Você está na página 1de 7

MAKALAH TUTORIAL SKENARIO 4

RECURRENT APHTHOUS STOMATITIS

LO 3

KLASIFIKASI dan KARAKTERISTIK

RECURRENT APHTHOUS STOMATITIS

Oleh:

Saraswita Gabriellah Saethiko (161610101092)

Yenny Afiv Rosyanah Canerry (161610101097)

KELOMPOK TUTORIAL 12

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2017
KLASIFIKASI RECURRENT APHTHOUS STOMATITIS (RAS)

Menurut Baccaglini, klasifikasi RAS memiliki dua jenis berdasarkan bentuk


presentasinya dan tiga jenis berdasarkan morfologi. Menurut bentuk presentasinya, RAS
dibagi menjadi RAS simpel (simple RAS) dan RAS kompleks (complex RAS). Sedangkan
menurut morfologinya, RAS dibagi menjadi RAS minor, RAS mayor, dan RAS herpetiform
(Baccaglini et al., 2011). Aphthous kompleks mengacu pada kehadiran 3 ulkus yang terus
berlanjut, keterkaitan lesi genital, dan kecacatan serius yang diakibatkan, dengan tidak adanya
penyakit Behet (Behcet disease) (Koegan, 2009).

Klasifikasi RAS berdasarkan Bentuk Presentasinya

Berdasarkan morfologinya atau gambaran klinisnya RAS dibagi dalam 3 tipe yaitu RAS
tipe minor, RAS tipe mayor dan RAS tipe herpetiform.
1. RAS Tipe Minor (Mikulicz Aphthae)
RAS tipe minor adalah penyakit yang paling sering ditemui, sekitar 70 sampai 90
persen dibandingkan tipe RAS yang stadium awal RAS tipe minor timbul rasa sakit
dan terbakar pada mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulser terlihat. Kadang-kadang
dapat diketahui adanya vesikel. Epitelium hilang dan dalam beberapa jam terlihat
papula kecil berwarna putih. Dalam 2 sampai 3 hari terjadi ulserasi yang berangsur-
angsur membesar dengan rasa yang sangat sakit, terutama jika terkena lidah,
rangsangan, atau makanan. Pasien mengalami demam ringan, kelenjar limpa dan
malaise. Lesi bentuknya bunda ratau oval dengan diameter < 1 cm. Permukaan abu
abu sampai kuning. Tepi lesi dikelilingi jaringan eritematous menggembung dengan
lesi yang dangkal. Jumlah lesi 2 sampai 6 dan kadang kadang bisasampai 8. Lokasi
biasanya di daerah mukosa bukal, dasar mulut, dan lidah. Penyembuhan dapat terjadi
dalam beberapa hari sampai 2 minggu tanpa meninggalkan jaringan parut.

2. RAS Tipe Mayor (Sutton Disease, Periadenitis Mucosa Necrotica Recurrens)


Stomatitis tipe ini disebut juga Recurrent Scarring Aphthous Ulser, kira-kira berkisar
10 sampai 15 persen dari kasus RAS adalah stomatitis aftosa tipe mayor. Ada stadium
permulaan berupa nodul atau plak yang kecil, lunak, merah dan sakit yang jika pecah
akan menjadi ulser yang sangat sakit. Lesi > 1 cm dan dapat mencapai hingga 5 cm.
Tepi lesinya meninggi dan erythematous. Lesi berbentuk kawah warna abu-abu dan
keras jika di palpasi. Tipe ini sering diragukan dengan squamus karsinoma. Masa
penyembuhannya sekitar 3 6 minggu. Lesi yang sembuh akan meninggalkan parut.

3. RAS Tipe Herpetiform


RAS tipe ini sangat jarang terjadi, biasanya sekitar 5 10 persen dari kasus RAS yang
terjadi.Ukurannya lebih kecil, sebesar ujung peniti dan dapat terbentuk berkelompok-
kelompok bahkan dapat terbentuk 30 buah sekaligus pada mulut.Selain ukurannya
yang kecil, juga terasa sangat sakit dan dapat membuat mulut penderita terasa sangat
tidak enak karena jumlahnya yang banyak dan dapat mencapai 50 sampai 100.
Permukaannya berwarna abu-abu dan tepinya tidak eritematous.
Berikut adalah table perbedaan antara RAS minor, RAS mayor, dan RAS herpetiform dalam
jurnal Natalie Rose Edgar et al., 2017.

Gambaran Klinis RAS mayor, minor, dan herpetiform pada jurnal Scully et al., 2003.
1. RAS minor (Mikulicz aphthae)
2. RAS mayor (Sutton disease, periadenitis mucosa necrotica recurrens)

3. RAS herpetiform

Sumber gambar: Shah K, Ann Allergy Asthma Immunol. 2016;117(4):341-343


KARAKTERISTIK RAS
Gambaran klinis RAS penting untuk diketahui karena tidak ada metode diagnosa
laboratorium yang spesifik yang dapat diandalkan untuk menegakkan diagnosa RAS. RAS
diawali gejala prodormal yang dilukiskan / digambarkan sebagai rasa sakit, rasa terbakar atau
tertusuk tusuk 24 48 jam sebelum terjadi ulser.
Selanjutnya, Stanley telah membagi karakter klinis dari SAR kepada 4 tahap yaitu
premonitori, pre-ulseratif, ulseratif dan penyembuhan.Tahap premonitori terjadi pada 24 jam
pertama perkembangan lesi SAR. Pada waktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi
mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopi sel-sel mononuklear
akan menginfeksi epitelium, dan oedema akan mulai berkembang.
Frekuensi ulserasi biasanya mencapai puncak pada kehidupan awal dewasa lalu secara
bertahap berkurang. Aphthae rekuren jarang terjadi pada orang tua, terutama edentulous.
Namun, orang lanjut usia mungkin akan terpengaruh jika ada defisiensi hematologi. Riwayat
yang biasa adalah ulkus yang menyakitkan berulang pada interval kira-kira 3 sampai 4
minggu. Aphthae biasanya hanya mempengaruhi mukosa nonkeratinised seperti mukosa
bukal, sulkus, atau batas lateral lidah, namun mayor mayor dapat mempengaruhi mukosa
masticatory. Rasa sakit yang timbul bisa mengganggu makan (Cawson et al., 2002).

Gambaran Histologi RAS

Bagian dari early ulcer yang menunjukkan kerusakan padai epithelium, sel-sel inflamasi di
bawahnya dan perubahan inflamasi lebih dalam dimana banyak dilatasi dilatasi pembuluh
darah (Cawson et al., 2002)
Daftar Pustaka

Baccaglini L, Lalla RV, Bruce AJ, Sartori-Valinotti JC, Latortue MC, Carrozzo M, Roy S.
Rogers III RS. Urban Legends Series: Recurrent Aphthous Stomatitis. Oral Dis
17(8):755-70;2011.

Cawsons Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine 7th Edition. 2002. Toronto:
Elsevier Science

Crispian Scully, Meir Gorsky, Francina Lozada-Nur. 2003. The Diagnosis and Management
of Recurrent Aphthous Stomatitis. A Concensus Approach. Volume 134: American
Dental Association, 134(2), 200-7

Greenberg MS, Glick M. Burkets Oral Medicines Diagnosis and Treatment. 10th,ed.,
Philadelpia, London, Mexico City, New York, St. Louis, San Paulo, Sydney: J.B.
Lippincott Company., 2004; 63-65.

Keogan MT. 2009. Clin Exp Immunol.;156:1e11

Natalie Rose Edgar, Do; Bdahlia Saleh, Do; Crichard A. Miller, Do. 2017. Recurrent
Aphthous Stomatitis: A Review. Journal of Clinical And Aesthetic Dermatology.
Volume 10 Number 3. Florida

Regezi JA, Sciubba JJ. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations. Philadelpia,
London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo: W.B. Saunders Company., 1989; 46-53.

Shah K, Ann Allergy Asthma Immunol. 2016;117(4):341-343

Você também pode gostar