Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kelompok IV:
1. IMA
2. WANDA
3. WINDI
4. FANDI
5. HAJAR
6. ENI
7. YESLIN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniah
kesehatan dan kekuatanNya lah sehingga kami mampu menyusun tugas makalah ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan
kontribusinya dalam penyusunan makalah Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
(Aliran Idealisme, Realisme dan Neo-Positivisme) ini, baik kontribusi langsung
ataupun tidak langsung.
Kami menyadari betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
tentunya kami terbuka akan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sehingga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan para pembaca.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Konsep Aliran Idealisme............................................................................3
B. Konsep Aliran Realisme............................................................................4
C. Konsep Aliran Neo-Positivisme................................................................7
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama.
Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh factor-faktor lain seperti latar
belakang pribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran
manusia di suatu tempat. Dengan perbedaan-perbedaan tersebut para ahli
menyusunnya dalam suatu sistematika dengan kategori tertentu, sehingga
menghasilkan klasifikasi. Dari sinilah kemudian lahir apa yang disebut
aliran filsafat pendidikan. Menurut Edward J.Power (Sadulloh, 2003: 98) aliran
filsafat pendidikan terbagi menjadi Aliran idealisme, realisme, humanisme religius-
rasional, pragmatisme, eksistensialisme, merupakan pandangan dalam filsafat
pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan. Dalam makalah ini
hanya membahas mengenai aliran idealisme, aliran realisme dan positivisme.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kepada siswa untuk berpikir, dan untuk menggunakan criteria penilaian moral dalam
situasi-situasi kongkrit dalam konteks pelajaran. Metode mengajar hendaknya
mendorong siswa memperluas cakrawala; mendorong berpikir reflektif; mendorong
pilihan-pilihan moral pribadi, memberikanketerampilan-keterampilan berpikir logis;
memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral
dan social.
Peranan Guru dan Siswa. Para filsuf Idealisme mempunyai harapan yang
tinggi dari para guru. Guru harus unggul (excellent) agar menjadi teladan bagi
para siswanya, baik secara moral maupun intelektual. Guru harus unggul dalam
pengetahuan dan memahami kebutuhan-kebutuhan serta kemampuan-kemampuan
para siswa; dan harus mendemonstrasikan keunggulan moral dalam keyakinan dan
tingkah lakunya. Guru harus juga melatih berpikir kreatif dalam mengembangkan
kesempatan bagi pikiran siswa untuk menemukan, menganalisis, memadukan,
mensintesa, dan menciptakan aplikasiaplikasi pengetahuan untuk hidup dan berbuat.
4
mempergunakan intelegensi. Objek indra adalah real, yaitu benda-benda ada, adanya
itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau
ada hubungannya dengan pikiran kita. Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada
pada kenyataan alam ini, bukan pada ide atau jiwa.
5
menghafal, menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta; mengiterpretasi hubungan-
hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-makna baru.
Peranan Guru dan Siswa. Guru adalah pengelola kegiatan belajar-mengajar
di dalam kelas(classroom is teacher-centered); guru adalah penentu materi pelajaran;
guru harus menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan mata pelajaran, dan
membuat mata pelajaran sebagai sesuatu yang kongkrit untuk dialami siswa. Dengan
demikian guru harus berperan sebagai penguasa pengetahuan; menguasai
keterampilan teknik-teknik mengajar; dengan kewenangan membentukprestasi siswa.
Adapun siswa berperan untuk menguasai pengetahuan yang diandalkan; siswa harus
taat pada aturan dan berdisiplin, sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk
belajar, disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk berbagai tingkatan keutamaan
(Edward J. Power).
Pendidikan yang didasari oleh realisme bertujuan agar peserta didik menjadi
manusia bijaksana secara intelektual yang dapat memiliki hubungan serasi dengan
lingkungan fisik maupun sosial. Implikasi pandangan realisme adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang dapat menyelesaikan diri
dalam masyarakat dan memilki tanggung jawab pada masyarakat.
2. Kedudukan peserta didik ialah memperoleh intruksi dan harus menguasai
pengetahuan. Disiplin mental dan moral diperlukan dalam setiap jenjang
pendidikan.
3. Peran guru adalah menguasai materi, memiliki keterampilan dalam pedagogi
untuk mencapai tujuan pendidikan.
4. Kurikulum yang dikembangkan bersifat konfrehensif yaitu memuat semua
pengetahuan yang penting. Kurikulum realis menghasilkan pengetahuan yang
luas dan praktis.
5. Metode yang dilaksanakan didasari oleh keyakinan bahwa senua
pembelajaran tergantung pada pengalaman. Oleh karenanya pengalaman
langsung dan bervariasi perlu dilaksanakan oleh peserta didik. Metode
6
penyampaian harus logis dan didukung oleh pengetahuan psikologis.
(Sadulloh: 2003: 42)
7
Comte sependapat dengan Descartes dan Newton, dimana ilmu pasti dijadikan
dasar segala filsafat. Ilmu pasti memiliki dalil-dalil yang bersifat umum, paling
sederhana, dan paling abstrak. Sehingga, ilmu pasti merupakan ilmu yang paling
bebas. Psikologi tidak mendapat tempat pada Comte, karena manusia tidak mungkin
dapat menyelidiki dirinya sendiri.
August Comte memberikan suatu landasan sosiologi, sedangkan John Stuart
Mill memberikan landasan-landasan psikologis terhadap filsafat positivisme. Karena
itu Mill berpandangan bahwa psikologi merupakan pengetahuan dasar bagi filsafat.
Seperti halnya dengan kaum positif, Mill mengakui bahwa satu-satunya yang menjadi
sumber pengetahuan ialah pengalaman, karena itu induksi merupakan metode yang
paling dipercaya dalam ilmu pengetahuan.
Dalam perkembangannya, positivisme mengalami perombakan dibeberapa
sisi, hingga munculah aliran pemikiran yang bernama Positivisme Logis. Positivisme
logis (disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dan juga neo-
positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran Wina pada
tahun 1920-an. Lingkaran Wina merupakan kelompok neo-positivisme (positivisme
logis) yang melanjutkan proyek positivisme. Pada umumnya disebut juga mazhab
wina atau kring wina kaum neo-positivisme semenjak semula telah membentuk
suatu mazhab, malah pernah dikatatakan orang suatu sekte yang tidak bebas pula dari
kesempitan hati seperti sudah ghaibnya, terdapat pada sekte-sektenya. Neo-
positivisme berpendapat bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan
sains. Filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah
sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
Neopositivisme adalah penganut suatu aliran dalam filsafat yang menanamkan
juga diri mereka sebagai kaum empiris logika. Dapat juga disebut kaum fisikalis,
bahkan beberapa dari mereka menanamkan sebagai penganut logistic (logika
formalis atau logika simbolis).
Kaum neopositivisme mempunyai keyakinan bahwa filsafat sebagai ilmu
hanya aman dalam tangan mereka sendiri dan bahwa tiap orang mempelajari
8
filsafat menurut cara lain mungkin ada mengerjakan sesuatu yang sangat penting dan
luhur, tetapi bahkan mengerjakan sesuatu secara ilmu. Nama neopositivisme telah
menyatakan bahwa kita disini seperti halnya neokantianisme berhadapan dengan
suatu pergerakan yang merupakan suatu lanjutan dari aliran-aliran yang lama.
Menurut E. Von Aster, neopositivisme mempunyai dua akar utama yang
satu adalah terhadap aliran metafisika, yang kedua adalah neopositivisme terletak
dalam perkembangan ilmu pasti dan ilmu alam modern.
9
adalah penalaran deduktif. Penolakan lainnya adalah tentang Fakta Keras, Popper
berpendapat bahwa fakta keras yang berdiri sendiri dan terpisah dari teori sebenarnya
tidak ada, karena fakta keras selalu terkait dengan teori, yakni berkaitan pula dengan
asumsi atau pendugaan tertentu. Dengan demikian pernyataan pengamatan, yang
dipakai sebagai landasan untuk membangun teori dalam positivisme logis tidak
pernah bisa dikatakan benar secara mutlak.
10
BAB III
KESIMPULAN
11
12
REFERENSI
https://harkaman01.wordpress.com/2013/01/11/aliran-aliran-filsafat-idealisme-
materialisme-eksistensialisme-monisme-dualisme-dan-pluralisme/
https://ucubipa.wordpress.com/filsafat-pendidikan/
https://van88.wordpress.com/filsafat-pendidikan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_pendidikan
http://eduarduslebe.blogspot.co.id/2015/11/filsafat-pendidikan-idealisme.html
http://karyailmu99.blogspot.co.id/2015/12/aliran-filsafat-idealisme-dan.html