oksidasi asam askorbat yang merupakan
Gambar 4. bagian dari total acidity. Semakin tinggi suhu
0,72
70 C
pasteurisasi, maka reaksi yang melibatkan asam
0,70 80 C organik tersebut berlangsung lebih cepat. Hal ini
90 C
menyebabkan total acidity pada proses
Kadar vitamin C (mg/ml)

0,68

0,66 pasteurisasi menurun lebih cepat seiring dengan


0,64 bertambahnya suhu.
0,62 10,5
70 C
0,60 80 C
90 C

Total Acidity (mg/ml)


0,58 10

0,56
0 1 2 3 4 5 9,5
Waktu Pasteurisasi (menit)

Gambar 4. Hubungan antara waktu pasteurisasi 9


terhadap kadar vitamin C untuk berbagai suhu
pasteurisasi.
Penurunan kadar vitamin C disebabkan 8,5
0 1 2 3 4 5
karena asam askorbat bersifat tidak stabil dan Waktu Pasteurisasi (menit)
sensitif terhadap panas serta akan teroksidasi
Gambar 5. Hubungan antara wakltu pasteurisasi
jika terkena udara dan suhu tinggi[7]. Oksidasi terhadap total acidity untuk berbagai suhu
asam askorbat akan mengubah asam askorbat
menjadi dehydroascorbic acid[7,18,21,22,23]. Selain Warna
itu oksidasi asam askorbat juga dipengaruhi oleh Perubahan warna jus jeruk dari warna
cahaya, dan kondisi penyimpanan. Semakin kuning menjadi kecoklatan disebut browning
tinggi suhu pasteurisasi dan penyimpanan, reaction. Pada dasarnya ada dua macam
kecepatan oksidasi asam askorbat akan browning reaction, yaitu enzymatic browning
meningkat. Oleh karena itu, semakin tinggi suhu dan non-enzymatic browning.
dan semakin lama waktu pasteurisasi dan Enzymatic browning disebabkan oleh
penyimpanan, penurunan kadar vitamin C adanya enzim PPO (Polyphenol Oxidase) yang
terlihat semakin besar. terdapat pada buah dan sayur. Reaksi browning
Total Acidity yang terjadi pada jus jeruk yang telah
Kadar total acidity jus jeruk pada proses dipasteurisasi adalah non enzymatic browning,
pasteurisasi disajikan pada Gambar 5. Dari karena enzim PPO menjadi non-aktif ketika jus
Gambar 5, terlihat total acidity dari kondisi jeruk tersebut dipanaskan[10].
mula-mula 10,4046 mg/ml akan mengalami Reaksi non-enzymatic browning yang
penurunan setelah pasteurisasi selama 4,5 menit terjadi pada penelitian ini adalah reaksi oksidasi
pada suhu 70C menjadi 9,5473 mg/ml, pada asam askorbat dan Maillard. Selain itu, warna
80C menjadi 9,5046 mg/ml, dan pada 90C coklat juga dapat disebabkan karena reaksi
menjadi 9,3235 mg/ml. senyawa asam sitrat pada jus jeruk menyebabkan
Total acidity adalah jumlah total asam terbentuknya brown pigment.
organik yang dapat dititrasi dengan larutan Oksidasi asam askorbat dapat merubah
NaOH. Total acidity dinyatakan sebagai asam warna jus jeruk dari kuning menjadi kecoklatan.
sitrat, karena asam sitrat merupakan kandungan Asam askorbat teroksidasi membentuk
asam organik terbesar dalam jeruk[13]. Selain dehydroascorbic acid dan akan teroksidasi lebih
asam sitrat, asam organik lain yang terdapat lanjut menjadi 2,3-diketogulonic acid. Senyawa
dalam jus jeruk adalah malic acid, tartaric acid, 2,3-diketogulonic acid kemudian terdekomposisi
benzoic acid, dan succinic acid[8].

148
Kusuma : PENGARUH PASTEURISASI TERHADAP KUALITAS JERUK PACITAN

menjadi furfural yang membentuk pigmen sebesar 0,211 menjadi 0,373 pada 70C; 0,397
berwarna coklat dan melepaskan CO2[12]. pada suhu 80C, dan 0,425 pada suhu 90C.
Reaksi Maillard browning adalah reaksi
antara gugus karbonil dari gula reduksi dengan Total soluble solid (%Brix)
gugus amino dari asam amino atau protein Total soluble solid dalam jus jeruk terdiri
membentuk brown pigment yang disebut dari karbohidrat, asam organik, dan beberapa
melanoidin[12,16,21]. Jus jeruk mengandung kandungan lainnya, dengan karbohidrat sebagai
karbohidrat dan asam amino. Karbohidrat yang komponen utamanya. Kadar total soluble solid
terdapat dalam jus jeruk sebagian besar adalah dalam jus jeruk dinyatakan sebagai %Brix[11].
sucrose, glucose, dan fructose[11]. Glucose dan Reaksi Maillard browning yang terjadi pada jus
fructose, merupakan gula reduksi yang dapat jeruk adalah reaksi antara gula reduksi dan asam
berperan aktif dalam reaksi Maillard dengan amino atau protein. Berkurangnya kandungan
bereaksi dengan asam amino atau protein dalam gula reduksi akibat reaksi Maillard
jus jeruk membentuk pigmen coklat. menyebabkan berkurangnya kandungan total
Perubahan warna jus jeruk yang terjadi soluble solid (%Brix). Hal tersebut disebabkan
selama proses pasteurisasi dapat ditunjukkan karena reaksi Maillard berlangsung lebih cepat
dengan semakin naiknya absorbansi (A420) jus seiring dengan bertambahnya suhu, untuk waktu
jeruk sebagaimana disajikan pada Gambar 6. pasteurisasi yang semakin lama serta suhu
Dari penelitiannya, KOCA (2003)[10] juga pasteurisasi yang semakin tinggi terlihat %Brix
memperoleh kesimpulan bahwa soluble brown semakin berkurang sebagaimana disajikan pada
pigment dalam jeruk yang terbentuk dari reaksi Gambar 7.
non-enzymatic browning dapat diukur dengan Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa %Brix
spektrofotometer UV-VIS pada panjang jus jeruk pada kondisi mula-mula sebesar 8,0.
gelombang 420 nm. Brown pigment tersebut Setelah dipasteurisasi selama 4,5 menit pada
bukan terdiri dari senyawa murni melainkan suhu 70C, %Brix menurun menjadi 7,4, pada
campuran heterogen bermacam-macam senyawa 80C menjadi 7,2, dan pada 90C menjadi 7,1.
polimer[21]. Oleh karena itu absorbansi pada 8,2
panjang gelombang 420nm(A420) digunakan
sebagai browning index[10,14,20]. 8
Total Soluble Solid (% Brix)

70 C
80 C
0,45 7,8 90 C

0,4 7,6
Absorbansi (A420)

0,35 7,4

0,3
70 C 7,2
80 C
0,25 90 C 7
0 1 2 3 4 5
0,2
0 1 2 3 4 5 Waktu Pasteurisasi (menit)
Waktu Pasteurisasi (menit)
Gambar 7. Hubungan antara waktu pasteurisasi
Gambar 6. Hubungan antara waktu pasteurisasi terhadap total soluble solid untuk berbagai suhu
terhadap absorbansi untuk berbagai suhu pasteurisasi pasteurisasi

Browning reaction berlangsung lebih Kadar total soluble solid (yang dinyatakan
cepat seiring dengan bertambahnya suhu[12,17]. dengan %Brix) sangat erat kaitannya dengan
Suhu pasteurisasi yang semakin tinggi serta total acidity dalam menjaga rasa jus jeruk.
waktu pasteurisasi yang semakin lama, Perbandingan %Brix dan total acidity
menyebabkan warna jus jeruk semakin coklat menentukan cita rasa jus. Setiap produsen jus
yang ditunjukkan oleh harga A420 yang jeruk memiliki standar angka perbandingan
meningkat. %Brix dan total acidity yang berbeda-beda[9].
Dari gambar 6 terlihat bahwa dengan Hal ini juga yang menyebabkan rasa dari setiap
adanya pasteurisasi selama 4,5 menit terjadi merk jus berbeda.
peningkatan warna dari kondisi mulamula A420

149
WIDYA TEKNIK Vol. 6 No. 2, 2007(142-151)

pH Kondisi optimum pasteurisasi jus jeruk


Perubahan pH jus jeruk pada proses Setelah proses pasteurisasi dilakukan,
pasteurisasi dapat dilihat pada gambar 8. Dari dipilih kondisi optimum pasteurisasi yaitu suhu
Gambar 8 dapat dilihat bahwa dengan adanya dan waktu pemanasan jus jeruk yang
proses pasteurisasi, pH jus jeruk mengalami menghasilkan jumlah mikroba <2x102 koloni/ml
kenaikan. Pada kondisi mula-mula pH jus jeruk (sesuai dengan SNI) dan memiliki kandungan
5,3. Setelah dipasteurisasi selama 4,5 menit pada vitamin C tertinggi. Data penelitian pasteurisasi
suhu 70C; pH meningkat menjadi 5,7; pada yang menghasilkan jus jeruk dengan jumlah
80C menjadi 5,9; dan pada 90C menjadi 6,0. mikroba <2x102 koloni/ml dapat dilihat pada
Kenaikan pH ini dapat disebabkan Tabel 3.
berkurangnya total acidity seperti telah Tabel 3. Kondisi pasteurisasi yang menghasilkan jus
dijelaskan pada sub bahasan total acidity di atas. jeruk sesuai dengan SNI (< 2x102 koloni/ml)
Peningkatan pH menyebabkan reaksi Maillard Su- Waktu Jumlah Kadar vit C Total %
browning berlangsung lebih cepat[12]. Karena pH hu (menit) mikro- (mg/ml) acidity Brix
(C) organisme (mg/ml)
jus jeruk Pacitan mengalami kenaikan selama (Koloni/ml)
proses pasteurisasi yaitu berkisar antara 5,3-6,0; 70 4,5 1,4 x 102 0,6538 9,5473 7,4
maka dapat diprediksikan bahwa proses 3,5 1,9 x 102 0,6582 9,8145 7,4
browning yang terjadi akibat reaksi Maillard 80 4 1,3 x 102 0,6493 9,7111 7,3
4,5 8,3 x 101 0,6404 9,5046 7,2
lebih dominan daripada browning reaction yang
3,5 1,0 x 102 0,6449 9,5296 7,3
lain. 4 7,1 x 101 0,6360 9,4781 7,2
90
6 4,5 5,5 x 101 0,6271 9,3235 7,1
70 C
5,9 80 C Dari Tabel 3 terlihat bahwa proses
5,8
90 C
pasteurisasi dengan suhu 80C selama 3,5 menit
5,7 merupakan kondisi optimum dimana jus jeruk
memiliki kandungan vitamin C tertinggi yaitu
pH

5,6

5,5 0,6582 mg/ml dengan jumlah mikroba <2x102


5,4 koloni/ml jus jeruk.
5,3

5,2 KESIMPULAN
0 1 2 3 4 5
Waktu Pasteurisasi (menit) Dari proses pasteurisasi jus jeruk selama
Gambar 8. Hubungan antara waktu pasteurisasi 4,5 menit pada suhu 70, 80, dan 90C dapat
terhadap pH untuk berbagai suhu pasteurisasi. disimpulkan bahwa:
1. Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu
Dari berbagai data penelitian yang telah pasteurisasi didapatkan bahwa jumlah
dilakukan, hasil yang didapatkan ternyata mikroba, vitamin C, total acidity, dan %Brix
memiliki kecenderungan yang sama dengan hasil semakin menurun. Sedangkan warna dan pH
penelitian yang dilakukan berbagai ilmuwan. semakin meningkat. Semakin tinggi suhu
Pada proses pasteurisasi jus jeruk yang pasteurisasi, untuk mencapai nilai kualitas
dilakukan Manso (2001)[22], hasil yang diperoleh tertentu dibutuhkan waktu pasteurisasi yang
adalah semakin naiknya warna dan pH dalam jus semakin singkat;
jeruk ketika suhu dan waktu pemanasan semakin 2. Kondisi pasteurisasi optimum jus jeruk agar
tinggi. Dalam penelitiannya, Vikram dkk. didapatkan jus jeruk dengan jumlah mikroba
(2004)[23] menyatakan bahwa semakin tinggi sesuai SNI dengan kandungan vitamin C
suhu pemanasan, maka degradasi vitamin C yang paling tinggi adalah jus jeruk pada
dalam jus jeruk semakin cepat. Untuk penurunan pemanasan suhu 80C selama 4,5 menit.
kandungan total soluble solid, Canumir
(2002)[24] juga mendapatkan hasil yang serupa DAFTAR PUSTAKA
yaitu kandungan total soluble solid akan [1] Anonim, Jangan Terkecoh oleh Minuman
semakin menurun seiring dengan bertambahnya Jus Buah, http://www.info-
suhu dan waktu pasteurisasi. sehat.com/content, 2006, diakses tanggal
20 Nopember 2006.

150
Kusuma : PENGARUH PASTEURISASI TERHADAP KUALITAS JERUK PACITAN

[2] Anonim, Spesies Jeruk Komersial, of Food Engineering, Vol. 66, hlm. 259
http://www.citrusindo.org/index.php, 2007, 265, 2005
diakses tanggal 6 Maret 2007. [15] Anonim, Enzymtic Browning.
[3] Anonim, Jeruk Lebih Baik dari Tablet http://www.courses.psu.edu/fd_sc/fd_sc400
Vitamin C, http://www.keluargasehat.com .jnc3/carbs/ brown.htm, 2006, diakses
/keluarga-gizi.php, 2006, diakses tanggal tanggal 5 Januari 2007
23 Oktober 2006 [16] Guerrero-Beltran, Jose A., Swanson, Barry
[4] Polydera, A. C., Stoforos, N. G., and G., Barbosa-Cavonas, Gustavo V.
Taoukis, P. S., Comparative Shelf Life Inhibittion of Polyphenoloxidase in
Study and Vitamin C Loss Kinetics in Mango Puree with 4-Hexylresorcinol,
Pasteurised and High Pressure Processed Cysteine and Ascorbic Acid, Lebensm-
Reconstituted Orange Juice, Journal of Wiss.u-Technol, 2006
Food Engineering, Vol. 60, hlm.21-29, [17] Richardson, Philip., Thermal Technologies
2003 in Food Processing, Hlm. 139141,
[5] Prawiranegara, D.D., Daftar Komposisi Woodhead Publishing Limited, Abington
Bahan Makanan, Penerbit Bhratara: Hall, Abington Cambridge CBI 6 AH:
Jakarta, 1996 England London, 2004
[6] SNI 10-6019-1999, Sari Buah Jeruk, [18] Vernin, Gaston, Thermal Decomposition
Badan Standardisasi Nasional:Jakarta, 1999 of Ascorbic Acid, Carbohydrate
[7] Kuellmer, Volker., Ascorbic Acid In: Kirk- Research, Vol. 305, Hlm. 1-15, 1998
Othmer Encyclopedia of Chemical [19] Vieira, Margarida C., Teixerira, A.A.,
Technology, John Wiley and Sons, New Silva, C.L.M., Mathematical Modelling of
York, 2001 the Thermal Degradation Kinetics of
[8] Karadeniz, Feryal., Main Organic Acid Vitamin C in Cupuacu (Theobroma
Distribution of Authentic Citrus Juice in grandiflorum) Nectar, Journal of Food
Turkey. Turk J Agric For , Vol. 28, Engineering, Vol. 43, Hlm.17, 2000
hlm.267271, 2004 [20] Geveke, David J.,dkk., Radio Frequency
[9] Crandall, Philip., Fruit and Vegetable Juica Electric Fields Processing of Orange
Products In: Ullmanns Encyclopedia of Juice, Innovative Food Science and
Industrial Chemistry, 2002 Emerging Technologies (artikel in press),
[10] KOCA, Nuray, Burdurlu, Hande Selen, and 2007
Karadeniz, Feryal., Kinetics of [21] Anonim, Process for Microwave
Nonenzymatic Browning Reaction in Citrus Browning, Composition Used for Same and
Juice Concentrates During Storage, Turk J Product Produced thereby,
Agric For, Vol. 27, hlm.353360, 2003 http://www.patentstorm.us/patents/
[11] Ashurst, P. R., Production and Packaging 5069916.html, 1991, diakses tanggal 25
of Non Carbonated Fruit Juices and Fruit Mei 2007
Beverages, Edisi Kedua, Hlm. 5859, [22] Manso, Maria C, Modelling Ascorbic
Aspen Publishers,inc., Garthersburg, Acid Thermal Degradation and Browning
Maryland, 1999 in Orange Juice under Aerobic Condition.
[12] Tranggono dan Sutardi, Biokimia dan International Journal of Food Science and
Teknologi Pasca Panen, Hlm. 185216, Technology, Vol. 36, Hlm.303-312, 2001
Pusat Antara Universitas Pangan dan Gizi [23] Vikram, V. B., Thermal Degradation
Universitas Gajah Mada: Yogyakarta, 1990 Kinetics of Nutrients in Orange Juice
[13] Clegg, K. Mary, Citric Acid and The Heated by Electromagnetic and
Browning of Solutions Containing Conventional Methods, Journal of Food
Ascorbic Acid, Journal Science Food Engineering (artikel in press), 2004
Agricultural, Vol. 17, 1966 [24] Canumir, Juan A., dkk., Pasteurisation of
[14] Rattanathanalerk, Marisa, Chiewchan, Apple juice by Using Microwaves.
Naphaporn, dan Srichumpoung, Walaiporn, Lebensm Wiss.u-Technol Vol. 35, Hlm.
Effect of Thermal Processing on The 389-392, 2002
Quality Loss of Pineapple Juice. Journal

151

Você também pode gostar