Você está na página 1de 13

BAB I

KONSEP DASAR

I. DEFINISI
Diare (mencret) adalah : Defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau
tanpa darah dan atau lendir dalam tinja ( Suharyono,1999 : 51 )
Gasteroenteritis adalah : Kehilangan caioran dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan perubahan bentuk
encer atau cair ( Suriadi,2001 : 83 )
Gastroenteritis adalah : Kondisi gangguan pada gaster yang ditandai dengan
adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran terhadap
makanan tertentu atau mencerna toksin (Tucker,1998)
Berak encer (biasanya 4 x atau lebih dalam sehari), kadang-kadang disertai :
1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
1. Panas
3. Tidak nafsu makan
4. Darah dan lendir dalam kotoran

II. PENYEBAB
Diare dapat disebabkan oleh :
1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit
2. Alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu
3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti :
1. Campak
2. Infeksi telinga
3. Infeksi tenggorokan
4. Malaria, dll
Penularan disebabkan oleh :
- Pemakaian botol susu yang tidak bersih
- Menggunakan sumber air yang tercemar
- Buang air besar di sembarang tempat
- Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan
yang kotor.
4. Diare (mencret ) terutama pada balita sangat berbahaya karena dapat
mengakibatkan kematian karena kekurangan cairan.
5. Kematian akibat diare (mencret) dapat dicegah:
Sebagian besar diare akut (diare mendadak) pada anak dapat disembuhkan hanya
dengan pemberian cairan dan meneruskan pembarian makanan saja.

III. PATOFISIOLOGI
Ada tiga mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare yaitu :
4. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat-zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran cairan kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
5. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan
terjadi penigkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat penigkatan isi rongga usus.
6. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
sehingga timbul diare. Selain itu diare juga dapat menyebabkan output
berlebih dan absorpsi yang kurang, sehingga timbul gagguan nutrisi
defekasi yang sering menyebabkan kulit sekitar anus kemerahan sehingga
mengganggu integritas kulit.
Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit
kedalam usus halus sel mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunken
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit serta
bahan makanan. Meningkatnya motilitas dan cepatntya pengososngan
pada intestinal merupakan akibat dari gangguan dan sekresi cairan dan
elekrtrolit yang berlebihan. Cairan sodium, potasium dan bikarbonat
berpindah dari rongga ekstra seluler kedalam tinja, sehingga
mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat terjadi asidosis
metabolik. ( Suriadi,2001 : 83 )

IV. MANIFESTASI KLINIS


Gejala awalnya adalah anak menjadi cengeng dan gelisah suhu badan
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian muncul diare
kemungkinan mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjdi kehijauan
karena bercampur empedu, anus dan sekiranya menjadi lecet. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah dehidrasi diare bila penderita telah banyak kehilangan
air dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badab menurun pada bayi, ubun-ubun
besar dan cekung tonus dan turgor otot kulit berkuarang, selaput lendir mulut dan
bibir menjadi kering.(Mansjoer,2000 : 470).

Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).


Tanda-tandanya:
- Berak cair 1-2 kali sehari
- Muntah tidak ada
- Masih mau makan
- Masih mau bermain
- Haus tidak ada

Tindakan:
- Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya
- ASI (Air susu ibu) diteruskan
- Makanan diberikan seperti biasanya
- Beri oralit
- Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang
- Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmas terdekat

Gejala klinis sesuai dengan tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :


a. Dehidrasi ringan
Kesaadaran komposmentis, nadi kurang dari 120/menit, pernapasan biasa, ubun-
ubun besar aagak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut
kering.
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Tanda-tandanya:
1. Berak cair 4-9 kali sehari
7. Kadang muntah 1-2 kali sehari
8. Kadang panas
9. Haus
10. Tidak mau makan
11. Badan lesu, lemas

b. Dehidrasi sedang
Kesadaran gelisah, nadi 120 140 kali/ menit, pernapasan agak cepat, ubun-ubun
besar cekung. Mata tampak cekung, turgor dan tonus agak kurang, mulut kering.
c. Dehidrasi berat
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali/menit, pernapasan
kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut
kering dan sianosis. ( Suharyono, 1999 : 5960 )
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
Tanda-tandanya:
1. Berak cair terus-menerus
2. Muntah terus-menerus
3. Haus sekali
4. Mata cekung
5. Bibir kering dan biru
6. Tangan dan kaki dingin
7. Sangat lemah
8. Tidak mau makan
9. Tidak mau bermain
10. Tidak kencing 6 jam atau lebih

V. PENATALAKSANAAN
A. CARA MENCEGAH PENYAKIT DIARE:
Penyakit diare dapat dicegah melalui:
1. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
2. Pemberian makanan pendamping ASI yang bersih dan bergizi setelah bayi
berumur 4 bulan.
3. Medik :
a. Pengobatan medikamentosa
Prinsip pengobatan diberikan preparat Hcl terutam apad penderita kelainan
intestinal.Untuk mengurangi spame kolon , dapat dianjurkan mepenzolate
dromid
b. Pemberian cairan
c. Pemberian diit

B. TAKARAN PEMBERIAN ORALIT


Oralit tidak menghentikkan diare tapi hanya menggantikan cairan tubuh yang
hilang bersama tinja.
Jika tidak terjadi dehidrasi setiap kali buang air besar (BAB) diberi oralit
dengan aturan sebagai berikut:
Umur <1 tahun : gelas
1-4 tahun : 1 gelas
5-12 tahun : 1 gelas
dewasa : 2 gelas
Jika terjadi dehidrasi ringan sampai berat: 3 jam pertama beri oralit dengan
takaran sebagai berikut:
Umur < 1 tahun : 1 gelas
1-4 tahun : 3 gelas
5-12 tahun : 6 gelas
dewasa : 12 gelas
selanjutnya untuk mengtasi dehidrasi, setiap BAB diberi oralit sbb:
Umur < 1 tahun : gelas
1-4 tahun : 1 gelas
5-12 tahun : 1 gelas
dewasa : 2 gelas
Jika di rumah tidak ada oralit:
Oralit dapat dibuat sendiri dengan mencampur 1 sendok makan gula dan
sendok the garam dalam 1 gelas air putih. Untuk hasil yang lebih baik bisa ditambah
beras 1 sendok yang diserbuk (ditumbuk).

C. TEMPAT ORALIT DAPAT DIPEROLEH


Oralit dapat diperoleh di Puskesmas, Posyandu, Apotik, toko obat.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

I. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

(a) Riwayat Keperawatan Sekarang


Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair
berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur
lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu
makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan
gejala penurunan kesadaran.
(b) Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-
kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial,
psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
(c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain.
(d) Pengkajian Fisik
Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area
kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda
yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa bibir dan mulut
kering, kulit kering dengan turgor berkurang. Dapat ditemukan
peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik usus dan adanya
luka lecet sekitar anus.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resti terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak
adekuatnya masukan dan cairan
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah
3. Resti terhadap gangguana integritas kulit berhubungan dengan seringnya
defekasi dan iritasi pada daerah anus
4. resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
kebutuhan perawatan dan prosedur yang diikuti jika diare berulang.

III. INTERVENSI DAN RASIONALISASI


1. Resti terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak
adekuatnya masukan dan cairan
Tujuan: Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal,
memperlihatkan tidak adanya tanda tanda dan gejala dehidrasi.
Kriteria hasil: Mempertahankan atau menunjukkan perubahan
keseimbangan cairan (dibuktikan oleh haluaran urine adekuat), membran
mektosa lembab dan turgor kulit elastis.
Intervensi:
1. Kaji minuman yang disukai dan tidak disukai
2. Berikan cairan kesukaan dalam batas diit dan dalam bentuk yang
menarik
3. Berikan dengan tempat yang tidak biasa (cangkir, warna, sedotan)
4. Ukur jumlah dan tipe masukan cairan (ukur haluaran urine dengan
akurat)
5. Berikan sebuah permainan atau aktivitas (suruh anak minum jika
telah giliran)
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah


Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
1. Masukan kalori adekuat untuk meningkatkan atau mempertahankan
berat badan yang tepat
2. Menunjukkan peningkatan berat badan yang mencapai rentang
diharapkan
Intervensi:
1. Timbang berat badan anak setiap hari
2. Monitor intake dan output
3. Setelah rehidrasi berikan minuman oral dengan sering dan makanan
yang sesuai dengan diit dan usia dan atau berat badan anak
4. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
5. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan

3. Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya


defekasi dan iritasi pada daerah anus
Tujuan: Tidak terjadi integritas kulit
Kriteria hasil: Mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk
mempertahankan kulit halus, elastis dan utuh
Intervensi:
1. Jaga daerah anal dan bokong bersih serta kering
2. Cuci kulit dengan krim/ sabun setiap defekasi
3. Berikan daerah bokong terbuka dengan udara luar sebanyak
mungkin
4. Berikan salep pelindung setelah mengganti popok
5. Bila gatal tidak tertahankan kukur dengan ibu jari
6. Memberi sarung tangan bila tidur
7. Memotong kuku
8. Kerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian cairan atau
makanan parenteral

4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif


Tujuan: Resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1. Ajarkan tanda- tanda infeksi pada keluarga (peningkatan kemerahan,
atau bengkak yang tidak biasa)
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang baik pada orang luar dan
pengunjung
3. Segera bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan tempatkan
pada tempat yang khusus
4. Gunakan standar pencegahan uiversal
5. Tempatkan pada ruangan yang khusus
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai


kebutuhan perawatan dan prosedur yang diikuti jika diare berulang.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien.
Kriteria hasil:

1. Menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola hidup


2. Menyatakan tanggung jawab untuk belajar sendiri
3. Mencari sumber untuk membantu membuat identifikasi perubahan

Intervensi :
1. Jelaskan perlunya isolasi untuk mencegah tertularnya penyakit lain
2. Ajarkan teknik mencuci tangan yang baik sebelum dan sesudah
mengganti popok.
3. Ajarkan perawatan daerah bokong
4. Jelaskan perlunya gejala kambuh pada dokter
5. Intruksikan orangtua untuk melakukan pencegahan dengan
(memberikan ASI, cegah pemberian formula yang mengandung
laktosa selam 1 2 hari berikan secara teratur elektrolit pada anak)
DAFTAR PUSTAKA

Darmansyah Irwan, 2005, http:// www.iwan darmansyah.web.id/medical=php?id=52, di


akses pada tanggal 10 desember 2005, pukul 10.30 WIB.

http:// www. Dinkes.dki, go.id/diare.html, diakses pada tanggal 10 desember 2005, pukul
10.15 WIB.

Layanan Informasi Obat Instalasi Farmasi, 2005, Jangan Remehkan Diare, RSU PKU
Muhammadiyah Gombong.

Você também pode gostar