Você está na página 1de 12

ASAS-ASAS DASAR INSTRUMENTASI MEDIK

Untuk dapat terukur, sebuah besaran fisis harus menimbulkan suatu sinyal yang terubahkan,
yang biasanya dalam bentuk tenaga/Elektropotensial. Misalnya untuk mengukur kakas yang
dikenakan oleh otot bisep, lengan seseorang diikatkan pada sebuah skala pegas, Sewaktu otot
mengencang, pegas tergeser, menggerakkan penunjuk sepanjang skala. Karena lengan melakukan
usaha pada skala dengan menekan pegas, tenaga dipindahkan dari sistem (lengan) ke instrumen
(skala). Jumlah tenaga yang dipindahkan itu sendiri tidaklah sangat penting, itu dapat diubah-ubah
dengan menggunakan pegas dengan kekuatan yang berbeda-beda tanpa mempengaruhi pengukuran.
Skala pegas adalah salah satu contoh transduser, yang adalah setiap peranti yang mengubah sinyal
dari satu bentuk ke bentuk lain. di dalam kasus ini ia mengubah usaha yang dikerjakan oleh lengan ke
dalam tenaga potensial pegas termampatkan. Tenaga potensial ini menimbulkan sebuah rekaman
tampak/out put (visual) , yaitu posisi penunjuk sepanjang skala/gambaran . Proses pengumpulan
informasi keseluruhan ditunjukkan bentuk diagram blok pada garis dengan anak panah menunjukkan
aliran informasi.
Penguat

Sistem Sensor
Transduser Alat ukur Rekaman
Biologi Out put
(prosesor)

Teknologi untuk pemrosesan sinyal-sinyal adalah jauh lebih maju dan anggih daripada untuk sinyal-
sinyal mekanis, sehingga kebanyakan transduser mengubah sinyal masukan ke dalam bentuk sinyal
elektris, sepeti misalnya beda tegangan, atau voltase. Tegangan kemudian dapat dialihragamkan
secara elektris dalam berbagai cara yang paling penting adalah penguatan (amplifikasi). Sebuah
penguat adalah piranti yang memperbesar arus tegangan sinyal sampai pada suatu arah yang dapat
diukur secara mudah. Penguatan, atau bati (gain)/g, adalah nisbah sinyal keluaran penguat terhadap
sinyal masuknya. Keluaran penguat kemudian dapat dimasukkan ke transduser keluaran, atau alat-
ukur (meter), yang mengubah sinyal menjadi bentuk terekam, seperti misalnya simpangan sebuah
jarum pengukur. Tiga satuan fungsional dasar, transduser, penguat dan meter, ditemukan di dalam
kebanyakan instrumen elektris. Kadang-kadang satuan-satuan itu merupakan perangkat peralatannya
yang berbeda, yang disambungkan dengan kawat, sehingga peran nyata mereka di dalam proses
pengumpulan informasi menjadi jelas. namun demikian, satuan-satuan ini dibangun menjadi satuan
instrumen tunggal. Satuan-satuan fungsional ini tidak terbatas pada instrumen-instrumen elektris
tetapi dapat ditemui di dalam hampir setiap instrumen. Misalnya, di dalam termometer raksa klinis, air
raksa adalah transduser yang mengubah sinyal masukan (tenaga dakhil) sistem menjadi
pengembangan mekanis dirinya. Penguat adalah jalur kaca giling termometer, yang memperkuat
kolom air raksa sempit beberapa kali. Alat-ukur di dalam kasus ini adalah skala tertera yang dietsakan
pada sistem (tabung kaca).
SISTEM BIOLOGI ( Sistem )
Dalam biologi, sistem biologi (atau Organ sistem) adalah sekelompok organ yang bekerja sama untuk
melakukan tugas tertentu. sistem umum, seperti mereka yang hadir pada mamalia dan hewan lainnya,
terlihat dalam anatomi manusia, adalah mereka seperti sistem peredaran darah, sistem pernafasan,
sistem saraf, dll Sekelompok sistem menyusun suatu organisme, misalnya tubuh manusia. Manusia
memiliki berbagai sistem karena kompleksitas organisme spesies '. Sistem ini spesifik secara luas
dipelajari dalam anatomi manusia. "Manusia" sistem juga hadir dalam hewan lainnya.
a. Sistem Peredaran Darah: memompa dan menyalurkan darah ke dan dari tubuh dan
paru-paru dengan pembuluh jantung, darah dan darah.
b. Sistem pencernaan: pencernaan dan makanan pengolahan dengan kelenjar liur,
kerongkongan, lambung, hati, kandung empedu, pankreas, usus, rektum dan anus.
c. Sistem endokrin: komunikasi dalam tubuh menggunakan hormon yang dibuat oleh
kelenjar endokrin seperti hipotalamus, kelenjar hipofisis atau pituitari, badan pineal
atau kelenjar pineal, tiroid, parathyroids dan adrenal, yaitu kelenjar adrenal.
d. Sistem integumen: kulit, rambut, lemak, dan kuku.
e. Sistem limfatik: struktur yang terlibat dalam transfer limfa antara jaringan dan aliran
darah, getah bening dan kelenjar dan pembuluh yang mengangkut itu termasuk sistem
kekebalan tubuh: membela terhadap agen penyebab penyakit dengan leukosit,
amandel, kelenjar gondok, timus dan limpa.
f. Sistem otot: gerakan dengan otot.
g. Sistem saraf: mengumpulkan, mengirim, dan memproses informasi dengan otak,
sumsum tulang belakang, saraf tepi dan saraf.
h. Sistem reproduksi: organ seks, seperti ovarium, saluran telur, rahim, vagina, kelenjar
susu, testis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat dan penis.
i. Sistem pernapasan: organ yang digunakan untuk bernafas, kerongkongan, laring,
trakea bronchi, paru-paru dan diafragma.
j. Sistem rangka: dukungan struktural dan perlindungan dengan tulang, tulang rawan,
ligamen dan tendon.
k. Sistem urin: ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra yang terlibat dalam
keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan ekskresi urin.
l. Sistem Endocannabinoid: lipid neuromodulatory dan reseptor yang terlibat dalam
berbagai proses fisiologis, termasuk nafsu makan, sakit-sensasi, suasana hati, motor
belajar, plastisitas sinaptik, dan memori.
Dilain pihak dalam ruang lingkup Biologi, organisme yang dipelajari, khususnya makhluk hidup
terdiri atas berbagai tingkatan organisasi kehidupan. Tingkatan organisasi yang dipelajari dimulai dari
yang paling sederhana hingga tingkatan yang kompleks. Tingkatan organisasi kehidupan dimulai dari
molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, individu, populasi, ekosistem, hingga ke tingkatan bioma.
1. Organisasi Kehidupan Tingkat Molekul : Atom-atom berikatan membentuk molekul.
Molekul-molekul tersebut akan menyusun organel-organel sel. Contohnya, membran sel
plasma yang tersusun atas molekul-molekul protein, fosfolipid, kolesterol, air, karbohidrat,
dan ion-ion lain. Adanya molekul tersebut, memungkinkan membran plasma menjalankan
fungsinya sebagai bagian luar sel yang memisahkan sel dengan lingkungan sekitarnya.

2. Organisasi Kehidupan Tingkat Sel : Setiap makhluk hidup tersusun atas sel. Ada makhluk hidup
yang tersusun atas satu sel (uniseluler), dan adapula makhluk hidup yang tersusun atas banyak sel
(multiseluler). Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup.

Setiap sel memiliki organel-organel yang


mampu menjalankan fungsinya untuk
hidup. Organle sel tersebut diantaranya ribosom, mitokondria, badan golgi, retikulum
endoplasma, membran plasma, dan vakuola. Seluruh aktivitas organel tersebut dikontrol oleh inti
sel (nukleus).
3. organisasi Kehidupan Tingkat Jaringan : merupakan kumpulan sel yang memiliki bentuk,
susunan, dan fungsi sama. Kumpulan sel tersebut bekerja sama membentuk dan menjalankan
tugasnya sesuai dengan fungsinya. Kajian tentang jaringan dipelajari dalam histologi. Pada
makhluk hidup terdapat berbagai macam jaringan, seperti jaringan saraf, jaringan otot, dan
jaringan ikat. Jaringan saraf memiliki fungsi menyampaikan rangsang dari luar untuk diteruskan
menuju otak. Otak tersebut menanggapi rangsang melalui jaringan saraf untuk meresponnya.
Misalnya, saat memegang benda panas, kita akan merespons dengan melepas benda panas
tersebut.

4. Organisasi Kehidupan Tingkat Organ : Organisasi kehidupan tingkat organ merupakan organisasi
hidup dari kumpulan jaringan. Organ merupakan kumpulan beberapa jaringan yang berbeda untuk
melakukan suatu pekerjaan yang sama. Suatu organ memiliki tugas untuk menjalankan fungsinya.
Organ terdiri atas beberapa jaringan yang berbeda. Contoh organ adalah kulit, jantung, ginjal, dan
mata. Organ kulit tersebut oleh beberapa jaringan, yaitu jaringan epitel, jaringan otot, jaringan
darah, dan jaringan saraf. Keseluruhan jaringan tersebut bekerja sama menjalankan peran dan
fungsinya, seperti melindungi tubuh dari berbagai faktor fisis dan menjadi pertahanan tubuh dari
mikroorganisme penyebab penyakit (patogen). Di dalam tubuh makhluk hidup, organ-organ yang
berbeda akan berkumpul membentuk suatu sistem yang disebut sistem organ. Kumpulan organ-
organ tersebut akan menjalankan fungsi dan tugas yang saling berkaitan. Contoh sistem pada
organ pada manusia, yaitu sistem pencernaan terdiri atas organ mulut, lidah, gigi, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, dan anus.

System peredaran darah

5. Organisasi Kehidupan Tingkat Individu : merupakan organisme yang tersusun oleh kumpulan
sistem organ. Kumpulan sistem organ tersebut membentuk individu. Adanya berbagai sistem
organ yang memiliki fungsi berbeda, membuat suatu individu mampu melakukan fungsi hidupnya
dengan baik. Contoh organisasi kehidupan tingkat individu adalah seekor kucing, seekor ular, dan
seorang manusia.
6. Organisasi Kehidupan Tingkat Populasi : Terbentuk oleh spesies atau individu yang sejenis. Populasi
sendiri merupakan kelompok yang terdiri atas psesies sejenis atau sama dan mendiami suatu habitat. Habitat
merupakan tempat hidup suatu makhluk hidup. Di dalam suatu populasi terjadi interaksi atau hubungan
antar spesiesnya. Hal tersebut dilakukan guna menjalankan fungsi hidupnya, misalnya berkembang biak,
melakukan perkawinan, dan untuk perlindungan satu sama lainnya. contoh organisasi tingkat populasi
adalah sekumpulan banteng. Dalam Biologi, dikenal pembagian makhluk hidup menjadi beberapa kerajaan
atau kingdom. Kingdom yang dipelajari terdapat lima kelompok, yaitu kingdom Monera, kingdom Protista,
kingdom Fungsi, kingdom Animalia, dan kingdom Plantae. Setiap kingdom terdiri atas populasi yang
berbeda, misalnya kingdom Animalia memiliki populasi banteng, populasi elang jawa, dan populasi
harimau jawa.
7. Organisasi Kehidupan Tingkat Komunitas : merupakan sekelompok populasi yang hidup dalam daerah dan
menempati lingkungan yang sama. Komunitas merupakan organisasi kehidupan yang memiliki banyak
objek untuk diamati. Contohnya, komunitas sungai terdapat populasi katak, populasi udang, dan populasi
plankton.
8. Organisasi Kehidupan Tingkat Ekosistem : Ekosistem merupakan beberapa macam populasi yang
berinteraksi dengan lingkungannya tempat mereka hidup baik dengan komponen biotik maupun komponen
abiotiknya. Di dalam ekosistem, organisasi kehidupan berlangsung sangat kompleks. Antarpopulasi terdapat
suatu hubungan simbiosis serta siklus energi dan materi. Siklus energi ini terjadi melalui suatu peristiwa
makan dimakan yang membentuk sebuah rantai makanan. Bahkan terdapat siklus energi yang lebih luas dan
rumit dalam suatu jaring-jaring makanan. Di dalam ekosistem, hubungan antara organisme biotiknya tidak
dapat terlepas dari faktor abiotiknya. Contohnya, hewan yang memerlukan air untuk minum. Air merupakan
salah satu komponen abiotik.
9. Organisasi Kehidupan Tingkat Bioma : merupakan organisasi kehidupan yang cukup beragam, khususnya
jenis makhluk hidup di dalamnya. Bioma adalah satuan daerah daratan yang luas di bumi bercirikan sejenis
tumbuhan dominan di daerah tersebut. Contohnya bioma gurun, bioma taiga, bioma hutan hujan tropis, dan
bioma tundra. Di dalam bioma, banyak sekali jenis individu ataupun populasi yang terdapat di dalamya.
Misalkan pada bioma hutan hujan tropis yang didominasikan oleh tumbuhan tropis, terdapat keaneragaman
individu yang tinggi di dalamnya. Indonesia memiliki bioma hutan hujan tropis, khususnya di pulau
Sumatra dan Kalimantan. Tingkatan kehidupan organisme yang dipelajari dalam ruang lingkup Biologi
dipelajari dalam berbagai tingkatan. Setiap tingkatan tersebut memiliki kekhasan mengenai cirinya.
SENSOR
Dalam kaitannya dengan sistem elektronis, Sensor dan transduser pada dasarnya dapat dipandang sebagai
sebuah perangkat atau device yang berfungsi mengubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik, sehingga
keluarannya dapat diolah dengan rangkaian listrik atau sistem digital ., Dewasa ini, hampir seluruh peralatan
modern memiliki sensor di dalamnya.

Variabel fisik Sensor/ Variabel listrik Pengkondisi Sistem pengolah Gambar


Transduse Sinyal (microprosesor)
r
Blok fungsional Sensor/Transduser

Terkait dengan perkembangan teknologi yang begitu luar biasa, pada saat ini, banyak sensor telah
dipabrikasi dengan ukuran sangat kecil hingga orde nanometer sehingga menjadikan sensor sangat
mudah digunakan dan dihemat energinya. Berdasarkan variabel yang diindranya, sensor dikatagorikan
kedalam dua jenis : sensor Fisika dan sensor Kimia. Sensor Fisika merupakan jenis sensor yang
mendeteksi suatu besaran berdasarkan hukum-hukum fisika, yaitu seperti sensor cahaya, suara, gaya,
kecepatan, percepatan, maupun sensor suhu. Sedangkan jenis sensor kimia merupakan sensor yang
mendeteksi jumlah suatu zat kimia dengan jalan mengubah besaran kimia menjadi besaran listrik
dimana di dalamnya dilibatkan beberapa reaksi kimia, seperti misalnya pada sensor pH, sensor
oksigen, sensor ledakan, serta sensor gas. Sensor digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dimana
aplikasinya mencakup berbagai bidang, yaitu seperti: automobile, mesin, kedokteran, indistri, robot,
maupun aerospace. Dalam lingkungan sistem kontrol dan robotika, sensor memberi fungsi seperti
layaknya mata, pendengaran, hidung, maupun lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroller
sebagai otaknya. Berikut adalah beberapa jenis sensor yang dapat dijumpai di lapangan

Sensor proximity : merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target jenis
logam dengan tanpa adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis
solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi,
dan korosif yang berlebihan. Sensor proximity dapat diaplikasikan pada kondisi
penginderaan pada objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk menggerakkan suatu
mekanis saklar.
Sensor Magnet : disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magnet
dan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi
(on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini
dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap
ataupun uap.
Sensor Sinar : terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar adalah alat sensor sinar yang
mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya
akan menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan tegangan. Demikian pula dengan
Fotokonduktif (fotoresistif) yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-
selnya, semakin tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai
tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip kerja berdasarkan
pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun
target pemantulnya, yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.
Sensor Ultrasonik : bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor
ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan
perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara
dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding
lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera
diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.
Sensor Tekanan : sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan kawat, dimana
mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya pada perubahan
tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat perubahan panjang dan luas
penampangnya. Strain gage adalah sebuah contoh transduser pasif yang mengubah
pergeseran mekanis menjadi perubahan tahanan. Sensitivitas sebuah strain gage dijelaskan
dengan suatu karakteristik yang disebut faktor gage (gage factor),(K), yang didefinisikan
sebagai perubahan satuan tahanan dibagi dengan perubahan satuan panjang.
Perubahan tahanan (R) pada sebuah konduktor yang penjangnya ( l ) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan bagi tahanan dari sebuah konduktor yang penampangnya serba
sama, yaitu: tarikan (tension) terhadap konduktor menyebabkan pertambahan panjang ( l )
dan pengurangan secara bersamaan pada diameter ( d ).

Sensor kecepatan (RPM) : Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses


kebalikan dari suatu motor, satu poros/object yang berputar pada satu generator akan
menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran objek. Kecepatan
putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis
(induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi.
Sensor Penyandi (Encoder) : Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk mengubah
gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor
gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 jenis penyandi, yaitu;
Pertama, Penyandi rotari tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk
masing-masing putaran) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang
diputar. Kedua, Penyandi absolut (yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk
masing-masing posisi sudut) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian, lebih
banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga membentuk suatu
pengkodean dalam susunan tertentu.
Sensor Suhu : Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu :
1. Thermocouple (T/C) : pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin
yang disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul
antara sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi sebagai
pembanding. ada beberapa jenis thermocouple yaitu :
J-TC Thermocouple :JTC merupakan sensor yang mengubah besaran suhu
menjadi tegangan, dimana sensor ini dibuat dari sambungan dua bahan
metallic yang berlainan jenis. Sambungan ini dikomposisikan dengan
campuran kimia tertentu, sehingga dihasilkan beda potensial antar
sambungan yang akan berubah terhadap suhu yang dideteksi.
NTC (Negative Temperature Coefficient) :Lain halnya dengan JTC, NTC
merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi hambatan. NTC
dibuat dari campuran bahan semikonduktor yang dapat menghasilkan
hambatan intrinsik yang akan berubah terhadap temperatur.
Platinum Pt 100 : Platinum Pt 100 pada plant kontrol suhu memiliki fungsi
yang hampir sama dengan sensor NTC, dimana letak perbedaannya adalah
pada bahan pembuatan sensor. Platinum Pt 100 dibuat dari platinum dengan
resistansi nominal 100 pada suhu 0oC.

Karakteristik Beberapa Jenis Thermocouple


2. Resistance Temperature Detector (RTD) : memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik
dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah
presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian tahanan.
Platina adalah bahan yang sering digunakan karena memiliki tahanan suhu,
kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas.
3. Thermistor : adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai
koefisien suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau
sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan perubahan tahan 5% per C sehingga mampu
mendeteksi perubahan suhu yang kecil

Thermistor

4. IC sensor : sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon


untuk kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus
yang sangat linear.
Sensor Efek Hall : Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan adanya objek
magnetis dengan perubahan posisinya . Perubahan medan magnet yang terus menerus
menyebabkan timbulnya pulsa yang kemudian dapat ditentukan frekuensinya, sensor
jenis ini biasa digunakan sebagai pengukur kecepatan. Sensor Hall Effect digunakan
untuk mendeteksi kedekatan (proximity), kehadiran atau ketidakhadiran suatu objek
magnetis (yang) menggunakan suatu jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe Half-
Effect Sensor, yaitu tipe linear dan tipe on-off. Tipe linear digunakan untuk
mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada
konduktordan funsi-fungsi lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit
switch, sensor keberadaan (presence sensors), dsb. Sensor ini memberikan logika
output sebagai interface gerbang logika secara langsung atau mengendalikan beban
dengan buffer amplifier.

Diagram Hall Effect


Keterangan gambar :
1. Elektron
2. Sensor Hall atau Elemen Hall
3. Magnet
4. Medan Magnet
5. Power Source

Gambar diagram hall effect tersebut tersebut

menunjukkan aliran elektron. Dalam gambar A menunjukkan bahwa elemen Hall


mengambil kutub negatif pada sisi atas dan kutub positif pada sisi bawah. Dalam
gambar B dan C, baik arus listrik ataupun medan magnet dibalik, menyebabkan
polarisasi juga terbalik. Arus dan medan magnet yang dibalik ini menyebabkan
sensor Hall mempunyai kutub negatif pada sisi atas. Hall Effect tergantung pada beda
potensial (tegangan Hall) pada sisi yang berlawanan dari sebuah lembar tipis material
konduktor atau semikonduktor dimana arus listrik mengalir, dihasilkan oleh medan
magnet yang tegak lurus dengan elemeh Hall. Perbandingan tegangan yang dihasilkan
oleh jumlah arus dikenal dengan tahanan Hall, dan tergantung pada karakteristik
bahan. Dr. Edwin Hall menemukan efek ini pada tahun 1879. Hall Effect dihasilkan
oleh arus pada konduktor. Arus terdiri atas banyak beban kecil yang membawa
partikel-partikel (biasanya elektron) dan membawa gaya Lorentz pada medan magnet.
Beberapa beban ini berakhir di sisi sisi konduktor. Ini hanya berlaku pada
konduktor besar dimana jarak antara dua sisi cukup besar. Salah satu yang paling
penting dari Hall Effect adalah perbedaan antara beban positif bergerak dalam satu
arah dan beban negatif bergerak pada kebalikannya. Hall Effect memberikan bukti
nyata bahwa arus listrik pada logam dibawa oleh elektron yang bergerak, bukan oleh
proton. Yang cukup menarik, Hall Effect juga menunjukkan bahwa dalam beberapa
substansi (terutama semikonduktor), lebih cocok bila kita berpikir arus sebagai
holes positif yang bergerak daripada elektron.

Pengukuran Tegangan Hall

Dengan mengukur tegangan Hall yang melalui bahan, kita dapat menentukan
kekuatan medan magnet yang ada. Hal ini bisa dirumuskan :

VH adalah tegangan yang melalui lebar pelat, I arus yang melalui panjang pelat, B
medan magnet, d tebal pelat, e elektron, dan n kerapatan elektron pembawa. Dalam
keadaan kekuatan medan magnetik yang besar dan temperatur rendah, kita dapat
meneliti quantum Hall effect, yang adalah kuantisasi tahanan Hall. Dalam bahan
ferromagnetik (dan material paramagnetik dalam medan magnetik), resistivitas Hall
termasuk kontribusi tambahan, dikenal sebagai Anomalous Hall Effect (Extraordinary
Hall Effect), yang bergantung secara langsung pada magnetisasi bahan, dan sering
lebih besar dari Hall Effect biasa. Walaupun sebagai sebuah fenomena yang dikenal
baik, namun masih ada perdebatan tentang keberadaannya dalam material yang
bervariasi. Anomalous Hall Effect bisa berupa efek ekstrinsik bergantung pada
putaran yang menyebar dari beban pembawa, atau efek intrinsik yang dapat
dijelaskan dengan efek Berry phase dalam momentum space kristal.
Hall effect menghasilkan level sinyal yang sangat rendah dan membutuhkan
amplifikasi. Amplifier tabung vakum pada abad 20 terlalu mahal, menghabiskan
tenaga dan kurang handal dalam aplikasi sehari-hari. Dengan pengembangan IC
berharga murah maka Sensor Efek Hall menjadi berguna untuk banyak aplikasi. Alat
Hall Effect saat disusun dengan tepat akan tahan dengan debu, kotoran, lumpur dan
air. Sifat ini menyebabkan alat Hall Effect lebih baik untuk sensor posisi daripada alat
alternatif lainnya seperti sensor optik dan elektromekanik. Sensor Efek Hall sering
dipakai pada Split ring clamp-on sensor, Analog multiplication,Power sensing,
Position and motion sensing, Automotive ignition dan fuel injection serta Wheel
rotation sensing. Sensor ini banyak tersedia diberbagai macam pabrik, dan
digunakan untuk sensor-sensor yang bervariasi seperti sensor aliran cairan, sensor
daya dan sensor tekanan. Sensor Efek Hall digunakan untuk mendeteksi kedekatan
(proximity), kehadiran atau ketidakhadirannya suatu objek magnetis (yang)
menggunakan jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe Sensor Efek Hall, yaitu tipe
linear dan tipe on-off.
Tipe linear digunakan : mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus
DC dan AC pada konduktor dan fungsi-fungsi lainnya.
tipe on-off digunakan sebagai limit switch, sensor keberadaan (presence sensors).
Sensor ini memberikan logika output sebagai interface gerbang logika secara
langsung atau mengendalikan beban dengan buffer amplifier.
Reflective-Opto Switch : Alat ini terdiri dari pasangan emitter/detektor pada tempat yang
sama. Emitter meradiasikan cahaya UV dan jika tidak ada halangan yang akan memantulkan
cahaya tersebut, maka tidak akan ada cahaya yang diterima oleh detektor. Jika objek pemantul
(dengan warna/permukaan yang sesuai) dibuat menghadap alat ini, detektor (photoresistor)
mensaturasi output, sehingga terbentuk sinyal logika. Emitter dan detektor disesuaikan, di
mana detektor mempunyai puncak sensitivitas yang bersesuaian dengan panjang gelombang
emitter. Seberapa baik pendeteksian suatu objek tergantung pada :
Jumlah cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya.
Kepekaan photodetector.
Jarak antara switch dari objek.
Kondisi cahaya dari lingkungan sekitar.
Kedudukan tegak lurus permukaan dari pantulan cahaya dengan switch.
TRANSDUSER
Sebuah transduser adalah peranti yang menubah sinyal dari satu bentuk ke bentuk lain. Untuk
penggunaan di dalam instrumentasi elektris, keluaran transduser harus berupa sinyal elektris, seperti
misalnya tegangan, yang kemudian dapat diperkuat dan diukur dengan alat ukur atau diperlihatkan.
Transduser menggunakan berbagai gejala fisis untuk mengubah sinyal-sinyal masukan : akustis,
kimia, mekanis, optis, dan termal menjadi sinyal-sinyal keluaran elektris. Di sini kita menguraikan
tiga peranti semacam itu, yang harus bertindak sebagai contoh untuk semua yang lain.
Transduser Kecepatan : Balistokardiografi Adalah instrumentasi untuk mengukur
pentalan kecil badan manusia yang dihasilkan dari pemompaan darah oleh jantung. Pasien
berbaring pada platform tersangga udara yang bergerak seiring badan pasien. Kecepatan
platform diukur dengan peranti yang berupa sebuah magnet bebas yang bergerak kedalam
dan keluar suatu kumparan kawat. Magnet tersebut diikatkan pada platform, kumparan
akan berubah dan mengimbas tegangan antara ujung-ujung kumparan sesuai dengan
persamaan. Tegangan ini sebanding dengan kecepatan magnet, kemudian diperkuat lalu
ditampilkan pada osiloskop, memberikan balistokardiogram .
Audiotransduser Sebuah mikrofon magnetik yang merupakan transduser kecepatan
untuk mengalih ragamkan sinyal akustis menjadi sinyal elektris. Itu terdiri dari sebuah
pita logam yang digantungkan antara kutub-kutub sebuah magnet, Pita itu bergetar
sebagai tanggapan terhadap gelombang bunyi yang datang padanya, menghasilkan beda
tegangan antara ujung-ujungnya yang sebanding dengan kecepatannya.
Fototransduser Sebuah fototransduser menghasilkan sinyal elektris sebagai tanggapan
terhadap intensitas cahaya yang datang padanya. Salah satu tipe fototransduser, sel
fotoresistif, menggunakan sifat bahwa hambatanyanya berkurang dengan bertambahnya
intensitas cahaya. dalam ketiadaan cahaya, suatu bahan fotohantar (fotokonduktif) adalah
penyekat, yang berarti bahwa semua elektronnya terikat pada atom-atom dan penyekat
yang dapat membentuk arus. Cahaya yang datang pada bahan itu mengurai beberapa
elektron, yang kemudian arus. Bila cahaya dipindahkan, elektron-elektron tersebut segera
bergabung lagi dengan atom-atom mereka dan bahan itu menjadi tak menghantar lagi.
Sebuah sel fotoresistif terdiri dari lapisan bahan fotohantar pada basis keramik, dengan
elektrode-elektrode bentuk pita dilapiskan di atas bahan fotohantar tersebut. Dalam
kegelapan total hambatan sel dapat sampai sebesar 1013 , tetapi dalam cahaya kamar
normal hambatan kurang lebih 1013 . Pada batere dan ammeter, Saat intensitas cahaya
bertambah, hambatan sel berkurang dan arus di dalam untai bertambah. Jadi arus
bertambah dengan naiknya intesitas cahaya. Sel-sel fotoresistif digunakan di dalam alat
ukur cahaya fotografik yang mengukur intensitas cahaya yang terpantul dari benda dan di
dalam instrumen-instrumen yang mengukur konsentrasi suatu larutan dengan mengukur
jumlah cahaya yang terpancarkan melaluinya.
Transduser Termal : Hambatan dari kebanyakan penghantar berubah dengan suhu.
Meliputi suatu jangkauan suhu yang sempit hambatan RT pada suhu T dapat dituliskan :
RT = R0 [1 + (T = T0)]. dengan Ro adalah hambatan pada suhu To dan adalah
koefisien hambatan suhu, yang merupakan ciri suatu bahan. Untuk logam, adalah
sekitar 4 x 10-3 sedangkan untuk oksida-oksida logam tertentu, adalah sekitar 50 x 10-
3
. Yaitu, untuk logam hambatan bertambah sedikit dengan suhu, sedangkan untuk oksida
logam hambatan berkurang secara tajam dengan suhu.
Sebuah termistor adalah tranduser yang terbuat dari oksida logam. Tranduser itu dapat
dalam bentuk sebuah kawat, untuk mengukur suhu rerata suatu volume yang agak besar,
atau dalam bentuk sebuah butir kecil, untuk mengukur suhu di suatu titik. Untai
elektrisnya adalah serupa dengan yang untuk fototransduser (perubahan-perubahan
dalam suhu transduser menyebabkan perubahan dalam hambatan untai tersebut dan
karenanya perubahan dalam arus di dalam untai).
Transduser Pergeseran : Pengubahan sebuah gaya terpasang menjadi pergeseran
merupakan dasar bagi berbagaijenis tranducer. Elemen mekanis yang digunakan untuk
mengubah gaya terpasang menjadi pergeseran disebut alat penjumlah gaya (force
summing devices) yang bagian-bagiannya berupa :
Diagfragma, rata atau bergelombang
Tiupan (bellows)
Tabung Boundon, melingkar atau berbelit
Tabung/ pipa lurus
Kantilever massa (mass cantilever), suspensi tunggal atau dobel
Torsi ujung berputar (pivot torque)
Transduser Kapasitive : Karena kapasitansi berbanding terbalik dengan jarak kedua pelat
paralel, setiap variasidalam d menyebabkan variasi pada kapasitansi. Prinsip ini
diterapkan pada transducer kapasitif.
Kapasitansi dari sebuah kapasitor pelat paralel diberikan oleh G = (farad) Cara kerjanya :
Gaya diberikan pada diafragma yang berfungsi sebagai salah satu pelat kapasitor,
mengubah jarak antara diafragma dengan pelat yang diam.
Perubahan kapasitansi yang dihasilkan ini dapat diukur dengan jembatan ac atau
sebuah rangkaian osilator.
Transducer sebagai bagian dari rangkaian osilator menyebabkan perubahan
frekuensi osilator. Perubahan frekuensi ini merupakan ukuran dari besarnya gaya
yang dipasang.
Transducer induktif : Dalam transducer induktif pengukuran gaya dilakukan dengan
mengubah perbandinganinduktansi dari sepasang kumparan atau dengan mengubah
induktansi kumparan tunggal. Dalam masing-masing hal, jangkar feromagenetik yang
digerakkan/ digeser oleh gaya yang akan diukur mengubah reluktansi rangkaian
magnetik. Perubahan induktansi yang dihasilkan merupakan ukuran bagi besarnya gaya
yang diberikan.
Potensiometer : Transduser potensiometrik adalah sebuah alat elektromekanik yang
mengandung elemen tahanan yang dihubungkan oleh sebuah kontak geser yang dapat
bergerak. Gerakan kontak geser menghasilkan suatu perubahan tahanan yang biasa linier,
logaritmis, eksponensial, dan sebagainya, bergantung pada cara dalam mana kawat
tahanan tersebut digulungkan.

PENGUAT ( AMPLIFIER )
Sebuah penguat (amplifer) adalah peranti yang terdiri dari penghambat
(resistor) dan transistor yang dapat menaikkan arus atau tegangan suatu sinyal
masukan. Penghambat dan transistor dapat diperoleh secara terpisah dan
kemudian dihubungkan bersama dengan kabel untuk membentuk penguat
dasar, atau mereka dapat diperoleh sudah terangkai ke dalam komponen zadat tunggal yang
dinamakan penguat operasional (operational amplifier, opamp). Komponen-komponen terpadu,
seperti penguat operasional, menyederhanakan perancangan dan konstruksi untai-untai elektronis
dengan mengurangi cacah komponen terpisah yang tersangkut. Tetapi sebelum mereka dapat
dipahami, beberapa pemahaman tentang penguat dasar diperlukan.
Penguat Dasar : Sebuah transistor adalah unsur untai zadat tiga terminal aktif yang
digunakan mengendalikan dan menguatkan arus. berupa sepotong
germanium atau silion yang diproses secara khusus dengan tiga kawat
terminal digandengkan, Dalam operasi normal, sebuah benda tegangan
VCE dipertahankan antara dua terminal ujung (emiter dan kolektor)
dengan perantaraan batere C. Bila terminal tengah (basis) diputuskan,
transistor itu tidak menghantar; yaitu, tidak ada arus antara emiter dan kolektor. Namun
demikian jika arus kecil IB dialirkan dari basis dengan prantaraan batere kedua C transistor
itu tersambungkan dan ada arus besar IC antara emiter dan kolektor. Jadi arus antara emiter
dan kolektor dikendalikan dengan arus basis IB. Dengan IB = 0 arus kolektor IC pada dasarnya
nol untuk semua nilai VCE, yaitu transistor tersebut tidak menghantar. Untuk nilai-nilai IB
tidak nol, maka arus kolektor besar yang betambah sewaktu VCE bertambah. Untuk nilai
tertentu VCE, arus kolektor bertambah sewaktu arus basis bertambah. Misalnya, dengan VCE =
7,5 V dan IB = 0,15 mA, arus kolektor adalah IC = 14,5 mA. Jika VCE dipertahankan pada 7,5
V sedangkan arus basis dinaikkan sampai 0,20 mA, arus kolektor betambah sampai 21 mA
menghasilkan perubahan 6,5 mA dalam arus basis hanya sebesar 0,05 mA menghasilkan
perubahan 6,5 mA dalam arus kolektor. Sifat inilah yang memungkinkan sebuah transistor
untuk bekerja sebagai unsur penguat dan pengendali.
Penghambat RB dipilih bersama-sama dengan betere B agar memberikan arus basis yang
secukupnya, katakanlah IB = 0,25 ma. Arus IC dan tegangan VCE kemudian dihubungkan oleh
lengkungan IB = 0,25 mA. Misalnya jika VCE = 10 V, arus adalah 29 mA. Tegangan VCE pada
transistor gayut pada batere C dan penurunan tegangan sepanjang penghambat RC. Dari
hukum kedua Kirchhoff kita mempunyai.VCE = C - RC LC . Ini adalah hubungan kedua antara
VCE dan LC. nilai-nilai IC dan VCE harus secara serempak memenuhi persamaan ini dan
terletak pada lengkugnan IB = 0,25 mA . Andaikata C = 16 V dan RC = 400 . Makanya
Persamaan menjadi : VCE = 16 V (400 ) IC. Yang merupakan persamaan suatu garis lurus.
Garis itu secara mudah diperoleh dengan pengamatan bahwa bila IC adalah nol, VCE sama
dengan 16 V dan bila VCE adalah nol, IC sama dengan 16 V/400 = 40 mA. Jadi garis lurus
yang menyajikan Persamaan, yang dinamakan garis beban, menghubungkan titik 16 V pada
sumbu datar dan titik 40 mA pada sumbu tegak. Semua titik pada garis ini memenuhi
Persamaan, dan semua titik pada lengkungan IB = 0,25 mA merupakan nilai-nilai yang
mungkin dari IC dan VCE bila arus basis adalah 0,25 mA. Titik potonga garis dan lengkungan
di Q memberikan nilai-nilai IC dan VCE yang secara serempak memenuhi kedua persyaratan
ini. nilai-nilai IC dan VCE diperoleh sebesar 25,5 mA dan 5,5 V. ini adalah nilai-nilai operasi
quiescent untai. Sekarang andaikata bahwa suatu tegangan rangga masukan dalam bentuk :V i
= Vip sin 2ft. ditempatkan pada terminal masukan untai di dalam Tegangan masukan ini dan
batere B bersama-sama menghasilkan arus basis. iB = IB + II. Yang merupakan jumlah arus
Vip
betere IB dan arus masukan Ii = Iip sin 2ft Dengan arus masukan puncak sebesar Iip =
RB
Vip 30 mV
Misalnya, dengan Vip = 30 mV dan RB = 600 , arus masukan puncak adalah Iip = =
RB 600
0,05 mA Jika IB = 0,25 mA, karenanya arus basis total adalah : iB = 0,25 mA + (0,05 mA) sin 2 ft.
dan dengan demikian beralun antara 0,20 dan 0,30 mA. Arus kolektor adalah campuran arus
searah sebesar 25,5 mA dan arus rangga dengan puncak sebesar 4,5 mA : iC = 25,5 mA + (4,5
mA) sin 2 ft. Jadi karena arus masukan puncak sebesar 0,05 mA menghasilkan arus
keluaran puncak sebesar 4,5 mA, perbesaran arus penguat adalah 4,5 mA/0,05 mA = 90.
demikian juga, karena tegangan masukan puncak adalah 30 mV dan tegangan keluaran
puncak sepanjang RC adalah. (400 ) (4,5 mA) = 1800 mV. Perbesaran tegangan adalah 1800
mV/30 mV = 60. Dengan menyambungkan keluaran satu penguat ke masukan penguat yang
lain, perbesaran sampai 105 dapat diperoleh.
Catatan : karena perbesaran tegangan adalah 60 & perbesaran arus adalah 90, perbesaran daya
adalah (60) (90) = 5400. Penguat berbeda dengan transformator karena menaikkan daya juga
tegangan sinyal masukan. Sebuah transformator dapat menaikkan tegangan suatu sinyal hanya dengan
mengurangi arus sejumlah yang sama, sehingga tidak ada perbesaran daya neto.

PENGUAT DIFFERENSIAL : Penguat dasar mempunyai tegangan tetap VC = IC.RC


pada terminal keluarannya meskipun bila tegangan pada terminal
masukan adalah nol. Lebih jauh jika tegangan pada setiap
terminal masukan dinaikkan sejumlah yang sama di atas tegangan
bumi, arus basis akan berubah dan sebagai akibatnya tegangan
keluaran akan berubah juga. Yaitu, tegangan keluaran
menanggapi pada perubahan bersama dalam tegangan terminal masukan, tidak hanya
pada beda dalam tegangan mereka. Untuk banyak tujuan diinginkan mempunyai apa
yang dinamakan penguat beda (amplifer diferensial), yang hanya menanggapi pada selisih
tegangan terminal-terminal masukannya dan tidak peka pada tegangan bersama mereka.
Penguat semacam itu dibuat dari dua transistor indentik yang dihubungkan . Penghambat
terubahkan (variabel) R ditetapkan sedemikian sehingga tegangan pada terminal-terminal
keluarga adalah nol bila tegangan pada terminalmasukan adalah nol. Jika suatu beda
tegangan diterapkan pada terminal masukan, separuh selisih itu diterapkan pada basis
setiap transistor tetapi dengan tanda berlawanan. Setiap transistor memperkuat tegangan
basisnya sendiri, yang menghasilkan tegangan yang diperkuat dengan tanda berlawanan.
Tetapi karena transistor-transitor dihubungkan dengan polaritas berlawanan pada
penghambat -penghambat RC1 dan RC2, tegangan pada terminal-terminal keluaran adalah
jumlah dari besar tegangan yang diperkuat dari masing-masing transistor tersebut. Di lain
pihak, jika tegangan yang sama diterapkan pada terminal masukan 1 dan 2, tegangan-
tegangan basis mempunyai tanda yang sama dan ke dua transistor menghasilkan
tegangan-tegangan berlawanan sepanjang RC1 dan RC2. Jika trannsistor-transistor adalah
identik, pada potensial pada terminal keluaran akan menjadi nol. Karena transistor-
transistor sangat berupa tetapi tidak indentik, potensial keluaran akan kecil tetapi tidak
nol. Nisbah dari potensial masukan bersama dengan potensial keluaran sesungguhnya
dinamakan Nisbah tolakan ragam bersama (common mode rejection ratio) yang harus
sebesar mungkin. Penguat diferensial adalah penting untuk kebanyakan-kebanyakan
pengukuran biologis karena sinyal yang menarik perhatian biasanya adalah beda tegangan
sangat kecil yang tertumpahkan pada tegangan bersama yang besar. Misalnya dalam
sebuah pengukuran ECG, seseorang tertarik pada beda tegangan antara (katakanlah) titik
pada dada pasien dan satu titik pada lengan pasien. Beda tegangan ini kurang lebih 20
mV dan berubah dengan frekuensi sebesar 1 Hz. Pada saat yang sama, potensial badan
pasien akan beralun dengan amplitudo sebesar 10 V dan frekuensi sebesar 60 Hz. Untuk
mengukur beda potensial sebesar 20 mV dalam kehadiran tegangan rangga umum dari
badan sebesar 10 V, sebuah penguat diferensial dengan nisbah tolak ragam bersama
sebesar lebih dari 1000 harus digunakan.
Penguat Operasional : Sebuah penguat operasional, atau opamp, adalah unsur untai zadat
yang berfungsi sebagai penguat diferensial lengkap. Ia digunakan
sebagai komponen di dalam membangun peranti-peranti elektronik
yang canggih. Di dalam diagram sebuah opamp dilambangkan oleh
sebuah segitiga dengan dua terminal masukan dan satu terminal
keluaran. Terminal keluaran kedua sering dibumikan, yang di dalam
kasus itu dapat digambarkan secara terpisah, atau dihilangkan secara keseluruhannya.
Peranti sesungguhnya mempunyai sejumla terminal lain untuk menyambungkan
pemasok daya (batere) yang diperlukan, tetapi ini biasanya ditinggalkan di dalam
diagram-diagram untai.

Você também pode gostar