Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Jenis Organisme Parasit.
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah
Management Patient Safety. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menemukan
kesulitan maupun hambatan dalam hal materi yang akan dibahas, buku referensi yang akan
digunakan, keterbatasan buku referensi yang ada di perpustakaan, dan keterbatasan waktu
dalam penyusunan makalah ini. Walaupun ditemukan kesulitan maupun hambatan dalam
penyusunan makalah ini, penulis tetap berusaha dan bekerja keras untuk menghadapi
berbagai kesulitan maupun hambatan tersebut, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dan maksimal.
Selain mengikuti bimbingan dan arahan penulis juga memperoleh bantuan dan dukungan
dari orang tua penulis di dalam menyusun makalah ini, baik dukungan secara material
maupun non material. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
mendukung dan membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan, di antarannya:
1. Yeti Resnayati, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan.
2. Ulty Desmarnita, S.Kp., Ns., M.Kes., selaku Ketua Prodi D III Keperawatan.
3. Mamah, S.Pd., M.Kes., selaku Penanggung jawab mata kuliah Management Patient
Safety.
4. Dewi Lusiani,S.Kp.,MM., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan maupun arahan mengenai materi yang akan di bahas dalam makalah ini
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta koreksi yang bersifat membangun
dari para pembaca makalah ini untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat,
jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup
besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors).
Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of
a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a
wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis
didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan
yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang
terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian
Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena
keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu
obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan
bukan karena underlying disease atau kondisi pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara
pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau
observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan
terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan
yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta
3
monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti
kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse
event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak
dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelakan jenis organisme parasit.
2. Menjelaskan siklus hidup organisme parasit.
3. Menjelaskan cara berkembang biak organisme parasit.
4. Menjelaskan cara penularan organisme parasit.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi/Pengertian Parasit
Parasit adalah hewan renik Pengertian dan Macam-macam Parasit yang bisa
menurunkan produktivitas hewan yang ditumpanginya. Parasit bisa menyerang manusia
dan hewan, seperti menyerang kulit manusia. Parasitoid ialah parasit yang memakai
jaringan organisme lainnya untuk keperluan nutrisi mereka hingga inang/hospes yang
ditumpangi meninggal karena kehilangan nutrisi atau jaringan yang dibutuhkan. Hospes
adalah makhluk hidup sebagai tempat hidup parasit.
5
menampakkan gejala klinis disebut menderita Scabiasis dan jika sudah
menampakkan gejala klinis disebut Scabiosis.
6
Stasioner berkala, lalat Gastrophylus sp, karena stadium larva saja yang
berparasit didalam lambung kuda, sedangkan lalat dewasa hidup bebas. Parasit
Stasioner Permanen, salah satunya kutu (Menopon gallinae) karena selama
hidupnya (telur, larva dan dewasa) hidup pada bulu unggas. Cacing Trichinella
spiralis, baik stadium larva dan dewasanya hidup didalam tubuh hewan.
7
mengandung telur cacing pita tersebut. Contoh lain : pada pemeriksaan tinja
ayam ditemukan telur cacing Ascaris suum yang berparasit pada babi,
kemungkinan disebabkan karena ayam memakan bagian tinja babi yang
terkontaminasi telur cacing Ascaris suum.
8
D. Cara Penularan
Secara umum parasit dapat ditularkan dengan dua cara, yaitu secara Vertikal dan
Horizontal (1,2):
1. PENULARAN SECARA VERTIKAL adalah penularan yang terjadi melalui induk
kepada anak yang baru dilahirkannya. Penularan dengan cara ini dapat terjadi melalui
: telur, air susu atau plasenta.
2. PENULARAN SECARA HORIZONTAL adalah cara penularan yang umumnya
terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, atau termasuk juga
yang melalui bahan-bahan tercemar. Berkaitan dengan hal ini, cara penularan tersebut
dapat terjadi melalui :
a. KONTAK LANGSUNG adalah penularan yang terjadi karena adanya kontak
fisik antara dua individu atau lebih. Contoh : penularan kutu, tungau.
b. KONTAK TIDAK LANGSUNG adalah penularan yang terjadi bukan karena
terjadinya kontak fisik antara individu, melainkan karena sarana lain seperti
(bahan yang tercemar oleh parasit atau parasit sendiri yang aktif mencari hospes).
9
5. Menimbulkan radang
Contoh : larva dari cacing Ancylostoma sp bisa menembus kulit dan
menimbulkan radang. Gigitan dari Artropoda (lalat, nyamuk, kutu, pinjal, caplak dan
tungau) ke semuanya menimbulkan radang. Protozoa Eimeria sp merusak epitel usus
dan mengakibatkan terjadinya radang.
6. Memudahkan masuknya mikro-organisme
Contoh : artropda (gigitan nyamuk, caplak), helmin (tempat masuknya larva
cacing Ancylostoma sp) menimbulkan kelukaan dan memudahkan masuknya mikro-
organisme sehingga terjadi infeksi sekunder.
7. Menghasilkan berbagai substansi toksik seperti (hemolysin, histilysine, antikoagulan
dan produksi toksik dari metabolismenya)
Contoh : Protozoa (Trypanosoma sp), artropoda (lalat, nyamuk, caplak) dan
Helmin (cacing Ancylostoma sp) menghasilkan substansi seperti tersebut terdahulu
8. Menimbulkan reaksi alergi
Contoh : artropoda (Sarcoptes sp, lalat, nyamuk, kutu dan pinjal), tempat
gigitannya timbul reaksi alergi
9. Dapat menstimulir terjadinya kanker
Contoh : cacing Spirocerca lupi telah terbukti dapat menstimulir (merangsang)
terjadinya kanker saluran pencernaan anjing
10. Membawa beberapa penyakit (Vektor)
Contoh : caplak menularkan Anaplasmosis, lalat menularkan malaria unggas
11. Menimbulkan penyumbatan secara mekanis
Contoh : cacing Ascaris suum jika jumlahnya banyak dapat menyumbat saluran
pencernaan babi.
12. Dapat menghncurkan sel, karena mengadakan pertumbuhan didalamnya
Contoh : protozoa (Eimeria sp, menghancurkan sel epitel saluran cerna,
Plasmodium sp, Leucocytozoon dan Haemoproteus, menghancurkan sel darah merah
unggas)
13. Menurunkan resistensi tubuh hospes terhadap penyakit lainnya.
10
F. Siklus Hidup
Siklus hidup (daur hidup) parasit adalah serangkaian fase (stadium) dari paarsit
untuk kelangsungan hidupnya. Mengenai siklus hidup parasit sangatlah penting, karena
pengendalian penyakit parasit tanpa dilandasi dengan pengetahuan siklus hidup parasit
adalah sia sia (2,3). Siklus hidup parasit secara umum dapat dibedakan menjadi:
1. SIKLUS HIDUP secara LANGSUNG, untuk melangsungan hidup parasit
memerkulan hanya satu hospes (hospes definitif) dan parasit ini biasanya memiliki
fase bebas. Contoh cacing Ascaris suum yang menginfeksi babi, cacing dewasa
bertelur dan keluar bersama tinja dan mencemari lingkungan, telur mengalami
perkembangan dimana di dalam telur terbentuk larva stadium 1 dan 2 yang bersifat
infektif dan akhirnya tertelan lagi oleh babi dan berkembang menjadi dewasa. Disini
hanya memerluka satu hospes babi dan perkembangan telur terjadi diluar tubuh babi
(fase bebas).
G. Infestasi parasit
1. Infestasi Cacing
a. Filariasis
Filariasis adalah penyakit di daerah tropis dan subtropis yang disebabkan oleh
infestasi cacing Wuchereria bancrofti atau Brugia malayi pada saluran limfe,
ditularkan melalui gigitan nyamuk. Dalam tahap lanjut infestasi cacing menyebab
cacat menetap berupa pembesaran tungkai, lengan, dan alat kelamin (elephantiasis;
penyakit kaki gajah).
11
b. Ascariasis (penyakit cacing gelang)
Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi cacing gelang
Ascaris lumbricoides pada usus manusia, ditularkan melalui ingesti telur cacing
yang ada pada sayuran mentah atau buah.
d. Schistosomiasis (bilharziasis)
Schistosomiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi cacing
Schistosoma japonicum pada berbagai organ dalam tubuh, ditularkan melalui air
yang terkontaminasi larva yang berasal dari tempat hidup semula pada keong air
tawar.
H. Standard Precautions
Standard Precautions digunakan untuk semua pasien tanpa memandang status ekonomi,
sosial atau penyakit.
1. Cuci Tangan
a. Cuci tangan
Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi danbarang-barang
terkontaminasi, meskipun menggunakan sarung tangan. Cuci tangan segera
setelah melepas sarung tangan, diantara kontak dengan satu pasien dan yang
berikutnya, dan kapan saja bila diperlukan untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain atau ke lingkungan. kadang- kadang diperlukan
mencuci tangan diantara dua tugas atau prosedur yang berbeda pada pasien yang
sama untuk mencegah kontaminasi silang pada bagian tubuh yang lain
b. Gunakan sabun cuci tangan
Gunakan zat antimikroba atau zat antiseptik tanpa air untuk keadaan yang
khusus ( KLB atau infeksi hiperendemis).
12
2. Sarung Tangan
a. Pakai sarung tangan ( bersih dan tidak perlu steril) jika menyentuh darah,cairan
tubuh, sekresi, ekskresi dan barang-barang yang terkontaminasi.
b. Pakai sarung tangan tepat sebelum menyentuh lapisan mukosa dari kulit yang
luka.
c. Ganti sarung tangan diantara dua tugas dan prosedur berbeda pada pasien yang
sama setelah menyentuh bagian yang kemungkinan mengandung banyak
mikroorganisme .
d. Lepas sarung tangan tepat saat selesai suatu tugas, sebelum menyentuh barang
dan permukaan lingkungan yang tidak terkontaminasi dan sebelum berpindah ke
pasien lain. serta segera cuci tangan untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
3. Masker
Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk melindungi lapisan
mukosa pada mata, hidung dan mulut saat melakukan prosedur atau aktifitas
perawatan pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah atau cairan tubuh
lainnya.
4. Gaun / Apron
Gunakan gaun ( bersih dan tidak perlu steril) untuk melindungi kulit dan untuk
mencegah ternodanya pakaian saat melakukan prosedur dan aktifitas perawatan
pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah. Lepas gaun kotor segera dan
cuci tangan untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau
lingkungan.
13
6. Pengendalian Lingkungan
Rumah sakit harus memiliki prosedur yang memadai untuk perawatan rutin,
pembersihan dan desinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,tiang-tiang tempat
tidur,peralatan samping tempat tidur dan permukaan lain yang sering disentuh serta
pastikan prosedur ini dilaksanakan.
7. Linen
Tangani,transportasikan dan proseslah linen yang terkontaminasi dengan
darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dengan baik sehingga tidak bersentuhan
dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian dan tidak memindahkan
mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
14
b. Nama obat yang mirip dan membingungkan merupakan salah satu penyebab
terjadinya kesalahan obat. Rekomendasinya adalah memperbaiki penulisan resep
dengan cara memperbaiki tulisan tangan atau membuat resep elektronik. Obat yang
ditulis adalah nama dagang dan nama generik, dosis, kekuatan, petunjuk
pemakaian, dan indikasinya untuk membedakan nama obat yang terdengar atau
terlihat mirip.
c. Pastikan identifikasi pasien.
d. Cek ulang secara detail identifikasi pasien untuk memastikan pasien yang benar
sebelum dilakukan tindakan. Libatkan pasien dalam proses identifikasi. Pada
pasien koma, kembangkan Standar Prosedur Operasional (SPO) pendekatan non-
verbal biometrik.
e. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien.
f. Alokasi waktu yang cukup pada patugas untuk bertanya dan memberi respon.
Repeat back dan read back yaitu penerima informasi membacakan ulang informasi
yang telah ditulisnya untuk memastikan bahwa informasi telah diterima secara
benar.
g. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
h. Verifikasi pada tahap pre-prosedur untuk pasien yang dimaksud, prosedur, sisi dan
jika ada implant atau protesis. Tugas petugas dalam memberikan tanda agar tidak
terjadi salah persepsi serta harus melibatkan pasien. Melakukan time out pada
semua petugas sebelum memulai prosedur.
i. Kendalikan cairan elektrolit pekat.
j. Memonitor, meresepkan, menyiapkan, mendistribusi, memverifikasi, dan
memberikan cairan pekat seperti Potasium Chloride (KCL) sesuai rencana agar
tidak terjadi KTD. Standarisasi dosis, unit pengukuran, dan terminology
merupakan hal yang penting dalam penggunaan cairan pekat. Hindari pencampuran
antar cairan pekat.
k. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
l. Kesalahan yang sering timbul adalah saat peresepan dan pemberian obat.
Rekonsiliasi obat adalah salah suatu proses yang dirancang untuk mencegah
kesalahan pemberian obat saat pengalihan pasien.
m. Hindari salah kateter dan salah sambung slang.
n. Solusi terbaik adalah mendesain alat yang mencegah salah sambung dan tepat
digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik.
15
o. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
p. Salah satu kekhawatiran adalah tersebarnya virus HIV, virus hepatitis B, virus
hepatitis C akibat penggunaan jarum suntik yang berulang. Kembangkan program
pelatihan untuk petugas kesehatan mengenai prinsip pengendalian infeksi,
penyuntikan yang aman, dan manajemen limbah benda tajam.
q. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
r. Bukti nyata bahwa kebersihan tangan dapat menurunkan insiden infeksi
nosokomial. Kebijakan yang mendukung adalah tersedianya air secara terus
menerus dan tersedianya cairan cuci tangan yang mengandung alkohol pada titik-
titik pelayanan pasien.
2. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit
(DepKes RI, 2006):
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, ciptakan kepemimpinan dan
budaya yang terbuka dan adil.
b. Pimpin dan dukung staf RS, bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien di RS.
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, kembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan penilaian hal yang potensial
bermasalah.
d. Kembangkan sistem pelaporan, pastikan staf dapat dengan mudah melaporkan
kejadian/insiden, serta RS mengatur pelaporan kepada KKP-RS.
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, dorong staf untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian
itu timbul.
g. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien, gunakan informasi
yang ada tentang kejadian/ masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan.
16
J. Sasaran Keselamatan Pasien
1. Ketepatan identifikasi pasien.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan adalah Keselamatan
Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali pada tahun 2000-an,
sejak laporan dan Institute of Medicine (IOM) yang menerbitkan laporan: to err is
human, building a safer health system. Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru
dalam pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan
medical error yang sering menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam
pelayanan kesehatan.
B. Saran
Mengingat pelaksanaan penulisan makalah ini baru berjalan sepekan sehingga hasil
yang diperoleh belum maksimal. Oleh karena itu, kami memerlukan saran yang
membangun untuk pembaca makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
19