Você está na página 1de 4

ANALISA KASUS

ANALISIS ANAMNESA KETERANGAN UMUM


Penderita adalah seorang bayi perempuan berusia 4 hari
Anamnesis ini ditanyakan untuk menilai ikterus yang terjadi apakah fisiologis atau
patologis. Menurut Clohetry (1987) ikterus patologis secara klinik terlihat dengan timbul
ikterus sebelum umur 36 jam post natal, di mana ikterus menetap pada bayi cukup bulan
setelah 8 hari dan kurang bulan setelah 14 hari, dengan kadar bilirubin serum total > 13
mg% dan kadar bilirubin direk > 15 mg%, serta kadar bilirubin serum meningkat > 5
mg% dalam 24 jam. Pada penderita ini ikterus terjadi > 24 jam, maka berdasarkan kriteria
Clohetry, 1987 termasuk ikterus yang fisiologis. Disamping itu dari anamnesis di atas
dapat diperkirakan kemungkinan etiologi dari ikterusnya. Kemungkinan etiologi dari
pada berat badan lahir disesuaikan dengan timbulnya pada umur tertentu. Pada penderita
ini, karena ikterus terjadi pada hari 3 maka kemungkinan penyebabnya adalah sepsis,
kuning fisiologis, polisitemia, defisiensi G6PD, sferositosis kongenital..

ANALISIS KELUHAN UTAMA


Penderita dibawa berobat ke RS dengan keluhan utama kulit bayi tampak kuning.
Pada kasus ikterus neonatorum, keluhan utama yang selalu menjadi alasan orangtua
membawa berobat ke dokter adalah kulit bayi tampak kuning, akan tetapi kadangkala
keluhan penyerta lebih dominan terlihat seperti bayi malas menetek. Keluhan utama
dapat disertai dengan keluhan lainnya bila ada komplikasi atau infeksi sekunder.

ANALISIS ANAMNESA KHUSUS


Sejak 3 hari setelah lahir, ibu penderita melihat bayi tampak kuning
Anamnesis ini ditanyakan untuk mengklasifikasikan apakah ikterus yang terjadi fisiologis
atau patologis. Ikterus fisiologis diduga sebagai akibat hancurnya sel darah merah janin
yang disertai pembatasan sementara pada konjugasi dan ekskresi oleh hati, terjadi pada
bayi cukup bulan dengan kadar bilirubin indirek serum tali pusat 1-3 mg/dl dan akan
meningkat dengan kecepatan < 5 mg/dl/24jam; dengan demikian ikterus baru terlihat
pada hari ke 2- 3, biasanya mencapai puncak hari 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl untuk
selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara hari ke 5-7. Pada
bayi kurang bulan, kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat
daripada bayi aterm tapi berlangsung lama, pada umumnya mengakibatkan kadar yang
lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari 4-7, biasanya kadar puncak 8-12 mg/dl tidak
dicapai sebelum hari ke 5-7, dan kadang-kadang ikterus ditemukan setelah hari ke 10
(Nelson,1991).
Ikterus patologis secara klinik terlihat dengan timbul ikterus sebelum umur 36 jam post
natal, di mana ikterus menetap pada bayi cukup bulan setelah 8 hari dan kurang bulan
setelah 14 hari, dengan kadar bilirubin serum total > 13 mg% dan kadar bilirubin direk >
15 mg%, serta kadar bilirubin serum meningkat > 5 mg% dalam 24 jam (Cloherty, 1987).
Pada pasien ini ikterus terjadi > 24 jam (hari kedua setelah kelahiran), maka berdasarkan
penjelasan diatas tidak termasuk ikterus yang patologis.
Ibu pasien melihat bayi tampak kuning. Warna kuning tampak pertama kali pada mata
dan muka yang semakin lama semakin kuning, kemudian menyebar ke badan, telapak
tangan, dan kaki
Anamnesis ini ditanyakan untuk melihat penyebaran ikterus, sehingga dapat dilakukan
penilaian derajat ikterus menurut Kramer (1969), ikterus mulai timbul di kepala dan leher
kemudian meluas ke zona lainnya. Cara ini dapat memperkirakan kadar bilirubin serum
secara kasar dan untuk pemeriksaan lebih lanjut terhadap bilirubin indirek bebas atau
bilirubin direk secara laboratorium.
Pada pasien ini ditemukan ikterus telah mencapai telapak tangan dan kaki, hal ini
menandakan derajat ikterus Kramer V dengan korelasi kadar bilirubin darah > 15 mg%.
Korelasi pemeriksaan Kramer dengan kadar bilirubin darah
Derajat Rata-rata Serum Rata-rata Serum
Bilirubin Direk (mmol/l) Bilirubin Indirek (mmol/l)

Derajat Rata-rata serum Rata-rata serum Bilirubin indirek Bilirubin indirek (mmol / 1)
(mq %) I 100 5,85 II 150 8,77 III 200 11,70 IV 250 14,62 V > 250 > 15
Keluhan kuning disertai dengan bayi tampak mengantuk, menangis lemah dan menetek
lemah. Keluhan kuning tidak disertai dengan panas, kejang infantil ataupun muntah.
Anamnesis ini ditujukan untuk menilai apakah telah terjadi komplikasi ikterus yaitu kern
ikterus. Gejala klinis awal dari kern ikterus dapat berupa menurunnya aktivitas bayi,
peningkatan iritabilitas dan kesukaran minum. Pada stadium selanjutnya terdapat
kekakuan ektremitas, epistotonus, kaku kuduk, tangisan melengking dan kejang-kejang.
Bila bayi ini bertahan hidup kelak dikemudian hari masih terdapat gejala sisa neurologis
berupa gangguan perkembangan motoris, gangguan perkembangan mental, gangguan
bicara, gangguan fungsi sensoris, epilepsi atau gangguan perilaku (Boejang, 1994).
Dari anamnesis di atas, penderita tampak lesu, lemah dan mengantuk (letargi) serta malas
minum, gejala-gejala tersebut merupakan gejala prodromal dari kern ikterus.

Penjelasan
Kern ikterus adalah sindroma neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan
bilirubin tak terkonjungasi di dalam sel-sel otak (Behrman, 1996). Istilah ini mula-mula
digunakan oleh Schmorl pada tahun 1904 untuk menggambarkan pewarnaan kuning pada
inti sel otak yang umumnya ditemukan pada bayi-bayi kuning yang meninggal akibat
eritroblastosis yang berat. (Oski, 1991; Bratlid, 1990). Gejala-gejala klinis kern ikterus
berdasarkan stadiumnya antara lain sebagai berikut :
Stadium 1
Refleks moro jelek, hipotoni, letargi, poor feeding, vomitus, high pitched cry.
Stadium 2
Opistotonus, kejang, panas, rigiditas, occulogyric crises, mata bergerak-gerak ke
atas
Stadium 3
Spatisitas menurun, pada usia sekitar 1 minggu
Stadium 4 : Gejala sisa lanjut ; spatisitas, tuli parsial/komplit, retardasi mental, paralisis
bola mata ke atas, dysplasia mental.

Você também pode gostar