Você está na página 1de 17

A.

INFEKSI PAYUDARA (MASTITIS)

1) Pengertian
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi
yang berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah didalam
payudara). Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akobat peradangan
payudarakronik. Dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura
diputing, dan dermatitis yang mengenai puting.

2) Penyebab
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk
kedalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit ( biasanya pada puting susu )
dan mastitis juga dapat disebabkan oleh : payudara tidak disusukan secara adekuat, payudara
bengkak, penyangga payudara yang terlalu ketat, ibu diet jelek, kurang istirahat sehingga
anemia yang menimbulkan infeksi .
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam
waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan
menahun dari saluran air susu yang terletak dibawah puting susu. Perubahan hormonal
didalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang
mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.

1
3) Patofisiologi
Stasis ASI> peningkatan tekanan duktus> jika ASI tidak segera dikeluarkan>
peningkatan tegangan alveoli yang berlebihan> sel epitel yang memproduksi ASI menjadi
datar dan tertekan> permeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa komponen ( terutama
protein dan kekebalan tubuh dan natrium ) dari plasma masuk kedalam ASI
dan jaringan sekitar sel> memicu rrespon imun> respon inflmasi dan
kerusakan jaringan yang mempermudah terjadinya infeksi (Staohylococcus aureus dan
Sterptococcus) > dari port d entry yaitu: duktus laktiferus kelobus sekresi dan putting yang
retak kekelenjar limfe sekitar duktus/ periduktal dan secara hematogen.
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan didalam duktus (saluran ASI)
akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan,
sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya
kejaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi,
dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus kelobus
sekresi, melalui puting yang retak kekelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui
penyebaran hematogen pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah
Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadang-kadang ditemukan
pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada
daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.

4) Klasifikasi Mastitis
a. Menurut Bentuknya
1. Mastitis catarralis adalah mastitis yang paling ringan. Disini ditemukan radang dan
degenerasi pada parenchym (epitel) saluran-saluran air susu besar.
2. Mastitis parenchymatosa adalah radang yang meluas hingga asinus pembentuk air
susu, jadi hingga parenchym yang mementuk air susu.
3. Mastistis interstitialis Radang terutama ditemukan di dalam interstisium (jaringan
ikat)
b. Menurut pembagian patologik anatomik mastitis
1. Mastitis catarrhalis yakni radang pada saluran susu yang halus.
2. Mastitis parenchymatosa radang parenchym pembentuk air susu.

2
3. Mastitis Phlegmonosa dimana radang ini meluas dalam jaringan ikat oleh karena itu
dinamakan juga mastitis interstitialias hal ini terlihat pada perlukaan.
4. Mastitis purulenta (apestomatosa), disertai pembentukkan abses-abses.
5. Mastitis necriticans memperlihatkan regresi luar biasa dengan nekrosa kering (necrosa
koagulasi)
6. Mastitis indurativa dimana kelenjar digantikan oleh jaringan ikat. Sekresi air susu
berhenti ambingnya akan terasa keras, lingkarannya bertambah atau berkurang.
Mastitis ini dapat terjadi pada 3 kuartir.
7. Mastitis specifica disebabkan oleh tuberculosis dan aktimikosis.

5) Faktor Predisposisi
a. Umur
Sebuah studi retrospektif menunjukan bahwa wanita berumur 21- 35 tahun lebih sering
terkena mastitis
b. Paritas.
Primipara mempunyai faktor resiko lebih besar.
c. Serangan sebelumnya.
Pada beberapa studi,terdapat bukti bahwa serangan mastitis cenderung berulang
d. Melahirkan.
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis.
e. Gizi.
Antioksidan dari Vit.E,Vit A, dan selenium diketahui mengurangi resiko mastitis.
f. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam
payudara.

6) Gejala
Gejalanya berupa :
a. Nyeri payudara
b. Benjolan pada payudara
c. Pembengkakan pada salah satu
d. Jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan, kemerahan dan teraba hangat
e. Nipple discharge (keluar cairan dari puting susu, bisa mengandung nanah)
f. Gatal-gatal

3
g. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang
terkena
h. Demam
i. Infeksi payudara

Gejala mastitis non-infeksius : ibu memperhatikan adanya bercak panas, atau area
nyeri tekan yang akut, ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras didaerah nyeri tekan
tersebut, ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
Gejala mastitis infeksius: ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada obat seperti flu,
ibu dapat mengeluh karena sakit kepala, ibu demam dengan suhu diatas 380C, terdapat area
luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara, kulit payudara dapat tampak kemerahan
atau bercahaya (tanda-tanda akhir), kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang.

7) Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang
menyusui, bisa dilakukan mammografi atau biopsi payudara.

8) Pengobatan

a. Untuk mengurangi rasa sakit dan demam dapat diberikan pengobatan analgetika-
antipiretik. (asetaminofen, ibuprofen (Thylenol))
b. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
c. (Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per
oral 3 x sehari selama 10 minggu)
d. Bantulah agar ibu

1. Kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri


2. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan
3. Selalu menyusui bayinya.
4. mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
5. Sangga payudara dengan bra untuk ibu menyusui
e. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
f. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan( evaluasi 3 hari)

4
9) Komplikasi infeksi payudara
Jika infeksi payudara sangat berat maka kemungkinan dapat terjadi abses. Jika telah
terjadi abses maka pengobatannya adalah dengan melakukan drainase yaitu pembersihan dan
pengaliran cairan dan nanah pada payudara yang mengalami abses

10) Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
a. Perawatan putting susu pada waktu laktasi usaha penting untuk mencegah mastitis.
b. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
c. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara
dengan cara memompanya
d. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada
puting susu
e. Minum banyak cairan
f. Menjaga kebersihan puting susu
g. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

B. LUKA PERINEUM
1. Pengertian
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk
rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
Rupture adalah robek dan perineum merupakan area berbentuk belah ketupat bila
dilipat dari bawah, dan bisa dibagi antara regio urogenital dianterior dan region anal
diposterior oleh garis yang menghubungkan tuberositasiskia secara horizontal.
Dapat disimpulkan bahwa rupture perineum merupakan robekan jalan lahir baik di
sengaja ataupun tidak untuk memperluas jalan lahir.

5
2. Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
dilahirkan, kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat
mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat
bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5- 6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena
pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum
dapat mengurangi terjadinya robekan. Bimbingan ibu untuk meneran dan istirahat atau
bernafas dengan cepat pada waktunya. Dan pelaksanaan pijat perineum saat kehamilan atau
beberapa minggu sebelum melahirkan

3. Penyebab Luka Perineum


a. Penyebab maternal
1. Partus presipitatus yang tidak di kendalikan dan tidak di tolong (sebab paling sering)
2. Pasien tidak mampu berhenti mengejan
3. Partus di selesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan
4. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
menekan kepala bayi kearah posterior
5. Perluasan episiotomy
b. Faktor-faktor janin
1. Bayi yang besar (giant baby)
2. Posisi kepala yang abnormal
3. Kelahiran bokong
4. Ekstrasi forceps yang sukar
5. Distosia bahu
6. Anomali kongenital seperti hidrosepalus
(Sulistyawati:2010)

4. Bentuk Luka Perineum


Bentuk perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu:.
a. Rupture
Adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah
karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture
biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.

6
b. Episiotomi
Adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang
dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala. Tindakan ini dilakukan jika perineum
diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum
dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi
dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan
karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah
diperbaiki
(Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010)

5. Derajat Robekan Perineum


a. Derajat I
Robekan hanya terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum

b. Derajat II
Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, dan otot perineum
c. Derajat III
Robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
otot perineum dan otot sfingter ani
d. Derajat IV
Robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulitperineum, otot
perineum, otot sfingter ani, dan dinding depan rektum
(Jenny Sondakh: 2013)

A. TROMBOFLEBITIS

7
1. Pengertian
Tromboflebitis merupakan trombosis yang diawali dengan peradangan.
Tromboflebitis secara umum adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena
sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian.
Tromboflebitis menurut Adele Pillitteri, 2007 : merupakan inflamasi permukaan
pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi
pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan
kepala janin kerena kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang
menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.
Tromboflebitis menurut Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002 : adalah
perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena
dan cabang-cabangnya
Jadi, Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan
trombus. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cebderung terjadi pada periode pasca partum
pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen .

2. Klasifikasi
a) Tromboflebitis Femoralis
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis. Hal ini
disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya perubahan
atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran
darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi.
b) Tromboflebitis Pelvik
Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena
uterina dan vena hipogastrika. Vena yang paling sering terkena adalah vena ovarika dektra
karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus. Perluasan
infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedang perluasan infeksi dari vena
ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior.Perluasan infeksi dari vena uterina ialah ke vena
iliaka komunis.
Bakteri yang biasanya berkaitan dengan tromboflebitis streptokokus anaerob dan
bakteriodes

8
3. Etiologi
Secara umum etiologi tromboflebitis adalah sebagai berikut:
a. perluasan infeksi endometrium
b. mempunyai varises pada vena
c. obesitas

Faktor Predisposisi Tromboflebitis


1) Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi tromboflebitis.
2) Episode tromboflebitis sebelumnya
3) Pembedahan obstetric
4) Kelahiran
5) Obesitas
6) Imobilisasi
7) Trauma vaskula
8) Varises
9) Multiparietas
10) Supresi laktasi dengan esterogen
11) Infeksi nifas

4. Patofisiologi
Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah atau
kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh orang-orang yang
imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai
untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu
lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita
hamil.
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga mempermudah
terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis
flebitis karena infus intravena, antara lain:
1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)

9
o pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi.
Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium
klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan
banyak obat khemoterapi.
o Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama
pencampuran.
o Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat
dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena
pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
o Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan
lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil
klorida atau polietilen.
2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi. (Kanula
yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran
kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
Teknik pencucian tangan yang buruk
Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
Teknik aseptik tidak baik
Teknik pemasangan kanula yang buruk
Kanula dipasang terlalu lama
Tempat suntik jarang diinspeksi visual
Gangguan aliran darah

5. Manifestasi klinis
Penderita pada umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri didaerah vena (nyeri yang
terlokalisasi), nyeri tekan, kulit disekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena)
dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak
luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu.
Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada
tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda

10
adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena didaerah katup. Fluktuasi ini dapat
pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini,
tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
1) Pelvio tromboflebitis
a) Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul
pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
b) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan
interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil
penderita hampir tidak panas.
Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan
suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
c) Abses pada pelvis
d) Gambaran darah
Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat
segera terjadi leukopenia).
Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
e) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
f) Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia),
pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.

2) Tromboflebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri
sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut:
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha
bagian atas.

11
Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).

6. Penatalaksanaan
a) Pelvio tromboflebitis
o Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan
teknik aseptik yang baik
o Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum
o Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan
adanya emboli pulmonum
o Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik
terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan
hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
b) Tromboflebitis femoralis
o Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
o Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari
daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
o Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien
untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan
pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya
tekanan yaang kuat pada betis.
o Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises
vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
o Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun
pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
o Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.

12
o Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
o Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
o Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi,
pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien
sehingga aliran darah tidak terhambat.
o Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
o Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya
peningkatan atau penurunan ukuran.
o Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk
mengkaji pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
o Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi,
bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
o Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa
menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
o Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
o Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui
terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa
pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.
o Pola Pengobatan Tromboflebitis
o Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri
bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat
penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan
trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.
o Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan
terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat
guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi
tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik
(nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembentukan
gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid
obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan
peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).

13
7. Pemeriksaan Penunjang
a) Ultrasonograf Doppler
b) Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada
vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi
c) Pemeriksaan hematokrit
d) Mengidentifikasi Hemokonsentrasi
e) Pemeriksaan Koagulasi
f) Menunjukkan hiperkoagulabilitas
g) Biakan darah
h) Pemeriksaan Baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting
untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus
,Eschercia coli dan Bakteriodes
i) Pemindai ultrasuond dupleks
j) dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan
dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten
k) Venografi

8. Dianogsa Banding
a) Tromboflebitis pelvica
Diagnosa banding dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
apendiktis akut
kista ovarium yang terpuntir
hematoma
ligamentum lantum
abses pelvis
Infeksi traktus urinarius
infeksi luka.

Tromboflebitis femoralis
Diagnosa banding dari tromboflebitis femoralis antara lain adalah:
a. Selulitis
b. vena varikosa
c. trauma dengan hematoma subfasial

14
d. limfangitis
e. artritis

9. Komplikasi
a. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
emboli paru septik
septikemia
emfisema
b. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli
paru.

15
Tanya jawab
1 .Pertanyaan kelompok 3 , Ardila nurjanah putri
a.Cara mencegah agar tidak terjadinya mastitis
Lakukan Teknik menyusui yang benar
Melakukan pengosongan payudara dengan benar
Istirahat yang cukup
Lakukan pengompresan hangat pada payudara yang sakit secara bergantian
Mengenakan bra yang sesuai
Mengkonsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi yang seimbang
2. pertanyaan kelompok 6, Silvia yudri
a. maksud dari serangan sebelum nya pada factor predisposisi mastitis
jawaban : riwayat mastitis pada sebelumnya.
b.penyebab dan penanganan dari mastitis
jawaban :
penyebab mastitis :
frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
Pengosongan payudara yang tidak sempurna
Puting lecet
Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya
Ibu stress atau kelelahan
Penggunaan krim pada putting
Ibu malnutrisi
Produksi asi yang terlalu banyak
Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan asi, jamur, serpihan kulit
dan lain lain.
Ibu atau bayi sakit
Penekanan pada payudara misalnya bra yang terlalu ketat.
Penanganannya:
Teknik menyusui yang benar
Melakukan pengosongan payudara dengan benar
Istirahat yang cukup
Lakukan pengompresan hangat pada payudara yang sakit secara bergantian
Mengenakan bra yang sesuai

16
3. pertanyaan kelompok 7, Tiara nurjannah
Maksud dari abnormalitas pada dinding pembuluh darah
Jawaban : merupakan gangguan koagulasi darah atau kerusakan pembuluh maupun
endotelial yang biasanya terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut
dan paha yang ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun pada wanita hamil .
contohnya varises.
4.pertanyaan kelompok 1 , Mulia nofia sari
Mengapa emboli pulmonum dapat terjadi ?
Jawaban : disebabkan karena lepasnya sumbatan pembuluh darah balik yang umum nya
terdapat pada tungkai. Disebabkan oleh beberapa factor yaitu:
Kurang lancarnya aliran darah pada pembuluh darah balik , kurang gerak, gaal
jantung, penekanan pembuluh darah oleh tumor
Tindakan bedah dan trauma
Kanker (terutama kanker paru )
Factor keturunan
Factor lain seperti merokok, penyalahgunaan obat terlarang , AIDS ,lupus

17

Você também pode gostar