Você está na página 1de 11

VIII.

Analisis dan Pembahasan

Percobaan yang telah dilakukan berjudul kesetimbangan fasa dua


komponen. Fasa (P) adalah keadaan materi yang seragam diseluruh bagiannya,
bukan hanya dalam komposisi kimianya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya.
Fasa yang digunakan dalam percobaan ini adalah fasa cair-cair. Sedangkan
komponen (C) merupakan spesi yang ada di dalam sistem. Komponen yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu fenol-air. Fenol merupakan zat kimia yang
memiliki rumus kimia C6H5OH. Sistem fenol-air merupakan sistem biner. Sistem
biner adalah sistem yang terdiri dari dua komponen yang berbeda. Fenol dan air
kelarutanya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu
komponen penyusunnya yaitu fenol atau air. Sistem biner fenol air merupakan
sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal balik antara fenol dan air pada
suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas (kelarutan) adalah kemampuan suatu
zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu
larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis.
Temperatur kritis adalah batas temperatur dimana terjadi pemisahan fasa. Jika
mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna
(homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem
larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi.
Tujuan dari percobaan ini adalah menggambarkan kesetimbangan fasa dua
komponen cair-cair (fenol-air), menentukan titik ekuivalen pada kesetimbangan
fasa dua komponen fasa cair-cair (fenol-air), serta menentukan fasa (P),
komponen (C), dan derajat kebebasan (F) suatu sisitem kesetimbangan fasa dua
komponen fasa cair-cair (fenol-air).
Prosedur percobaan akan dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan
dan tahap percobaan. Dimana tahap percobaan akan dilakukan 2 jenis percobaan,
dengan masing-masing diulangi sampai tidak terjadi perubahan (larutan tetap
keruh) meskipun sudah di masukkan ke dalam air panas. Dalam percobaan,
kondisi ini biasanya tercapai ketika pengulangan sampai 10 kali.
Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan.
Persiapan ini dilakukan untuk mempermudah dan mempersingkat waktu
percobaan. Pastikan jika alat-alat yang akan digunakan telah bersih. Jika belum,
bilas alat dengan aquades. Hal ini dilakukan agar tidak ada bahan pengotor yang
ikut dalam percobaan, yang dapat mempengaruhi hasil akhir. Setelah itu,
panaskan terlebih dahulu larutan fenol yang akan digunakan untuk percoban.
Pemanasan dilakukan agar tidak ada larutan fenol yang membeku. Alat yang
digunakan adalah kompor listrik. Setelah fenol dirasa telah panas, angkat dan siap
digunakan untuk percobaan.
Tahap pertama adalah persiapan. Mula-mula diambil 250 ml aquades dan
dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml yang telah disiapkan. Kemudian alat
untuk memanaskan disusun sedemikian rupa. Mulai dari meletakkan kaki tiga,
pembakar spirtus, dan kasa. Kaki tiga berfungsi sebagai penyangga (tumpuan)
pada saat memanaskan. Pembakar spirtus sebagai sumber api dan kasa sebagi
tempat meletakkan beaker glass. Pastikan jika dibawah pembakar spirtus diberi
tumpuan tambahan. Hal ini agar api lebih dekat dengan beaker glass. Setelah itu,
api dinyalakan dan beaker glass yang berisi aquades diletakkan diatas pembakar.
Aquades yang dipanaskan berfungsi sebagai penangas. Selain itu, juga disiapkan
lagi 1 beaker glass yang berisi air tanpa pemanasan. Air ini berfungsi untuk
mendinginkan tabung yang berisi larutan setelah dipanaskan (pendingin).
Selajutnya adalah tahap percobaan. Percobaan pertama yaitu diambil 10
ml aquades menggunakan tabung ukur 10 ml. Tabung ukur digunakan karena
paling mudah dan cepat untuk percobaan. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung
yang telah diberi label A. Berikutnya ditambahkan 2 ml fenol. Fenol diambil dan
diukur menggunkan pipet volume. Pipet volume digunakan karena lebih akurat
dalam pengukuran dan juga lebih aman digunakan. Dalam pengambilan fenol
harus berhati-hati karena fenol bersifat korosif dan menyebabkan iritasi. Larutan
fenol berwarna kuning kecoklatan. Setelah, fenol masuk campuran diaduk
menggunakan spatula. Pengadukan berfungsi membantu tercampurnya air-fenol
lebih cepat (homogen). Ketika air-fenol diaduk, menghasilkan warna putih
(keruh), hal ini menunjukan bahwa keduanya tidak saling melarutkan dan masih
dua fasa.
Tahap selanjutnya adalah memasukan tabung A ke dalam beaker glass
berisi aquades yang telah dipanaskan sebelumnya. Selanjutnya didapatkan larutan
berubah menjadi kuning kecoklatan jernih. Perubahan warna ini menunjukan
bahwa sistem ini telah satu fasa, dikarenakan pada proses pemanasan dan
pengocokan mengakibatkan molekul-molekul dalam campuran bergerak lebih
cepat sehingga ikatan ikatan yang ada menjadi renggang dan mudah putus.
Perubahan warna putih (keruh) menjadi kuning kecoklatan jernih menandakan
fenol dan akuades larut dengan reaksi sebagai berikut :
C6H5OH (aq) + H2O (l) C6H5O- (aq) + H3O+ (aq)
Ketika tepat warna berubah menjadi kuning kecoklatan jernih dilakukan
pengukuran suhu menggunakan thermometer. Suhu yang diperoleh sebesar T1a.
Dalam pengukuran suhu dengan thermometer, dipastikan dengan cara yang tepat.
Dimana, thermometer dimasukkan ke dalam tabung sampai larutan,dan
diusahakan thermometer tidak menyentuh dasar tabung. Selain itu, thermometer
tidak boleh dipegang langsung dengan tangan, melainkan dipegang menggunakan
tali yang telah tersedia di ujung thermometer. Hal ini dilakukan agar suhu yang
diukur merupakan suhu larutan tanpa ada pengaruh lain. Setelah itu tabung
diangkat dan dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi air dingin (tanpa
pemanasan). Hal ini dilakukan untuk menurunkan suhu dalam tabung. Setelah
beberapa detik larutan akan menjadi keruh kembali yang menandakan sistem telah
kembali menjadi dua fasa. Pada saat tepat keruh, dilakukan pengukuran suhu
kembali dengan thermometer dan diperoleh suhu sebesar T2a. Pada saat
pengukuran suhu yang kedua yaitu pada saat setelah tabung reaksi diangkat dan
didiamkan harus diperhatikan lebih teliti dan diukur secara cepat karena jika tidak
bertindak cepat maka perubahan dari larutan yang tidak berwarna menjadi keruh
akan bercampur dengan suhu ruangan karena adanya ikatan hidrogen yang kuat
pada keduanya. Kemudian percobaan diulangi sampai tidak terjadi perubahan
(tetap keruh) meskipun telah dimasukan ke dalam beaker glass (dipanaskan).
Umumnya pengulangan terjadi sebanyak 10 kali dengan penambahan fenol secara
teratur. Keadaan ini terjadi ketika campuran telah mencapai titik jenuh, dimana
meski ditambahkan fenol tidak terjadi perubahan menjadi kuning kecoklatan
jernih (2 fasa).
Untuk hasilnya dapat dijelaskan berdasarkan tabel berikut :

Volume
Volume
fenol T1a (C) T2a (C)
air (ml)
(ml)
10 2 58 38
10 4 61 38
10 6 65 39
10 8 68 45
10 10 67 50
10 12 65 48
10 14 58 48
10 16 55 41
10 18 54 42
10 20 46 35

Setelah data didapat, selanjutnya masuk ke percobaan kedua. Percobaan


kedua yaitu diambil 10 ml fenol. Fenol diambil dan diukur menggunkan pipet
volume. Pipet volume digunakan karena lebih akurat dalam pengukuran dan juga
lebih aman digunakan. Dalam pengambilan fenol harus berhati-hati karena fenol
bersifat korosif dan menyebabkan iritasi. Larutan fenol berwarna kuning
kecoklatan. Berikutnya, tambahkan 2 ml aquades. Aquades diukur menggunakan
tabung ukur 10 ml. Tabung ukur digunakan karena paling mudah dan cepat untuk
percobaan. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang telah diberi label B.
Setelah, masuk campuran diaduk menggunakan spatula. Pengadukan berfungsi
membantu tercampurnya fenol-air lebih cepat (homogen). Ketika fenol-air
diaduk, tidak terjadi kekeruhan, larutan tetap berwarna kuning kecoklatan jernih.
Kemudian diukur suhunya dengan thermometer. Karena tidak terjadi perubahan
maka T1b dan T2b memiliki nilai suhu yang sama.
Percobaan dilanjutkan dengan menambahkan 2 ml aquades kembali ke
dalam tabung B dan diaduk. Tetapi tetap tidak terjadi kekeruhan sehingga
suhunya tetap sama dengan T1b dan T2b. Hal ini menandakan jika campuran
fenol-air dapat bercampur sempurna meski di suhu ruang. Pengulangan ketiga,
ditambahkan kembali 2 ml aquades, diaduk dan terlihat terjadi perubahan warna
menjadi putih (keruh). Selanjutnya tabung B, dimasukkan ke dalam beaker glass
yang berisi aquades panas (penangas) dan ditunggu berubah menjadi kuning
kecoklatan jernih. Ketika tepat berubah, maka langsung diukur suhunya. Pada saat
ini terjadi reaksi sebagai berikut :
C6H5OH (aq) + H2O (l) C6H5O- (aq) + H3O+ (aq)
Setelah suhu di dapatkan, langsung dimasukkan ke dalam beaker glass
yang berisi air dingin. Ditunggu sampai tepat berubah keruh kembali. Setelah
beberapa detik, larutan menjadi keruh kembali dan suhu diukur menggunakan
thermometer serta dicatat.
Pada saat pengukuran suhu yang kedua yaitu pada saat setelah tabung
reaksi diangkat dan didiamkan (di dinginkan) harus diperhatikan lebih teliti dan
diukur secara cepat karena jika tidak bertindak cepat maka perubahan dari larutan
yang tidak berwarna menjadi keruh akan bercampur dengan suhu ruangan karena
adanya ikatan hidrogen yang kuat pada keduanya. Kemudian percobaan diulangi
sampai tidak terjadi perubahan (tetap keruh) meskipun telah dimasukan ke dalam
beaker glass yang berisi aquades panas (dipanaskan). Umumnya pengulangan
terjadi sebanyak 10 kali dengan penambahan aquades secara teratur. Keadaan ini
terjadi ketika campuran telah mencapai titik jenuh, dimana meski ditambahkan
aquades tidak terjadi perubahan menjadi kuning kecoklatan jernih (2 fasa).

Untuk hasilnya dapat dijelaskan berdasarkan tabel berikut :

Volume Volume
aquades fenol T1b (C) T2b (C)
(ml) (ml)
2 10 69 69
4 10 69 69
6 10 63 37
8 10 57 40
10 10 62 45
12 10 61 51
14 10 61 45
16 10 59 48
18 10 57 47
20 10 57 46

Dari data di atas dapat dilakukan perhitungan persen fenol pada tabung A
dan B dengan menggunakan persamaan berikut :


% = 10

Maka diperoleh data sebagai berikut:

%V
T1a (C) T2a (C) fenol
58 38 16.67
61 38 28.57
65 39 37.50
68 45 44.44
67 50 50.00
65 48 54.55
58 48 58.33
55 41 61.54
54 42 64.29
46 35 66.67

Tabel 1. % volume fenol, (T1a), dan (T2a) untuk tabung A

%V
T1b (C) T2b (C) fenol
69 69 83.33
69 69 71.43
63 37 62.50
57 40 55.56
62 45 50.00
61 51 45.45
61 45 41.65
59 48 38.46
57 47 35.71
57 46 33.33

Tabel 2. % volume fenol, (T1b), dan (T2b) untuk tabung B

Dan diperoleh grafik sebagai berikut :

Diagram Suhu Vs Konsentrasi (Air-Fenol)


tabung A
80

60
Suhu (C)

40

20

0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Konsentrasi

T1A T2A

Bentuk kurva yang diperoleh tidak sesuai dengan teori. Dimana


seharusnya kurva membentuk parabola dengan puncaknya merupakan suhu kritis
yang dicapai pada saat komponen mempunyai fraksi mol tertentu. Dengan titik
ekivalen sebesar 65,85C. Tetapi dalam percobaan ini diperoleh titik ekivalen
sebesar 68C, dengan grafik yang condong kearah kanan. Dengan demikian dapat
dikatakan jika dibawah kurva merupakan sistem dua fase dan komponen di luar
kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu fase. Titik ekivalen
merupakan titik tertinggi yang didapat dalam percobaan (titik puncak kurva). Titik
ini juga disebut titik kritis.
Ketidaksesuaian antara teori dan percobaan mungkin dikarenakan hal-hal
berikut :
1. Kekurangtelitian praktikan saat percobaan, misalnya pada saat membaca
termometer.
2. Kekurangtepatan waktu melihat perubahan warna
3. Salah melakukan tahapan percobaan
4. Kurangnya pengetahuan praktiakan akan alur
5. Validitas alat yang digunakan
6. Kesalahan analisa data

Selanjutnya untuk grafik kedua adalah sebagai berikut :

Diagram Suhu Vs Konsentrasi (Fenol-air)


tabung B
80

60
Suhu (C)

40

20

0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00
Konsentrasi

T1B T2B

Bentuk kurva yang diperoleh tidak sesuai dengan teori. Dimana


seharusnya kurva membentuk parabola dengan puncaknya merupakan suhu kritis
yang dicapai pada saat komponen mempunyai fraksi mol tertentu. Dengan titik
ekivalen sebesar 65,85C. Tetapi dalam percobaan ini diperoleh titik ekivalen
sebesar 63C, dengan grafik yang condong kearah kanan dan tidak teratur. Pada
saat suhu 69C terjadi kesalahan sehingga masuk pembahasan dan tidak
dimasukkan menjadi titik ekivalen.
Dengan demikian dapat dikatakan jika dibawah kurva merupakan sistem
dua fase dan komponen di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan
sistem satu fase. Titik ekivalen merupakan titik tertinggi yang didapat dalam
percobaan (titik puncak kurva). Titik ini juga disebut titik kritis. Titik ini
seharusnya terletak ditengah kurva, tetapi disini titik tertinggi terletak di tepi
(ujung) grafik. Kesalahan terjadi ketika pengulangan kesatu dan kedua. Dimana
seharusnya ketika tidak terjadi perubahan warna, tidak perlu di panaskan dan
langsung diukur pada suhu kamar. Tetapi untuk meyakinkan hasilnya, kami
memutuskan untuk memanaskan Tabung B. Sehingga suhu yang kami ukur bukan
suhu ruang tetapi suhu setelah dipanaskan dan tidak terjadi perubahan. Disilah,
kami mengetahui dan menyaari kesalahan kami. Selain itu, kesalahan juga
dimungkin diperparah dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Kekurangtelitian praktikan saat percobaan, misalnya pada saat membaca
termometer.
2. Kekurangtepatan waktu melihat perubahan warna
3. Salah melakukan tahapan percobaan
4. Kurangnya pengetahuan praktiakan akan alur
5. Validitas alat yang digunakan
6. Kesalahan analisa data

Jika dipadukan hasil data antara tabung A dan B diperoleh hasil sebagai berikut :

T1
80
70
Suhu T1A & T1B (C)

60
50
40
30
20
10
0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Konsentrasi

T1A T1B

Titik ekivalen : 68C


NB : Pada saat suhu 69C terjadi kesalahan sehingga masuk pembahasan
dan tidak dimasukkan menjadi titik ekivalen.
T2
80
70
Suhu T2A & T2B (C)

60
50
40
30
20
10
0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Konsentrasi

T2A T2B

Titik ekivalen : 51C


NB : Pada saat suhu 69C terjadi kesalahan sehingga masuk pembahasan
dan tidak dimasukkan menjadi titik ekivalen.

Pada saat suhu rendah campuran fenol-air berada dalam kesetimbangan dua
fasa, yang dapat dilihat dari campuran yang keruh. Pada pencampuran air fenol
di peroleh larutan yang tidak saling bercampur yang membentuk dua lapisan ,
lapisan atas air dan lapisan bawah adalah fenol, hal ini di sebabkan karena air
memiliki massa jenis yang lebih rendah dari pada fenol.
Derajat kebebasan (F) adalah jumlah minimum variable intensif (tekanan,
temperatur atau komposisi (fraksi mol) yang harus dipilih untuk menyatakan
keadaan suatu sistem. Komponen atau variabel intensif dalam pelarutan fenol dan
aquades ada 2, yaitu fraksi mol dan temperatur, sedangkan jumlah fasanya ada 2.
Derajat kebebasannya,
f = C + 1 P
= 2 +1 2
=1

Diperoleh derajat kebebasan sebesar 1 dan tekanan dianggap tetap.

Sedangkan pada saat suhu dinaikkan, sistem fenol-air terjadi kesetimbangan 1


fasa dengan derajat kebebasan sebesar 2.
f = C + 1 P
= 2 +1 1
=2

Kesetimbangan 1 fasa ditandai dengan campuran bercampur secara homogen


pada suhu tertentu. Pada percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa
komposisi tertentu fenol akan bercampur secara homogen dalam 1 fasa pada suhu
tertentu.

Dengan demikian terbukti jika fenol dan air kelarutanya akan berubah apabila
ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu komponen penyusunnya
yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh (putih) menjadi kuning
kecoklatan jernih dan dari kuning kecoklatan jernih menjadi keruh (putih)
menandakan kalau zat mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh
perubahan suhu. Pada percobaan ini komponen air selalu ditambahkan dan jumlah
fenolnya tetap sehingga perubahan larutan dari jernih menjadi keruh atau
sebaliknya terjadi pada suhu yang berubah-ubah. Perubahan suhu bergantung pada
komposisi atau fraksi mol kedua zat.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan dan data yang telah
kami peroleh dari percobaan ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam menggambarkan kesetimbangan fasa dua komponen fase cair-


cair (fenol-air) adalah dengan menggabungkan data yang didapat dari
tabung reaksi A dan tabung reaksi B pada satu grafik.
2. Dari gambar grafik dapat diketahui bahwa titik ekivalen terjadi pada
suhu 68C pada tabung A dan 63C pada tabung B.
3. Fasa yang ada pada campuran larutan tersebut adalah dua fasa,
komponen yang terlibat adalah fenol dan air. Derajat kebebasannya
adalah 3-P karena percobaan dilakukan pada tekanan 1 atm.

Você também pode gostar